NO. MASALAH PASIF TANGGAL KETERANGAN 1 Kesan ekonomi kurang 04 Mei 2014 Jamkesmas
2
KASUS
1. Identitas Pasien Nama : Tn. Ridwan R Umur : 20 tahun Alamat : Gajah RT 05/ II, Siwalan, Gayamsari, Semarang Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Status : Belum Menikah Pendidikan : SMP No.RM : 12-45-94 Tanggal masuk : 04/05/2014 Tanggal periksa : 06/05/2014 2. Anamnesis Anamnesa dilakukan di bangsal Anggrek 4.8 tanggal 06/05/2014 pukul 15.00 WIB secara autoanamnesis. a) Keluhan utama : Badan lemas b) Riwayat Penyakit Sekarang : 2 minggu SMRS pasien tampak lemas, pucat, dan agak demam. pasien dirawat selama tujuh hari dan mendapat tranfusi darah 2 kantong. Kemudian pasien kontrol ke poli anak dan dokter meminta untuk melakukan pemeriksaan laboraturium lebih lanjut dengan hasil terlampir. 2 hari sebelum masuk rumah sakit tampak pucat dan lemas, mudah letih, anak malas untuk beraktifitas/ bermain bersama teman , badan anak terasa nglemeng terus menerus, kejang (-), , pusing, dada berdebar debar (+), sakit kepala (-), perut terasa penuh dan membesar, nafsu makan kurang, makan dan minum sulit terutama sayuran dan berat badan tidak naik- naik, BB turun (-), nyeri pada tulang (-), pilek (-), batuk (-), sesak napas (-), diare (-), mual (-), muntah (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), keluar cairan dari telinga (-), BAB dbn, tidak ditemukan cacing, darah (-),BAK dbn, tidak berwarna merah atau coklat, anak gampang sekali sakit, anak terlihat kurang bergairah serta tidak selincah anak seusianya yang normal. 3
Hari masuk rumah sakit keluhan anak masih menetap, anak tampak pucat dan semakin lemas, badan panas tapi kedua kaki dingin, riwayat trauma (-),
c) Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa : Diakui sejak usia 2 tahun Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat sakit jantung : Disangkal Riwayat sakit DM : Disangkal Riwayat alergi obat : Disangkal Riwayat mondok : Diakui d) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa : Disangkal Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat sakit jantung : Disangkal Riwayat sakit DM : Disangkal e) Riwayat Pribadi: Riwayat merokok : Disangkal Riwayat alkohol : Disangkal f) Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien bekerja sebagai pedagang tahu di rumahnya dan tinggal bersama ibu dan kedua adiknya. Pasien berobat dengan menggunakan jamkesmas Kesan ekonomi: kurang
4
ANAMNESIS SISTEM Keluhan utama Badan lemas Kepala pusing (+), nggliyer (-), jejas (-),leher kaku (-) Mata penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),pandangan berputar (-), berkunang-kunang (+), konjunctiva anemis (+), sklera ikterik (-) Hidung pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-) Telinga pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-). Mulut sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah- pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (+). Tenggorokan sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-). Sistem respirasi sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah(-), mengi (-) Sistem kardiovaskuler sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada(-),berdebar-debar(+), keringat dingin (-) Sistem gastrointestinal mual (-), muntah (-), BAB darah (-),nyeri ulu hati (-), diare (-),nafsu makan menurun(-), BB turun (-). Sistem muskuloskeletal nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-) Sistem genitourinaria warna seperti teh (-),sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar darah (-) berpasir (-), kencing nanah(-),sulit memulai kencing (-), anyang-anyangan (-). Ekstremitas atas luka (-), kesemutan (-), kaku digerakan (-), bengkak (-),sakit sendi (-), panas (-) Ekstremitas bawah luka (-), kesemutan (-), kaku digerakan (-), bengkak (-), sakit sendi (-), panas (-) Sistem neuropsikiatri kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-)mengigau (-), emosi tidak stabil (- ) 5
Sistem Integumentum pucat (+), kulit kuning (-),gatal (-), bercak merahkehitaman di dada, punggung, tangan dan kaki (-)
6
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaanfisikdilakukanpadatanggal14/03/2014. a) Keadaanumum :Tampak lemah b) Kesadaran : komposmentis c) Status gizi : cukup d) Vital sign TD : 120/80 mmHg Nadi : 96x/menit (regular, isidantegangancukup) RR : 24x/menit Suhu : 36,7 0 C (axiller) e) Status Internus a) Kepala : kesan mesocephal b) Mata: konjungtiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-) pupil isokor 3mm reflek pupil (+/+) c) Hidung: napas cuping hidung (-) nyeri tekan (-) krepitasi (-) sekret (-) septum deviasi (-) konka: hiperemis (-) dan deformitas (-) d) Mulut: sianosis (-) pursed lips-breathing (-) lidah kotor (-) uvula simetris tonsil (T1/T1), hiperemis (- ),kriptemelebar (-) gigi karies (-)
7
e) Telinga: Sekret (-/-) Serumen (-/-) Laserasi (-/-). f) Leher: nyeri tekan trakea (-) pembesaran limfonodi (-/-) Pembesaran tiroid (-/-) Pergerakan otot bantu pernafasan (-). g) Thoraks Cor : Inspeksi : ictuscordistidaktampak, ICS melebar (-) Palpasi : ictus cordis tidak teraba, kuatangkat (-), ICS melebar (-) Perkusi : batas atas : ICS II linea parasternal sinistra. pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra kiri bawah: ICS V 2 cm medial linea midclavicula sinistra Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) Pulmo Sinistra Dextra Depan 1. Inspeksi Bentuk dada Hemitorak Warna
2. Palpasi Nyeri tekan Stem fremitus 3. Perkusi
datar Simetris statis dinamis Sama dengan kulit sekitar
(-) (+) normal, Kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru
datar Simetris statis dinamis Sama dengan kulit sekitar
(-) (+) normal, kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru 8
4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Wheezing Ronki kasar RBH Stridor
Vesikuler (+)
(-)
(-) (-) (-)
Vesikuler (+)
(-)
(-) (-) (-) Belakang 1. Inspeksi Warna
2. Palpasi Nyeri tekan Stem Fremitus 3. Perkusi
4. Auskultasi Suara dasar
Suara tambahan Wheezing Ronki kasar RBH Stridor
Sama dengan kulit sekitar
(-) (+) normal, kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler (+)
(-)
(-) (-) (-)
Sama dengan kulit sekitar
(-) (+) normal, kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler (+)
(-)
(-) (-) (-)
9
h) Abdomen Inspeksi : Bentuk : datar Warna : seperti kulit sekitar Venektasi : (-) Auskultasi: Bisingusus (+) normal 8 x/menit Palpasi: Supel (+), Nyeritekan (+) Defance muscular : (-) Hepar dan lien tidakteraba Ginjaltidakteraba Perkusi : Timphani di seluruh kuadran. Pekaksisi (-) Pekak alih (-) i) Ekstremitas Superior Inferior Akral dingin Oedem Sianosis Gerak -/- -/- -/- dalam batas normal -/- -/- -/- dalam batas normal
4. Pemeriksaan Penunjang a. Darah Tanggal 14Maret 2014 NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL A. Darah Rutin (WB EDTA)
1 Leukosit 7.61 3.8- 10.6 10
2 Eritrosit 1,81 4.4-5.9 3 Hemoglobin 4,8 g/dL 13.2-17.3 4 Hematokrit 16,6 % 40-52 5 MCV 77.70 fL 80-100 6 MCH 26.60 pg 26-34 7 MCHC 28.90 g/dL 32-36 8 Trombosit 393 150-440 9 RDW 13.90% 11.5-14.5 15 Eosinofil 1.10% 2-4% 16 Basofil 0.50 0-1 17 Neutrofil 65.10 50-70 18 Limfosit 28.00 25-40 19 Monosit 5.6 2-8 5. Daftar Abnormalitas Anamnesis 1. BAB darah warna merah kehitaman 2. Frekuesi BAB dalam sehari >3 kali 3. Tiap BAB banyaknya 1 sampai 2 gelas belimbing 4. Mual setiap kali makan dan minum 5. Nyeri perut ulu hati 6. Pusing 7. Badan terasa lemas 8. Mata berkunang kunang 9. Konjungtiva Anemis 10. Wajah dan bibir pucat Pemeriksaan Fisik 11. nyeri tekan epigastrium hingga hipokondrium kiri Pemeneriksaan penunjang 12. Eritrosit 1,81 juta/mm3 13. Hemoglobin 4,8 g/dL 14. Hematokrit 16,6 % 11
15. MCV 77,7fl 16. MCHC 28,9 % 6. Analisis masalah 1. Melena : 1,2,3 2. Sindrom Dispepsia : 4,5,11 3. Anemia Mikrositik Hipokromik : 6,7,8,9,12,13,14,15,16 7. Daftar Problem 1. Melena 2. Anemia Mikrositik Hipokromik 8. Rencana Pemecahan Masalah Problem I : Melena Ass. Etiologi Jika perdarahan berasal dari SCBA, maka kemungkinan etiologinya: Non varises varises Penggunaan obat NSAID dalam jangka waktu yang lama Infeksi helicobacter pylory Stres, konsumsi alhokol, konsumsi kafein Kelainan pada esofagus : esofagitis, ulkus esofagus, sindroma Mallory-Weiss, kista esofagus, keganasan. Kelainan pada lambung-duodenum : Ulkus peptikum, ulkus duodenum, Gastritis erosif, Tumor gaster Kelainan darah : DIC (disseminated intravascular coagulation), leukemia, trombositopenia, anemia Varises esofagus akibat hipertensi portal dan sirosis hepatis. Ass. Faktor risiko Kebiasaan mengkonsumsi alkohol Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung seperti NSAID, antibiotik,iron,biphosponate 12
Stres Ass. Komplikasi anemia posthemoragik syok hipovolemik aspirasi pneumoni IpDx lab. Darah rutin liver function test (SGOT/SGPT,ALP) USG abdomen EGD IpTx non-medikamentosa Diit lunak Hindari merokok, konsumsi alhokol, obat-obatan NSAID Istirahat yang cukup Hindari stres dan kecemasan medikamentosa inf. RL 20 tpm Omeprazole 3x1 tab sukralfat syr. 3x1 IpMx Keadaan umum Vital sign Monitoring lab darah rutin Perdarahan IpEx Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien Hindari obat-obatan NSAID, jamu Istirahat yang cukup hindari faktor agresive 13
Problem II : Sindrom dispepsi Ass. Etiologi Asam lambung Dismolitas dan hipersensitivitas viseral Psikis infeksi Helicobacter pylori Ass. Faktor risiko Kebiasaan mengkonsumsi alkohol kebiasaan konsumsi kafein Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung seperti NSAID, antibiotik,steroid tinggal di tempat dengan prevalensi helicobacter pylori tinggi Stres Ass. Komplikasi Perdarahan kanker lambung muntah darah ulkus peptikum transformasi/keganasan IpDx lab. darah foto polos abdomen USG abdomen EGD IpTx non-medikamentosa Diit lunak Hindari merokok, konsumsi alhokol, obat-obatan NSAID Istirahat yang cukup Hindari stres dan kecemasan 14
medikamentosa inf. RL 20 tpm omeprazole 3x40 mg sukralfat syr. 3x1 IpMx Keadaan umum Vital sign Monitoring lab darah rutin Perdarahan IpEx Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien Hindari obat-obatan NSAID dan minum jamu Istirahat yang cukup Mengurangi makan makanan yang pedas dan bersifat mengiritasi lambung Makan dengan jam teratur
Problem II : Anemia Mikrositik Hipokrom Ass. Etiologi Perdarahan (anemia pasca perdarahan akut, anemia akibat perdarahan kronik) Penurunan produksi - Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit (anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat, anemia defisiensi vitamin B12) - Gangguan utilitas besi (anemia akibat penyakit kronik) - Kerusakan sumsum tulang (anemia aplastik, anemia mieplastik) - Anemia akibat kekurangan eritropoeitin (anemia pada GGK) Peningkatan destruksi - Anemia hemolitik intrakorpuskular (gangguan membran eritrosit, enzim eritrosit, hemoglobin) - Anemia hemolitik ekstrakorpuskular (anemia hemolitik autoimun, anemia hemolitik mikroangiopati) 15
Ass. Faktor risiko Hemolisis Defisiensi nutrient Penekanan sumsum tulang Ass. Komplikasi Gagal Jantung Kejang Syok hipovolemik IpDx lab. Darah Rutin dan khusus Tes TIBC, transferin Tes Serum Besi Pemeriksaan bone marrow punction IpTx non-medikamentosa Diit tinggi besi, folat dan vitamin B12 Hindari merokok, konsumsi alhokol, obat-obatan NSAID Istirahat yang cukup Hindari stres dan kecemasan medikamentosa inf. RL 20 tpm Transfusi PRC Preparat besi oral Vitamin C 3x100mg IpMx Keadaan umum Vital sign Monitoring lab darah rutin Perdarahan
16
IpEx Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien Istirahat yang cukup Makan makanan kaya besi dan vitamin C Menghindari minum preparat besi oral dengan air teh
17
9. PROGRESS NOTE Tanggal14 Maret 2014 Subyektif Keluhan
Obyektif Keadaan umum Kesadaran Tanda vital
Kepala Mata Leher Thorax Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Assesment Plan
Mual (+), BAB merah kehitaman 3x (+), pusing(+), badan lemas (+)
Tampak lemah dan sakit sedang Compos mentis TD : 120/80 mmHg Nadi : 96 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup RR : 24 x/menit T : 36,7C (axiller) Mesochepal Konjungtiva pucat ( +/+ ), sclera ikterik (-/-) Pembesaran kelenjar getah bening (-/-) Simetris, sela iga tak melebar Iktus kordis tak tampak, konfigurasi jantung dalam batas normal, BJ I-II regular, bising jantung (-) Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru, SD Vesikuler (+/+), wheezing (-/,-), ronki (-/-) Permukaan datar, BU(+) normal, timpani, nyeri tekan ulu hati (+), hepar/lien tidak teraba Dalam batas normal
Mual (+), badan lemas (+), BABmerah kehitaman2x (+), pusing(+)
Tampak lemas dan sakit sedang Compos mentis TD : 110/80 mmHg Nadi : 72 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup RR : 20 x/menit T : 36,0C (axiller) Mesochepale Konjungtiva pucat ( +/+ ), sclera ikterik (-/-) Pembesaran kelenjar getah bening (-/-) Simetris, sela iga tak melebar Iktus kordis tak tampak, konfigurasi jantung dalam batas normal, BJ I-II regular, bising jantung (-) Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru, SD Vesikuler (+/+), wheezing (-/,-), ronki (-/-) Permukaan datar, BU(+) normal, timpani, nyeri tekan ulu hati (+), hepar/lien tidak teraba Dalam batas normal Melena, sindrom dispepsia dan anemia mikrositik hipokrom inf. NaCl 0,9% 20 tpm Curcuma 3x1 tablet Omeprazole 2x1 amp / 12 jam Metoclopramide 2x1 amp Transfusi PRC 1 kantong Tanggal 16Maret 2014 Subyektif 19
Keluhan Obyektif Keadaan umum Kesadaran Tanda vital
Kepala Mata Leher Thorax Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas Assesment Plan Pusing (+), mual (+), BAB merah kehitaman (-)
Tampak lemas Compos mentis TD : 120/60 mmHg Nadi : 88 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup RR : 18 x/menit T : 36,8C (axiller) Mesochepal Konjungtiva pucat ( +/+ ), sclera ikterik (-/-) Pembesaran kelenjar getah bening (-/-) Simetris, sela iga tak melebar Iktus kordis tak tampak, konfigurasi jantung dalam batas normal, BJ I-II regular, bising jantung (-) Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru, SD Vesikuler (+/+), wheezing (-/,-), ronki (-/-) Permukaan datar, BU(+) normal, timpani, nyeri tekan ulu hati (+), hepar/lien tidak teraba Dalam batas normal Melena, sindrom dispepsia dan anemia mikrositik hipokrom Terapi tetap
PEMBAHASAN
I. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas A. Definisi 20
Perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum Treitz sedangakan perdarahan saluran cerna bagian bawah berasal dari usus di sebelah bawah lugamentum Treitz. Pada SCBA untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan varises esofagus dan non varises karena keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosisnya. Manifestasi pedarahan saluran cerna bagian atas bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyaknya sedikitnya darah yang hilang dan apakah perdarahan berlangsung secara terus menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan: 1) Anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama. 2) Hematemesis dan atau melena disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik. B. Etiologi Perdarahan saluran cerna dapat yang bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang mengancam nyawa. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) atau proksimal dari ligamentum Treitz. Melena (feses berwarna hitam) biasanya berasal dari perdarahan SCBA, walaupun perdarahan usus halus dan bagian proksimal kolon dapat juga bermanifestasi dalam bentuk melena. Adapun penyebab dari perdarahan SCBA, antara lain: a) Pecahnya varises esophagus (tersering di Indonesia 70-75%) b) Perdarahan tukak peptik ( ulkus peptikum ) c) Gastritis ( terutama gastritis erosive akibat OAINS ) d) Gastropathi hipertensi portal e) Esofagitis f) Keganasan Misalnya pada kanker lambung
C. Patofisiologi Penyebab tersering dari perdarahan saluran cerna adalah pecahnya varises esofagus. Varises esofagus merupakan salah satu komplikasi dari sirosis hepatis. Sirosis ini 21
menyebabkan peningkatan tekanan pada vena porta yang biasa disebut dengan hipertensi porta. Peningkatan tekanan pada vena porta menyebabkan terjadinya aliran kolateral menuju vena gastrika sinistra yang pada akhirnya tekanan vena esofagus akan meningkat pula. Peningkatan tekanan pada vena esofagus ini menyebabkan pelebaran pada vena tersebut yang disebut varises esofagus. Varises esofagus ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan. Terjadinya perdarahan ini bergantung pada beratnya hipertensi porta dan besarnya varises. Darah dari pecahnya varises esofagus ini akan masuk ke lambung dan bercampur dengan asam klorida (HCl) yang terdapat pada lambung. Darah yang telah bercampur dengan asam clorida menyebabkan darah berwarna kehitaman. Jika darah ini dimuntahkan maka akan bermanifestasi sebagai hematemesis. Selain dimuntahkan, darah ini juga dapat bersama makanan masuk ke usus dan akhirnya keluar bersama feses yang menyebabkan feses berwarna kehitaman (melena). Hematemesis dan melena juga dapat ditemukan pada penyakit tukak peptik (ulcus pepticum). Mekanisme patogenik dari ulkus peptikum ialah destruksi sawar mukosa lambung yang dapat menyebabkan cedera atau perdarahan, dimana cedera tersebut nantinya akan menimbulkan ulkus pada lambung. Sama seperti varises esofagus, darah ini akan dapat bermanifestasi sebagai hematemasis dan atau melena. D. Gejala klinik Gejala klinis perdarahan saluran cerna ada 3 gejala khas, yaitu : a) Hematemesis Muntah darah dan mengidentifikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas, yang berwarna coklat merah atau coffee ground b) Melena Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas, atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya c) Hematochezia Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang sudah berat. 22
E. Diagnosis Anamnesis Diperlukan sekali pengambilan anamnesis/alloanamnesis yang teliti, diantaranya : Setiap penderita dengan perdarahan SCBA, perlu ditanyakan apakah timbul mendadak dan banyak, atau sedikit tetapi terus menerus, ataukah timbulnya perdarahan berulang kali, sehingga lama kelamaan badan menjadi bertambah lemah. Apakah perdarahan yang dialami ini untuk pertama kali ataukah sebelumnya sudah pernah. Sebelum hematemesis apakah didahului dengan rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan untuk memikirkan tukak peptik yang mengalami perdarahan Adakah penderita makan obat obatan atau jamu jamuan yang menyebabkan rasa nyeri atau pedih di epigastrium kemudian disusul dengan muntah darah. Penderita dengan hematemesis yang disebabkan pecahnya varises esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan timbulnya spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitaman dan tidak membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung.kepada penderita ini perlu ditanyakan apakah pernah menderita hepatitis, alkoholisme atau penyakit hati kronis.
Pemeriksaan fisik Yang pertama perlu diamati adalah : keadaan umum, tensi, nadi, apakah sudah memperlihatkan tanda syok atau belum. Bila penderita sudah dalam keadaan syok sebaiknya segera diberi pertolongan untuk mengatasinya. Di samping itu perlu diamati kesadaran penderita, apakah masih kompos mentis ataukah sudah koma hepatikum (terutama pada penderita sirosis dengan perdarahan). Bila sudah syok atau koma, maka segera untuk mengatasi syoknya, atau komanya. Pada keadaan semacam ini, atau keadaan gawat penderita, segala manipulasi yang tidak esensial hendaknya ditinggalkan dulu sampai keadaan umum penderita membaik. Di samping itu perhatikan apakah ada tanda- tanda anemi, atau belum. Hematemesis yang diduga karena pecahnya varises esofagus perlu diperhatikan gangguan faal hati, yaitu : ada tidaknya ikterus, spider nevi, eritema palmaris, liver nail, venektasi di sekitar abdomen, asites, splenomegali, udema sakral dan pretibial, tanda 23
endokrin sekunder pada kaum wanita (gangguan menstruasi, atrofi payudara) dan pada kaum pria (ginekomasti, atrofi testis). Seorang penderita dengan kelianan di lambung sebagai penyebab perdarahan, misalnya tukak peptik atau gastritis hemoragika, akan nyeri tekan di daerah epigastrium. Dan bila teraba suatu masa epigastrium yang kadang kadang terasa nyeri tekan, kemungkinan besar adalah karsinoma di lambung sebagai penyebab perdarahan.
Pemeriksaan penunjang o Pemeriksaan laboratorium Setiap penderita dengan perdarahan apapun, pertama sebaiknya dilakukan pemeriksaan golongan darah, Hb, hematokrit, jumlah eritrosit, lekosit, trombosit dan morfologi darah tepi. Dan pada penderita, yang diduga menderita sirosis hati dengan pecahnya varises esofagus terutama dengan perdarahan masif, perlu sekali diperiksa apakah ada kelainan faal hati. Perbandingan BUN ( Blood Urea Nitrogen ) dan kreatinin serum dapat dicapai untuk memperkirakan asal perdarahan. Nilai puncak biasanya dicapai dalam 24 48 jam sejak terjadinya perdarahan. Normal perbandingannya adalah 20. Bila di atas 35, kemungkinan perdarahan berasal dari saluran cerna bagian atas ( SCBA ). Di bawah 35, kemungkinan perdarahan saluran cerna bagian bawah ( SCBB ). o Endoskopi Endoskopi digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan sumber perdarahan, memungkinkan pengobatan endoskopik awal, informasi prognostik ( seperti identifikasi stigmata perdarahan baru ). Endoskopi dilakukan sebagai pemeriksaan darurat sewaktu perdarahan atau segera setelah hematemesis berhenti. o Pemeriksaan radiologis USG : untuk menunjang diagnosis hematemesis / melena bila diduga penyebabnya adalah pecahnya varises esofagus karena secara tidak langsung memberi informasi tentang ada tidaknya hepatitis kronik, sirosis hati dengan hipertensi portal,keganasan hati, dengan cara yang non invasif dan tak memerlukan persiapan sesudah perdarahan akut berhenti. 24
Arteriografi abdomen : untuk menentukan letak perdarahan, terutama pada penderita dengan perdarahan aktif. Juga berguna untuk mendeteksi lesi yang menyebabkan perdarahan.
II. SINDROM DISPEPSIA A. Definisi Adalah rasa nyeri atau tidak enak pada bagian ulu hati yang menetap atau mengalami kekambuhan. B. Klasifikasi Etiologi Dispepsia Penyebab dispepsia pada anak-anak adalah memberi makan terlalu banyak atau susu kaleng yang tidak cocok. Namun kadang-kadang dapat pula timbul karena penyakit, misalnya tukak lambung. Penyebab timbulnya gejala dispepsia sangat banyak sehingga diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya penyebab dispepsia yaitu : i. Dispepsia Organik Dispepsia organik adalah dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.12 Dispepsia organik dapat digolongkan menjadi : o Dispepsia Tukak Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri ulu hati. Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan makanan. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat menentukan adanya tukak di lambung atau duodenum. o Refluks Gastroesofageal Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal, yaitu rasa panas di dada dan regurgitasi asam terutama setelah makan. o Ulkus Peptik Ulkus peptik dapat terjadi di esophagus, lambung, duodenum atau pada divertikulum meckel ileum. Ulkus peptikum timbul akibat kerja getah lambung yang asam terhadap epitel yang rentan. Ulkus dapat berkaitan dengan 25
hiperparatiroidisme, sirosis, penyakit paru dan jantung. Kortikosteroid meningkatkan resiko ulkus peptik dan perdarahan saluran pencernaan. Faktor- faktor yang berhubungan dengan terjadinya ulkus peptik antara lain merokok, penyakit hati kronik, penyakit paru kronik, pankreatitis kronik dan gastritis kronik o Penyakit Saluran Empedu Sindroma dispepsia ini biasa ditemukan pada penyakit saluran empedu. Rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau di ulu hati yang menjalar ke punggung dan bahu kanan. ii. Dispepsia fungsional Adalah suatu kelainan yang ditandai dengan gejala yang berasal dari daerah perut bagian atas tanpa kelainan organik, keluhan dispepsia ini meliputi rasa nyei atau tidak nyaman perut bagian atas, perut terasa penuh, mual, sendawa dan kembung. Dispepsia fungsional dibagi menjadi dua kategori berdasarkan gejala atau keluhan: a. Postprandial Distress Syndrome Rasa kembung setelah makan, terjadi setelah mengkonsumsi makanan porsi biasa paling sedikit beberapa kali selama seminggu. Cepat terasa penuh perut sehingga tidak dapat mernghabiskan makanan dengan porsi biasa paling tidak beberapa kali selama seminggu. b. Epigastric Pain Syndrome Nyeri atau rasa terbakar terlokalisasi di epigastrium dengan tingkat keparahan sedang yang dialami minimal sekali seminggu. Nyeri interimiten. Tidak berkurang dengan defekasi atau flatus. Tidak memenuhi kriteria kelainan kandung empedu.
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
26
III. ANEMIA A. Definisi Anemia Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.
B. Penyebab Anemia 1. Perdarahan 2. Persalinan 3. Ulkus Peptikum 4. Kanker atau polip saluran pencernaan 5. Keganasan 6. Kandungan zat besi dalam makanan yang tidak mencukupi C. Jenis Jenis Anemia 1. Anemia Mikrositik Hipokromik Adalah anemia dengan ciri ukuran sel darah merah lebih kecil dari ukuran normal dan berwarna coklat yang disebabkan oleh kekurangan ion Fe sebagai komponen hemoglobin disertai penurunan kuantitatif pada sintesa Hb. Patofisiologi simpanan zat besi, kadar serum menurun dengan gejala klinis timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. 2. Anemia Sel Sabit Merupakan bentuk anemia yang bersifat kronis dan bersifat bawaan dimana sebagian atau sleuruh hemoglobin normal diganti dengan hemoglobin 27
abnormal. Penyebabnya bermacam macam seperti dari faktor keturunan, malaria, autoimun dan karena bahan kimia tertentu 3. Anemia Megalolastik Adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar akibat gangguan maturasi inti sel tersebut yang dinamakan megaloblas yang terjadi karena kekurang an vitamin b12, asam folat gangguan metabolisme b12 dan asam folat. 4. Anemia Aplastik Anemia Aplastikm merupakan kegagalan hemopoiesis yang relatif jarang ditemukan namun berpotensi mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sum sum tulang. 5. Berdasarkan pendekatan morfologi Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah pada apusandarah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah merah normal mempunyai volume 80-96 femtoliter dengan diameter kira-kira 7-8 micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut makrositik. Sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automaticcell counter memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah merah dengan mengeluarkan angka mean corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau RBC distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemiadiklasifi kasikan menjadi Anemia makrositik (gambar 1) Anemia makrositik merupakan anemia dengankarakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh - Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah (defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesaasam nukleat: zidovudine, hidroksiurea) 28
- Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia, leukemia akut) - Penggunaan alkohol - Penyakit hati - Hipotiroidisme. Anemia Mikrositik (gambar 2) Anemia mikrositik merupakan anemia dengankarakteristik sel darah merah yang kecil(MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit. Dengan penurunan MCH ( mean concentration hemoglobin) dan MCV, akandidapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi.Penyebab anemia mikrositik hipokrom: - Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe,anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, defisiensi tembaga. - Berkurangnya sintesis heme: keracunanlogam, anemia sideroblastik kongenital dandidapat. - Berkurangnya sintesis globin: talasemiadan hemoglobinopati. Anemia Normositik (gambar 3) Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80- 100 fL). Keadaan inidapat disebabkan oleh : - Anemia pada penyakit ginjal kronik. - Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan penyakit ginjal kronik. - Anemia hemolitik: Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah: Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (defi siensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell). Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik Sel darah merah: imun, autoimun (obat,virus, berhubungan dengan kelainan limfoid,idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut danlambat, anemia hemolitik neonatal), mikroangiopati 29
(purpura trombositopenia trombotik,sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria),dan zat kimia (bisa ular).
Gambar 1. Gambar 2.
Gambar 3. D. Patogenesis Anemia 1. Anemia karena kehilangan darah Anemia kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel darah merah yang hilang dari tubuh seseorang akibat kecelakaan atau dimana tejadi perdarahan yang banyak jumlahnya. Perdarahan bisa disebabkan racun atau obat obatan, selain itu ada perdarahan kronis seperti pada kanker pada saluran pencernaan, peptic ulser atau wasir. 2. Anemia karena pengrusakan sel sel darah merah Anemia ini dapat terjadi karena bibit penyakit atau parasit yang masuk ke dalam tubuh seperti malaria atau cacing tambang sehingga terjadi hemolisis eritrosit. Bila eritrosit pecah dan rusak maka zat besi tidak hilang tetapi bisa digunakan kembali sebagai pembentukan sel sel darah merah namun jika asam folat yang dirusak maka tidak dapat digunakan lagi. 3. Anemia karena gangguan pada produksi sel darah merah Sum sum tulang mengganti sel darah yang tua dengan sel darah merah yang baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang sehingga jumlah sel darah merah yang dipertahankan selalu cukup banyak di 30
dalam darah dan untuk mempertahankannya diperlukan cukup banyak zat gizi. E. Pemeriksaan Fisik Tujuan utamanya adalah menemukan tandaketerlibatan organ atau multisistem dan untukmenilai beratnya kondisi penderita.Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan: adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural. pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasiantara 19-70% dan 70-100%. ikterus: menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu artifisial. Pada penelitian 62 tenaga medis, icterus ditemukan pada 58% penderita dengan bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL. penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia. lidah licin (atrofi papil) pada anemia defisiensi Fe. limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infi ltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik ( pada myeloma multipel atau metastasis kanker). petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain. kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defi siensi Fe. Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell,sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial). Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.
F. Pemeriksaan Laboratorium Complete blood count (CBC) 31
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium,pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaanpemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada banyak automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang menggambarkan variasi ukuran sel Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan automated blood counter. Hipersegmentasi neutrofil Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitasyang ditandai dengan lebih dari 5% neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus >6. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositikberhubungan dengan gangguan sintesis DNA(defisiensi vitamin B12 dan asam folat). Hitung retikulosit Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitungretikulosit dapat berupa persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut,hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darahmerah efektif merupakan proses dinamik. Hitungretikulosit harus dibandingkan denganjumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksiadalah:
DAFTAR PUSTAKA
32
1. Mansjoer Arief. M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 : 492 . Jakarta : media ausculapius FKUI . 2. Sudoyo AW.Buku Ajar I Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi V. Jakarta : InternaPublishing. 2009. p 447-51 3. Sujono, Hadi. 2002. Gastroenterologi. Bandung:Alumni. 4. Waleleng BJ, Abdullah Murdani. Perdarahan Saluran Cerna. SetyoHadi B, et all ed. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam ( Emergency in Internal Medicine ), Jakarta: InternaPublishing, 2011. 5. Oehadian, Amaylia, Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia, Continuing Medical Education, Bandung, 2010.