A. Definisi
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol dari sel) yang terjadi
pada kelenjar tiroid.
Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler,
anaplastik dan meduller. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih
sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid
bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon
tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
B. Klasifikasi karsinoma tiroid.
a. Karsinoma papiler, karsinoma ini berasal dari sel-sel tiroid dan merupakan jenis paling
umum dari karsinoma tiroid. Lebih sering terdapat pada anak dan dewasa muda dan lebih
banyak pada wanita. Terkena radiasi semasa kanak ikut menjadi sebab keganasan ini.
Pertama kali muncul berupa benjolan teraba pada kelenjar tiroid atau sebagai pembesaran
kelenjar limfe didaerah leher. Metastasis dapat terjadi melalui limfe ke daerah lain pada tiroid
atau, pada beberapa kasus, ke paru.
b. Karsinoma folikuler, karsinoma ini berasal dari sel-sel folikel dan merupakan 20-25 %
dari karsinoma tiroid. Karsinoma folikuler terutama menyerang pada usia di atas 40
tahun.Karsinoma folikuler juga menyerang wanita 2 sampai 3 kali lebih sering daripada pria.
Pemaparan terhadap sinar X semasa kanak-kanak meningkatkan resiko jenis keganasan
ini. Jenis ini lebih infasif daripada jenis papiler.
c. Karsinoma anaplastik, karsinoma ini sangat ganas dan merupakan 10% dari kanker
tiroid. Sedikit lebih sering pada wanita daripada pria. Metastasis terjadi secara cepat, mula-
mula disekitarnya dan kemudian keseluruh bagian tubuh. Pada mulanya orang yang hanya
mengeluh tentang adanya tumor didaerah tiroid. Dengan menyusupnya kanker ini disekitar,
timbul suara serak, stridor, dan sukar menelan. Harapan hidup setelah ditegakkan diagnosis,
biasanya hanya beberapa bulan.
d. Karsinoma parafolikular, karsinoma parafolikular atau meduller adalah unik diantara
kanker tiroid. Karsinoma ini umumnya lebih banyak pada wanita daripada pria dan paling
sering di atas 50 tahun. Karsinoma ini dengan cepat bermetastasis, sering ketempat jauh
seperti paru, tulang, dan hati. Ciri khasnya adalah kemampuannya mensekresi kalsitonin
karena asalnya. Karsinoma ini sering dikatakan herediter.
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well
differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis
meduler adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker
anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali
lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-
anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek
radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga
merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya
riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
D. Patofisiologi
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada sarang
ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe
regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma follikuler
bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang sering dan
kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen. Adenokarsinoma
meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada
tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang
jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat dan
mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi stenosis
yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen. Dan
penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea,
faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit.
Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat
jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang
khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3
dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau
tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2) Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada
karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai
kalsifikasi stipled, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor.
Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan
tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini
cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan
murah
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan
secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah
cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi
biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3) Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan
sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan
jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor
diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma medule.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS :
1. Therapi Radiasi
Pada adenokarsinoma papiler tanpa penyebaran ke kelenjar leher sebaiknya dilakukan
istmolobektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar limf leher, kemungkinan besar telah
terjadi penyebaran melalui saluran limf di dalam kelenjar sehingga perlu dilakukan
tiroidektomi total disertai diseksi kelenjar leher pada sisi yang sama.
2. Tiroidectomi
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau sebagian dari kelenjar tiroid
akan dihapus. Kelenjar tiroid terletak di anterior bagian dari leher tepat di bawah kulit dan di
depan jakun. Tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin tubuh, yang berarti bahwa
mengeluarkan produk-produknya di dalam tubuh, ke dalam darah atau getah bening. tiroid
menghasilkan beberapa hormon yang memiliki dua fungsi utama: mereka meningkatkan sintesis protein
di sebagian besar jaringan tubuh, dan mereka meningkatkan tingkat konsumsi oksigen tubuh.
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi:
1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
a) Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau
penanggung jawab penderita
b) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
c) Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
d) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya
operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
e) Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
f) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan
terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone
tiroid seumur hidup.
2. Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
a) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
b) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
c) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu
waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
d) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
e) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan pre operasi
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
Pola makan
Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
Sistem pulmonari
Terjadinya dispnea
Kecepatan pernafasan meningkat, takipnea.
Suara nafas : krakel, ronki
Sistem pencernaan
Anoreksia berat, mual / muntah
Kekurangn zat garam
Berat badan menurun dengan cepat
Sistem kardiovaskuler
Hipotensi termasuk hipotensi postural
Nadi perifer melemah
Pengisian kapiler memanjang
Sistem muskuloskeletal
Kelemahan pada otot
Tidak mampu melakukan aktifitas / bekerja
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
Sakit kepala yang berlangsung lama yang di ikuti oleh diaforesis. kelemahan otot
Sistem reproduksi
Hilangnya tanda tanda seks sekunder
Adanya riwayat monopouse dini
e. Pemeriksaan fisik mencakup.
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher,
adanya nodule yang membesar disekitar leher.
Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik
Parastesia dan reflek tendon menurun
Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara
Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas.
f. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup
kelima komponen konsep diri.
g. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme.
2. Pengkajian keperawatan post operasi
a. Dasar data pengkajian
Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam
b. Prioritas keperawatan
Mengembalikan status hipertiroid melalui praoperatif
Mencegah komplikasi
Menghilangkan nyeri
Memberikan informasi tentang prosedur
c. Tujuan pemulangan
Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi
Nyeri hilang
Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami
Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau seluruhnya, aktivitas
sehari-hari, mempertagankan tugas-tugas rumah
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
Diagnosa Pre Operasi:
a. Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi
dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan : ansietas berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam
Kriteria hasil: Klien melaporkan kecemasan berkurang, mengungkapkan pemahaman tentang
kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh riileks.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
3.
4.
Jelaskan apa yang terjadi selama
periode pra operasi dan pasca operasi,
termasuk test laboratorium pra
op, persiapan kulit, alasan status
puasa, obat-obatan pre op, aktifitas
area tunggu, tinggal diruang
pemulihan dan program pasca
operasi.
Informasikan klien bahwa obatnya
tersedia bila diperlukan untuk
mengontrol nyeri, anjurkan untuk
memberitahu nyeri dan meminta obat
nyeri sebelum nyerinya bertambah
hebat.
Informasikan klien bahwa ada suara
serak & ketidak nyamanan menelan
dapat dialami setelah pembedahan,
tetapi akan hilang secara bertahap
dengan berkurangnya bengkak 3-5
hari.
Ajarkan & biarkan klien
mempraktekkan bagaimana
menyokong leher untuk menghindari
tegangan pada insisi bila turun dari
Pengetahuan tentang apa yang
diperlukan membantu mengurangi ansietas
& meningkatkan kerjasama klien selama
pemulihan, mempertahankan kadar
analgesik darah konstan, memberikan
kontrol nyeri terbaik.
Pengetahuan tentang apa yang diper-
kirakan membantu mengurangi an-sietas.
Praktek aktifitas-aktifitas pasca ope-rasi
membantu menjamin penurunan program
pasca operasi terkomplikasi.
Dengan mengungkapkan
perasaan membantu pemecahan masalah
dan memungkinkan pemberi perawatan
untuk mengidentifikasi kekeliruan yang
dapat menjadi sumber kekuatan. Keluarga
5.
tempat tidur atau batuk. Biarkan klien
dan keluarga mengungkapkan
perasaan tentang pengalaman
pembedahan, perbaiki jika ada
kekeliruan konsep. Rujuk pertanyaan
khusus tentang pembedahan kepada
ahli bedah.
Lengkapi daftar aktifitas pada daftar
cek pre op, beritahu dokter jika ada
kelainan dari test Lab. pre op.
adalah sistem pendukung bagi klien. Agar
efektif, sistem pendukung harus
mempunyai mekanisme yang kuat.
Daftar cek memastikan semua aktifitas
yang diperlukan telah lengkap. Aktifitas
ini dirancang untuk memas-tikan klien
telah siap secara fisiologis untuk operasi
dan mengurangi resiko lamanya
penyembuhan.
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan
diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan : Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktifsetelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x 24 jam.
Kriteria hasil :
Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.
Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit.
Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.
Rencana Tindakan
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
Bantu klien dan keluarga dalam
menghadapi kekhawatiran terhadap
situasi: resikonya, pilihan yang ada serta
bantuan yang didapat.
Ciptakan lingkungan rumah sakit yang
Klien & keluarga mengetahui segala
sesuatu yang mungkin dapat
menyebabkan kekhawatiran serta
dapat mengatasinya.
Klien merasa terlindungi rasa
3.
4.
5.
bersifat pribadi danmendukung untuk
klien dankeluarga.
Libatkan anggota keluarga dalam
perawatan anggota keluarga yang sakit
bila memungkinkan.
Bantu anggota keluarga untuk
mengubah harapan-harapan klien yang
sakit dalam suatu sikap yang realistis.
Buatlah daftar bantuan profesional lain
bila masalah-masalah meluas diluar
batas-batas keperawatan
amannya.
Klien mendapat perhatian & kasih
sayang dari keluarganya & keluarga
dapat berperan lebih aktif dalam
merawat klien.
Harapan yang tidak realistis
membuat kelurga berpikir tidak
objektif.
Dengan mengetahui bantuan
profesional diharapkan
kliendan keluarga dapat mencari
alternatif dan usaha lain dalam
mengobati dan merawat klien.
Diagnosa Post Operasi
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya
perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada
kelenjar paratiroid.
Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam.
Kriteria hasil :
1. Mengeluarkan/membersihkan sekret dan bebas aspirasi.
2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/memtertahankan jalan nafas bersih dalam
tingkat kemampuan/situasi
Rencana Tindakan
NO. INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Monitor tanda-tanda respiratori distres,
sianosis, takipnea dannafas yang
berbunyi.
Periksa balutan leher setiap jam pada
periode awal post op, kemudian tiap 4
jam.
Monitor frekuensi dan jumlah drainase
serta kekuatan balutan.
Periksa sensasi klien karena keketatan
disekeliling tempat insisi.
Pertahankan klien dalam posisi semi
fowler dengan diberi kantung es (ice
bag) untuk mengurangi bengkak.
Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2
jam tanpa merubah nada atau keparauan
suara.
Siapkan peralatan emergency untuk
Memonitor dan mengkaji terus
menerus dapat membantu untuk
mendeteksi dan mencegah masalah
pernafasan.
Pembedahan didaerah leher dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas
karena adanya edem post op.
Dengan mempertahankan
posisidan pemberian es dapat
mengurangi pembengkakan.
Kerusakan pada saraf laringeal selama
pembedahan tiroid dapat menyebabkan
penutupan glottis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau
pemotongan kelenjar paratiroid dapat
menyebabkan tetani danlaringospasm.
tracheostomy, suction, oksigen,
perlengkapan benang jahit bedah dan
kalsium IV, dalam keadaan siap pakai.
Persiapan untuk gawat darurat
memastikan pemberian perawatan yang
cepat dan tepat.
d. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam
Kriteria: Tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks, melaporkan nyeri dapat berkurang/hilang.
Dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2
3.
Berikan analgesik narkotik yang diresepkan &
evaluasi keefektifannya.
Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan-
tindakan untuk mencegah peregangan pada
insisi seperti:
menyokong leher bila bergerak di tempat
tidur & bila turun dari tempat tidur.
menghindari hiper ekstensi & fleksi akut
leher.
Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut,
dan relaksasi progresif.
Analgesik narkotik perlu pada
nyeri hebat untuk memblok
rasa nyeri.
Peregangan pada garis jahitan
adalah sumber ketidak
nyamanan.
Membantu untuk
memfokuskan kembali
perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi
nyeri/rasa tidak nyaman.
e. Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan tiroidektomi,
edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan
kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam.
Kriteria : Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia, kerusakan saraf
laringeal, obstruksi jalan nafas, ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
Perdarahan:
d. Pantau:
TD, nadi, RR setiap 224 jam. Bila
stabil setiap 4 jam.
Status balutan: inspeksi dirasakan
dibelakang leher setiap 2x 24 jam,
kemudian setiap 8 jam setelahnya.
e. Beritahu dokter bila drainase
merah terang pada balutan/penurunan
TD disertai peningkatan frekuensi nadi
& nafas.
f. Tempatkan bel pada sisi tempat
tidur & instruksikan klien untuk
memberi tanda bila tersedak atau sensasi
tekanan pada daerah insisi terasa. Bila
gejala itu terjadi, kendur-kan balutan,
cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan
klien pada posisi semi fowler, beritahu
dokter.
Obstruksi jalan nafas:
a) Pantau pernafasan setiap 224
jam.
Untuk mendeteksi tanda-tanda awal
perdarahan. Temuan ini menandakan
perdarahan berlebihan dan perlu
perhatian medis segera.
3.
4.
b) Beritahu dokter bila keluhan-
keluhan kesulitan pernafasan,
pernafasan tidak tertur atau tersedak.
c) Pertahankan posisi semi fowler
dengan bantal dibelakang kepala untuk
sokongan
d) Anjurkan penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam untuk merangsang
pernafasan dalam.
e) Jamin bahwa O2 dansuction siap
tersedia di tempat.
Infeksi luka:
a. Ganti balutan sesuai program
dengan menggunakan teknik steril.
Beritahu dokter bila ada tanda-tanda
infeksi.
Kerusakan saraf laringeal:
a. Instruksikan klien untuk tidak banyak
bicara.
Laporkan peningkatan suara
serak dan kelelahan suara.
Hipokalsemia:
a. Pantau laporan-laporan kalsium
serum.
b. Beritahu dokter bila keluhan-
keluhan kebal, kesemutan pada bibir,
jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau
kadar kalsium di bawah rentang
Untuk mendeteksi tanda-tanda awal
obstruksi pernafasan.
Temuan-temuan ini menandakan
kompresi trakeal yang dapat disebabkan
oleh perdarahan, perhatian medis untuk
mencegah henti nafas.
Posisi tegak memungkinkan ekspansi
paru lebih penuh & membantu menu-
runkan bengkak.
Pernafasan dalam mempertahankan
alveoli terbuka untuk mencegah ate-
lektasis.
Untuk digunakan bila terjadi kompresi
trakea.
Untuk melawan/mencegah masuknya
bakteri.
Temuan ini menandakan infeksi
luka dan perlu terapi antibiotik.
Untuk menurunkan tegangan pada pita
suara.
Perubahan-perubahan ini menunjukkan
kerusakan saraf laringeal, dimana hal ini
tidak dapat disembuhkan.
5.
6.
normal.
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a. Pantau kadar T3 dan T4 serum.
b. Berikan penggantian hormon tiroid
sesuai pesanan.
Perubahan kadar kalsium serum terjadi
sebelum manifestasi ketidak seimbangan
kalsium.
Temuan ini menandakan
hipokalsemia dan perlunya penggantian
garam kalsium.
Untuk mendeteksi indikasi awal
ketidakseimbangan hormon tiroid.
Hormon tiroid penting untuk fungsi
metabolik normal
f. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : mampu memenuhi rencana pemeliharaan dirumah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria: Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, melakukan latihan
dengan benar, mengungkapkan kepuasan dengan rencana perawatan dirumah, menghindari
terjadinya komplikasi.
Rencana Tindakan:
NO INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
Berikan instruksi untuk latihan leher fleksi,
ekstensi dan latihan rotasi setelah jahitan di
angkat hari ke-7.
Hubungi dokter bila ada tanda-tanda
Latihan-latihan ini untuk memban-
tu mencegah kontraktur otot leher.
Terapi antibiotik untuk mengatasi
3.
4.
infeksi.
Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan
informasi tentang obat
pengganti dan harus digunakan untuk
sepanjang hidup.
Berikan instrumen tertulis untuk aktifitas
perawatan diri, perjanjian,
evaluasi dan obat-obatan, klien kemudian
evaluasi pemahaman instruksi.
infeksi.
Pemahaman hubungan antara
kondisi dan terapi membantu
mengembangkan kepatuhan klien.
Instruksi verbal mungkin mudah
dilupakan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, Pedoman Asuhan
Keperawatan, Edisi ke-3. Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta
Sutjahjo, Ari. 2006. Endokrin Metabolik. Surabaya : Airlangga University Press
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-
kedokteran/endokrinologi-metabolik-penyakit-dalam/2010/11/08/neoplasme-tiroid/
http://belibis-a17.com/2008/04/25/karsinoma-tiroid/
http://www.klinikindonesia.com/bedah/bedah.php
Greenspan Francis S, Baxter Jhon D, 1995, Endokrinologi, Edisi ke-4. Jakarta : EGC
Noer Sjaifoellah, 1996, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik
namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan
kecemasan yang tinggi. Perawat memperoleh data dasar klien berdasarkan tingkat
pengetahuannya mengenai penyakit, coping skills dan dari hubungan keluarga. Perawat
menganjurkan klien untuk mengungkapkan rasa takutnya dan mendiskusikan penyakitnya.
GambaranHistologis
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:
1. Karsinoma Folikuler.
2. Karsinoma Papilar.
3. Karsinoma Medular.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
5. Lain-lain.
Menurut Mc Kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang dipakai
untuk pelaksanaan sehari-hari, yaitu:
1. Karsinoma Tiroid Papilar.
2. Karsinoma Tiroid Folikular.
3. Karsinoma Tiroid Medular.
4. Karsinoma Tiroid Anaplastik.
Manifestasi klinik awal dari karsinoma tiroid adalah berbentuk menyendiri dan suatu nodul
dikelenjar tiroid yang tidak menimbulkan rasa sakit. Tanda dan gejala tambahan tergantung
pada ada tidaknya metastase serta lokasi metastase (penyebaran sel kanker) itu sendiri.
1. KARSINOMA PAPILAR
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau
kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
2. KARSINOMA FOLIKULAR
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai
kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar
ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang
kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai The Recurrent
Laringeal Nerves, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya
masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
3. KARSINOMA MEDULAR
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 10 % dari seluruh karsinoma
tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya
melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering
terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang
juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari
kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. KARSINOMA ANAPLASTIK
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker
jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan
gejala seperti:
- Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring)
- Suara serak
- Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun
setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat
diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Gambaran Klinis
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan
tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
- Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Nodul teraba keras.
- Fiksasi daerah sekitar.
- Paralisis pita suara.
- Pembesaran kelenjar limpa regional.
- Adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah:
- Usia < 20 tahun atau > 60 tahun.
- Riwayat radiasi leher.
- Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
- Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
- Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Secara klinis karsinoma tiroid dibagi menjadi kelas-kelas, yaitu:
I. Infra Tiroid.
II. Metastasis Kelenjar Limpa Leher.
III. Invasi Ekstra Tiroid.
IV. Metastasis Jauh.
V. Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar,
gangguan dan rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak,
limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke
paru-paru, tulang dan hati.
Penatalaksanaan
1. Operasi (Tiroidektomi).
2. Radiasi internal/eksternal.
3. Kemoterapi.
4. Hormonal.
5. Lain-lain
Evaluasi
Dilakukan dengan pemeriksaan sidik seluruh tubuh, dikombinasi dengan
pemeriksaan kadar tiroiglobulin (Tg) serum secara berkala pada 3-6 bulan
pertama. Tg dipengaruhi oleh TSH dan cenderung meningkat bila masih
ada sisa kelenjar tiroid. Kadar Tg kurang dari 1 ng ml selama hormon
dihentikan, menunjukkan terapi ablasi telah berhasil. Tg dianggap sebagai
pertanda karsinoma tiroid yang cukup sensitif tetapi tidak spesifik.
Pemeriksaan kadar kalsitonin untuk karsinoma medular merupakan
petunjuk adanya metastasis.
Evaluasi berkala sangat penting karena karsinoma tiroid yang sudah
dinyatakan berhasil ablasinya ternyata setelah 5-10 tahun proses keganasan
bisa timbul kembali. Dianjurkan kontrol 1 tahun untuk 5 tahun pertama
setelah dinyatakan ablasi total berhasil, kemudian tiap 2 tahun sekali.
Laboratorium dan Radiologi
- DL
- SGOT
- SGPT
- BSH
- > 40 tahun EKG
- Foto Servikal Foto Thoraks
- BMR (Basal Metabolic Rate) 3 hari berturut-turut pada malam hari.
- Pemeriksaan T3 dan T4
Patofisiologi kanker tiroid tidak sepenuhnya didefinisikan. Perubahan dari beberapa faktor
molekuler yang telah dikaitkan dengan keganasan tiroid. Ini termasuk faktor proliferatif
seperti hormon pertumbuhan dan onkogen, dan faktor penghambat apoptosis dan sel-siklus
seperti penekan tumor.
Perilaku fisiologis tergantung pada jenis tumor. Kanker tiroid dianggap mencerminkan
sebuah kontinum dari sumur dibedakan anaplastik, ditandai dengan awal dan akhir peristiwa
genetik. Sampai dengan sepertiga dari pasien dengan kanker tiroid dibedakan pengalaman
tumor de-diferensiasi, disertai dengan peningkatan tumor grade dan hilangnya fungsi tiroid-
spesifik seperti akumulasi yodium.
Karsinoma papiler cenderung menyebar ke kelenjar getah bening lokal, sedangkan sel folikel dan
Hurthle lebih sering menyebar pada hematogen. Kanker tiroid anaplastik sangat langka, agresif,
karsinoma dibedakan dengan kecenderungan tinggi untuk invasi lokal dan penyebaran metastasis.
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI
A. Pengertian
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik, dan meduler. (http://www.kapukonline.com)
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik
namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan
kecemasan yang tinggi.
B. Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena
kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi
kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-
anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.
3. Faktor genetik.
Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.
C. Patofisiologi Kanker Tiroid
Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan dengan kelenjar
tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan scintiscan,
nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang kurang, suatu lesi
dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid
adalah ekografi tiroid. Teknik ini memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa
padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya
merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula yang
teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan limfadenopati
satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi
suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang
lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik
dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan
biologiknya : papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik. (Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal, dingin pada
scan isotop, dan padat pada ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda dengan bagian-
bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa nodul dominan lebih
besar, lebih keras dan jelas dari bagian sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler,
terutama pada anak-anak, disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan
teliti biasanya akan mengungkapkan nodul dingin pada tiroid. Jarang, akan perdarahan,
nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan
terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari kista
murni yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai
suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan
lain seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada vascular
stalk, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan
pucat sering mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira
40% karsinoma papiler membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari
tonjolan papil disebut psammoma body, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler.
Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan dengan invasi kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka bisa jadi lebih agresif dan
menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat
menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam
pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa
penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh cepat dan
berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab
kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi
tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil walaupun pembentukan
koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular
kecuali dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada
karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan
invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-
sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang sering kali
mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap mempunyai kemampuan untuk
mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk
mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini lebih ada
kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita
yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh
mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma sel Hurthle yang ditandai dengan sel-sel
sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda berisi mitokondria.
Mereka bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan
radioiodin. Karsinoma campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar.
Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan untuk
mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari badan
brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin, serotonir, dan
peptida-peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang
dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin
yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang
bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan
suatu pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi tidak
seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah bening dan
ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah dan metastasisi
ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic
antigen) yang disekresi oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-
up. Kira-kira sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan kelenjar multipel
(Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II ditandai dengan
dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada lidah, bibir, dan
usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma medular di diagnosis
dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka penting kiranya pasien
diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dan anggota diperiksa
untuk adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum setelah
stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma medular.
Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus 0,5g/kg, dan contoh darah vena
diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal kalsitonin serum pada menit ke 3
atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada
kromosom 10, dan sekarang memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan
polimorfisme panjang fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi
anggota keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang
berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk karsinoma sel kecil, sel
raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter
yang lama dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai
membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara,
kematian akibat perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini
sangat resisten terhadap pengobatan.
D. Tanda dan Gejala
1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat
jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain
E. Pemeriksaan Penunjang Kanker Tiroid
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang
khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3
dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau
tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada
karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai
stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa
tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan
tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini
cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan
murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan
secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah
cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi
biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan
sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan
jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor
diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
F. Penatalaksanaan medic
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus tiroid, beserta
bagian ismus dari kelenjar tiroid.
b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid sekitarnya pada
satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian
posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid seluruhnya pada
satu sisi.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu
lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA menunjukkan neoplasma
folikuler. Bila hasil pemeriksaan histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid,
maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor
prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid disekitarnya
pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal
dibagian posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid
pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral dengan
menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu
lobus dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum melewati garis tengah, untuk
menghindari kelenjar paratiroid bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur
ini harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium
radioaktif.
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid.
Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor
prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe anaplastik yang
masih operabel.
2. Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian
pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan
sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan
limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor.
Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel
tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai
seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan
atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna
untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil
dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi
gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup
penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering
disebut sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan
jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah
atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah
metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat
ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat
tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada
sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi
kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah
cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa
bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan
usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan
berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko
infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat
sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat
emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat
dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi
karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya,
penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel
darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan
untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan.
Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko
pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya diberikan
terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel
folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa
jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan
hanya oleh sel tiroid.
Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar hormone
tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen terstimulasi
hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.
d. Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total.
Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena
keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01
mU/L.
G. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain
pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak
diperlukan sebagai pofilaksis lagi. (Sutjahjo, 2006, hal:86)
Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1. Minor : seroma
2. Jarang : kerusakan trunkus simpatikus
3. Mayor : perdarahan intraoperatif
4. Perdarahan pasca operatif
5. Trauma pada n. laringeus rekuren/ superior
6. Hipoparatiroidisme
7. Hipotiroidisme
8. Krisis tiroid
9. Infeksi
H. Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi medikamentosa atau
yang kambuh
2. Tumor jinak dan ganas tiroid
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang
I. Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Aktivitas / latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,atrofi
otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea
b. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare.
c. Koping / pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
d. Nutrisi dan metabolik
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4C.Pembesaran tiroid, edema non-pitting
terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
e. Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan, hiperaktif reflek
tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi, nyeri dada (angina).
f. Reproduksi / seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten.
2. Post operasi
Dasar data pengkajian
a. Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
b. Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
c. Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operatif
a. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi
stressor yang membebani sumber-sumber individu.
Kriteria Hasil :
Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas,
koping.
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stres
Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa
kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.
3) Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya.
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang
tersedia mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
1) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
2) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
3) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan
absorpsi nutrisi yang diperlukan.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
c. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mendemonstrasikan tidak ada
cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol
Kriteria Hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi :
1) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur.
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi
2) Pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan
kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
3) Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena
pembedahan pada syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk meringankan rasa nyeri.
Post operatif
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas(spasme jalan napas).
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan dengan pertukaran gas dan
ventilasi tidak berbahaya.
Mudah untuk bernapas.
Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.
Saturasi O2 dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional : pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya distres
pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional : ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laryngeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
3) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4 jam.
Rasional : Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena
adanya edem post operasi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat mengendalikan
nyeri dan dapat berkurang.
Kriteria hasil :
Tidak ada rintihan
ekspresi wajah rileks
melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas
(skala 0-10), dan lamanya.
Rasional : bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi
menentukan efektivitas terapi.
2) Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal
kecil.
Rasional : mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan
3) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut,
relaksasi progresif.
Rasional : membantu untyuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien
untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
4) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.
Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
c. Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahanberhubungan dengan tiroidektomi, edema
pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan
saraf laringeal.
Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam.
Kriteria hasil :
Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
Hiperkalemia
Kerusakan saraf laryngeal
Obstruksi jalan nafas
Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi
Intervensi :
Perdarahan:
1) Pantau:
a) TD, nadi, RR setiap 224 jam. Bila stabil setiap 4 jam.
b) Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8
jam setelahnya.
2) Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai
peningkatan frekuensi nadi & nafas.
3) Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila
tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-kan
balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler, beritahu dokter.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan ini menandakan
perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Intervensi :
Obstruksi jalan nafas:
1) Pantau pernafasan setiap 224 jam.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.
2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak tertur atau
tersedak.
Rasional : Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang dapat disebabkan oleh
perdarahan, perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
3) Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan
Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-
runkan bengkak.
4) Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan
dalam.
Rasional : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.
5) Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.
Rasional : Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
Intervensi:
Infeksi luka:
1) Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
2) Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Intervensi:
Kerusakan saraf laringeal:
1) Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
Rasional : Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
2) Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Rasional : Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimana hal
ini tidak dapat disembuhkan.
Intervensi:
Hipokalsemia:
1) Pantau laporan-laporan kalsium serum.
Rasional : Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak
seimbangan kalsium.
2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki,
kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.
Rasional : Temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya penggantian garam kalsium.
Intervensi:
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
1) Pantau kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
2) Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.
Rasional : Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik norma
http://krisbudadharma.blogspot.com/2013/02/kris-boedda-blog's.html
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.(http://www.kapukonline.com)
b. Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik
namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan
kecemasan yang tinggi.
B. Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena
kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi
kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atasterutama anak-anak
yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.
3. Faktor genetik.
Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.
C.Patofisiologi Kanker Tiroid
Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan dengan kelenjar
tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan scintiscan,
nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang kurang, suatu lesi
dingin. Teknik diagnostiklain yang dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid
adalah ekografi tiroid. Teknik ini memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa
padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya
merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula yang
teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan limfadenopati
satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi
suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang
lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik
dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan
biologiknya : papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik.
(Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal, dingin pada
scan isotop, dan padat pada ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda dengan bagian-
bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa nodul dominan lebih
besar, lebih keras dan jelas dari bagian sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler,
terutama pada anak-anak, disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan
teliti biasanya akan mengungkapkan nodul dingin pada tiroid. Jarang, akan perdarahan,
nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan
terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari kista
murni yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai
suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan
lain seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada vascular
stalk, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan
pucat sering mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira
40% karsinoma papiler membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari
tonjolan papil disebut psammoma body, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler.
Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan dengan invasi kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka bisa jadi lebih agresif dan
menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat
menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam
pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa
penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh cepat dan
berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab
kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi
tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil walaupun pembentukan
koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular
kecuali dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada
karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan
invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-
sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang sering kali
mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap mempunyai kemampuan untuk
mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk
mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini lebih ada
kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita
yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh
mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma sel Hurthle yang ditandai dengan sel-sel
sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda berisi mitokondria.
Mereka bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan
radioiodin. Karsinoma campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar.
Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan untuk
mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari badan
brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin, serotonir, dan
peptida-peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang
dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin
yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang
bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan
suatu pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi tidak
seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah bening dan
ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah dan metastasisi
ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic
antigen) yang disekresi oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-
up. Kira-kira sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan kelenjar multipel
(Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II ditandai dengan
dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada lidah, bibir, dan
usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma medular di diagnosis
dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka penting kiranya pasien
diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dan anggota diperiksa
untuk adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum setelah
stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma medular.
Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus 0,5g/kg, dan contoh darah vena
diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal kalsitonin serum pada menit ke 3
atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada
kromosom 10, dan sekarang memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan
polimorfisme panjang fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi
anggota keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang
berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk karsinoma sel kecil, sel
raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter
yang lama dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai
membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara,
kematian akibat perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini
sangat resisten terhadap pengobatan.
A. Tanda dan Gejala
1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat
jakun.
Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
B. Pemeriksaan Penunjang Kanker Tiroid
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang
khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3
dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau
tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada
karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai
stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa
tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah
bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan
tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya
infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini
cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan
murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan
secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah
cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi
biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan
sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan
jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor
diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
C. Penatalaksanaan medik
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus tiroid, beserta
bagian ismus dari kelenjar tiroid.
b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid sekitarnya pada
satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian
posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid seluruhnya pada
satu sisi.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu
lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA menunjukkan neoplasma
folikuler. Bila hasil pemeriksaan histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid,
maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor
prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid disekitarnya
pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal
dibagian posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid
pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral dengan
menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu
lobus dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum melewati garis tengah, untuk
menghindari kelenjar paratiroid bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur
ini harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium
radioaktif.
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid.
Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor
prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe anaplastik yang
masih operabel.
2. Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian
pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan
sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan
limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor.
Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel
tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai
seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan
atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna
untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil
dan berhenti menyebar.
3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi
gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup
penderita lebih nyaman.
4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering
disebut sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan
kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1. Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan
jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.
2. Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah
atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah
metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat
ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat
tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada
sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi
kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah
cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa
bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan
usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan
berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko
infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat
sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat
emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat
dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi
karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya,
penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel
darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan
untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan.
Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko
pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya diberikan
terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel
folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
1. Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2. Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa
jaringan tiroid normal.
3. Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan
hanya oleh sel tiroid.
Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar hormone
tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen terstimulasi
hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.
d. Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total.
Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena
keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01
mU/L.
D. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
a. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain
pada pasien setelah operasi.
b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
c. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
d. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak
diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
(Sutjahjo, 2006, hal:86)
Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a. Minor : seroma
b. Jarang : kerusakan trunkus simpatikus
c. Mayor : perdarahan intraoperatif
Perdarahan pasca operatif
Trauma pada n. laringeus rekuren/ superior
Hipoparatiroidisme
Hipotiroidisme
Krisis tiroid
Infeksi
E. Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi medikamentosa atau
yang kambuh
2. Tumor jinak dan ganas tiroid
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang
ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI
A. Konsep dasar
1. Pengkajian
a. Pre Operasi
1. Aktivitas / latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat,atrofi otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea
2. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare.
3. Koping / pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
4. Nutrisi dan metabolik
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4C.Pembesaran tiroid, edema non-pitting
terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
5. Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan, hiperaktif reflek
tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi, nyeri dada (angina).
6. Reproduksi / seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten.
b. Post operasi
1. Dasar data pengkajian
a. Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
b. Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
c. Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam
2. Prioritas keperawatan
a. Mengembalikan status hipertiroid melalui praoperatif
b. Mencegah komplikasi
c. Menghilangkan nyeri
d. Memberikan informasi tentang prosedur
3. Tujuan pemulangan
a. Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi
b. Nyeri hilang
c. Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami
d. Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau seluruhnya,
e. Aktivitas sehari-hari, mempertahankan tugas-tugas rumah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operatif
1. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi stressor
yang membebani sumber-sumber individu.
Kriteria Hasil :
b. Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas,
koping.
c. Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stres
d. Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
b. Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.
c. Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya.
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.
Evaluasi :
Klien mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber individu.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang tersedia
mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
a. Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
b. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
c. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
d. Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
a. Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b. Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan
adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c. Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan
absorpsi nutrisi yang diperlukan.
d. Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
Evaluasi:
Tingkat zat gizi yang tersedia untuk klien mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mendemonstrasikan tidak
ada cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol
Kriteria Hasil :
Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi :
a. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur.
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi
b. Pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan
kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
c. Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena
pembedahan pada syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
d. Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk meringankan rasa nyeri.
Evaluasi :
Pasien mampu mendemonstrasikan tidak ada cedera dengan komplikasi minimal atau
terkontrol
b. Post operatif
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas(spasme jalan napas).
Tujuan :
Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...
x 24 jam.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan dengan pertukaran gas
dan ventilasi tidak berbahaya.
b. Mudah untuk bernapas.
c. Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.
d. Saturasi O2 dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional: pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya distres
pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
b. Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional: ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laryngeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
c. Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4 jam.
Rasional: Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena
adanya edem post operasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat mengendalikan nyeri dan
dapat berkurang.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada rintihan
b. ekspresi wajah rileks
c. melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas
(skala 0-10), dan lamanya.
Rasional: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi
menentukan efektivitas terapi.
b. Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal
kecil.
Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan
c. Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut,
relaksasi progresif.
Rasional: membantu untyuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk
mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
d. Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.
Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
Evaluasi :
Nyeri pada klien dapat berkurang
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahanberhubungan dengan tiroidektomi,
edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan
dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan:
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
... x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
b. Hiperkalemia
c. Kerusakan saraf laryngeal
d. Obstruksi jalan nafas
e. Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi
Intervensi :
Perdarahan:
a. Pantau:
1. TD, nadi, RR setiap 224 jam. Bila stabil setiap 4 jam.
2. Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8
jam setelahnya.
b. Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai
peningkatan frekuensi nadi & nafas.
c. Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila
tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-kan
balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler, beritahu dokter.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan.Temuan ini menandakan
perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Intervensi :
Obstruksi jalan nafas:
a. Pantau pernafasan setiap 224 jam.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.
b. Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak tertur atau
tersedak.
Rasional : Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang dapat disebabkan oleh
perdarahan, perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
c. Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan
Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-runkan
bengkak.
d. Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan
dalam.
Rasional : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.
e. Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.
Rasional : Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
Intervensi:
Infeksi luka:
a. Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
b. Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
Rasional: Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Intervensi:
Kerusakan saraf laringeal:
a. Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
Rasional: Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
b. Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Rasional: Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimana hal ini
tidak dapat disembuhkan.
Intervensi:
Hipokalsemia:
a. Pantau laporan-laporan kalsium serum.
Rasional : Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak seimbangan
kalsium.
b. Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki,
kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.
Rasional : Temuan ini menandakan hipokalsemia danperlunya penggantian garam kalsium.
Intervensi:
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a. Pantau kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
b. Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.
Rasional : Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik normal