Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
dimana :
s = kecepatan spesifik turbin (ppm)
n = putaran turbin (ppm)
P = daya turbin (kw)
H = tinggi jatuh efektif (m)
Kecepatan spesifik dapat digunakan untuk menentukan tipe turbin sebagai
berikut:
Turbin Pelton (impuls) : 12 70 rpm
Turbin Francis : 80 420 rpm
Turbin Kaplan dan Propeller : 310 1000 rpm
Klasifikasi turbin air dapat dibedakan atas :
Menurut tinggi jatuh air, H :
30 m : turbin dengan tinggi jatuh air rendah
30 300 m : turbin dengan tinggi jatuh air sedang
300 keatas : turbin dengan tinggi jatuh air tinggi
Menurut kecepatan spesifikasi, s
2 12 ppm : turbin dengan kecepatan spesifikasi rendah
12 90 ppm : turbin dengan kecepatan spesifikasi sedang
90 250 ppm : turbin dengan kecepatan spesifikasi tinggi
Klasifikasi ini diperlukan karena perbedaan karakteristik dan
perbedaan tipe. Pembangkitan dapat diklasifikasikan sebagai
tinggi jatuh tinggi, jika pada awal dari kurva beban, kapasitas
besar, kelangsungan bebannya hampir konstan, faktor beban
dari pembangkit tinggi.
Pembangkit jenis aliran sungai langsung tanpa pengumpul
dapat digunakan sebagai pembangkit beban awal. Sejenis
dengan pembangkit tersebut adalah tipe yang mempunyai
tempat penyimpanan yang besar, terutama selama musim
hujan ketika ketinggian air dari waduk oleh karena sering
hujan.
Pembangkit jenis ini dapat digunakan sebagai pembangkit beban
puncak. Sedangkan pembangkit pompa penyimpan untuk beban
puncak digunakan ketika kuantitas air didapat untuk penggerak
tenaga tidak cukup. Pada tipe ini air setelah melintasi turbin diberikan
ke dalam kolam saluran bawah, dari sana dipompa kembali ke kolam
atas.
Pemompaan kembali dari kolam saluran bawah ke kolam atas
dikerjakan selama periode di luar beban puncak pemakaian. Selama
beban puncak air dibawa ke kolam atas melalui pipa pesat ke operasi
turbin. Pembangkit demikian dapat memperoleh hampir 70% dari
tenaga yang digunakan pada pompa air.
Suatu perkembangan baru dalam bidang ini menggunakan pompa
turbin balik. Unit demikian dapat digunakan sebagai turbin disamping
pembangkit tenaga dan sebagai pompa, di samping pemompaan air
untuk disimpan. Generator dalam hal ini bekerja sebagai motor
selama operasi pembalikkan.
Efisiensi dalam hal ini adalah tinggi dan hampir sama dalam kedua
operasi. Dengan menggunakan pompa turbin balik menambah tempat
penampungan jatuh di atas 300 meter.
PLTA KARANGKATES JAWA TIMUR
Sistem ini memanfaatkan kelebihan tenaga pembangkit pada waktu
pembangkit melayani beban dasar yang rendah di pegunungan untuk
memompakan air dari waduk bawah ke waduk atas. Jadi, sistem ini
sebetulnya termasuk jenis PLTA yang lebih dikenal dengan PLTA
Waduk Pompa (PLWP).
PLWP akan menguntungkan untuk memikul beban puncak, terutama
bila kapasitas pembangkit beban dasar lebih kecil daripada beban
puncak. Suatu sistem PLWP prinsipnya dapat ditunjukkan pada
gambar.
PLWP membangkitkan energi untuk beban puncak tetapi pada waktu-
waktu diluar itu air dipompa dari waduk bawah ke waduk atas untuk
pemanfaatan yang akan datang. Pompa-pompa tersebut digerakkan
oleh tenaga sekunder dari suatu pembangkit lain didalam jaringan
yang bersangkutan.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR WADUK BERPOMPA (PLWP)
PLWP akan memberikan nilai ekonomis tambahan bagi jaringan daya
yang bersangkutan dan untuk meningkatkan faktor beban dari
pembangkit-pembangkit lain di dalam jaringan itu serta menyediakan
kapasitas tambahan untuk memenuhi beban-beban puncak. PLWP
merupakan PLTA yang menggunakan sangat sedikit air yang
dibutuhkan untuk operasinya. PLWP tidak merupakan perwujudan
gerak yang kekal, karena adanya energi yang hilang dalam operasi.
Nilainya terletak pada efisiensi ekonomis karena pengubah tenaga
diluar puncak yang nilai tinggi.
Pompa ini dipergunakan untuk memindahkan air dari bawah waduk
atas, pada waktu sistem pembangkit beban dasar berbeban rendah;
pompa ini langsung dikopel dengan generator. Pada saat proses
memompa generator berfungsi sebagai motor untuk menggerakkan
pompa.
Jadi energi listrik akan disimpan dalam bentuk energi lain yang
dalam bentuk energi potensial air. Dengan demikian di dalam
melayani beban puncak dari sebuah sistem PLWP akan
mengurangi biaya-biaya operasi dari sistem pembangkit
tersebut di atas saling dikombinasikan terutama untuk tipe
pembangkit dasar yang menggunakan pembangkit termal.
Kapasitas air yang ideal pada waktu dipompakan ke waduk atas
dan kapasitas air yang dilewatkan melalui turbin haruslah
sama, selama periode beban puncak atau sebaliknya. Sesuai
dengan kurva beban pada Gambar bawah, maka :
Dengan :
Ea = Energi yang digunakan untuk memompa air
ES = Energi yang diberikan PLWP
= Efisiensi PLWP
a S
E E
Gambar : Kurva Beban
Atau
dari kurva beban tersebut dapat dilihat bahwa :
(T1 + T3) jam = waktu selama terjadibeban puncak
(T2 + T4) jam = waktu selama memompakan air
QP = jumlah air yang dipompakan selama (T2 + T4) jam
Qt = jumlah air yang melewati turbin selama (T1 + T3) jam
dengan QP = Qt
Daya pada turbin dapat dinyatakan oleh persamaan :
P S
a
E
E
KW H Q P
T t
8 , 9
dengan :
H = tinggi efektif (m)
T = Efisiensi turbin
Qt = debit turbin (m3/det)
Dalam waktu selang (T1 + T3) jam = Qt m3, maka selama satu
detik adalah =
3
3 1
3600
m
T T
Q
t
Bila waktu t1, T1, T2 dan seterusnya adalah dalam jam, maka persamaan (2)
menjadi :
KW
T T
H Q
P
T t
3600
8 , 9
3 1
Energi pada turbin :
3 1
T T P E
s
KWH
T T
T T T H Q
E
t
s
3600
8 , 9
3 1
3 1
Daya pada pompa :
dengan :
p = efisiensi pompa
Qp = debit pompa (m3/det)
Karena selama (T2 + T4) jam = Qp m3, maka selama satu detik adalah =
maka persamaan di atas, menjadi :
KW
H Q
P
P
P
8 , 9
3
3 1
3600
m
T T
Q
P
P
P
T T
H Q
P
3600
8 , 9
3 1
T T
T T T H Q
T T
T T H Q
E
E
t
P
P
s
a
atau
T p s
a
E
E
1
Jika diambil efisiensi pompa dan turbin masing-masing adalah p = 0,8 dan
T = 0,9, maka didapat :
4 , 1
0,9 8 , 0
1
s
a
E
E
Dari persamaan diatas dilihat bahwa energi yang
dipompakan adalah kira-kira 1,4 x energi yang
dibangkitkan oleh turbin pada waktu periode berbeban
rendah.h
Pada prinsipnya pembangkit hidro pengoperasiannya sangat
tergantung pada jumlah air yang tersedia. Perkiraan air hujan selama
satu tehun ke depan sangat diperlukan untuk rencana produksi PLTA.
Operasi PLTA sangat tergantung pada jumlah air yang tersedia. Atau
dengan perkatan lain jumlah energi (MWH) adalah tertentu,
sedangkan daya (MW) dapat diatur dalam operasinya.
Volume air yang digunakan untuk suatu waktu adalah :
V = 360 QT (m3) (9)
dengan
Q = Debit air yang diperlukan (m3/det)
T = Lama pengoperasian (jam)
Secara garis besar, pola pengusahaan suatu waduk juga
menjadi kolam tahunan suatu PLTA didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Waduk harus dapat menyediakan air untuk keperluan irigasi
pada saat musim kemarau.
Waduk harus dapat mengendalikan banjur di musim hujan.
Di waktu musim hujan, pengisian waduk harus terkendali,
dalam arti jangan sampai terjadi pelimpahan air yang
berlebihan sehingga membahayakan waduk.
Di akhir musim kemarau atau permulaan hujan, tinggi air
dalam waduk masih harus cukup tinggi agar tetap dapat
membangkitkan tenaga listrik tetapi juga harus cukup
rendah agar dapat menampung air di musim hujan yang
akan datang.
Dari segi pengusahaan listrik, sesungguhnya diinginkan agar tinggi air
dalam waduk selalu lebih tinggi setinggi mungkin. Pengoperasian
optimum PLTA yang memakai waduk, sangat tergantung pada
ketepatan perkiraan air yang akan masuk waduk untuk jangka waktu
tertentu, hal ini erat kaitannya dengan evaluasi hujan yang akan
datang.
Beberapa sifat/karakteristik pembangkit hidro yang perlu diketahui
antara lain bahwa:
Pembangkit dengan pompa penyimpan PLWP dapat
digunakan sebagai pembangkit beban puncak.
Pembangkit jenis waduk digunakan pada setiap bagian
kurva beban, sebagian besar dari PLTA adalah dari tipe ini.
Pembangkit jenis aliran sungai langsung dengan pengumpul,
lebih dapat dipercaya dan kapasitas pembangkit tidak begitu
tergantung pada kecepatan aliran air yang didapatkan.
Pembangkit jenis aliran sungai tanpa pengumpul, hanya
bekerja bila air datang, berarti selama perolehan air rendah
yang dikarenakan kecepatan aliran rendah, maka kapasitas
pembangkit makin lemah.
Pada musim kemarau, PLTA akan mengalami penurunan
jumlah persediaan air. Hal ini juga akan mengurangi
kemampuan PLTA untuk menyuplai sistem tenaga secara
kontinyu, maka perlu diatur penggunaannya pada saat beban
puncak.