Anda di halaman 1dari 14

EPIDEMIOLOGI DAN DIAGNOSIS EPILEPSI

Dr Noerjanto, SpS(K)
EPIDEMIOLOGI
Pengetahuan mengenai perkembangan statistik epilepsi pada suatu populasi
merupakan kunci untuk menilai keberhasilan atau kegagalan didalam upaya program
pencegahan dan pengobatan.
JNNP!ockerel

Insidensi
"nsidensi suatu penyakit adalah angka yang menunjukkan kasus baru yang
terjadi dalam suatu populasi. Pada penyakit kronik dengan #atalitas rendah, angka
pre#alensi akan lebih tinggi dibanding angka insidensi. Penelitian luas terhadap
insidensi epilepsi menunjukkan adanya rentang $ariasi yang lebar yakni %% %&' (
%)).))) populasi. *eski terdapat beberapa perbedaan geogra#i, namun tampaknya
$ariasi angka tersebut lebih disebabkan oleh perbedaan studi metodologi yang
digunakan. Juga adanya sistem klasi#ikasi yang berbeda dan identi#ikasi kasus yang
tidak adekuat.
(cuurent concept)
Penelitian mengenai insidensi epilepsi terhadap penduduk di +ochester
*innesota ,S dari tahun %-&. / %-0' mendapatkan angka '' ( %)).))) penduduk,
dimana pria lebih banyak dibanding 1anita secara signi#ikan, juga insidensi epilepsi
lebih tinggi terjadi pada usia anakanak dan usia lanjut. Penyakit serebro$askular
didapatkan sebagai penyebab terbanyak yang menduhului (%%2), disusul de#isit
neurologis sejak lahir, retardasi mental dan ( atau cerebral palsy (02).
3,4S5+

Dari penelitian tersebut juga didapatkan bah1a insidensi serangan oleh karena
traumatic brain injury tertinggi terjadi pada % tahun pertama. ,ngka insiden tersebut
rendah pada kasus cedera ringan (),&(%))) per tahun), namun tinggi (%)(%))) per
tahun) pada cedera berat.
S"N65+

*eski data sebelumnya menyebutkan bah1a insidensi tertinggi epilepsi
diantara pasien diba1ah usia 7. tahun terdapat pada anakanak, namun bukti kuat
terakhir tampaknya mengkon#irmasi kecenderungan insidensi spesi#ikumur pada
epilepsi dimana penurunan insidensi terjadi pada kelompok anakanak dan
peningkatan bergeser ke usia lebih tua.
585+"95D"9:+",;

Prevalensi
Seperti halnya insidensi, angka pre$alensi epilepsi dari berbagai penelitian
berkisar %,./&%(%))) penduduk.
%
5stimasi pre$alensi seumur hidup dari epilepsi (pasien yang pernah
mengalami epilepsi dalam suatu saat sepanjang hidupnya) berbeda di berbagai negara.
Di negara Polandia sebesar -,<(%))) penduduk, Nor1egia ',&(%))) dan di "slandia
.,<(%))) penduduk.
,dapun ratarata pre$alensi epilepsi akti# (serangan dalam < tahun sebelum
nya) yang dilaporkan oleh banyak studi di seluruh dunia berkisar '7 (%))).
Dalam studi selama %) tahun terhadap 7.))) populasi di "nggris menunjukkan
bah1a pre$alensi seumur hidup seluruh pasien dengan % atau lebih serangan a#ebril
<),& (%))) pada tahun %-0& menjadi <% (%))) pada tahun %--&, sedangkan pre$alensi
akti# dari .,&(%))) pada tahun %-0& turun menjadi ',& (%))) tahun %--&.
=erapa banyak pasien epilepsi di "ndonesia, sampai sekarang belum tersedia
data hasil studi berbasis populasi. =ila dibandingkan dengan negara berkembang lain
dengan tingkat ekonomi sejajar, probabilitas penyandang epilepsi di "ndonesia sekitar
),> / %,) 2, yang berarti berjumlah %,. / < juta orang.
D5D5

6ambar %. ,ngka insiden kumulati# spesi#ik umur dan pre$alensi epilepsi
9,?;:+
<
Prognosis
=eberapa penelitian telah menunjukkan bah1a angka risiko kekambuhan
berkisar antara %70%2 setelah mengalami kejang non #ebris tunggal. Penelitian
kekambuhan serangan lainnya yang berbasis populasi menunjukkan angka .70%2.
National 6eneral Practice Study o# 5pilepsy (N6PS5) melalui studi diskripti#
prospekti# melaporkan bah1a risiko terhadap kekambuhan setelah serangan mencapai
7%2 dalam % tahun dan >02 dalam & tahun berikutnya.
S3:+8:N
=anyak penelitian mendapatkan risiko yang lebih tinggi terhadap kekambuhan
setelah mengalami serangan dengan penyebab yang jelas. 3auser mendapatkan &>2
pasien mengalami serangan kedua setelah trauma kepala, dibandingkan <02 kasus
idiopatik. Pada penelitian selanjutnya didapatkan bah1a pasien dengan kausa tumor
atau stroke mengalami angka kekambuhan >>2 setelah .. tahun dibandingkan '.2
serangan idiopatik.
=eberapa #aktor prediksi tingginya angka kekambuhan setelah mengalami
serangan a#ebril pertama adalah @
9abel %. Aaktor prediksi kekambuhan
De#isit neurologis se1aktu lahir
4sia B %7 tahun atau C 7. tahun
Serangan parsial
;atar belakang lesi struktural
556 @ & 3D spike 1a$e

Studi prospekti# yang dilakukan oleh SilampaE dkk di Ainlandia terhadap <<)
anak dengan epilepsi akti# diamana onset terjadi antara %-7%%-7' yang kemudian
diikuti hingga tahun %--< menunjukkan hasil @ '' pasien meninggal dan %>7 lainnya
hidup. Diketahui bah1a &- dari yang meninggal tersebut belum bebas dari serangan,
serta && pasien didalamnya mengalami remote effect serangan simtomstis. %%< pasien
(7'2) dari yang berhasil hidup mengalami bebas serangan paling sedikit dalam .
tahun (0& pasien diantaranya tidak menggunakan obat anti epiepsi). 3al ini
merupakan prediktor penting untuk bebas serangan yang menunjukkan 1aktu respon
pengobatan tercepat dalam . tahun serta diagnosis serangan idiopatik. *eskipun
mereka mengalami bebas serangan setelah de1asa namun memiliki risiko yang
meningkat untuk masalah sosial (bekerja, berkeluarga) dan pendidikan.
S";,NP,,

&
3ubungan antara epilepsi atau serangan dengan stroke telah diamati baik oleh
:lsen maupun Dhanuka melalui penelitian masingmasing. Dengan penelitian
prospekti# terhadap pasien stroke, didapatkan hasil bah1a lesi di kortikal dan jenis
hemoragik mempunyai hubungan positi# yang kuat timbulnya serangan.
:;S5N, D3,N4K,
9idak satupun dari kasus serangan yang muncul saat a1al stroke berkembang menjadi
serangan ulang atau epilepsi, namun .)2 serangan yang muncul setelah berselang
lama dari onset stroke berkembang menjadi epilepsi. Pada penelitian terbaru
didapatkan bah1a serangan yang muncul a1al dari onset stroke cukup banyak tapi
tidak berdampak pada out come serta tidak berulang meski tidak diobati dengan anti
epilepsi.
D3,N4K,
Remisi
+emisi dide#inisikan sebagai periode bebas serangan yang dialami oleh
seorang pasien yang sebelumnya mendapatkan lebih dari % serangan. 3al ini bisa
bersi#at permanen atau sementara.
Aaktor#aktor yang mempengaruhi remisi adalah @
4mur dan jenis kelamin
*ayoritas studi mendapatkan bah1a orang muda mempunyai prediktor
outcome lebih baik, meski hal ini masih perlu kon#irmasi. ,dapun antara laki
laki dan perempuan banyak studi yang menyatakan tak ada perbedaan
prognosis yang signi#ikan.
Jenis serangan
,nakanak dengan serangan absens mepunyai prognosis yang baik
dengan angka remisi mencapai -)2. ,nnegers dkk menemukan bah1a angka
remisi epilepsi idiopatik <) tahun setelah diagnosis, sedikit lebih tinggi pada
pasien dengan serangan tonik klonik dibanding mereka dengan epilepsi parsial
komplek.
5tiologi
Sebagaimana diketahui bah1a etiologi merupakan prediksi prognosis
yang terpenting. *eski diperkirakan bah1a epilepsi berkaitan dengan
penyebab #okal yang jelas akan memiliki prognosis buruk, namun pendapat ini
masih belum didukung kuat.
,nnegers F Shor$on melaporkan out come lebih baik yang signi#ikan pada
kelompok idiopatik sedangkan kelompok studi multisenter di "talia mendapat
'
hasil sebaliknya. Studi lain berbasis populasi dari Kent menyatakan bah1a tak
diperoleh perbedaan out come antara epilepsi simtomatik dan idiopatik.
S3:+8:N

Dalam sebuah studi kohort terhadap pasien di +ochester %) tahun setelah
diagnosis a1al, lebih dari 7)2 bebas dari serangan hingga . tahun. Sekali terjadi
remisi maka kambuh berikutnya jarang. Periode serangan akti# pada ratarata pasien
pada umur %& tahun.
!3:N6 9"N 9,N

Penghentian Obat
*eski hampir 0)2 pasien epilepsi yang menggunakan obat anti epilepsi
mengalami remisi, namun hal ini lebih menggambarkan pada jenis epilepsi tertentu
dibandingkan e#ek man#aat dari pengobatan itu sendiri.
S3:+8:N

Sebuah studi yang baik mengenai e#ek penghentian obat anti epilepsi terhadap
kekambuhan telah dilakukan oleh Medical Research Council dengan merekrut %)%&
pasien yang telah bebas serangan selama < tahun. Pasien secara random dipisah dalam
dua kelompok dimana kelompok pertama terus diberi pengobatan sedang kelompok
lainnya dihentikan secara perlahan. 3asil yang menarik didapat bah1a kelompok
yang meneruskan pengobatan masih menunjukkan angka kekambuhan yang
signi#ikan (<<2) setelah < tahun. Namun demikian ternyata angka kekambuhan pada
kelompok yang menghentikan pengobatan secara perlahan lebih buruk ('%2).
Para peneliti selanjutnya melihat adanya predictive value dari beberapa $ariabel yang
merupakan indikator risiko yang lebih besar untuk kambuh setelah penghentian obat,
yaitu
S3:+8:N, ,;"
@
9abel <. Aaktor prediksi kekambuhan setelah penghentian obat
A,K9:+ ++
4mur C %7 tahun
Politerapi
+i1ayat serangan setelah memulai pengobatan anti epilepsi
+i1ayat serangan umum tonik klonik
Serangan mioklonik
556 abnormal
%,>.
%,0&
%,.7
%,.7
%,0'
%,&<
.
Mortalitas
5pilepsi mungkin dapat menimbulkan kondisi yang mengancam ji1a, dengan
angka kematian <& kali dibanding populasi umum.
S3:+8:N

Kematian pasien dengan kelainan serangan biasanya akibat dari latar belakang
etiologi. ,ngka kematian tahunan epilepsi pada sebagian besar negara adalah % per
%)).))) populasi. Penyebabnya antara lain @ kecelakaan, bunuh diri, status epilep
tikus kon$ulsi$us dan apa yang disebut sudden unexpected death in epilepsy
(S4D5P)
!hong 9in tan
Nillson dkk melalui penelitian terhadap S4D5P menemukan
bah1a #aktor politerapi, seringnya mengalami perubahan dosis, dan kadar obat
karbamaDepin yang tinggi dalam darah merupakan #aktor risiko penting. Kaitan kadar
obat karbamaDepin yang tinggi dengan S4D5P masih belum jelas, diduga berkaitan
juga dengan aspek lain yang bersamaan muncul pada pasien epilepsi berat.
N";;S:N

!allanbarch dkk dalam penelitiannya tahun %-00 / %--< terhadap anakanak
berusia % bulan / %7 tahun yang pernah mengalami serangan ataupun status epilepsi
menunjukkan bah1a anakanak dengan epilepsi non simtomatik tak memberi indikasi
kenaikan risiko mortalitas dibanding populasi umum. 9idak demikian halnya dengan
anak epilepsi simtomatik dimana risiko mortalitasnya meningkat <) kali lipat.
!,;;,N=,+!3

GAMBARAN KLNIS
Suatu klasi#ikasi epilepsi diperlukan untuk mempermudah komunikasi antara
para sarjana yang meneliti masalah epilepsi serta penanggulangan penderita epilepsi.
Sampai sekarang telah banyak klasi#ikasi dibuat @
klasi#ikasi serangan epilepsi, ";,5 tahun %-0%
klasi#ikasi sepilepsi atau sindroma epilepsi, ";,5 tahun %-0-
klasi#ikasi serangan epilepsi disederhanakan, ";,5
klasi#ikasi epilepsi bentuk sederhana , G3:
Namun sampai sekarang tidak ada klasi#ikasi yang dapat meliputi semua aspek
masalah epilepsi seperti misalnya jenis serangan, korelasi dengan kelainan 556,
daerah otak tempat permulaan lepas muatan epleptis, etiologi dan usia.
*,3,+
Pada
tahun <))% diusulkan klasi#ikasi baru epilepsi atau serangan epilepsi yang mencakup
. aHis.
!:4+S
Semiologi Seizure Classification merupakan bentuk klasi#ikasi baru
yang diajukan berkaitan dengan berkembangnya penelitian pasien epilepsi
7
menggunakan video-EEG seizure monitoring dan sangat berman#aat terutama pada
sindrom epilepsi lokal yang memerlukan tindakan operasi.
P,++,
5pilepsi adalah suatu pelepasan akti$itas listrik neuron otak secara peiodik dan
berlebih yang mengakibatkan hilangnya kesadaran, timbulnya gerakan in$oluntar,
#enomena sensorik abnormal, peningkatan akti$itas autonom, dan beberapa gejala
psikis
"+G,N
. *enurut G3: epilepsi adalah keadaan bangkitan akibat dis#ungsi
sementara sebagian atau seluruh jaringan otak oleh karena cetusan listrik populasi
neuron peka rangsang yang berlebih, yang menimbulkan gambaran motorik, sensorik,
otonom atau psikis yang tibatiba serta sesaat.
"+G,N

5pilepsi merupakan sebuah gejala dari kelainan neurologi yang mendasari dan
bukan sebuah diagnosis penyakit tersendiri. 6ambaran klinis tergantung pada lokasi
anatomi dari #okus epilepsi, penyebab, tipe, kecepatan dan luas penyebaran serangan,
mekanisme neurokimia yang mendasari dan umur serta tingkat maturasi otak.
Diskripsi gambaran klinis epilepsi dapat dibuat menggunakan sebagian dari aspek
aspek ini, tetapi akan lebih baik bila menggabungkan kesemuanya.
S3:+8:N
Sebagian besar penderita epilepsi tidak menunjukkan kelainan #isik, serangan
nya hanya berlangsung sepintas dan muncul begitu saja tanpa dapat diperkirakan
sebelumnya. Serangan epilepsi yang bersi#at bukan kejang (non kon$ulsi#) lebih
sulit didiagnosis daripada yang bersi#at kon$ulsi#, dan akan lebih sulit lagi bila
disertai perubahan status mental, tingkah laku atau gejala psikiatrik lainnya.
3,+S:N:

Keterangan yang diperlukan untuk mendapat gambaran pada saat serangan
dari pasien epilepsi antara lain @
- terjadi baru pertama kali atau sudah berulang
- disertai kejang atau tidak
- kejang bersi#at menyeluruh atau sebagian, dan bagaimana bentuknya
- lama serangan
- kesadaran saat serangan
- keadaan sebelum dan sesudah serangan
- tempat serangan
Juga perlu ditanyakan apakah ada kejadian yang mendahului seperti @ mual, pusing,
gangguan penglihatan, rasa kesemutan, rasa ketakutan, dll.
S4*,+9:?:
Selanjutnya gambaran klinis dari masingmasing jenis epilepsi akan dijelaskan
pada pembahasan lebih lanjut oleh penulis lainnya.
>
DIAGNOSIS
Sebenarnya baku emas (gold standard) untuk menegakkan diagnosis epilepsi
adalah bukti klinis. Namun dalam sebagian besar kasus epilepsi dokter tidak
menyaksikan sendiri suatu serangan. Diagnosis terutama dibuat atas dasar gambaran
serangan yang diceriterakan oleh penderita sendiri dan keluarganya atau oleh orang
lain yang pernah melihat serangannya.
*,3,+majalah
Jika ada #asilitas elektroense#alogra#i (556), maka pemeriksaan 556 ini dapat
membantu menegakkan diagnosis. Namun perlu diketahui bah1a 556 yang dibuat
diluar serangan (interictal) jarang dapat menentukan jenis serangan sedangkan dalam
sebagian kasus epilepsi 556 interiktal tidak menunjukkan kelainan.
*,3,+ *ajalah
=eberapa hal yang perlu diketahui dengan perekaman 556 ini adalah @ hasil rekaman
556 yang abnormal tidak pasti merujuk pasien menderita epilepsi, hasil rekaman
556 yang normal belum menyingkirkan seseorang menyandang epilepsi.
4ntuk itu diperlukan suatu perekaman 556 selama dan antara serangan epileptik.
6una menghasilkan diagnosis yang tepat dibutuhkan suatu alat $ideo 556 di
suatu pusat epilepsi, yang ber#ungsi memantau korelasi antara serangan klinis dan
kelainan 556, dimana rekaman 556 dan $ideo dilakukan secara simultan pada
1aktu ada serangan.
*,3,+majalah
Dengan cara ini diharapkan dokter bisa mengamati
secara jelas gambaran serangan, selanjutnya 556 akan memberi kon#irmasi
kemungkinan adanya #okus serangan.
!"#E $euroimaging Commission telah merekomendasikan penggunaan
perangkat neuroimajing struktural bagi pasien epilepsi, yaitu !9 scan dan *+"
5P";5PS",
9ujuan dan alasan pemikiran penggunaan neuroimajing adalah untuk
identi#ikasi latar belakang patologis seperti tumor, granuloma, mal#ormasi, $askular
dan lesi traumatik atau stroke yang membutuhkan pengobatan spesi#ikI dan untuk
membantu dalam mem#ormulasikan sindroma dan diagnosis etiologi serta memberi
prognosis yang akurat bagi pasien, keluarga serta dokter.
5P";5PS",
Dalam situasi yang akut dimana serangan berkaitan dengan konteks kelainan
neurologi seperti trauma kepala, perdarahan intra kranial, atau ense#alitis penggunaan
!9 scan lebih diutamakan. Namun dalam situasi yang non akut, pemeriksaan
neuroimajing terbaik bagi semua pasien epilepsi adalah dengan *+", dengan
pengecualian pasien dengan diagnosis de#initi$ epilepsi idiopatik.
*+" khususnya diindikasikan untuk pasien dengan hal tersebut di ba1ah ini @
- ,danya ri1ayat serangan parsial atau bukti melaui 556 pada semua umur
0
- :nset serangan yang tak terklasi#ikasi atau general pada bayi atau de1asa
- =ukti de#isit #okal pada pemeriksaan neurologis atau neuropsikologis
- Kesulitan dalam mendapatkan serangan yang terkontrol dengan obat anti
epilepsi pilihan pertama
- 3ilangnya kontrol serangan dengan obat antiepilepsi atau perubahan pola
serangan yang mempunyai implikasi lesi latar belakang progresi#.
5P";5PS",

Selain neuroimajing struktural juga masih ada perangkat diagnosis #ungsional
yaitu SP5!9 dan P59. Penggunaan SP5!9 untuk menunjukkan adanya hipoper#usi
jaringan pada #ase interiktal dan terutama saat serangan. Sedangkan P59 dapat
menge$aluasi hipo( hipermetabolisme regional otak, dengan sensisiti$itas %))2 pada
hipometabolisme regional pasien 9;5 dengan gambaran lesi struktural pada *+".
Pada lesi ekstra temporal dengan gembaran bilateral spike pada 556 interiktal oleh
karena terjadinya dis#ungsi kontralateral hemis#er, P59 dapat menunjukkan
hipometabolisme regional sesuai gambaran abnormal pada !9 scan dan
*+".
;,J5+,+?8;"N
Pada kasus epilepsi yang akan dilakukan tindakan operasi dimana terjadi hasil
yang berla1anan antara klinis dengan pemeriksaan penunjang non in$asi$, dapat
dilakukan pemeriksaan 556 in$asi$ (5kokortikogra#i) menggunakan elektrode
dalam (subdural).
=erikut ini ditampilkan contoh gambar !9 scan dan *+" otak pada pasien
epilepsi simtomatik.
-
6ambar %. 9umor otak 6ambar <. Sklerosis hipokampus
Diagnosis Banding
Serangan epileptik harus dibedakan dengan non epileptik yang mempunyai
gejala hampir sama. =ila dikelompokkan dalam & bentuk utama serangan maka
diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah
S3:+8:N, DJ:5N,5D", G"+,G,N
@
%. Serangan parsial sederhana @
*igrain
9ransient ischemic attacks (9",)
9ics
*ioklonus
3emi#asial spasme
<. Serangan parsial kompleks @
Sinkop
9",
*igrain
6angguan tidur
Narkolepsi
6angguan metabolik
9ransient global amnesia
&. Serangan tonik klonik dan atonik @
Sinkop
Penyakit serebro$askular
*igrain arteri basilar
Narcolepsy
Serangan psikogenik (hiper$entilasi, panik)
Kesimplan
,ngka insidensi dan pre$alensi epilepsi di dunia masih beragam karena
perbedaan dalam metode studi dan klasi#ikasi. "nsidensi tertinggi terjadi pada usia
anakanak dan usia lanjut. Dengan makin berkembangnya pencegahan dan
pengobatan epilepsi, usia penyandang epilepsi makin banyak pada orang tua dalam
nbentuk epilepsi simtomatik.
%)
;angkah a1al penanggulangan epilepsi terletak pada diagnosis yang tepat.
Diagnosis ditegakkan dengan melihat sendiri bukti klinis saat serangan, atau dengan
melakukan pemeriksaan 556 dan $ideo telemetri di pusat epilepsi. =ila hal ini tak
memungkinkan dilakukan pemeriksaan 556 iktal atau interiktal dengan pro$okasi.

DA!"AR P#S"AKA
Nillson ;, =ergman 4, Di1an 8, et al. ,ntiepileptic drug therapy and its management
in sudden uneHpected death in epilepsy @ a case control study. 5pelepsia. <))%. *ayI
'<(.)@77>>&
!allenbach P*, Gestendrop +6, 6eerst ,9, et al. *ortality risk in children 1ith
epilepsy@ the dutch study o# epilepsy in childhood. Pediatrics. <))%, JuneI
%)>(7)@%<.-7&
:lsen 9S. Poststroke epilepsy. !urrent atherosclerosis rep. <))%. JulyI&(')@&')'
Dhanuka ,K, *isra 4K, Kalita J. SeiDures a#ter stroke @ a prospecti$e clinical study.
Neurology "ndia. <))%. *arI'-(%)@&&7
3auser G,, ,nnegers JA, Kurland ;9. "ncidence o# epilepsy and unpro$oked seiDures
in +ochester *innesota@ %-&.%-0'. 5pelpsia. %--&, *ayJuneI&'(&)@'.&70
Parra J, ,ugustijn P=, 6eerts ?, etal. !lassi#ication o# epileptic seiDures @ a
comparison o# t1o systems. 5pilepsia. <))%, ,prilI'<(')@'>70<
*ahar *. Klasi#ikasi epilepsi. dalam @ 5pilepsi. =P 4ndip. Semarang, %--&
*ahar *. Problematika dalam penanggulangan epilepsi @ intractable epilepsy.
5pilepsi. %-->, ,prilI<(%)@0%7
Djoenaidi G. Diagnosis o# seiDures and epilepsy syndromes. 5pilepsi. <))),
DesemberI.(%)@%%>
3opkins ,, Shor$on SD. De#inition and epidemiology o# epilepsy, in @ 3opkins ,
etal. 5pilepsy. <
nd
ed. !hapman F 3all medical. ;ondon, %--.@ %<%
3arsono. Jenisjenis serangan epilepsi yang sulit dikenali. 5pilepsi. %---, JuniI
'(%)@%>
9aylor *P. *anaging epilepsy in primary care. =lack1ell science ltd. :H#ord. %--7
";,5 Neuroimaging !ommission. ";,5 neuroimaging commission recommen
dations #or neuroimaging o# patients 1ith epilepsy. 5pilepsia. %-->@ &0(suppl.%))@%<
%%
!ockerell :!, Shor$on SD. 5pilepsy current concepts. !urrent medical library ltd.
;ondon. %--7
5$eritt ,D, Sander JG. "ncidence o# epilepsy is no1 higher in elderly people than
children. =ritish medical journal. %--0, *archI&%7@>0)
SilanpaE *, Jala$a *, Kale$a :, et al. ;ongterm prognosis o# seiDures 1ith onset in
childhood. Ne1 5ngland Journal o# *edicine. %--0, JuneI&&0(<')@%>%.<<
,li +,. "nitiating, maintining, combining F stopping o# ,5Ds in @ !ourse on
5pilepsy. =andung , <))%
Gira1an. "ntractable epilepsy dalam @ Simposium pengelolaan epiepsi mutakhir,
Pertemuan regional neurologi ke J8" Jateng F D"?. Semarang, %7 :ktober %---
;aHer KD, 6arcia P,, "maging criteria to identity the epileptic #ocus. Neurosurg
clinnical north america. %--&I '@ %--<)-
+y$lin P, Philppon =, !innoti ;, et al. Aunctional neurimaging strategy in temporal
lobe epilepsy @ a comparati$e study o# %0AD6 P59 and --9c3*P,: SP5!9. ,nn
Neurology. %--<I &%@7.).7

%<
=erikut ini akan ditampilkan kriteria diagnosis banding beberapa bentuk
serangan dengan pseudoseizure
9abel &. Diagnosis banding
G%CS C&S S&S #bscence &seudosizure
,ura
Durasi ikatl
=eha$ior
Keadaan
posiktal
556 iktal
+espon
dengan :,5
Pendek
%< menit
Sedikit $ariasi
strereotipi #ase
tonik klonik,
perubahan
otonom
=iasanya
abnormal
Pendek
%< menit
Sering
gambaran
=iasanya
abnormal
Pendek
B % menit
*ungkin
abnormal
9idak ada
B &) detik
Selalu &( spike
1a$e
*ungkin komplek,
lama
=er$ariasi, sering
lama
=iasanya normal
=erg dkk melalui studi populasi mencoba mendeskripsikan pola dan hasil
diagnosis imajing pada anakanak dengan diagnosis epilepsi baruKKKK..
=5+6
Namun dari banyak studi menunjukkan insidensi tahunan epilepsi adalah &)7) (
%)).))) populasi (),)&),)72).
Dua penelitian di "nggris berbasis populasi berhasil melaporkan bah1a
insidensi epilepsi sebanyak >)(%)).))) dan 7&(%)).))) populasi.
%&
4ntuk membahas gejala klinis epilepsi perlu kiranya memperhatikan
klasi#ikasi epilepsi yang terus mengalami perkembangan sesuai kemajuan teknologi.
Klasi#ikasi ";,5 serangan epilepsi tahun %-0% @
Klasi#ikasi ";,5 berdasar sindrom (9ahun %-0-) adalah upaya untuk
mengkategorikan epilepsi bertumpu pada usia pasien, etiologi dan tipe serangan, dan
meskipun dengan keterbatasannya memberi frame'or( yang berguna dalam
mendiskripsi gambaran klinik perbedaan tipe epilepsi.
S3:+8:N
9erakhir telah diusulkan suatu skema diagnotik untuk orang dengan serangan
epilepsi atau dengan eplepsi (<))%) yang meliputi . aksis @
* S5"N:
- aksis % @ #enomena iktal
- aksis < @ tipe serangan (mekanisme pato#isiologi F anatomi yang unik)
- aksis & @ sindrom (kondisi epilepsi unik)
- aksis ' @ penyakit dengan etiologi spesi#ik
- aksis . @ derajat ketidakmampuan
%'

Anda mungkin juga menyukai