Anda di halaman 1dari 3

HIPERKES

Hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh Agricola dan 1559 oleh
Paracelcus di daerah pertambangan.
Benardi Rammazini (1633-1714), dikenal sebagai bapak Hiperkes, yang membahas hiperkes di
industry textil terutama mengenai penyakit akibat kerja (PAK).
Tujuan utama hiperkes yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Faktor yang mempengaruhi sehat dan produktifitas yaitu
1. beban kerja (fisik, mental, sosial
2. beban tambahan dari lingkungan (fisik, kimia, biologis, fisiologis, psikologi)
3. Kapasitas kerja berupa keterampilan, kesegaran jasmani, kesehatan tingkat gizi, jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh.
Hiperkes adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta segala sesuatu prakteknya yang dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit baik kualitatif maupun kuantitatif
dalam lingkungan kerja melalui pengukuran-pengukuran yang hasilnya digunakan untuk
tindakan korektof dan upaya pencegahan.
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta dengan
praktek yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif.
Ruang lingkup hiperkes;
1. Kesehatan kuratif
2. Kesehatan preventif
3. Pengamanan bahaya oleh prses produksi
4. Penyesuaian alat dan tenaga kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat peralatan,
bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja serta proses produksi.
Hipekes berupa laporan kesehatan yang ditujukan kepada pemelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan pengatura pemberian pengobatan, perawatan,
mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi syarat untuk pencegahan
penyakit baik sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat
kesehatan kerja bagi perum tenaga kerja.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat kerja atau kecelakaan yang terjadi
sangat berhubungan dengan kerja, baik akibat langsung maupun terjadi pada saat pekerjaan
dilakukan atau yang terjadi di lokasi pekerjaan.
Upaya pencegahan;
1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan tidak
2. Ventilasi
3. Isolasi
4. Proses produksi, yaitu perbaikan terhadap peralatan atau penggantian proses produksi
5. Pemantauan penc
6. Perlindungan diri
7. Pelatihan/ pendidikan
8. Pemeriksaan kesehatan, PKTK awal, berkala, dan khusus
Program Pokok
1. Recognition (pengenalan)
2. Evaluation (penilaian)
3. Controlling (pengawasan dan pengendalian)
Recognation (Pengenalan)
1. mencari informasi mengenai lokasi-lokasi bahaya dalam lingkungan kerja, dan
mengetahui proses operasi
2. survey pendahuluan, meliputi:
sanitasi umum berupa sumber air, syarat sanitasi, dll
bahan baku yang digunakan
sumber kontaminasi
alat pengendalian yang digunakan
Evaluation (Penilaian)
1. pengambilan dan pemeriksaan sampel (sebelumnya harus ditentukan dulu titik sampel,
jumlah sampel dan waktu pengambilan sampel)
2. membandingkan hasil dengan standart (NAB)
3. interprestasi hasil
Kegunaan NAB
sebagai kadar standart untuk perbandingan
pedoman untuk perencanaan produksi dan tekhnologi pengendalian
substitusi bahan beracun dengan yang tidak beracun
membantu menentukan gangguan kesehatan

Controlling (Pengawasan dan Pengendalian)
1. pengendalian secara tekhnis
substitusi
peruvahan proses
isolasi proses
penggunaan Local Exhauster
ventilasi
2. pengendalian secara administrasi
pendidikan dan latihan
shift kerja dan rotasi kerja
pemerikasaan kesehatan
3. pemakaian APD

Anda mungkin juga menyukai