Anda di halaman 1dari 21

1

Mekanisme Pernapasan dan Penggunaan Spirometri



Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510



PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG
Latar belakang pembuatan makalah ini mengacu kepada skenario yang
kami terima saat kegiatan Belajar Mandiri Terarah atau PBL ( Problem Based
Learning ).

Pada pembuatan laporan ini, kami dilatih untuk mandiri dalam
menangani dan mencari solusi alternatife yang dapat dipilih, menganalisa suatu
keadaan dengan menggunakan referensi , mengembangkan skenario dengan
berfikir dalam menghadapi suatu permasalahan. Dengan adanya sistem
tersebut kami banyak mengambil hikmah dan manfaatnya.

Pada pembelajaran kali ini kami diarahkan untuk lebih mengetahui
mekanisme dan struktur organ pernafasan, sehingga diharapkan dapat
memberikan solusi yang paling tepat dari skenario yang dipaparkan.

2. TUJUAN
Penyusunan makalah ini memiliki beberapa tujuan yaitu;
1. Tujuan umum
- Untuk menambah pengetahuan dalam menganalisa suatu skenario
khususnya dalam bidang kesehatan yang kita alami sehari- hari.

2

- Mempelajari komponen dan struktur organ pernafasan serta alat
penunjang dalam pemeriksaan

- Lebih mengetahui fungsi dan jenis jaringan penyambung


2. Tujuan khusus
- Untuk memenuhi tugas individu.




3. SISTEMATIKA

Makalah ini dibuat menjadi tiga bab,yaitu :
1. Pada bab pertama adalah pendahuluan.
Dalam bab ini di uraikan tentang latar belakang ,tujuan penulisan ,dan
sistematika penulisnya.

2. Pada bab dua menguraikan hasil penjabaran unsur-unsur yang digunakan
dalam berpikir kritis dalam menghadapi suatu kasus.

3. Pada bab tiga penulis mengambil kesimpulan dari skenario yang
dipaparkan.


ISI
BATUK BERDAHAK DAN SESAK NAPAS


A. SKENARIO

Seorang polwan umur 37 tahun diusulkan untuk menerima kenaikan pangkat . untuk
melengkapi persyaratan ia diwajibkan menjalani pemeriksaan kesehatan. Oleh dokter ia
diminta untuk menjalani pemeriksaan antara lain spirometeri.

3

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pernafasan yang juga dikenal dengan respirasi, memiliki sistemnya sendiri. Adapun
sistem respirasi tersebut memiliki pengertian, dimana adanya proses pertukaran udara, yakni
pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup. Proses respirasi tersebut memiliki
fungsi menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Sistem respirasi
terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru-paru dengan
lingkungan luar. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup
memerlukan oksigen dan karbondioksida. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung
dalam sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas-gas pernapasan bagi
keperluan seluruh tubuhnya. Pertukaran gas pada proses respirasi ini terjadi dalam paru-paru.
Namun dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, sampai pada
alveoli. Dengan proses pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara masuk ke dalam
darah dan CO
2
akan dikeluarkan dari darah secara osmosis.
Seterusnya CO
2
akan dikeluarkan melalui jalan pernapasan dan masuk ke dalam
tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung ke
aorta seluruh tubuh, disini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran
adalah CO
2
dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi
kanan) ke bilik kanan dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru.
Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini
adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit Selanjutnya akan dibahas dalam
pembahasan.
Struktur Sistem Pernapasan


I. Struktur Makroskopis
Anatomi Dasar Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-
paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga
dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh
4

diafragma.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang
memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk
ataupun bersin.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut
sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada
dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas
tanpa ada gesekan dengan dinding dada.

Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada
ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di
depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian
belakang. Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai
otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
5






1. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
3. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong
diafragma ke atas.
6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.


Bagian-bagian organ pernafasan
1. Rongga Hidung
Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa
rongga hidung sebagai alat penyalur udara. Hidung bagian luar tertutup oleh kulit dan
disupport oleh sepasang tulang hidung. Rongga hidung terdiri atas :
Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
6

Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara
Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya
yang berlapis
Sel silia yang berperan untuk mlemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk
membersihkan jalan napas
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Masing-
masing rongga hidung dibagi menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi atau konka dari
dinding lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-menerus
oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Rongga hidung dimulai dari Vestibulum, yakni pada bagian
anterior ke bagian posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas 2
bagian, yakni secara longitudinal oleh septum hidung dan secara transversal oleh konka
superior, medialis, dan inferior. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.Hidung bertanggung jawab
terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung. Fungsi
ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.


Terdapat 3 fungsi Rongga Hidung, antara lain:
a. Dalam hal pernafasan, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani
tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Penyaringan
dilakukan oleh membran mukosa pada rongga hidung yang sangat kaya akan
pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan mukus cair untuk
membersihkan udara sebelum masuk ke Oropharynx. Penghangatan dilakukan oleh
jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang
sangat luas dari rongga hidung. Dan pelembaban dilakukan oleh concha, yaitu suatu
area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa.
7

b. Epithellium olfactory pada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam
penerimaan sensasi bau.
c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukkan suara-suara fenotik dimana
ia berfungsi sebagai ruang resonansi.
2. Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang
menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar tengkorak. Faring terdiri
atas:
a. Nasopharinx
ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan telinga bagian tengah, yaitu Tuba
Eustachius dan Tuba Auditory
ada Phariyngeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian posterior nasopharinx,
merupakan bagian dari jaringan Lymphatic pada permukaan posterior lidah
b. Oropharynx
Merupakan bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang hyoid. Refleks
menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan, makanan terdorong masuk ke
saluran pencernaan (oesephagus) dan secara simultan katup menutup laring untuk mencegah
makanan masuk ke dalam saluran pernapasan
c. Laringopharynx
Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem respirasi
menjadi terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk ke bagian belakang, oesephagus dan
udara masuk ke arah depan masuk ke laring.
3. Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Terbesar
adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami
penonjolan membentuk adams apple, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Sedikit di
8

bawah cartilago thyroid terdapat cartilago cricoid. Laring menghubungkan Laringopharynx
dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata cervical 4 sampai
6. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga
melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring
sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
b. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
c. Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
jakun ( Adams Apple )
d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak di
bawah kartilago thyroid )
e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago thyroid
f. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara; pita
suara melekat pada lumen laring.

- Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :
a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda
padat masuk ke dalam tracheobroncial
b. Laring sebagai katup selama batuk
4. Trakea
Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memeiliki panjang 11-12 cm dengan
diametel sekitar 2,5 cm. Terdapat pada bagian oesephagus yang terentang mulai dari cartilago
cricoid masuk ke dalam rongga thorax. Tersusun dari 16 20 cincin tulang rawan berbentuk
huruf C yang terbuka pada bagian belakangnya. Didalamnya mengandung pseudostratified
ciliated columnar epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus. Terdapat
juga cilia yang memicu terjadinya refleks batuk/bersin.
9

Trakea mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan kanan.
1. Ketika otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula (cembung).
Akibatnya rongga dada menyempit. Pada saat semikian paru-paru mengempis dan mendorong
udara keluar dari paru-paru (ekspirasi). Pernapasan perut terjadi terutama pada saat tidur.

Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan
dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai
ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi
oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga
aliran udara lancar.

Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300
juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
2,3

10

II. Struktur Mikroskopis

Paru-paru Fetal histology
Secara mikroskopis, sistem respirasi pada manusia dapat dilihat dari segi histologinya,
yaitu sebagai berikut :
a. Hidung
Hidung merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh:
- jaringan tulang
- tulang rawan hialin
- otot
- jaringan pengikat


Kulit luar :
- epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
- rambut-rambut halus
- kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Vestibulum nasi :
- Terdapat vibrissae rambut yang bersifat kaku yang berfungsi untuk
menghalangi debu dan kotoran yang ikut dihirup
- Terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Di dinding lateral ada 3 tonjolan :
a. konka nasalis superior --- epitel khusus/olfaktorius :
sel olfaktorius diantara sel basal dan sel penyokong; neuron bipolar
dengan dendrit ke permukaan dan menggelembung; akson tidak
11

bermielin
sel penyokong/sustentakuler sel silindris tinggi dengan bagian apex
lebar dan basal menyempit; inti lonjong; terdapat mikrovili di
permukaan; terdapat granula kuning di permukaan.
sel basal bentuk segitiga; inti lonjong; merupakan reserve cell/sel
cadangan yang akan membentuk sel penyokong dan mungkin menjadi
sel olfaktorius.
sel sikat mempunyai mikrovili di bagian apikal; lamina propria
mempunyai banyak vena, mengandung kelenjar terutama serosa,
berperan untuk membasahi epitel dan silia, dan juga sebagai pelarut zat-
zat kimia.
b. Konka nasalis media --- epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
(menghasilkan lendir)
c. Konka nasalis inferior --- epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet ;
terdapat plexus venosus (menghangatkan udara)

- Sinus paranasalis epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet; lamina
propria lebih tipis dari kavum nasi dan melekat pada peritonium dibawahnya;
kelenjar-kelenjar memproduksi mukos, termasuk :
1. sinus maxilaris
2. sinus frontalis
3. sinus sphenoidalis
4. sinus ethmoidalis

b. Faring
1. Nasofaring
- epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
- pada lamina prorpia terdapat kelenjar campur
- pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid
2. Orofaring
- epitel berlapis gepeng
- ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bagian bawah menjadi
epitel esophagus
12

- terdapat tonsila palatina
3. Laringofaring
- epitel bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

c. Laring
Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
Dinding :
- Tulang rawan hialin 1 tulang rawan tiroid, 1 tulang rawan krikoid, 2
tulang rawan aritenoid (ujung tulang rawan aritenoid tulang rawan
elastis)
- Tulang rawan elastin 1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang rawan
kuneiformis, 2 tulang rawan kornikulata
- Jaringan ikat
- M. Vokalis -- otot skelet
- Kelenjar campur
- Epiglotis tulang rawan elastis; epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
pada permukaan laringeal; epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk pada
permukaan lingual

d. Trakhea
Cincin tulang rawan dihubungkan oleh jaringan penyambung retikulin
(ligamentum enulare)
Mukosa trakea epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
Tunika submukosa jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur
Tunika adventisia terdapat kelenjar campur; jaringan fibroelastis yang
berhubungan dengan perikondriumsebelah luar pars kartilagenia
Sel-sel epitel trakhea :
- sel goblet mensintesa dan mensekresi lendir; mempunyai aparatus Golgi
dan RE kasar; sifat sekresi apokrin
- sel sikat mikrovili di apex; berbentuk seperti sikat
- sel basal sel induk, bermitosis dan berubah menjadi sel lain
- sel sekretorik bergranul pada sitoplasma; granula mengandung
katekolamin; mengatur sekresi mukosa dan serosa
13


e. Bronkhus
Bronkhus ekstrapulmonal sama dengan trakhea diameter lebih kecil
Bronkhus intrapulmonal :
- Mukosa berbentuk lipatan
- Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
- Membrana basalis lebih jelas
- Lamina propria (jaringan ikat jarang, serat elastis dan muskulus polos spiral, noduli
limfatisi, kelenjar bronkialis)
- Bentuk sferis
- Tulang rawan tidak beraturan


f. Bronkhiolus
Tulang rawan tidak ada
Epitel selapis torak bersilia, sel goblet (sebagian ada atau tidak ada)
Lamina propria (tipis, tanpa kelenjar atau noduli limfatisi, otot polos, serat
elastin)
Bronkhiolis terminalis epitel selapis torak bersilia, bersel goblet/epitel selapis
torak rendah
Bronkhiolus respiratorius epitel torak rendah/epitel selapis kubis, dengan atau
tanpa silia, tanpa sel goblet
g. Duktus alveolaris
Dinding tipis
Epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1)
Jaringan ikat fibroelastis, sebagian ada otot polos
h. Sakus alveolaris
Serat elastin dan serat retikulian
Sudah tidak ada otot polos
i. Alveoli
Kantong-kantong kecil terdiri dari selapis sel
disekitar alveolis terdapat serat elastin dan serat kolagen
j. Alveolus
Epitel selapis gepeng
14

Terdapat lubang-lubang kecil pada dinding alveolus disebut poros/stigma
alveolaris
Sel-sel:
- Sel alveolar tipe 1 / sel epitel alveoli / sel alveolar kecil / pneumonosit tipe 1 (inti
gepeng, sitoplasma tipis, mempunyai membrana basalis)
- Sel alveolar tipe 2 / sel septal / sel alveolar besar / pneumonosit 2 (inti kubis, sekresi
surfaktan)
- Sel alveolar fagosit (asal dari sirkulasi darah/monosit darah disebut juga Dust cell/sel
debu, membersihkan permukaan epitel alveoli). Sel endotel kapiler (melaipisi
kapiler darah, epitel selapis gepeng)
3






Mekanisme Pernafasan
I. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena gerakan otot-otot antartulang rusuk. Bila otot
antartulang rusuk berkontraksi, tulang rusuk terangkat naik. Akibatnya volume rongga dada
membesar, sehingga tekanan rongga dada turun dan paru-paru mengembang. Pada saat paru-
paru mengembang, tekanan udara di dalam paru-paru lebih rendah daripada tekanan udara di
atsmosfer. Akibatnya udara mengalir dari luar kedalam paru-paru (inspirasi). Sebaliknya,
ketika otot-otot antartulang rusuk relaksasi, tulang rusuk turun. Akibatnya rongga dada
menyempit dan tekanan udara di dalamnya naik. Keadaan ini membuat paru-paru mengempis.
Karena paru-paru mengempis, tekanan udara di dalam paru-paru lebih tinggi daripada tekanan
atsmosfer, sehingga udara keluar (ekspirasi).

2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut terjadi akibat gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi,
diafragma yang semula cembung ke atas bergerak turun menjadi agak rata. Akibatnya rongga
dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga perut menggembung, tekanan udara di
dalam paru-paru turun dan udara dari luar masuk ke dalam paru-paru (inspirasi)
Pengertian Pernafasan
15

Pernafasan mempunyai 2 arti yang sangat berbeda :
1). pernafasan oksigen (O
2
) dalam matabolisme karbohidrat dan berbagai molekul
organik lainnya,
2). suatu proses yang melibatkan pertukaran O
2
dan CO
2
di antara berbagai sel suatu
organisme dan lingkungan luar.
Sebagian besar sel tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan O
2.
Sel
itu harus mampu melenyapkan CO
2
yang merupakan hasil akhir utama dari metabolisme
oksidasi. Organisme bersel satu pertukaran O
2
dan CO
2
terjadi secara langsung dengan
lingkungan luar, tetapi hal itu sama sekali tidak mungkin untuk sebagian besar sel organisme
yang kompleks seperti manusia maupun hewan/ternak. Oleh karena itu, evaluasi hewan besar
memerlukan perkembangan suatu sistem khusus yaitu sistem respirasi (pernafasan) untuk
pertukaran O
2
dan CO
2
bagi hewan tersebut dengan lingkungan sekitarnya meliputi : paru-
paru, jalan udara ke paru-paru, dan struktur dada yang bertanggung jawab terhadap gerakan
udara keluar dan masuk ke paru-paru.
Mekanisme Ventilasi (Pertukaran Udara) Pulmonalis
Paru-paru dapat membesar dan berkontraksi dengan 2 jalan : 1). dengan gerakan turun
naik diafragma akan memanjang dan memperpendek rongga dada, dan 2). dengan
pengangkatan dan penekanan tulang rusuk akan mengangkat / memperbesar dan
menurunkan/memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
Pernafasan normal dilakukan hampir sempurna oleh gerakan inspirasi (menghirup)
diafragma. Selama inspirasi diafragma menarik ke bawah permukaan bagian bawah paru-paru.
Selama ekspirasi (menghembus) diafragma berelaksasi dan mendorong paru-paru ke belakang,
dinding dada dan struktur perut mendorong paru-paru. Selama bernafas berat, dorongan ke
belakang tidak cukup kuat untuk menyebabkan respirasi cepat, hal itu dapat dicapai dengan
kontraksi urat perut yang mendorong isi perut ke atas melawan diafragma bagian bawah. Cara
kedua untuk memperbesar paru-paru adalah dengan meningkatkan/memperbesar ruangan dada
melalui rib cage. Hal itu akan memperbesar paru-paru karena dalam posisi istirahat secara
alamiah, tulang rusuk miring ke bawah, sehingga memungkinkan tulang dada bergerak ke
belakang di depan kolumnis spinalis. Namun, bila rib cage terangkat, tulang rusuk langsung
16

mengarah ke belakang. Dengan demikian, tulang dada pada waktu itu bergerak ke belakang
menjauhi spinosus yang menyebabkan anteroposterior dada menjadi lebih besar kira-kira 20%
selama respirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi. Oleh karena itu, berbagai otot
tersebut yang mengangkat rongga dada dapat diklasifikasikan sebagai urat daging inspirasi,
dan urat daging yang menekan rongga dada adalah urat daging ekspirasi.

Kapasitas dan Volume Paru-paru
Suatu metode sederhana untuk mempelajari pertukaran udara paru adalah mancatat
volume udara yang bergerak ke dalam dan ke luar paru-paru disebut spirometer. Sebuah alat
spirometer terdiri dari sebuah silinder yang berada dalam sebuah ruangan berisi air yang
keseimbangannya dapat diatur melalui suatu pemberat. Dalam selinder terdapat campuran
udara pernafasan biasanya udara atau O
2
; suatu tabung yang menghubungkan mulut dengan
ruang udara. Karena nafas masuk dan ke luar ruang udara maka silinder terangkat/naik dan
turun, dan suatu grafik akan terlihat pada kertas yang terdapat pada silinder yang berputar.
Untuk memudahkan menjelaskan berbagai kejadian pertukaran udara paru-paru maka udara
dalam paru-paru telah dibagi menjadi 4 volume dan 4 kapasitas. Volume paru-paru bagian kiri
terdiri atas 4 volume yang berbeda dan bila dijumlahkan semuanya sama dengan volume
maksimum paru-paru yang masih dapat diharapkan. Arti penting dari masing-masing volume
tersebut adalah sebagai berikut.



17

1. Volume tidal (tidal volume = TV) adalah volume udara pada waktu inspirasi
atau ekspirasi normal, dan volumenya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV) adalah volume
ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi normal sebagai volume
udara tambahan terhadap volume volume tidal, dan biasanya volume udara itu
kira-kira 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reseve volume = ERV) adalah jumlah
udara yang masih dapat dikeluarkan dengan berekspirasi sekuat-kuatnya
(maksimum) pada saat akhir ekspirasi normal, biasanya volume ini kira-kira
1100 ml.
4. Volume residu (residual volume = RV) adalah volume udara yang masih
tinggal di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi maksimum. Volume
residu ini rata-rata 1200 ml.
Kapasitas paru-paru dalam siklus paru-paru kadang-kadang perlu mempertimbangkan
2 atau lebih volume udara tersebut di atas secara bersama-sama. Penggabungan ini disebut
kapasitas paru-paru. Kapasitas paru-paru berbeda-beda dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC) = volume tidal (TV) + volume
cadangan inspirasi (IRV). Ini adalah sejumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang berarti
seseorang bernafas mulai dengan tingkat ekspirasi normal dan memperbesar paru-
parunya hingga maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity/FRC) = volume cadangan
ekspirasi (ERV) + volume residu (RV). Ini adalah sejumlah udara yang tinggal dalam
paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).
3. Kapasitas vital (vital capacity/VC) = volume cadangan inspirasi (IRV) + volume tidal
(TV) + volume cadangan ekspirasi (ERV). Ini adalah jumlah udara maksimum yang
dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ekspirasi dan dilanjutkan dengan ekspirasi
maksimum.
4. Kapasita total paru-paru (total lung capacity/TLC) adalah volume maksimum paru-
paru yang masih dapat diperbesar dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800
ml). TLC = IRV + TV + ERV + RV.

18

Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini bahwa laki-laki mempunyai VT = 400 ml, VC =
4800 ml, IRV = 3100 ml, IC = 3600 ml, ERV = 1200 ml, RV = 1200 ml, FRC = 2000 ml,
TLC = 6000 ml. Sapi betina (dalam keadaan tidur) mempunyai TV = 3100 ml; sedangkan
dalam posisi berdiri adalah 3800 ml. Semua volume dan kapasitas paru-paru wanita 20 25%
lebih rendah dibandingkan laki-laki, dan volume serta kapasitasnya lebih besar pada orang
yang bertubuh besar dan olahragawan dibandingkan dengan orang yang bertubuh kecil dan
menderita asma.
6

Mekanisme Respirasi
Selama respirasi, terjadi gerakan dada (thorax) dan perut. Pada inspirasi sternum
coracoid , furcula, dan rusuk bergerak ke depan dan ke bawah. Rusuk vertebral ditarik ke
depan dan ke dalam. Jadi, pada inspirasi diameter vertikal dada bertambah besar dan diameter
melintangnya bertambah kecil. Paru-paru membesar pada saat inspirasi, dan tulang rusuk serta
dada tertarik ke arah dalam.
4
Mekanisme pernafasan secara singkat
1. Mekanisme I nspirasi
Otot-otot interkostal berkontraksi akibatnya tulang rusuk terangkat.
Kontraksi otot interkostal diikuti oleh kontraksi otot diafragma.
Akibat kontraksi kedua otot ini, rongga dada menjadi membesar.
Rongga dada yang bertambah besar menyebabkan tekanan udara di paru-paru menjadi
kecil.
Akibatnya udara masuk ke dalam paru-paru.
2. Mekanisme Eskpirasi
Otot-otot interkostal berelaksasi akibatnya tulang rusuk turun.
Relaksasi otot interkostal diikuti oleh berelaksasinya otot diafragma
Akibat relaksasi kedua otot ini, rongga dada menjadi menjadi mengecil.
Rongga dada yang mengecil menyebabkan tekanan udara di paru-paru menjadi besar.
Akibatnya udara keluar dari dalam paru-paru ke lingkungan.
5

19

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi adalah :
1. Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
5

2. Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.
5

3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
5

4. StatusKKesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5

20

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-
obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
5

6. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah
O
2
, sehingga makin sedikit O
2
yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang
pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman
pernapasan yang meningkat.
5
7. Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi
lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihisap
menurun, kita pun menjadi lemas.
5


PENUTUP


KESIMPULAN :

Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , paru-paru , tulang rusuk , otot interkosta ,
bronkus, bronkiol , alveolus dan diafragma .

Dapat disimpulkan, seluruh organ dalam system pernapasan sangat penting antara satu sama
lain dan harus dijaga dan dipelihara. Karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan
mengganggu organ sistem pernafasan yang lain. Di dalam kasus ini juga suatu metode
sederhana untuk mempelajari pertukaran udara paru adalah mancatat volume udara yang
bergerak ke dalam dan ke luar paru yang disebut spirometer. Spirometer digunakan untuk
mengukur volume paru, antara lain volume tidal, volume cadangan inspirasi (inspiratory
reserve volume), volume cadangan eksipirasi (expiratory reserve volume) , dan volume
residual ( Residual Volume ).
21

DAFTAR PUSTAKA


1. Conectique.17 april 2007 . Diunduh dari :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Y9WG8b4DrwAJ:dare2do.w
ordpress.com/tag/batuk/+arti+batuk+berdahak&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id

2. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran.
3. Junqueira, Luis Carlos dan Jose Carneiro. 2007. .Histologi Dasar, Teks dan Atlas edisi
10. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
4. R.Putz dan R.Pabst. Atlas Anatomi Manusia, Sobotta, Tabel otot dan saraf, edisi 22.
2006.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
5. Guyton & Hall. Buku Ajar, Fisiologi Kedokteran. 2007. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran.
6. Gunadi Santoso,dkk. Respirasi-1.2010.Jakarta. Penerbit Kedokteran Ukrida.

Anda mungkin juga menyukai