Anda di halaman 1dari 24

GAGAL HEPAR 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi,
penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-
jaringan, struktur dan fungsi dari hati. Efek-efek jangka panjang tergantung dari
kehadiran tipe penyakit hatinya. Contohnya, hepatits kronis dapat menyebabkan
gagal hati, penyakit-penyakit pada bagian lain tubuh, seperti kerusakan ginjal .
Gagal hepar merupakan hasil akhir semua penyakit hati, hati melaksanakan
beberapa macam fungsi yang terpisah dalam tubuh. Ketika hati mengalami
kegagalan, akan timbul suatu sindrom yang kompleks melibatkan gangguan pada
banyak organ serta fungsi tubuh. fek-efek jangka panjang lainnya dapat termasuk
encephalopathy adalah memburuknya fungsi otak yang dapat berlanjut ke koma
hingga kematian

1.2. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui tentang gagal hepar, penyebab dari gagal
hepar, proses terjadinya gagal hepar dan bagaimana cara merencanakan dan
melakukan tindakan untuk mengatasi gangguan pada gagal hepar.






GAGAL HEPAR 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Hepar
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut dan di bawah diafragma. Beratnya 1400 1600 gram atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya
akan persediaan darah. Permukaan luar hepar dibungkus dengan kapsul jaringan
fibrosa dan dilingkupi oleh peritoneum viseral. Secara anatomis hepar terbagi
menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus quadratus dan lobus kaudatus,
dimana lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme.
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :
a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan
nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air,
dan mineral.
b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica
mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat
racun dari darah sinusoid

GAGAL HEPAR 3

2.2. Fisiologi Hepar
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Hati merupakan
pusat dari metabolisme seluruh tubuh sirkulasi vena porta yang menyuplai 75%
dari suplai asinus memegang peranan penting dalam fisiologi hati, terutama dalam
hal metabolisme karbohidrat, protein dan asam lemak. Macam-macam fungsi hati,
yaitu :
A. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling
berkaitan satu sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari
usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu
ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi
glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenelisis.
Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh,
selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan
terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:
Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan
membentuk biosintesis senyawa 3 karbon yaitu piruvic acid (asam piruvat
diperlukan dalam siklus krebs).
B. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus
mengadakan katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa
komponen :
1. Senyawa 4 karbon Keton Bodies
2. Senyawa 2 karbon Active Acetat (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi
kholesterol .Dimana serum kolesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme
lipid
GAGAL HEPAR 4

C. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses
deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan
proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non
nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan
- globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product
metabolisme protein. - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di
limpa dan sumsum tulang globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin
mengandung 584 asam amino dengan BM 66.000.
D. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan
dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V,
VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah yang beraksi adalah
faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah
faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan
faktor XIII, sedangakan Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin
dan beberapa faktor koagulasi.
E. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K.
F. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses
oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam
bahan seperti zat racun, obat over dosis.
G. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai
bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi -
globulin sebagai imun livers mechanism.
H. Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang
normal 1500 cc/menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di
dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke
GAGAL HEPAR 5

hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan
dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari,
shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
I. Regenerasi Hati
Bebeda dengan organ padat lainnya, hati orang dewasa tetap mempunyai
kemampuan untuk beregenerasi. Ketika kemampuan hepatosist untuk bergenerasi
sudah terbatas, maka sekelompok sel pluripotensial oval yang berasal duktulus-
empedu akan berproliferasi sehingga terbentuk kembali sel-sel hepatosit dan sel
sel bilier yang tetap mempunyai kemampuan beregenarasi.

2.3. Gagal Hepar
Gagal hati adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidak-mampuan sel
hati untuk beregenerasi, menyebabkan kerusakan hati dan hilangnya fungsi hati.
Gagal hepar merupakan hasil akhir semua penyakit hati, hati melaksanakan
beberapa macam fungsi yang terpisah dalam tubuh. Ketika hati mengalami
kegagalan, akan timbul suatu sindrom yang kompleks melibatkan gangguan pada
banyak organ serta fungsi tubuh. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan gagal
hati adalah tranplantasi hati.
Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah terutama yang
terjadi dengan kecanduan alcohol atau keracunan oleh racun, Obat-obat terentu
yang merupakan racun bagi hati, Trauma atau luka. Jika hati menjadi radang atau
terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini jadi
melemah. Pemicu terjadinya gagal hati ini bisa jadi diakibatkan oleh virus
hepatitis, sirosis, atau akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Sebagian besar
hati harus terlebih dahulu mengalami kerusakan sebelum terjadinya kegagalan
hati
Gagal hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu gagal hati akut dan gagal hati
kronis.


GAGAL HEPAR 6


A. Gagal Hepar Akut
Gagal hati akut atau istilah lainnya fulminant hepatic failure, ini terjadi
ketika hati dengan cepat kehilangan kemampuannya untuk berfungsi. Penyakit ini
umumnya berkembang secara perlahan-lahan. Namun pada kasus gagal hati akut,
penyakit ini dapat berkembang hanya dalam hitungan hari.
Sebab tersering dari gagal hepar akut adalah hepatitis virus baik hepatitis A
dan B. Virus lain juga dapat menyebabkan gagal hati akut pada individu
immunocompromised antara lain herpes simplex, cytomegalovirus, Ebstein-
barr dan varicella.
Gagal hepar akut dapat juga disebabkan oleh reaksi obat hepatotoksis, yang
tersering meliputi obat anestesi, AINS, antidepresan dan isoniazid yang diberikan
bersama rifampicin, juga overdosis acetaminofen dan karbon tetraklorida (CCl
4
).

B. Gagal Hepar Kronis
Gagal hati kronis adalah kondisi dimana hati mengalami kegagalan selama
berbulan-bulan sampai tahunan. Gagal hati kronis seringkali disebabkan oleh
hepatitis B dan C, asupan alkohol berlebihan dalam jangka panjang dan dapat juga
disebabkan oleh sirosis.
Gagal hati kronis berkembang dari waktu ke waktu , namun dapat
membunuh seseorang dengan sangat cepat. Sirosis dan kanker hati adalah dua
penyebab gagal hati kronis. Pasien gagal hati kronis mengalami ikterus yg
semakin parah seiring penyakit berkembang.

Gagal hati akut dapat terjadi pada pasien dengan gagal hati kronis. Kondisi
ini disebut acute-on-chronic liver failure. Contohnya adalah orang yang memiliki
gagal hati kronis karena sirosis dan kemudian memiliki gagal hati akut yang
terpisah yang disebabkan oleh penyebab yang lain.



GAGAL HEPAR 7


2.4. Etiologi
A. Gagal Hepar akut dapat disebabkan oleh :
1) Virus :
Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit jinak yang dapat sembuh sendiri dengan masa
inkubasi dua hingga 6 minggu. HAV menyebabar melalui ingesti makanan dan
minuman yang menyebar melaui makanan yang tercemar dan dikelaurkan melalui
feses selama dua hingga tiga minggu dan satu minggu setelah onset ikterus. HAV
adalah pikornavirus RNA untai tunggal (single-stranded, ssRNA) yang kecil dan
tidak berselubung. Virus itu sendiri dampaknya tidak bersifat sitotoksik terhadap
hepatosit sehingga cedera hati terjadi akibat kerusakan imunologis hepatosit yang
terinfeksi.
Pengeluaran virus melalui feses berakhir seiring dengan meningkatnya titer
IgM. Respon IgM menurun dalam beberapa bulan, disertai munculnya IgG anti
HAV. Yang terakhir ini menetap seumur hidup, menimbulkan imunitas terhadap
reinfeksi oleh semua strain HAV (karena bermanfaat untuk vaksinasi).

Hepatitis B
HBV dapat menyebabkan
1) hepatitis akut dengan pemulihan dan hilangnya virus
2) Hepatits kronis nonprogresif
3) penyakit kronis progresif yang berakhir dengan sirosis
4) hepatitis fulminan dengan nekrosis hati masif, dan
5) keadaan asimtomatik, dengan atau tanpa penyakit subklinis progresif.
HBV juga berperan penting dalam terjadinya karsinoma hepatoseluler.
Sementara darah dan cairan tubuh merupakan kendaran utama untuk
penularan virus juga dapat menyebar melalui kontak dengan sekret tubuh, seperti
semen, air liur, keringat, air mata, air susu dan efusi patologis.
GAGAL HEPAR 8

HBV adalah anggota Hepadnaviridae, kelompok virus DNA yang
menyebabkan hepatitis diberbagai spesies hewan. Genom HBV merupakan
molekul DNA sirkuler untai-ganda parsial dengan 3200 nukletida.
Hepatosit yang terinfeksi dapat menyintesis dan menyekreksi protein
permukaan non-infektif (HBsAg) dalam jumlah besar yang muncul dalam sel dan
serum sebagai struktur bulat dan tubuler bergaris tengah 22nm.
Setelah terpajan virus, terjadi masa inkubasi asimtomatik yang lama (4
hingga 26 minggu, rerata 6 sampai 8 minggu) diikuti penyakit akut yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
HBV tidak secara langsung menyebabkan cedera hepatosit . Yang terutama,
banyak pembawa virus kronis memiliki virion di dalam hepatosit mereka tanpa
memperlihatkan tanda cedera sel. Kerusakan hepatosit diperkirakan terjadi akibat
kerusakan sel yang terinfeksi virus sel T sitotoksit CDB+

Virus Epstein-Barr, cytomegalovirus, dan herpes simpleks.

2) Overdosis Acetaminophen
Acetaminophen merupakan obat yang paling laku dan paling banyak
dikonsumsi untuk menurunkan panas badan, juga dapat digunakan untuk
meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Mengkonsumsi
acetaminophen dengan dosis yang sangat besar secara sekaligus dapat
menyebabkan gagal hati akut. Begitu pun jika mengkonsumsi acetaminophen
dengan dosis lebih tinggi dari yang direkomendasikan setiap harinya selama
beberapa hari berturut-turut, terlebih pada penderita penyakit hati kronis.
Asetaminofen merupakan derivat para amino fenol, penghambat
prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti
inflamasi yang bermakna. Hal ini disebabkan ketidakmampuan asetaminofen
menghambat siklooksigenase pada konsentrasi peroksida yang tinggi pada
keadaan inflamasi. Efek anti piretik didapat melalui penghambatan terhadap
siklooksigenase di dalam hipotalamus.
GAGAL HEPAR 9

Asetaminofen tidak menghambat aktivasi neutrofil, tidak berpengaruh pada
platelet, waktu perdarahan dan ekskresi asam urat. Selain itu, asetaminofen juga
tidak berefek pada sistem respirasi dan kardiovaskuler.
Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Kadar
puncak plasma dicapai dalam waktu 30 60 menit, waktu paruh antara 1 3 jam
dan relatif tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal. Asetaminofen relatif
didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan tubuh. Sekitar 25%
asetaminofen terikat oleh protein plasma. Metabolisme oleh hati dan diubah
menjadi asetaminofen sulfat ( 60% )dan glukoronida ( 35 % ) yang secara
farmakologik tidak aktif. Suatu metabolit minor sebagai produk dari hidroksilasi
tetapi sangat aktif ( N-asetil-p-benzokuinoneimine / NAPQI ) penting pada dosis
besar karena bersifat toksik terhadap hepar dan ginjal. Sebagian besar ( 90 % -100
% ) asetaminofen diekskresikan lewat ginjal dalam bentuk metabolitnya. Hanya
sebagian kecil ( 3 % 5 % ) diekskresikan dalam bentuk utuh.
Dosis lazim asetaminofen yang dianjurkan adalah 325 mg 1000 mg. Dosis
sehari tidak boleh lebih dari 4000 mg. Pada dosis terapi, umumnya asetaminofen
ditoleransi dengan baik. Skin rash dan reaksi alergi lainnya dapat terjadi. Efek
samping yang serius dapat terjadi pada kasus keracunan asetaminofen, terutama
timbul gagal hepar akut. Dosis toksik asetaminofen pada dewasa adalah 8 10
g/hari, sedangkan pada anak adalah 200 250 mg/ kgBB.

3) Penyakit pembuluh darah di hati
Penyakit pembuluh darah, seperti sindrom Budd-Chiari, dapat menyebabkan
penyumbatan yang terbentuk dalam pembuluh darah hati sehingga menyebabkan
gagal hati akut.

4) Autoimun
Hepatits autoimun, penyakit dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel baru, sehingga menyebabkan peradangan dan cedera yang dapat menjadi salah
satu penyebab gagal hati akut.

GAGAL HEPAR 10



B. Gagal hati kronis dapat disebabkan oleh :
1) Hepatitis B Kronik
Virus hepatitis masuk kedalam tubuh secara parenteral, dari peredaran darah
masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya sel sel hati
akan memproduksi dan mensekresi partikel. VHB merangsang respon system
imun tubuh, yang pertama kali dirangsang adalah respon imun non-spesifik
karena dapat terangsang dalam waktu pendek.
Ada tiga fase penting dalam perjalanan penyakit hepatitis B kronik, yaitu;
fase imunotoleransi, fase imunoaktif atau fase / imunklirens, dan fase replikatif
atau fase residual. Pada fase imunotoleransi sangat jarang terjadi serokonfersi
HBeAg secara spontan, dan terapi untuk menginduksi serokonfersi HbeAg
tersebut biasanya tidak efektif. Pada sekitar 30% invidu dengan persistensi VHB
akibat terjadinya replikasi VHB yang berkepanjangan terjadi nekroinflamasi yang
tampak dari kenaikan konsentrasi ALT. Pada keadaan ini pasien mulai
kehilangan toleransi imun VHB. Fase ini disebut fase imunoaktif atau
imuneclearence pasa fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan
menimbulkan pecahnya sel sel hati yang terinfeksi VHB. Pada fase imunoaktif
serokonfersi HBeAg baik secara spontan maupun karena terapi lebih sering
terjadi. Sisanya, sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan
besar sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti. Pada
keadaan ini, titer HBsAg rendah dengan HBeAg yang menjadi negatif dan anti-
Hbe yang menjadi positif secara spontan, serta konsentrasi ALT yang normal,
yang menanadai terjadinya fase nonreplikatif atau fase residual. Stekitar 20% -
30% pasien hepatitis kronik dalam fase residual dapat mengalami reaktivasi dan
menyebabkan kekambuhan.
Pada sebagian pasien dalam fase residual, pada waktu terjadi serokonfersi
HBeAg positif menjadi anti-Hbe justru sudah terjadi sirosis hal ini disebakan
karena terjadinyan fibrosis setelah nekrosis yang terjadi pada kekambuhan yang
GAGAL HEPAR 11

berulang-ulang sebelum terjadinya serokonfersi tersebut. Dalam fase residual,
replikasi VHB sudah mencapai titik minimal dan penelitian menunjukan bahwa
angka harapan hidup pada pasien yang anti-HBe positif lebih tinggi dibandingkan
pasien HBeAg positif. Penelitian menunjukan bahwa setelah infeksi Hepatitis B
menjadi tenang justru resiko untuk terjadi karsinoma hepatoselular mungkin
meningkat.

2) Hepatitis C
Virus Hepatitis C adalah virus RNA yang digolongkan dalam Flavivirus
bersama-sama dengan virus hepatitis G, yellow fever, dan dengue. Virus ini
umumnya masuk ke dalam darah melalui transfusi atau kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan virus ini langsung terpapar dengan sirkulasi darah. Target utama
VHC adalah sel-sel hati dan mungkin juga sel limfosit sel B. Setelah berada dalam
sitoplasma sel hati, VHC akan melepaskan selubung selubung virusnya dan RNA
virus siap untuk melakukan translasi protein dan kemudian replikasi RNA.
Kerusakan sel hati akibat VHC disebabkan adanya mekanisme imunologis yang
menyebabkan kerusakan sel-sel hati. protein core misalnya ditengarai dapat
menimbulkan reaksi radikal oksigen mitokondria. Selain itu protein ini diketahui
pula mampu berinteraksi pada mekanisme signaling dalam inti sel terutama
berkaitan dengan penekanan regulasi imunologik dan apoptosis adanya bukti-
bukti ini menyebabkan kontroversi apakah VHC bersifat sitotoksik atau tidak,
terus berlangsung.
Reaksi Cytotoksik T-cell (CTL) spesifik yang kuat diperlukan untuk
terjadinya eliminasi menyeluruh VHC pada infeksi akut. Pada infeksi kronik,
reaksi CTL pada infeksi kronik, reaksi CTL yang relatif lemah masih mampu
merusak sel-sel hati dan melibatkan respon inflamasi di hati tetapi tidak bisa
menghilangkan virus maupun menekan evolusi genetik VHC sehingga keruakan
sel hati berjalan terus menerus.
Reaksi inflanasi yang dilibatkan melalui sitokin-sitokin pro-inflamasi seperti
TNF-, TGF-1, akan menyebabkan rekrutmen sel-sel inflamasi lainnya dan
menyebabkan aktivasi sel-sel stelata di ruang disse hati.
GAGAL HEPAR 12

Mekanisme ini dapat timbul terus menerus karena reaksi inflamasi yang
terjadi tidak berhenti sehingga fibrosis semakin lama semakin banyak dan sel-sel
hati yang ada semakin sedikit. Proses ini dapat menmbulkan kerusakan hati lanjut
dan sirosis hati.
3) Sirosis Hepar
Sirosis adalah distorsi ireversibel arsitektur normal hati yang ditandai oleh
cedera hati, fibrosis, dan degenerasi nodular. Peningkatan atau gangguan sintesis
kolagen dan komponen jaringan ikat atau membran basal matriks ekstra sel
diperkirakan berperan dalam terjadinya fibrosis hati, dengan demikian patogenesis
sirosis fibrosis dapat terjadi dalam situasi yaitu suatu respon imum, sebagai bagian
dari proses penyembuhan luka dan sebagai respon terhadap agen yang memicu
fibrogenesis primer.
Cedera parenkim dan fibrosis yang terjadi bersifat difus, meluas keseluruh
hati; cedera fokal disertai pembentukan jaringan parut bukan merupakan sirosis.
Selain itu, fibrosis, jika terbentuk, umumnya ireversibel, walaupun dalam
beberapa kasus ditemukan regresi.
Tiga mekanisme patologi utama yang berkombinasi untuk menjadi sirosis
adalah, kematian sel hati, regenerasi, dan fibrosis progresif. Regenerasi adalah
proses respon normal pejamu. Dalam kaitannya dengan fibrosis, hati normal
mengandung kolagen interstisium ( tipe I, III, IV) disaluran porta dan sekitar vena
sentralis, dan kadang-kadang di parenkim. Tiruan antara sel endotel sinosoid dan
hepatosit (ruang Disse) terdapat rangka retikulin halus kolagen tipe IV. Pada
sirosis, kolagen tipe I dan III serta komponen lain matriks ekstra sel mengendap
semua bagian lobulus dan sel-sel endotel sinosoid kehilangan fenestrasinya. Juga
terjadi pirau vena portake-vena hepatika dan arteri hepatika-ke-vena porta.
Proses ini pada dasarnya mengubah sinosoid dari saluiran endotel yang berlubang-
lubang dengan pertukaran bebas antara plasma dan hepatosit, menjadi saluran
vaskular tekanan tinggi, beraliran cepat tanpa pertukaran zat terlarut. Secara
khusus, perpindahan protein (misalnya; albumin, faktor pembekuan, lipoprotein)
antara hepatosit dan plasma dangat ternganggu.
GAGAL HEPAR 13

Gejala sirosis bersifat non-spesifik: anorexia, penurunan berat, tubuh lemah,
dan pada penyakit lanjut, debilitas yang nyata. Dapat timbul gagal hati yang baru
mulai atau telah nyata, biasanya dipicu oleh timbulnya beban metabolik pada hati,
misalnya akibat infeksi sistemik atau perdarahan saluran cerna. Mekanisme akhir
yang menyebakan kematian pada sebagian besar pasien dengan sirosis adalah
gagal hati progresif, komplikasi yang terkait dengan hipertensi porta, atau
timbulnya karsinoma hepatoseluler.

4) Konsumsi Alkohol berlebih dalam jangka panjang
Etanol memiliki efek toksik yang langsung dan tak langsung pada hati serta
efek terhadap banyak sistem organ tubuh lain. Efek langsung terjadi akibat
peningkatan fluiditas membran biologis sehingga fungsi sel tergganggu, efek tak
langsungnya pada hati sebagian disebabkan oleh konsekuensi metabolismenya.
Etanol juga dapat kuantitatif dan kualitatif mengubah pola ekspresi gen diberbagai
jaringan tetapi terutama dihati, yang menyebabkan gangguan homeostasis dan
peningkatan sensitivitas terhadap toksin lain.

5) Kanker hati
Gagal hati akut pun dapat disebabkan oleh kanker yang berawal dari hati
atau kanker yang menyebar ke hati dari organ lain di tubuh.

2.5. Patofisiologi
Pada keadaan normal hati berfungsi menyaring semua sari makanan dan
membuang racun yang terkandungnya dan kemudian dibuang ke saluran
pembuangan dalam tubuh. Hati juga berfungsi mengubah zat gizi untuk dijadikan
energi, hormon, dan pembekuan darah serta kekebalan tubuh. Fungsi lain dari hati
yakni menyimpan vitamin, mineral, dan zat gula, mengatur lemak dalam tubuh.
Jika hati tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya, itulah yang disebut sebagai
gagal hati.
GAGAL HEPAR 14

Hati mensintesis dalam jumlah yang besar bahan-bahan penting (seperti
glukosa, proteindan faktor-faktor pembekuan), dan metabolisme bahan lainnya
(misalnya : amonia, sejumlah obat-obatan dan senyawa yang dimetabolisme
oleh sistem sitokrom P-450), dan mengekskresi metabolit (misalnya: bilirubin).
Bila kerusakannya berat, hati tak mampu melaksanakan fungsi kerja
metabolisme tersebut dan dapat menyebabkan hipoglikemia, hiperamonemia,
hiperbilirubinemia, konsentrasi yang rendah dari faktor
faktor pembekuan. Nekrosis sel hati bermanifestasi peningkatan kadar enzim hati
(SGPT dan SGOT).
Gagal hati lebih sering merupakan tahap akhir dari kerusakan progresif hati,
baik karena destruksi hepatosit secara perlahan maupun gelombang kerusakan
parenkim yang berulang-ulang. Apa pun rangkaiannya, gagal hati baru timbul jika
kapasitas fungsional hati telah berkurang sebesar 80% hingga 90%. Pada banyak
kasus, keseimbangan menjadi condong ke arah dekompensasi oleh adanya
penyakit lain, yang menimbulkan beban bagi hati. Penyakit tersebut mencakup
infeksi sistemik, gangguan elektrolit, stres (bedah besar, gagal jantung), dan
perdarahan saluran cerna.
Virus dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit baik langsung (melalui
efek sitotoksik) atau sebagai hasil dari respon imun yang berlebihan. Interaksi
antara agen dan host menentukan insidensi gagal hati fulminan.
Efek dari akumulasi substansi neurotoksik atau neuroaktif yang timbul
akibat kegagalan hepar. Substansi ini meliputi neurotransmitter, amonia,
peningkatan aktivitas reseptor GABA, dan peningkatan kadar substansi endogen
yang menyerdupai benzodiazepine pada sirkulasi.
Metabolit hepatotoksik, yang terakumulasi akibat gangguan metabolisme
atau mengkonsumsi obat-obat hepatotoksik, dapat menimbulkan kerusakan pada
hepatosit. Kadar amonia dalam serum dapat normal atau sedikit meningkat,
bahkan pada pasien koma.

2.6. Tanda dan Gejala
GAGAL HEPAR 15

Tanda dan gejala gagal hepar, meliputi :
a) Ikterus akibat kegagalan hati melakukan konjugasi bilirubin
b) Nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen akibat inflamasi hati
c) Mual dan anorexia akibat efek sistemik inflamasi
d) Rasa lelah dan penurunan berat badan akibat kegagalan metabolisme hati
e) Pruritus akibat penumpukan bilirubin dalam kulit
f) Oliguria akibat vasokontriksi intrarenal
g) Splenomegali yang terjadi sekunder karena hipertensi porta
h) Asites akibat hipertensi porta dan penurunan kadar protein plasma
i) Edema perifer akibat penumpukan cairan yang mengalami retensi karena
penurunan produksi protein plasma dan kehilangan albumim pada kondisi
asites
j) Varises pada esofagus, rektum dan dinding abdomen yang terjadi sekunder
karena hipertensi porta
k) Tendensi perdarahan akibat trombositopenia (yang terjadi sekunder karena
penumpukan darah dalam limpa) dan pemanjangan waktu prothrombin
(akibat gangguan produksi faktor-faktor pembekuan).
l) Petekie akibat trombositopenia
m) Amenore yang terjadi sekunder karena perubahan produksi dan metaolisme
hormone steroid.
n) Ginekomastia pada laki-laki akibat penumpukan estrogen yang disebabkan
oleh yang disebabkan oleh kegagalan fungsi biotransformasi hepatik,

2.7. Diagnosis
Mempelajari riwayat medik dari pasien dan dilakukan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dilakukan dengan seksama, akan ditemukan keluhan perut membesar:
asites, ada demam, sakit perut, kulit gatal-gatal, mual-mual, badan terasa lemas,
dan pasien mungkin mengeluhkan air kencingnya berwarna gelap. Bila gagal hati
semakin lanjut, akan ditemukan gangguan kesadaran kurang lebih dua minggu
setelah terjadinya ikterus. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan kulit kuning,
GAGAL HEPAR 16

asites, bisa terdapat hepatomegali atau justru hati menjadi kecil, mungkin juga
ditemukan perdarahan gastrointestinal. Perhatikan juga gejala-gejala adanya
oedem serebral yaitu adanya peningkatan dari tonus otot, hipertensi, kejang, dan
agitasi.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Tes faal hati mengunjukan kenaikan kadar aspartate aminotransferase (
AST ) / serum glutamic - oksaloasetat transaminase ( SGOT ) , alanine
aminotransferase ( ALT) / serum glutamic - piruvat transaminase ( SGPT )
, alkaline phosphatase ( ALP)
b) Pemeriksaan darah memperlihatkan anemia, gangguan produksi sel darah
merah, kenaikan waktu perdarahan serta pembekuan, kadar glukosa darah
yang rendah, dan peningkatan kadar amonia serum.
c) Osmolaritas urine meningkat
d) Viral serologi: untuk mempertimbangkan hepatitis A, hepatitis B surface
antigen (HBsAg), hepatitis C. Dalam pengaturan imunosupresi,
mempertimbangkan studi untuk sitomegalovirus viremia , cytomegalovirus
antigenemia , dan herpes simplex virus.
e) Tes penanda autoimun (untuk mendiagnosa heaptitis autoimun):
Antinuclear antibody (ANA), anti-smooth muscle antibody (ASMA), dan
tingkat imunoglobulin.
f) Perkutan ( kontraindikasi pada adanya koagulopati ) atau biopsi hati
transjugular
2. Studi Pencitraan
a) Hepatik Doppler ultrasonografi
b) Abdominal computed tomography ( CT ) scanning atau pencitraan
resonansi magnetik tanpa kontras
c) Cranial CT scan
d) Elektroensefalografi

2.8. Komplikasi
GAGAL HEPAR 17

Komplikasi dari gagal hepar, meliputi:
1) Ensefalopati hepatik
Manifestasi gagal hati meliputi enselofati hepatik. Enselofati hepatik, yaitu
serangkaian kelainan pada sistem saraf pusat, terjadi ketika hati tidak lagi mampu
melaksanakan detoksifikasi darah. Disfungsi hati dan pembuluh darah kolateral
yang memintaskan darah disekitar hati ke sirkulasi sistemik memungkinkan zat-
zat beracun yang terserap dari traktus GI mengalir dengan bebas kedalam otak.
Amonia yang merupakan produk sampingan metabolisme protein adalah salah
satu toksin paling penting yang menyebabkan enselofati hepatik. Hati yang
normal akan mengubah ammonia menjadi ureum yang kemudian diekskresikan
keluar oleh ginjal. Kalau hati mengalami kegagalan dan tidak lagi mampu
mengubah amonia menjadi ureum, maka kadar amonia dalam darah akan
meninggi dan amonia dibawa darah dalam otak, asam lemak rantai-pendek,
serotonin, triptofan dan zat-zat pseudonuerotransmitter dapat turut menumpuk di
dalam darah dan ikut menimbulkan enselofati hepatik.

2) Sindrom hepatorenal
Sindrom hepatorenal merupakan gagal ginjal yang terjadi bersama penyakit
hati; ginjal tampak normal tetapi tetapi secara mendadak berhenti bekerja.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan volume darah, penumpukan ion-ion
hydrogen, dan gangguan elektrolit. Sindrom hepatorenal paling sering ditemukan
pada pasien sirosis alkoholik atau hepatitis fulminant. Penyebabnya adalah
penumpukan substansi vasoaktif yang menyebabkan kontriksi arteriol renal secara
tidak tepat sehingga terjadi penurunan filtrasi glomerulus dan ogluria.
Vasokontriksi tersebut dapat pula merupakan respon kompensasi terhadap
hipetensi porta dan penumpukan darah dalam sirkulasi splenikus.

3) Varises dan Perdarahan GI
Suatu aliran darah melalui hati terhambat secara progresif, tekanan vena
porta hepatica meningkat sebagai respon terhadap peningkatan tekanan vena porta
terjadi pembesaran pembuluh-pembuluh darah yang beranastomosis dengan vena
GAGAL HEPAR 18

porta misalnya pembuluh dipermukaan usus dan esofagus bawah. Pembuluh-
pembuluh yang melebar ini disebut varises. Pemeriksaan fisik memperlihatkan
pembesaran pembuluh hemoroid dan periumbilikus. Namun secara klinis varises
gastroesofagus lebih penting karena kecenderungannya untuk ruptur. Perdarahan
masif yang terjadi sering mengancam nyawa karena varises ditempat-tempat ini
tidak mudah ditampon.

4) Koma
Pada pasien gagal hepar dengan enselopati hepatika. Pasien memperlihatkan
beragam gangguan dalam kesadaran, berkisar dari kelainan prilaku yang samar hingga
kebingungan dari kelainan perilaku yang samar hingga kebingungan yang mencolok
hingga koma

5) Kematian
Pada pasien gagal hepar dengan sindrom hepatorenal. Gagal ginjal dapat
mempercepat kematian pada pasien dengan penyakit hati fulminan akut atau
penyakit hati kronis lanjut

2.9. Penatalaksanaan
Penanganan gagal hepar, meliputi:
1) Managemen
. Terapi khusus tergantung pada penyebab kegagalan hati pasien dan adanya
komplikasi memanajemen cairan pasien dan hemodinamik. Hal ini penting untuk
memantau parameter metabolisme pasien , menilai terhadap infeksi ,
mempertahankan gizi , dan segera mengetahui jika ada perdarahan GI. Diet tinggi
karbohidrat rendah protein untuk mengoreksi defisiensi gizi dan mencegah beban
kerja hati yang berlebihan Pemberian laktulosa untuk mengurangi kadar amonia
darah dan membantu mengurangi sebagian gejala enselofati hepatik
2) Farmakoterapi
GAGAL HEPAR 19

Berbagai obat diperlukan karena berbagai komplikasi yang terjadi dari
kegagalan hati. Obat-obat berikut dapat digunakan dalam pengelolaan gagal hati
akut :
a) Penisilin G , Silibinin, N - acetylcysteine
b) Osmotik diuretik ( misalnya manitol )
c) Agen barbiturat ( misalnya , pentobarbital , thiopental )
d) Benzodiazepin ( misalnya , midazolam )
e) Agen Anestesi ( misalnya propofol )
3) Operasi
Transplantasi hati adalah pengobatan definitif pada gagal hati. Pada pasien
tertentu yang alograftnya belum segera tersedia, dipertimbangkan dengan
menggunakan hati bioartificial. Dimana ini merupakan tindakan jangka pendek
yang dapat menjaga kelangsungan hidup jika hati spontan pulih atau telah
diganti.
Nonbiologic extracorporeal liver support system yang berfungsi seperti
hemodialisis memungkinkan dukungan hati sementara sampai hati donor yang
cocok ditemukan . Namun menurut penelitian pada alat tersebut telah
menunjukkan manfaat jangka panjang.

Pada asites, penanganan meliputi:
Pembatasan garam dan pemberian diuretik yang mengamankan kalium
untuk meningkatkan ekskresi air
Suplemen kalium untk membalikkan efek dari kadar aldosterone yang
tinggi
Parasentsis untuk mengeluarkan cairan aistes dan mengurangi
ketidaknyamanan abdomen
Pemasangan shunt untuk membantu mengeluarkancairan asites dan
mengurangi ketidaknyamanan abdomen
Pada hipertensi porta, penanganan meliputi:
Pemasangan shunt antara vena porta dan vena sistemik lain untuk
mengalihkan aliran darah serta mengurangi tekanan
GAGAL HEPAR 20

Pada perdarahan varises, penanganan meliputi:
Pemberian obat-obat vasokontriksi utuk mengendalikan perdarahan
Temponade balon untuk mengendalikan perdarahan melalui penekanan
darah varises menggunakan balon kateter
Pembedahan untuk ligasi kolateral vena porta yang mengalami perdarahan
Pemberian vitamin K untuk mengendalikan perdarahan dengan
menurunkan waktu protrombin.


2.10. Prognosis
Prognosis pada gagal hepar akut jauh lebih buruk daripada gagal hati
kronik, tetapi lesi hati mungkin reversibel dan biasanya yang bertahan hidup lesi
sembuh sempurna. Hal ini membuat perawatan intensif dan sokongan hati
sementara sangat penting.
Gagal hati akut sering pula dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi,
dimana lebih dari setengah jumlah pasien yang menderita gagal hati akut
meninggal apabila tidak segera dilakukan transplantasi hati.
Usia lebih dari 30 tahun dan adanya penyakit lain bersamaan
memperburuk prognosis. prognosis terbaik dalam anak-anak. Jika pencetus
terjadinya gagal hepar tersebut dapat dikenali,
Prognosis membaik tergantung atas sebab gagal hati. pada virus Hepatitis A
40%, virus hepatitis B 15%. Prognosis terbaik untuk kelompok kelebihan dosis
Asetaminofen.
Prognosis dapat dihubungkan ke waktu antara mulainya penyakit dan koma.
Hasilnya buruk jika kurang dari tiga minggu. Dengan peningkatan lama koma,
maka kesempatan pemulihan menjadi kurang. Jika pemulihan mengikuti
perjalanan kurang dari empat minggu, maka normalitas klinik akhirnya dapat
diharapkan. Prognosis tergantung atas kapasitas hati untuk beregenerasi. Yang
bertahan hidup tidak menderita sirosis.
GAGAL HEPAR 21

Sebab kematian adalah perdarahan, gagal pernapasan dan sirkulasi, edema
cerebrum, gagal ginjal, infeksi, hipoglikemia, dan pankreatitis.

2.11. Pencegahan
Gagal hati dapat menyebabkan kerusakan multi organ. Oleh karena itu perlu
dilakukan metode-metode pencegahan untuk menghindari terjadinya hepatik
ensefalopati dan gagal ginjal. Dapat dilakukan monitoring tekanan intrakranial
menggunakan elektroda intrakranial, dan juga mempertahankan volume sirkulasi
dengan koloid atau dengan fresh frozen plasma.
Mengurangi penggunaan Acetaminophen. Penggunaan obat seperti
Acetaminophen atau paracetamol, sodium valproat, dan obat anti konvulsi dapat
merupakan suatu penyebab terjadinya kerusakan hati fulminan pada anak-anak.
Toksisitas dapat terjadi apabila menggunakan dosis parasetamol lebih dari
150mg/kg berat badan..











GAGAL HEPAR 22







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Gagal hati adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidak-mampuan sel
hati untuk beregenerasi, menyebabkan kerusakan hati yang menyebabkan
hilangnya fungsi hati. Jika hati tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya, itulah
yang disebut sebagai gagal hati. Gagal hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu gagal
hati akut dan gagal hati kronis. Dimana gagal hati dapat disebabkan oleh infeksi
virus, komsumsi alkohol, obat tertentu yang bersifat hepatotoksis, maupun sirosis
hati. Penanganan segera dilakukan agar tidak terjadi manifestasi yang lebih parah
dari gagal hati meliputi, ensefalopati hepatik dan sindrom hepatoenal. Terapi
khusus tergantung pada penyebab kegagalan hati. Satu-satunya cara untuk
menyembuhkan gagal hati adalah tranplantasi hati.



GAGAL HEPAR 23









DAFTAR PUSTAKA

Robbins L. Stanley. 2006. Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi 7 Volume 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

William F. Ganong, 2010, Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis, Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kowalak, Jeniffer P. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC, 2011

Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Jilid 1. Jakarta:
Intrena Publishing.

William Bernal, M.D., and Julia Wendon, M.B., Ch.B. . 26 Desember 2013. Acute
Liver Failure. Diakses pada 13 Januari 2014.
(http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1208937)

Gagan K Sood, MD. 28 Oktobter 2013. Acute Liver Failure. Diakses pada 13
Januari 2014. (http://emedicine.medscape.com/article/177354-overview)

GAGAL HEPAR 24

Kimball Johnson, MD. 11 Juli 2012. Liver Failure. Diakses pada 13 Januari 2014
(http://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-liver-
failure)

Rajiv Jalanemail. 3 April 2012. Acute-on-chronic liver failure. Diakses pada 13
Januari 2014 (http://www.journal-of-hepatology.eu/article/S0168-
8278(12)00519-3/abstract)

Anda mungkin juga menyukai