Anda di halaman 1dari 19

PLURALITAS, KONFLIK, DAN KEARIFAN DAKWAH

Suprapto

A. Prolog
Dalam satu dasawarsa terkahir, beberapa tragedi
kemanusiaan yang memilukan sekaligus mengkhawatirkan
berlangsung silih berganti di Indonesia.
1
Serentetan peristiwa
kerusuhan sosial (riots) itu telah membelalakkan mata semua orang
tentang apa yang sedang terjadi di negara yang dulunya dikenal
damai dan adem ayem ini. Konlik sosial yang sejatinya
merupakan bagian dari a dinamic chance dan karenanya bersiat
positi !demikian menurut "ewis #oser
$
! telah berubah menjadi
amuk massa yang nggegirisi yang sulit diprediksi kapan
berakhirnya.
%
&idak hanya eskalasi konlik yang kian bertambah,
siat konlik pun berkembang tidak hanya hori'ontal tetapi juga
(ertikal.
)anyak orang susah men*ari penyebab dari semua ini.
Kerumitan mengurai penyebab konlik yang mendadak sontak
merebak di hampir semua tempat di tanah air berbuntut pada
ketidakmampuan menemukan ormula jitu bagi sebuah resolusi
konlik yang manjur. Sesuai dengan bentuk, jenis dan eskalasi

+lumni ,,S I+I- Sunan +mpel Surabaya ini adalah Ketua .urusan
,engembangan /asyarakat Islam 0akultas Dakwah I+I- /ataram.
1
Dari data yang terekspose melalui media massa, kerusuhan!kerusuhan itu antara
lain terjadi di ,urwakarta (awal -o(enmber 1112)3 ,ekalongan (akhir -o(ember 1112)3
&asikmalaya (September 1114)3 Situbondo (5ktober 1114)3 6engasdengklok (.anuari
1117)3 &emanggung dan .epara (+pril 1117)3 ,ontianak (+pril 1117)3 )anjarmasin (/ei
1117)3 8nde di 0lores dan Subang (+gustus 1117) dan /ataram (.anuari $999).
Selengkapnya lihat .ajat )urhanuddin dan +ri Subhan, eds., Sistem Siaga Dini terhadap
Kerusuhan Sosial (.akarta: )alitbang +gama Depag 6I dan ,,I/, $999), %.
$
#oser memang tidak menyangkal bahwa terdapat konlik yang destrukti dan
berungsi disintegrati. -amun ia menjelaskan bahwa ada konlik sosial yang bernilai
positi. &erdapat tiga argumentasi yang mendasari pendapatnya. Pertama, situasi konlik
akan meningkatkan kohesi internal dari kelompok!kelompok terkait3 kedua, mampu
men*iptakan assosiasi!assosiasi dan koalisi!koalisi baru dan ketiga, dengan konlik akan
terbangun kesimbangan kekuatan antar kelompok terlibat "ihat, "ewis #oser, The
Function of Social Conflict, (-ew ;ork: 0ree ,ress, 1142).
%
Selain kasus peledakan bom I, II di )ali dan .akarta serta kota!kota lain beberapa
waktu yang lalu, kasus kerusuhan +mbon dan ,oso pas*a eksekusi &ibo #S. hingga
sekarang masih terus berlangsung dan belum menunjukkan tanda!tanda akan berhenti.
1
konlik yang memang beragam, beragam pula aktor penyebabnya.
,enyebab konlik dapat berupa aktor politik, kesenjangan
ekonomi, kesenjangan budaya, sentimen etnis dan agama. <anya
saja, aktor ekonomi dan politik sering ditunjuk berperan paling
dominan dibanding dua aktor yang disebut terakhir. Kendati a*ap
terlihat di lapangan bahwa konlik yang ada kerap menggunakan
simbol!simbol agama misalnya pembakaran dan perusakan tempat!
tempat ibadah, penyerangan dan pembunuhan terhadap penganut
agama tetentu, namun pertentangan agama dan etnis ternyata
hanyalah aktor ikutan saja dari penyebab konlik yang lebih
kompleks dengan latar belakang sosial, ekonomi dan politik yang
pekat.
/eskipun demikian, tidak ada salahnya (bahkan teramat
penting untuk diabaikan) bagi umat beragama untuk mengkaji dan
menemukan *ara yang eekti bagi penghayatan, pengamalan
sekaligus penyebaran ajaran agama di tengah masyarakat Indonesia
yang plural ini. +da beberapa alasan mengapa aktiitas demikian
terasa penting untuk dilakukan. <al ini karena agama=disebabkan
sempitnya pemahaman para pemeluknya se*ara potensial memang
berpeluang menyulut konlik. /aka wajar jika banyak ilmuwan
sekuler yang mengatakan bahwa agama adalah biang kerusuhan.
>
&ampaknya sinyalemen seperti ini terkesan berlebihan dan
*enderung menghakimi. &etapi satu hal yang pasti, sebagaimana
sering kita dengar dalam tesis lama dalam ilmu!ilmu sosial, bahwa
agama selain menjadi aktor pemersatu sosial, juga berpeluang
menjadi unsur konlik. Dua unsur yang tak terpisahkan yang oleh
>
+. -. ?ilson misalnya menuduh agama sebagai yang paling bertanggungjawab
terhadap segala bentuk pertikaian dan perang yang terjadi di dunia ini. Dalam sebuah
bukunya yang berjudul Againts Religion !hy !e Should Try "i#e !ithout $t, ia
menyatakan @Dalam al!Kitab ()ible) dikatakan bahwa *inta uang adalah akar kejahatan.
/ungkin lebih benar lagi kalau dikatakan *inta &uhan adalah akar segala kejahatan.
+gama adalah tragedi umat manusia. Ia mengajak kepada yang luhur, paling murni, paling
tinggi dalam jiwa manusia, namun hampir tidak ada sebuah agama yang tidak ikut
bertanggungjawab atas berbagai peperangan, tirani, dan penindasan kebenaran. /arA
menggambarkan agama sebagai *andu masyarakat3 tetapi agama jauh lebih berbahaya
daripada *andu. +gama mendorong orang untuk menganiaya sesamanya, untuk
mengagungkan perasaan dan pendapat mereka sendiri atas perasaan dan pendapat orang
lain, untuk mengklaim bagi diri mereka sebagai pemilik kebenaranB. "ihat +. -. ?ilson,
Againts Religion !hy !e Should Try "i#e !ithout $t, ("ondon: #hatto and ?indus,
111$), 1 sebagaimana dikutip oleh -ur*holis /adjid, $slam Agama Kemanusiaan
%em&angun Tradisi dan 'isi (aru $slam di $ndonesia (.akarta: ,aramadina, 1112), 1$1.
$
S*himmel diibaratkan seperti sisi mata uang yang sama dalam
proses kohesi dan konsensus.
)ertolak dari paparan di atas, maka terdapat hal!hal penting!
mendesak untuk lebih serius dikaji antara lain3 pluralitas masyarakat
berikut potensi konlik yang menyertainya, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran serta sistem penyebaran agama
atau yang dalam Islam terkenal dengan istilah )al*dak+ah,.
,emahaman yang benar terhadap semua persoalan ini pada
gilirannya akan sangat bermanaat sebagai salah satu upaya meretas
problem hubungan antar umat beragama di Indonesia yang hari!hari
ini sering terkoyak.
B. Menyikai Pl!rali"a#
Identik dengan istilah pluralismeC yang berarti beragamC,
pendapat orang tentang istilah ini juga beraneka ragam pula. Se*ara
hariah pluralisme berarti jamak, beberapa, berbagai hal,
keberbagaian atau banyak. 5leh karenanya sesuatu dikatakan plural
pasti terdiri dari banyak hal jenis, pelbagai sudut pandang serta
latar belakang.
2

Istilah pluralisme sendiri sesungguhnya adalah istilah lama
yang hari!hari ini kian mendapatkan perhatian penuh dari semua
orang. Dikatakan istilah lama karena perbin*angan mengenai
pluralitas telah dielaborasi se*ara lebih jauh oleh para pemikir
ilsaat ;unani se*ara konseptual dengan aneka ragam alternati
meme*ahkannya. ,ara pemikir tersebut mendeinisikan pluralitas
se*ara berbeda!beda lengkap dengan beragam tawaran solusi
menghadapi pluralitas. ,ermenides menawarkan solusi yang
berbeda dengan <eraklitos, begitu pula pendapat ,lato tidak sama
dengan apa yang dikemu!kakan +ristoteles.
4
<al itu berarti bahwa
isu pluralitas sebenarnya setua usia manusia.
Sebelum pertimbangan!pertimbangan atau interrest*interrest
yang bersiat politis, ideologis dan ekonomis menyertai kehidupan
2
SyaaCatun 8lmir'anah, et. al., Pluralisme, Konflik dan Perdamaian Studi
(ersama Antar $man, (;ogyakarta: ,ustaka ,elajar, $99$), 7.
4
,erbin*angan pluralisme menurut +min +bdullah sesungguhnya tak lebih seperti
put a ne+ +ine in the old &ottle (memasukkan minuman anggur baru dalam kemasan
lama). )a*a /. +min +bdullah, Dinamika $slam Kultural Pemetaan Atas !acana $slam
Kontemporer, )andung: /i'an, $999), 4D.
%
seseorang, dalam kehidupan praktis sehari!hari, umat manusia telah
menjalani kehidupan yang pluralistik se*ara alamiah dan wajar!
wajar saja. Kehidupan mengalir apa adanya tanpa ada prasangka
dan perhitungan!perhitungan lain yang lebih rumit. ,ersoalan
menyeruak ketika berbagai kepentingan dan pertimbangan tadi
menempel dalam pola interaksi antar manusia. +palagi jika
kepentingan yang disebut di atas lebih menonjol, maka gesekan dan
konlik adalah sesuatu yang tak terelakkan.
)angsa Indonesia sendiri adalah bangsa yang sering disebut
sebagai bangsa paling majemuk di dunia. Di negara dengan jumlah
penduduk lebih dari $99 juta jiwa ini, berdiam tidak kurang dari %99
etnis dengan identitas kulturalnya masing!masing, lebih dari $29
bahasa dipakai, beraneka adat istiadat serta beragam agama di anut.
Kendati demikian kehidupan berjalan apa adanya selama bertahun!
tahun. 5rang dengan suku berbeda dapat hidup rukun dengan suku
lain yang berbeda adat, bahasa, agama dan keper*ayaan. Eesekan
dan konlik memang kerap terjadi kerena memang hal itu bagian
dari dinamika masyarakat, namun semua gesekan yang ada masih
dalam tahap terkendali. Keadaan berubah ketika masyarakat
pendukung tak mampu menyikapi dan mengelola segala perbedaan
dan konlik yang ada menjadi @energi sosialB bagi pemenuhan
kepentingan bersama.
Konlik sendiri sebagaimana dipaparkan di bagian lain tulisan
ini, merupakan kenis*ayaan. Keberadaannya senantiasa mengiringi
masyarakat plural. <ampir tidak mungkin sebuah masyarakat yang
plural tak terlibat dan mengalami konlik. Konlik di sini memang
tidak identik dengan kerusuhan dan pertikaian. Konlik bisa saja
tidak mun*ul kepermukaan karena diredam sebagaimana selama ini
eekti dimainkan oleh re'im pemerintah 5rde )aru, tetapi
keberadaannya tak akan hilang sama sekali. .ika keadaan
memungkinkan konlik terselubung (hidden conflict) itu akan
meledak seperti saat ini. Dengan kata lain, akibat tersumbatnya
konlik se*ara tidak proporsional maka akan lahir konlik yang
distrukti dan berpotensi disintegrati bagi kelangsungan sebuah
bangsa.
.ika pluralisme itu gi#en, sementara konlik adalah sesuatu
yang inhern di dalamnya. ,ertanyaan selanjutnya bagaimana
mengelola pluralitas dan konlik yang ada sehingga menjadi sebuah
>
energi sosial bagi pen*iptaan tatanan bangsa yang lebih baik.
.awabannya tentu panjang dengan melibatkan pengkajian seluruh
aktor yang ada. +kan tetapi terkait dengan kajian ini (memahami
pluralitas), ternyata menjaga kerukunan tidak *ukup hanya
memahami keanekaragaman yang ada di sekitar kita se*ara apatis
dan pasi. /emahami pluralisme meski melibatkan sikap diri
se*ara pluralis pula. Sebuah sikap penuh empati, jujur dan adil
menempatkan kepelbagaian, perbedaan pada tempatnya, yaitu
dengan menghomati, memahami dan mengakui eksistensi orang
lain, sebagaimana menghormati dan mengakui eksistensi diri
sendiri.
Demikian juga dalam menyikapi pluralisme beragama. Sikap
yang seyogyanya dilakukan seseorang adalah dengan memahami
dan menilai @yangB (agama) lain berdasarkan standar mereka
sendiri serta memberi peluang bagi mereka untuk
mengartikulasikan keyakinannya se*ara bebas. +lwi Shihab
memberi gabaran *ukup baik dalam mengartikulasikan pluralisme
agama. /enurutnya, @,luralisme agama adalah bahwa tiap pe!
meluk agama dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak
orang lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan
dan persamaan, guna ter*apainya kerukunan dalam kebhinekaanB
7
.
/elalui pemahaman tentang pluralisme yang benar dengan diikuti
upaya mewujudkan kehidupan yang damai seperti inilah akan
ter*ipta toleransi antar umat beragama di Indonesia.
&oleransi yang dimaksud tentu saja bukan toleransi negati
(negatif tolerance) sebagaimana yang dulu pernah dijalankan oleh
pemerintah orde baru, tetapi toleransi yang benar adalah toleransi
positi (positi#e tolerance-. Sikap toleran yang disebut pertama
adalah sikap toleransi semu dan penuh dengan kepura!puraan.
&oleransi jenis pertama ini menganjurkan seseorang untuk tidak
menonjolkan agamanya di hadapan orang yang beragama lain. .ika
+nda Kristen, maka jangan menonjol!nonjolkan ke!Kristenan +nda
di hadapan orang /uslim, demikian pula sebaliknya. Sementara
toleransi yang tersebut kedua adalah toleransi yang sesungguhnya,
yang mengajak setiap umat beragama untuk jujur mengakui dan
mengekspresikan keberagamaannya tanpa ditutup!tutupi. Dengan
7
+lwi Shihab, $slam.,%>9
2
demikian identitas masing!masing umat beragama tidak
tereliminasi, bahkan masing!masing agama dengan bebas dapat
mengembangkannya. Inilah toleransi yang dulu pernah dianjurkan
oleh Kuntowijoyo.
D
/eskipun konsep toleransi positi seperti di atas terbilang
konsep lama, tetapi implemenetasinya bukanlah perkara mudah.
Sebuah sur(ey mutaakhir yang dilakukan oleh ,usat ,engkajian
Islam dan /asyarakat (,,I/) FI- .akarta terhadap Sikap
Komunitas ,endidikkan Islam dan &oleransi dan ,luralisme
memperlihatkan beberapa gambaran yang *ukup mengkhawatirkan.
Sur(ey yang dilakukan di awal tahun $994 ini se*ara umum
menunjukkan bahwa komunitas pendidikkan Islam Indonesia
memperlihatkan sikap kurang bahkan tidak toleran.
1
<al ini bisa
dilihat dari besarnya responden (D2,7G) yang tidak setuju anggota
keluarganya menikah dengan non!muslim, anggota keluarga boleh
menikah dengan non muslim, asal masuk Islam lebih dulu (DDG).
Sementara terhadap pertanyaan3 dibanding umat lain, umat Islam
adalah sebaik!baik umat sebanyak 1$,2G karenanya non!Islam
harus masuk agama Islam (2D,7G). &idak boleh mengu*apkan
salam @assalamualaikumB dan selamat hari natal (@selamat natalB)
kepada non!/uslim (7%,2G) dan setiap /uslim berkewajiban
mendakwahkan agamanya kepada orang!orang non muslim (7%G).
19
+danya akta seperti ini tentu merupakan sesuatu sangat
memprihatinkan karena hal ini terjadi di komunitas pendidikkan
agama Islam. +rtinya jika komunitas pendidikkan saja !sebagai
bagian dari transmisi ajaran Islam! menunjukkan sikap demikian,
maka bisa dibayangkan bagaimana dengan komunitas awam.
$. Men!%! Dak&a' yang Ari( )an Tran#(or*a"i(
)erbagai gambaran riil di lapangan menunjukkan bahwa
merajut tali kerukunan dan toleransi di tengah pluralitas agama
memang bukan perkara mudah. )eberapa aktor berikut jelas
D
)a*htiar 8endi, @/enyoal ,luralisme di IndonesiaB dalam "i#ing Together in
Plural Societies/ Pengalaman $ndonesia $nggris, ed. 6aja .uli +ntoni (;ogyakarta:
,ustaka ,erlajar, $99$), $%1!$>1.
1
"ihat @Kekerasan Keagamaan di Kalangan /uslim: /empertimbangkan 0aktor
,endidikkanB dalam )uletin $slam 0 1ood 1o#ernance, 8disi HIII, September (.akarta,
,,I/ FI- .akarta, $994), 1 = D.
19
$&id2
4
merupakan an*aman bagi ter*apainya toleransi. Pertama, sikap
agresi para pemeluk agama dalam mendakwahkan agamanya.
Kedua, adanya organisasi!organisasi keagamaan yang *enderung
berorientasi pada peningkatan jumlah anggota se*ara kuantitati
ketimbang melakukan perbaikan kualitas keimanan para peme!
luknya. Ketiga, disparitas ekonomi antar para penganut agama yang
berbeda.
11
Euna meminimalisir an*aman seperti ini (terutama
an*aman pertama dan kedua), maka mau tidak mau umat Islam,
demikian juga umat lain, dituntut untuk menata aktiitas
penyebaran atau dakwah agama se*ara lebih proporsional dan de!
wasa.
Kedewasaan ini perlu mendapat perhatian semua pihak karena
upaya membina kerukunan umat beragama seringkali terkendala
oleh adanya kenyataan bahwa sosialisasi ajaran keagamaan di
tingkat akar rumput lebih banyak dikuasai oleh juru dakwah yang
kurang peka terhadap kerukunan umat beragama. Semangat
berdakwah yang tinggi dari para pegiat dakwah ini seringkali
dinodai dengan *ara!*ara menjelek!jelekan milik (agama) orang
lain.
&erkait dengan ini, beberapa hal berikut tampaknya
merupakan persoalan mendasar yang harus senantiasa diupayakan,
jika Islam diharapkan menjadi rahmah untuk seluruh alam. Ketiga
hal itu adalah (1), penyiapan daCi yang ari sekaligus bersikap
inklusi, bukan eksklusi3 ($), memilih materi dakwah yang
menyejukkan dan (%), dakwah berparadigma transormati sebagai
modal menuju kerjasama antar umat beragama. ;ang pertama, erat
kaitannya dengan penyiapan kompetensi personal seorang dai
sedang sisanya kompetensi penunjang yang harus menjadi concern
seorang pendakwah atau mu&alligh.
Da+i yang Ari( lagi Inkl!#i(. +dalah tugas setiap umat Islam
untuk tidak hanya melaksanakan ajaran agamanya, tetapi juga
mendakwahkannya keada diri sendiri maupun orang lain di
manapun dan kapan pun. Dakwah sebagai upaya penyebaran ajaran
Islam merupakan misi su*i sebagai bentuk keimanan setiap muslim
akan kebenaran agama yang dianutnya. +l!IurCan dalam surat +l!
-ahl (14): 1$2 se*ara tegas menyebutkan, @Serulah 3manusia- ke
11
)urhanuddin, et. all., SistemJ., $D.
7
4alan Tuhanmu dengan hikmah dan pela4aran yang &aik dan
&eragumentasilah dengan mereka dengan yang &aik 3pula-2
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling mengetahui siapa yang
tersesat dari 4alan*5ya dan Dialah yang le&ih mengetahui orang*
orang yang mendapat petun4uk,2 Demikian juga sebuah hadis yang
sering kita dengar se*ara eksplisit menyerukan agar kita
menyampaikan kebenaran dari nabi meskipun satu ayat (sedikit)
serta beberepa beberpa dalil lain yang kompatible dengan anjuran
berdakwah.
Dari ayat di atas, satu hal yang pasti dan mesti digarisbawahi
adalah bahwa dakwah hendaknya dilakukan se*ara bijaksana dan
penuh kedewasaan. Kedewasaan sebagai umat yang akan
mengantarkan keluhuran Islam di mata kelompok lain serta
menjadikan orang lain merasa aman (secure) dan tak teran*am
dengan Islam. +gar tujuan mulia seperti ini ter*apai maka hal!hal
berikut seyogyanya dimiliki oleh seorang daCi dalam melakukan
dakwah pada masyarakat plural.
Pertama, menyadari heterogenitas masyarakat sasaran
dakwah (madu) yang dihadapinya. Keragaman audiens sasaran
dakwah menuntut metode dan materi serta strategi dakwah yang
beragam pula sesuai kebutuhan mereka. -abi sendiri melalui
hadisnya menganjurkan pada kita untuk memberi nasehat, inormasi
kepada orang lain sesuai tingkat kemampuan kognisinya
(6u7ulihim).
Kedua, dakwah hendaknya dilakukan dengan menaikan
unsur!unsur keben*ian. 8sensi dakwah mestilah melibatkan dialog
bermakna yang penuh kebijaksanaan, perhatian, kesabaran dan
kasih sayang. <anya dengan *ara demikian audiens akan menerima
ajakan seorang dai dengan penuh kesadaran. <arus disadari oleh
seorang dai bahwa kebenaran yang ia sampaikan bukanlah satu!
satunya kebenaran tunggal, satu!satunya kebenaran yang paling
absah. Karena, meskipun kebenaran wahyu agama bersiat mutlak
adanya, tetapi keterlibatan manusia dalam memahami dan
menasirkan pesan!pesan agama selalu saja dibayang!bayangi oleh
subyektiitas atau hori'on kemanusiaan masing!masing orang.
Ketiga, dakwah hendaknya dilakukan se*ara persuasi, jauh
dari sikap memaksa karena sikap yang demikian di samping kurang
ari juga akan berakibat pada keengganan orang mengikuti seruan
D
sang daCi yang pada akhirnya akan membuat misi su*i dakwah
menjadi gagal. @Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari
&uhanmu. /aka, silahkan (se*ara sukarela) siapa yang hendak
beriman berimanlah dan siapa yang ingkar silahkan (Is. +l!Kahi
(1D): $1)3 @&iada paksaan dalam memeluk agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas perbedaan antara yang benar dan yang
sesat. (Is. +l!)aKoroh ($)3 $24).
Keempat, menghindari pikiran dan sikap menghina dan men!
jelek!jelekkan agama atau menghujat &uhan yang menjadi
keyakinan umat agama lain. Dalam surat al!+nCam (4)3 19D, +llah
berirman, @Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka
sembah, karena mereka nanti akan memaki +llah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuanB. &ak ada salahnya jika etika
berdakwah sedikit meniru etika periklanan. Salah satu etika yang
jamak disepakai dalam kegiatan menawarkan sebuah produk ini
adalah di samping tidak memaksa konsumen untuk membeli produk
tertentu, juga larangan menghina atau menjelek!jelekkan produk
lain. .ika hal itu dilakukan tentu pihak=pihak yang dirugikan akan
melakukan somasi, protes dan dapat berakibat pada pengaduan
pen*emaran nama baik.
Kelima, menenggang perbedaan dan menjauhi sikap
ekstrimisme dalam bergama. ,rinsip Islam dalam beragama adalah
sikap jalan tengah, moderat (umatan +asathon-. Sejumlah ayat al!
IuraCan dan al!<adis se*ara tegas menganjurkan umat Islam untuk
mengambil jalan tengah, menjauhi ekstrimisme, menghindari
kekakuan atau kerigidan dalam beragama. Sikap ekstrimisme
biasanya akan berujung pada sikap kurang toleran, mengklaim
pendapat sendiri sebagai paling absah dan benar (truth claim-
sementara yang lain salah, sesat, &idah (heterodoks). +lwi Shihab
(11D1) mengungkapkan pernyataan +bL IshaK +l!Syatibi yang
meyatakan, @Kurangnya pengetahuan agama dan kesombongan
adalah akar!akar bidCah serta perpe*ahan umat, dan pada akhirnya
dapat menggiring kearah perselisihan internal dan perpe*ahan
perlahan!lahanB.
1$
1$
"ebih lanjut Shihab menyatakan bahwa untuk men*egah ekstrimesme, dan
menjaga keseimbangan dan toleransi dalam agama adalah dengan mengeektikan dakwah
di internal umat Islam terlebih dahulu. Sehingga ketika umat Islam mampu melakukan hal
demikian maka orang lain akan apresiati terhadap ideal!ideal islam seperti tasamuh
1
<al!hal di atas dan tentu saja ditambah dengan kompetensi
personal yang harus dimiliki seorang dai, jika dilaksanakan se*ara
sungguh!sungguh maka akan sangat berguna bagi upaya menjaga
harmoni di antara semua penganut agama. Sebagai tambahan,
kompetensi personal yang harus dimiliki seorang daCi di atas hanya
dapat ter*apai jika daCi tersebut tidak hanya mempunyai
pengetahuan yang banyak tentang agamanya, tetapi juga memiliki
pemahaman yang benar dalam menterjemahkan pesan!pesan moral
agama Islam.
Di samping itu, tentu saja prinsip!prinsip Islam tentang
pluralisme dan penghargaan terhadapnya mestilah terinternalisasi
se*ara baik dalam diri setiap daCi. ,rinsip Islam tentang pluralisme
tergambar baik dalam landasan etik!normati yang terdokumentasi
dalam al!IurCan dan al!<adis maupun rekaman historis pengalaman
-abi /uhammad ketika mengalami perjumpaan dengan agama
lain.
1%
#ontoh ayat!ayat al!IurCan yang dapat dijadikan landas
tumpu terhadap penghargaan dan penyikapan yang benar terhadap
pluralisme misalnya, Is. +l!)aKoroh ($)3 4$ dan 1>D3 dua ayat ini
di samping mengandung kenyataan bahwa pluralitas itu bagian dari
Sunnat*u All8h sekaligus juga melaui pluralitas kita dituntut untuk
berlomba dalam kebaikan. (fasta&i7 al*khair8t). ,luralisme juga
merupakan kebijakan &uhan yang berlaku dalam sejarah (Is. +l!
6um (%9): $$ dan al!)aKarah ($): $1%.
+rtinya kenyataan pluralitas demikian adalah keinginan +llah
sendiri, karena jika +llah menghendaki, tentulah Dia men*iptakan
manusia dalam satu komunitas saja. Ide semisal ini diulang!ulang di
banyak tempat dalam al!IurCan dengan penekanan berbeda semisal
pengujian kualitas hamba terhadap pemberian!-ya (Is.+l!/aCidah
(2): >D)3 peringatan bahwa mereka suka berselisih pendapat (Is.
<Ld (11):11D)3 pemberian petunjuk bagi mereka yang mau
(toleransi), $tidal (moderasi) dan adl (keadilan)2 $&id2, $27
1%
&entang perjumpaan dengan agama lain, .a*Kues ?aardenburg sebagaiman
dikutip oleh <arold #oward menyatakan setidaknya Islam mengalami 4 (enam) tahap
perjumpaan tersebut. Salah satunya adalah ase pertama, di mana /uhammad tumbuh
menjadi manusia dewasa di /akkah di tengah komunitas Kristen, ;ahudi, kaum /a'dean,
dan barangkali kaum /anikhean dan kaum Sabian. "ima ase berikutnya dapat di lihat
pada <arold #oward, Pluralisme, Tantangan Agama*agama, ter. (;ogyakarta: Kanisius,
11D1), D1.
19
mengikuti &uhan (Is. +l!-ahl (14): 1%) dan memasukkan orang
yang dikehendaki ke dalam rahmat!-ya (Is. +l! SyLrM (>$): D).
+l!IurCan juga se*ara eksplisit mengajarkan bahwa pada dasarnya
umat manusia adalah tunggal (Is. +l!)aKorah ($): $1%3 ;Lnus (19):
11). +gama adalah satuC dalam dimensi substanti dan
esoterisnyanya. -amun penting di*atat bahwah @kesatuan bukan
berarti @keseragamanB. /eskipun dari luar tampak berbeda, namun
dalam setiap agama terdapat kesamaan yakni kesaman realitas
tertinggi yang menjadi tujuan akhirnya (ultimate goal/ al*gardh)
dari setiap agama. 5leh karena adanya kesamaan inilah maka al!
IurCan mengajak seluruh umat beragama untuk men*ari titik temu
atau yang la'im dikenal dengan istilah kalimat* un sa+M itu
1>
.
@Katakanlah olehmu (/uhammad): ?ahai +hl al!KitMbN
/arilah menuju ketitik pertemuan 3kalimat un sa+M- antara kami
dan kamu: yaitu bahwa kita tidak menyembah selain +llMh dan tidak
menyekutukan!-ya kepada apa pun, dan bahwa sebaghian dari kita
tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai @&uhan!&uhanB selain
+llahB.
+jakan untuk men*arai titik temu di antara penganut agama
di luar Islam yang sering disebut sebagai +hl al!Kitab
12
, memberi
1>
Istilah yang oleh ,roesor Doktor -ur*holis /adjid sering diindonesiakan
dengan @semangat kebenaran yang lapangB ini adalah esensi dari Islam. Sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam +hmad se*ara tegas menyebutkan3 @Ibn +bbas menuturkan
bahwa -abi s.a.w. ditanya, @+gama mana yang paling di*intai +llahOB -abi menjawab,
@Semangat kebenaran yang toleran 3al*hanifiyah al*samhah-. .uga sebuah hadis, +isyah
menuturkan bahwa 6asulullah s.a.w. bersabda, @<ari ini pastilah kaum ;ahudi tahu bahwa
dalam agama kita ada kelapangan. Sesungguhnya aku ini diutus dengan semangat
kebenaran yang lapang 3Al*hanifiyah al*samhah-, (<6 Imam +hmad) Dikutip dari )udi
/unawar 6a*hman, $slam Pluralis !acana Kesetaraan Kaum (eriman, (.akarta:
,aramadina, $991), $1.
12
Konsep Ahl al*Kita& dalam Islam sesungguhnya menunjuk semua kelompok
agama di luar agama Islam tidak hanya sebatas agama ;ahudi dan -asrani. &ermasuk di
dalamnya /ajusi dan ShabiCin yang se*ara eksplisit diakui oleh al!Iuran sebagai (Is.al!
)aKarah ($): 4$3 al!<ajj ($$): 17). )ahkan banyak ulama yang menyatakan bahwa konsep
ahl al*kita& menunjuk pada semua agama termasuk )udha, <indu, Kong <u #u. +dalah
6asyid 6idho yang se*ara tegas mengairmasi hal demikian dengan pernyataannya, @;ang
namapak ialah bahwa al!IurCan menyebut para penganut agama!agama terdahulu, kaum
Sabiin dan /ajusi dan tidak menyebut kaum )rahma (<indu), )udha dan para pengikut
Konusius karena (hanya) kaum SabiCin dan /ajusi yang dikenal oleh bangsa +rab yang
menjadi sasaran mula!mula al!IurCan, karena kaum /ajusi dan ShabiCin itu berdekatan
dengan mereka di Irak dan )ahrain, dan mereka (orang!orang +rab) belum melakukan
perjalanan ke India, .epang dan #ina sehingga mereka mengetahui golngan yang lain J.B
Dikutip dari -ur*holis /adjid, et. al., Fi7ih "intas Agama, %em&angun %asyarakat
11
implikasi lanjut berupa keyakinan bahwa: siapa pun dapat
memperoleh @keselamatanB (sal#ation) asalkan ia beriman kepada
+llah, kepada hari kiamat dan berbuat baik. Karena bagi mereka
semua, +llah telah menyediakan pahala masing!masing, tidak ada
kekhawatiran pada mereka dan tidak pula bersedih hati. (Is. +l!
)aKoroh ($)3 4$ dan ayat yang mirip dengan ini (Is. al!/MiCidah
(2)3 41).
/enarik untuk disebutkan, bahwa perhatian dan pengakuan
Islam akan agama lain seperti di atas sesungguhnya merupakan
bagian dan sekaligus sayarat bagi kesempurnaan keimanan seorang
/uslim.
14
+rtinya jika seseorang ingin imannya sempurna maka
wajib baginya mengakui dan menghormati agama lain. &idak lah
mengherankan jika toleransi yang sedemikian tinggi ini menjadi
*atatan tersendiri bagi para pengamat Isam semisal #yril Elasse
yang menyatakan3 @Kenyataan bahwa satu wahyu (Islam) menyebut
wahyu!wahyu lain sebagai absah adalah sebuah kejadian yang luar
biasa dalam sejarah agama!agamaB.
17

.elas bahwa perhatian al!IurCan terhadap adanya pluralitas
tidak hanya sebatas pengakuan atau akomodasi akan
keberadaannya, tetapi juga kedekatan dan saling menghormati (Is.
+l!/aCidah (2): D$!D%). "ebih dari itu, penghargaan al!IurCan
terhadap agama lain, nabi!nabi lain berikut kitab!kitab su*inya, juga
bukan hanya sebatas penghormatan ormalitas semata, melainkan
pengakuan akan kebenaran mereka juga. )ahkan Islam
memandangnya bukan sebagai @agama lainB yang harus ditoleransi
tetapi sebagai agama yang benar!benar ada se*ara hukum dan
benar!benar agama wahyu dari &uhan.
1D
)erangkat dari pandangan
al!IurCan yang khas tentang pluralisme ini, sesunguhnya kita dapat
$nklusif Pluralis, (.akarta: ,aramadina, $99>), 2$2 <al senada juga diakui oleh 0a'lur
6ahman, menurut 6ahman, kata ahl al*Kita& sering digunakan dalam al!IurCan bukan
untuk menga*u pada suatu kitab khusus yang diwahyukan, @melainkan sebagai suatu
istilah generik yang menunjukkan totalitas wahyu IllahiB. "ihat 0a'lur 6ahman, %a4or
Themes of The 9uran (#hi*ago: )ibliothe*a Islami*a, 11D9), 14>.
14
+'umardi +'ra, @)ingkai &eologi Kerukunan: ,erspekti IslamB dalam Konteks
(erteologi di $ndonesia Pengalaman $slam (.akarta: ,aramadina, 1111), %>.
17
Fngkapan Elasse ini dapat dijumpai pada #yril Elasse, @+hl al!KitabB, dalam
The Concise :nciclopaedia of $slam, (San 0ran*is*o: <arper, 1111), $7
1D
)a*a, +l!0aruKi, @&he 6ole o Islam in Elobal Interreligious Dependen*eB
dalam To+ard a 1lo&al Conggress of the !orld an Religions, ed. ?aren "ewis, (-ew
;ork: )ary &own, Fni(i*ation &heologi*al Seminary), $$!$%.
1$
menarik Pi&rah bahwa pemahaman pluralisme tidak *ukup dengan
mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam,
berbeda!beda suku bangsa dan agamanya, yang justru terkesan
menyiratkan adanay ragmentasi, bukan pluralisme. ,luralisme
harus dipahami sebagai @pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan!
ikatan keadaban (genuine engagement of di#ersity +ithin the &onds
of ci#ility).
11
Singkatnya, pluralisme tidak bisa dipahami sekedar
sebagai @kebaikan negatiB (negatif good). Di mana pluralisme
hanya digunakan untuk menghilangkan anatisme (ta8sh;*&iyah-.
$9
Ma"eri Dak&a' yang Menye%!kkan. Setelah memiliki
kompetensi (atau lebih tepatnya etika dasar) personal berikut
internalisasi nilai!nilai atau prinsip pluralitas pada diri seorang daCi,
maka langkah selanjutnya yang harus diperhatikan oleh seorang daCi
adalah memilih materi dakwah. /emilih materi dakwah yang
dimaksud di sini adalah dengan sebisa mungkin mengedepankan
pesan!pesan agama yang memberi kesejukkan dan sejauh mungkin
menghindari pro(okasi massa ke arah yang destrukti.
Fntuk memilih materi dakwah seperti termaksud di atas, di
samping ditentukan oleh apresiasi positi kepada yang lainC, juga
yang terpenting adalah kematangan para dai dalam memahami
pesan!pesan atau ide moral Islam se*ara keseluruhan. Sekedar
ilustrasi sederhana, mengapa kita suka menonjolkan ayat semisal
@Tidak akan rela orang*orang <ahudi dan 5asrani 3terhadapmu-
sampai kamu mengikuti agama mereka, tanpa dibarengi dengan
penjelasan terhadap konteks ayat tersebut, sementara masih banyak
ayat (pluralis) lainnya yang menghargai agama lain seperti
terungkap di atas. +tau *ontoh lain, kenapa hadis -abi yang artinya,
@F*apkan salam kepada orang lain baik yang kau kenal maupun
yang tidak kau kenal (man arofta +a man lam tarif)B
$1
4usteru
11
)udi /unawar 6ahman, Pluralisme..., %1.
$9
$&id2
$1
&erjemahan hadis yang ini selengkapnya adalah @/emberi makanan dan
memba*a salam kepada siapa yang engkau kenal dan siapa yang tidak kau kenalB /akna
=ahir man arafta +a man lam tarif dalam hadis ini menunjukkan keumuman pada seluruh
manusia, baik yang beriman maupun yang @kairB, baik mengadakan perjanjian damai
maupun yang berperang, karena makna 'ahir ini menunjukkan bahwa salam adalah milik
+llah bukan untuk pemenuhan hak pengenalan. "ihat /usa Syahin "asyin, Fath al*
%uim Syarh Shahih %uslim, )agian I (Kairo: /aktabah al!.Mmiat al!+'hMrQyah, 1179),
$%%, $%7.
1%
terdesak oleh larangan atau atwa yang mengharamkan umat Islam
mengu*apkan salam kepada orang (agama) lain.
$$

0enomena keberagaman yang lebih menggambarkan wajah
kusut hubungan antar umat beragama ini memang tidak hanya
diakibatkan pilihan dai akan materi dakwahnya saja, tetapi juga
oleh aktor lain. Salah satu di antaranya adalah kurangnya
pemahaman akan dialektika teks dan konteks yang berakibat pada
kesalahan pengamalan sekaligus penyebaran syariat Islam.
$%
.ika
kesalahan ini masih sebatas pada praksis indi(idual tentu tidak ada
masalah. ,ersoalan menjadi kompleks ketika kesalahan pemahaman
ini dikomunikasikan dan didakwahkan kepada publik se*ara luas.
Sebabnya jelas, syariat Islam yang kaya akan nilai!nilai dan prinsip!
prinsip untuk kemaslahatan manusia akan tereduksi hingga akhirnya
hilang sama sekali.
Kemaslahatan adalah inti dari syariat Islam. +l!Syatibi
dengan sangat baik mendiskripsikan hal ini. /enurutnya, agama
tidak hanya memuat ajaran yang menekankan aspek peribadatan
atau ritual (ta68&udiyah- semata, tetapi juga membawa
kemaslahatan bagi manusia 3al*maslahah al*68mmah-.
$>
Dak&a' Berara)ig*a Tran#(or*a"i( )an Urgen#i
Ker%a#a*a. 5rientasi dakwah yang lebih mengedepankan
perbaikan kualitas keimanan indi(idual dengan tekanan hanya pada
ketaatan menjalankan ritual keagamaan telah mengabaikan satu
dimensi penting dalam dakwah. Dimensi dakwah yang terabaikan
tersebut adalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Islam
$$
"arangan mengu*apkan salam ini biasanya merujuk pada <adis -abi yang
diriwayatkan oleh +nas bin /Mlik yang artinya, @.angan kamu memulai mengu*apkan
salam kepada orang!orang ;ahudi dan -asrani. .ika kamu menjumpai salah seorang dari
mereka di jalan, desaklah ia sampai ke pinggirB(<6. )ukhari). ,enjelasan lebih lanjut
mengenai kelemahan dalil ini lihat /adjid, et.al., Fi7hJ, 44!7D.
$%
$&id2, $4%.
$>
Se*ara lebih detail al!SyMtibi membagi kemaslahatan ini dalam tiga tingkatan,
pertama, kemaslahatan yangb bersiat primer (al*maslahah al*dhar;riyah-, yaitu
kemaslahatan yang menjadi orientasi implementasi syariah. &ermasuk dalam hal ini yaitu
perlunya melindungi agama, melindungi jiwa, melindungi akal, melindungi keturunan dan
melindungi harta benda. Kedua,kemaslahatan yang bersiat sekunder (al*maslahah al*
ha4iy8t-, yaitu kemaslahatan yang tidak menyebabnya ambruknya tatanan sosial dan
hukum, melainkan justeru untuk meringankan pelaksanaan humum. Ketiga, kemaslahatan
yang bersiat suplementer (al*maslahat al*tahs>n>yat), sebuah kemaslahatan yang memberi
perhatian pada etiket sekaligus estetika. Disarikan dari +bL IshaK al!SyMtibi dalam al*
%u+afa78t fi ?sh;l al*Syar>ah, .ilid I. ()eirut: DMr al!Kutub al!Ilmiyah, tt), %!$%
1>
se*ara menyeluruh.
$2
Keterbelakangan, ketertinggalan dan
keterpinggiran umat Islam dari per*aturan (peradaban) global
dewasa ini adalah beberapa realitas yang kurang tersentuh dalam
materi dakwah. Dalam pengertian bukan dakwah yang materi
pembi*araannya hanya sekedar menggerutu, mengumpat dan
menyalahkan umat atau orang lain yang menjadikan Islam mundur,
tetapi dakwah dimaknai se*ara lebih luas dengan tekanan pada
perbaikan kualitas sosial, pendidikkan dan ekonomi masyarakat.
Sudah waktunya orientasi dakwah diarahkan untuk sebisa
mungkin menyentuh persoalan sosial kemasyarakatan semisal
perbaikan gi'i anak!anak, pelestarian lingkungan, bahaya penyalah!
gunaan obat, pemberantasan korupsi, pen*iptaan pemerintahan yang
bersih (good go#ernance), kemitrasejajaran antara laki!laki dan
perempuan dan penghargaan terhadap <ak +sasi /anusia (<+/)
serta perjuangan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat se*ara lebih beradab. Dakwah hendaknya ditujukan
antara lain untuk meme*ahkan kebutuhan mendasar manusia akan
jaminan kesejahteraan yang merupakan norma!norma keadilan
sosial dan prinsip!prinsip persaudaraan dalam Islam.
Islam sendiri sering disebut sebagai agama pembebas. )anyak
preseden baik yang telah dilakukan oleh -abi dan generasi awal
Islam dalam merealisasikan dakwah dalam pengertian seperti ini.
;akni dakwah yang mampu menstransormasikan nilai!nilai Islam
untuk kemaslahatan umat manusia se*ara lebih luas. )eberapa
seruan al!IurCan dan dokumentasi sunnah rasul dalam <adis
dengan sangat jelas mendorong umat Islam melakukan perbaikan
se*ara menyeluruh terhadap sistem sosial sejajar dengan penguatan
ta+h>d umat.
@Katakanlah: mari kuba*akan apa yang diharamkan &uhan
kepadamu. .anganlah mempersekutukan!-ya dengan apa pun3 dan
berbuat baiklah kepada ibu bapakmu3 janganlah membunuh anak!
anakmu dengan dalih kemiskinan. Kami memberi ri'ki kepadamu
dan kepada mereka. .anganlah melakukan perbuatan keji yang
terbuka ataupun yang tersembunyi3 jangan hilangkan nyawa yang
diharamkan +llah ke*uali dengan adil dan menurut hukum.
Demikianlah Dia memerintahkan kamu supaya kamu mengertiB
$2
$&id2, $2D2
12
@.anganlah kamu dekati harta anak yatim, ke*uali untuk
memperbaikinya dengan *ara yang lebih baik, sampai ia men*apai
usia dewasa. ,enuhilah takaran dan timbangan dengan adil3 kami
tidak membebani seseorang ke*uali menurut kemampuannya3 dan
jika kamu berbi*ara, berbi*aralah yang jujur, sekalipun mengenai
kerabat3 dan penuhilah janji dengan +llah. Dia memerintahkan
kamu supaya kamu ingat.
$4
D. Eilog
Sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmah bagi
sekalian alam, pemberdayaan dan perbaikan kualitas hidup seperti
yang dianjurkan oleh al!IurCan ini hendaknya dapat dinikmati oleh
seluruh makhluk hidup tanpa memandang perbedaan keyakinan dan
agama yang ada. 5leh karena itu dengan memanaatkan potensi
yang ada dalam dunia yang plural seperti ini, maka model dakwah
Islamiah akan lebih bermakna 3meaningfull- jika dilakukan dengan
melibatkan kerjasama dengan semua pihak termasuk mereka yang
berada di luar Islam
$7
.
)anyak hal dapat dilakukan serta banyak persoalan
terselesaikan melalui kerjasama antar umat beragama. ,roblematika
umat manusia di era modern seperti kemiskinan dan bahaya
kelaparan yang diakibatkan terutama oleh ketidak!adilan,
eksploitasi ekonomi, sosial, politik dan ketidakadilan ras, gender
juga an*aman konlik dan kerusakan ekosistem hanya dapat
diselesaikan melalui kerjasama dengan prinsip saling pengertian
3mutual understanding- di antara umat beragama. Dengan
demikian, pluralitas, keragaman atau kemajemukan yang telah
menjadi kenis*ayaan ini dapat dimanaatkan sebagai @energi sosialB
guna meretas problematika umat manusia. $nsy8 All8h22
$4
Is. +l!+nCam (4): 121!12%.
$7
Fntuk lingkup Indonesia, kita patut menghargai pada kerja!kerja sosial yang
melibatkan beragam agama yang dimotori oleh para aktiis keagamaan. Di ;ogyakarta
telah bediri $nstitut for inter*Faith dialogue in $ndonesia (DI+-). Di .akarta ada /+DI+
(/asyarakat Dialog antar +gama)3 ;ayasan ,adi Kasih3 $ndonesian Conference on
Religion and Peace (I#6,)3 serta lembaga!lembaga lain yang mulai tubuh di kampus!
kampus perguruan tinggi semisal di FE/ dan Fni(ersitas Kristen Duta ?a*ana di
;ogyakarta. Dimulai dengan dialog anatar anggota dengan latar belakang beragam
keyakinan dan agamanya, kegiatan dilanjutkan se*ara kolaborati untuk pemeberdayaan
masyarakat se*ara luas.
14
17
DAFTAR PUSTAKA
+bdullah, /. +min, Dinamika $slam Kultural Pemetaan
Atas !acana $slam Kontemporer, )andung: /i'an,
$999)
+l!0aruKi, @&he 6ole o Islam in Elobal Interreligious
Dependen*eB dalam To+ard a 1lo&al Conggress of
the !orld an Religions, ed. ?aren "ewis, (-ew ;ork:
)ary &own, Fni(i*ation &heologi*al Seminary)
al!SyMtibi, +bL Ish aK, dalam al*%u+afa78t fi ?sh;l al*
Syar>ah, .ilid I. ()eirut: DMr al!Kutub al!Ilmiyah, tt)
+'ra, +'umardi, @)ingkai &eologi Kerukunan: ,erspekti
IslamB dalam Konteks (erteologi di $ndonesia
Pengalaman $slam (.akarta: ,aramadina, 1111)
)urhanuddin, .ajat, R Subhan, +ri, eds., Sistem Siaga
Dini terhadap Kerusuhan Sosial (.akarta: )alitbang
+gama Depag 6I dan ,,I/, $999)
#oser, "ewis, The Function of Social Conflict , (-ew ;ork:
0ree ,ress, 1142)
#oward, <arold, Pluralisme, Tantangan Agama*agama,
ter. (;ogyakarta: Kanisius, 11D1)
8endi, )a*htiar, @/enyoal ,luralisme di IndonesiaB
dalam "i#ing Together in Plural Societies/
Pengalaman $ndonesia $nggris, ed. 6aja .uli +ntoni
(;ogyakarta: ,ustaka ,erlajar, $99$)
8lmir'anah, SyaaCatun, et. al., Pluralisme, Konflik dan
Perdamaian Studi (ersama Antar $man, (;ogyakarta:
,ustaka ,elajar, $99$)
Elasse, #yril, @+hl al!KitabB, dalam The Concise
:nciclopaedia of $slam, (San 0ran*is*o: <arper,
1111)
"asyin, /usa Syahin, Fath al*%uim Syarh Shah ih
%uslim, )agian I (Kairo: /aktabah al!.Mmiat al!
+'hMrQyah, 1179)
/adjid, -ur*holis, et. al., Fi7ih "intas Agama,
%em&angun %asyarakat $nklusif Pluralis, (.akarta:
,aramadina, $99>)
1D
/adjid, -ur*holis, $slam Agama Kemanusiaan
%em&angun Tradisi dan 'isi (aru $slam di $ndonesia
(.akarta: ,aramadina, 1112)
6a*hman, )udi /unawar, $slam Pluralis !acana
Kesetaraan Kaum (eriman, (.akarta: ,aramadina,
$991)
6ahman, 0a'lur, %a4or Themes of The 9uran (#hi*ago:
)ibliothe*a Islami*a, 11D9)
?ilson, +. -. Againts Religion !hy !e Should Try "i#e
!ithout $t, ("ondon: #hatto and ?indus, 111$)
11

Anda mungkin juga menyukai