Anda di halaman 1dari 7

1

Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Bahasa yang selalu dinamis mengikuti perubahan jaman telah berkembang dengan
pesat, seiring dengan berkembangnya masyarakat pengguna bahasa itu sendiri.
Mengenai bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:88) yang berikutnya akan
disingkat menjadi KBBI, mengemukakan Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasi diri. Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa bahasa bisa
mengidentifikasi diri seseorang, bagaimana ia bertutur, bagaimana ia berprilaku, serta
dapat menunjukkan dari lingkungan sosial seperti apa seseorang itu berasal.
Dengan sifat bahasa yang selalu dinamis mengikuti perubahan zaman, bahasa J epang
membedakan pemakaian bahasanya berdasarkan gender dari orang yang memakai
bahasa tersebut. Hal ini biasa dikenal dalam bahasa J epang dengan sebutan danseigo
(ragam bahasa laki-laki) dan joseigo (ragam bahasa wanita). Untuk dapat menentukan
sebuah kalimat dalam bahasa J epang itu adalah danseigo atau joseigo, kita dapat melihat
salah satunya dengan persona pronomina (kata ganti orang) yang digunakan dalam
kalimat tersebut.
Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal persona pronomina dengan kata-kata seperti
saya, aku, kamu, anda, kita, kalian, loe, gue, aing, dan sebagainya. Bahasa J epang, juga
memiliki banyak sekali kata yang dapat digunakan untuk menunjukkan diri seseorang
tersebut, di antaranya watashi, atashi, washi, boku, ore, kimi, karera, kisama, aitsu, dan
sebagainya. Persona pronomina bahasa J epang tersebut, memiliki aturan yang jelas
2
dalam menentukan siapa yang lazim memakai persona pronomina tersebut. Misalnya
persona pronomina boku dan ore yang hanya boleh dipakai oleh laki-laki sementara
atashi dan atakushi hanya boleh dipakai oleh wanita. Lalu persona pronomina kimi yang
hanya lazim digunakan oleh laki-laki, tidak lazim oleh wanita.
Dewasa ini, tidak sedikit keadaan yang menunjukkan adanya penyimpangan di dalam
pemakaian danseigo dan joseigo, terutama dalam pemakaian persona pronominanya.
Banyak wanita J epang yang sering menggunakan persona pronomina dalam danseigo.
Biasanya wanita yang menggunakan persona pronomina danseigo ini adalah kalangan
kaum muda di J epang yaitu gadis-gadis seusia sekolah tingkat lanjutan. Begitu pula
sebaliknya dengan para kaum laki-laki di J epang.
Banyak juga penyanyi wanita J epang yang menulis lirik lagunya sendiri dengan
menggunakan persona pronomina dalam danseigo. Salah satu di antaranya adalah Ratu
POP J epang (Queen Of J -pop), Ayumi Hamasaki. Penyanyi yang telah berkarier selama
sepuluh tahun dalam dunia musik J epang ini, sering menggunakan persona pronomina
laki-laki dalam menulis lirik-lirik lagunya sendiri. Seperti lirik lagunya yang berjudul
Humming 7/4, ia menggunakan kata boku dalam lirik
(meski hanya bersenandung), di lagunya sendiri. Padahal hal tersebut merupakan
persona pronomina yang seharusnya digunakan oleh laki-laki. Seharusnya Ayumi yang
merupakan perwakilan dari gender wanita, menggunakan persona pronomina dari
gendernya sendiri yaitu atashi dalam menulis lirik-lirik lagunya. Dengan melihat hal
seperti ini, penulis menjadi bertanya, apa yang menjadi penyebab bagi Ayumi
menggunakan persona pronomina laki-laki dalam menulis lirik lagunya? Apakah ia
memiliki masa lalu yang sangat berpengaruh dalam hidupnya?
3
Melihat banyaknya wanita J epang yang menggunakan danseigo terutama dalam segi
persona pronomina, dan melihat juga kondisi Ayumi Hamasaki yang sering
menggunakan persona pronomina laki-laki dalam lirik lagu yang ia ciptakan, maka tema
skripsi ini menjadi menarik untuk diteliti.

1.1.1 Biografi Singkat Ayumi Hamasaki
Terlahir di Fukuoka bagian selatan pulau Kyushu, ketika masih kecil, ayahnya pergi
meninggalkan keluarga. Dibesarkan oleh seorang ibu dan seorang nenek. Dia memulai
karir sebagai model lokal pada umur tujuh tahun, sebagai bagian dari upaya menafkahi
keluarganya sendiri.
Ayumi pindah ke Tokyo pada umur empat belas tahun untuk mengejar karir di
bidang akting dan modelling. Setelah beberapa peran kecil di lima film berbudget rendah
dan setumpuk drama TV, ia mulai malas untuk berakting. Karena tubuhnya yang kecil
tidak mendukung di dunia modelling, ia dipecat oleh agency-nya. Lalu ia di drop-out
dari kelas sepuluh. Ayumi menghabiskan waktunya untuk shopping di butik trendy di
Shibuya dan malamnya menari di Nightclub besar Velfare di Roppongi.
Lalu seorang teman yg bekerja di club, yang konon kepunyaan rumah rekaman Avex,
mengundangnya keluar untuk berkaraoke. Temannya juga mengundang Masato Max
Matsuura yang memperkenalkan dirinya pada Ayumi sebagai produser musik dari Avex.
Mendengar Ayumi memiliki suara yang bagus saat berkaraoke, Max Matsuura
menawarkan Ayumi untuk menjadi penyanyi di bawah naungan Avex. Namun Ayumi
menolak tawaran tersebut. Karena ia tidak pernah mendengar sebelumnya kalau ada
rumah rekaman Avex di dunia ini. Lalu Ayumi menolaknya juga karena ia menganggap
ini hanya pancingan saja, mengingat sebelumnya Ayumi pernah ditawarkan oleh label
4
musik lain (Nippon Colombia) juga untuk bernyanyi dalam nuansa musik Rap, namun
karena kurangnya promosi album ini tidak laku di pasaran, bahkan tidak ada yang tahu
akan hadirnya album ini.
Sepanjang tahun Max Matsuura tidak pernah menyerah akan tawarannya tersebut.
Akhirnya Ayumi menerima tawaran itu dan mengikuti training vokal. Namun latihan
vokal yang diberikan sangatlah membosankan ditambah gurunya yang galak. Keadaan
itu mengingatkannya pada masa-masa sekolah yang dulu, dan ia pun mulai bolos untuk
latihan. Ia tidak berani mengangkat telepon, karena takut Max akan menanyakan
latihannya. Meskipun pada akhirnya ia mengaku kalau ia sering bolos latihan.
Bukannya marah, Max lalu menawarkannya lagi untuk belajar vokal yang
sesungguhnya di New York, Amerika. Masih dalam keadaan tidak percaya, Ayumi yang
saat itu berusia tujuh belas tahun akhirnya terbang ke New York dan menetap di
Manhattan selama tiga bulan untuk belajar bernyanyi
Sekembalinya ke J epang, Ayumi kembali mendapatkan tantangan untuk membuat
lirik lagunya sendiri dengan syarat lirik lagunya harus sederhana namun memiliki makna
yang dalam.
Dua single pertama Ayumi yang berjudul Poker Face dan You hanya berhasil sampai
tangga lagu Oricon Chart top nomor 20. Kedua single tersebut dimasukkan ke dalam
album berjudul A Song For XX . J udul album yang juga merupakan judul salah satu lagu
dalam album tersebut memiliki makna yang mendalam bagi Ayumi. Lagu ini
mengisahkan masa-masa sulit yang dialaminya. Dari lirik lagu yang jujur dan apa
adanya itu, ternyata banyak disukai, sehingga lewat album itu nama Ayumi menjadi
terkenal di J epang.
5
Ia memiliki empat ekor anjing untuk menghilangkan rasa kesepiannya. Nama empat
ekor anjing tersebut adalah Crea, Melon, Ringgo, dan Marron. Ayumi terkadang suka
membawa anjingnya ke tempat kerjanya bahkan saat di interview pun ia tampak asyik
menggendongnya. Di antara keempatnya Ayumi paling menyayangi Crea karena
dianggap mirip dengannya. Saking sayangnya Ayumi sampai sampai menggunakan
nama Crea sebagai nama pena dalam albumnya.
Album pertamanya laku keras di pasaran. Tidak lama setelah perilisan album
pertamanya, bulan November 1999, Ayumi merilis album kedua Loveppears. Album ini
memuat lagu love~destiny~ yang menduduki peringkat 1 dalam Oricon Chart. Sejak saat
itu singlenya selalu menduduki posisi tiga besar tangga lagu J epang. Sejak saat itu pula,
album-album berikutnya juga sama sama meraih kesuksesan.

1.2 Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah latar belakang penggunaan persona
pronomina pertama laki-laki formal oleh Ayumi Hamasaki ditinjau dari lirik-lirik lagu
yang ia ciptakan.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkupnya adalah latar belakang penggunaan persona pronomina pertama
laki-laki formal oleh Ayumi Hamasaki ditinjau dari lirik-lirik lagu yang ia ciptakan dari
tahun 1998 2002, dihubungkan dengan psikologi keluarga Ayumi saat sebelum
menjadi penyanyi.


6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis latar belakang penyanyi Ayumi
Hamasaki yang sering memakai persona pronomina laki-laki formal dalam menulis lirik-
lirik lagunya.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar bisa mengetahui dan memahami latar
belakang Ayumi Hamasaki yang sering menggunakan persona pronomina laki-laki
formal dalam lirik lagunya.

1.5 Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka penulis akan menggunakan metode
deskriptif analitis, dengan menggunakan data-data kepustakaan yang ada.
Sebelumnya penulis akan memilah lagu-lagu karya Ayumi tersebut dengan cara
metode sampling yakni metode dengan cara menjelaskan materi penelitian berdasarkan
lagu-lagu yang di dalamnya terdapat persona pronomina laki-laki. Misalnya persona
pronomina laki-laki (boku), penulis akan memilah satu lagu yang di dalamnya
terdapat kata tersebut setelah itu, penulis akan menghubungkan kondisi psikologi
keluarga dari Ayumi itu sendiri tentunya dengan data-data dan teori yang telah penulis
kumpulkan.

1.6 Sistematika Penulisan
Dalam bab 1 Pendahuluan, berisi gambaran tentang permasalahan secara umum dari
topik yang akan diteliti. Dalam bab ini juga akan dijelaskan mengapa penulis mengambil
7
topik seperti ini untuk dijadikan penelitian. Selain itu bab ini juga berisi Biografi singkat
dari Ayumi Hamasaki.
Pada bab 2 Landasan teori, penulis menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai
landasan atau dasar dalam membahas permasalahan penelitian. Selain uraian teoritis,
bab ini juga akan mencantumkan kutipan-kutipan sisi pandang dari para pakar pada
topik yang dipilih.
Bab 3 merupakan Analisis Data penulis dari data-data yang sudah ada. Dalam bab ini,
permasalahan penelitian akan dianalisis dengan teori-teori yang ada.
Pada bab 4 Simpulan dan Saran, penulis menjabarkan simpulan dari hasil analisis
data yang ada pada bab 3. Dalam bab ini berisi simpulan dan juga saran agar pihak-
pihak yang terkait dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Selain itu juga berisi
saran untuk para peneliti selanjutnya sebagai suatu kelanjutan dari hasil penelitian.
Bab 5 Ringkasan, berisi ulangan kembali secara ringkas dari latar belakang penelitian,
rumusan permasalahan, serta tujuan dan manfaat penelitian sampai hasil simpulan
sebagai jawaban dari permasalahan yang diangkat.

Anda mungkin juga menyukai