Anda di halaman 1dari 28

Visum et Repertum

Perlukaan

Shalahudden
Batasan
Visum et Repertum (VeR) merupakan salah
satu bantuan yang sering diminta penyidik
(polisi) kepada dokter menyangkut
perlukaan pada tubuh manusia.
Visum et Repertum (VeR) merupakan alat
bukti dalam proses peradilan yang tidak
hanya memenuhi standar penulisan rekam
medis, tetapi juga harus memenuhi hal-hal
yang disyaratkan dalam sistem peradilan
Dalam praktik sehari-hari seorang
dokter tidak hanya melakukan
pemeriksaan medis untuk kepentingan
diagnostik dan pengobatan penyakit
saja, tetapi juga untuk dibuatkan suatu
surat keterangan medis.
Demikian pula pasien yang datang ke
instalasi gawat darurat, tujuan utama
umumnya untuk mendapat
pertolongan medis.
Apa yang harus dilakukan tenaga kesehatan
Namun dalam hal pasien tersebut mengalami
cidera, pihak berwajib dapat meminta surat
keterangan medis atau VeR dari dokter yang
memeriksa.
Jadi pada saat yang sama dokter bertindak
sebagai seorang klinisi yang bertugas mengobati
sekaligus sebagai seorang petugas forensik
bertugas membuat VeR.
Sedangkan pasien bertindak sebagai seorang
yang diobati sekaligus korban yang diperiksa dan
hasilnya dijadikan alat bukti

Paradigma
Berdasarkan tujuannya, paradigma dalam
pemeriksaan medikolegal sangat berbeda
dibandingkan pemeriksaan klinis yang untuk
kepentingan pemeriksaan, pengobatan, dan
tindakan medis lainnya.
Tujuan pemeriksaan medikolegal pada korban :
untuk menegakkan hukum peristiwa pidana yang
dialami melalui penyusunan VeR, orientasi dan
paradigma dalam merinci luka dan kecederaan
untuk membantu merekonstruksi peristiwa
penyebab terjadinya luka dan memperkirakan
derajat keparahan luka (severity of injury).
Dengan demikian pada pemeriksaan suatu luka,
bisa saja ada beberapa hal yang dianggap penting
dari segi medikolegal, tidak dianggap perlu untuk
tujuan pengobatan, seperti misalnya lokasi luka,
tepi luka, dan sebagainya
Definisi dan Dasar Pengadaan
Visum et Repertum

Visum et Repertum adalah keterangan
tertulis yang dibuat dokter atas permintaan
tertulis (resmi) penyidik tentang
pemeriksaan medis terhadap seseorang
manusia baik hidup maupun mati ataupun
bagian dari tubuh manusia, berupa temuan
dan interpretasinya, di bawah sumpah dan
untuk kepentingan peradilan
Rumusan yang jelas tentang pengertian VeR telah
dikemukakan pada seminar forensik di Medan 1981
laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan
pada waktu menerima jabatan dokter, yang
memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta
yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti
berupa tubuh manusia yang diperiksa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-
baiknya dan pendapat mengenai apa yang
ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.

Dasar hukum Visum et Repertum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam
surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah
penyidik dan penyidik pembantu sebagimana
bunyi Pasal 7(1) butir h dan Pasal 11 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Penyidik yang dimaksud adalah penyidik yang
pejabat Polisi Negara RI. Penyidik tersebut
penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk
pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa
manusia.
Maka Penyidik pegawai negeri sipil tidak
berwenang meminta VeR.
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan
penyidik adalah sanksi pidana

Pasal 216 KUHAP menyebutkan :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan
ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.

Prosedur pengadaan VeR berbeda dengan
prosedur pemeriksaan korban mati, prosedur
permintaan VeR korban hidup tidak diatur secara
rinci di dalam KUHAP. Tidak ada ketentuan yang
mengatur tentang pemeriksaan apa saja yang
harus dan boleh dilakukan oleh dokter. Hal
tersebut berarti bahwa pemilihan jenis
pemeriksaan yang dilakukan diserahkan
sepenuhnya kepada dokter dengan
mengandalkan tanggung jawab profesi
kedokteran.
KUHAP juga tidak memuat ketentuan tentang
bagaimana menjamin keabsahan korban sebagai
barang bukti. Hal-hal yang merupakan barang
bukti pada tubuh korban hidup adalah
perlukaannya beserta akibatnya dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan perkara
pidananya. Sedangkan orangnya sebagai
manusia tetap diakui sebagai subjek hukum
dengan segala hak dan kewajibannya. Dengan
demikian, karena barang bukti tersebut tidak dapat
dipisahkan dari orangnya maka tidak dapat
disegel maupun disita, melainkan menyalin barang
bukti tersebut ke dalam bentuk VeR
KUHAP tidak mengatur prosedur rinci apakah
korban harus diantar oleh petugas kepolisian atau
tidak. Padahal petugas pengantar tersebut
sebenarnya dimaksudkan untuk memastikan
kesesuaian antara identitas orang yang akan
diperiksa dengan identitas korban yang
dimintakan VeR- nya, seperti yang tertulis di
dalam surat permintaan VeR. Situasi tersebut
membawa dokter turut bertanggung jawab atas
pemastian kesesuaian antara identitas yang
tertera di dalam surat permintaan visum et
repertum dengan identitas korban yang diperiksa
Dalam praktik sehari-hari, korban perlukaan akan
langsung ke dokter baru kemudian dilaporkan ke
penyidik. Hal tersebut membawa kemungkinan
bahwa surat permintaan visum et repertum korban
luka akan datang terlambat dibandingkan dengan
pemeriksaan korbannya. Sepanjang
keterlambatan tersebut masih cukup beralasan
dan dapat diterima maka keterlambatan itu tidak
boleh dianggap sebagai hambatan pembuatan
VeR. Sebagai contoh, adanya kesulitan
komunikasi dan sarana perhubungan, overmacht
(berat lawan) dan noodtoestand (darurat).
Adanya keharusan membuat VeR perlukaan tidak
berarti bahwa korban tersebut, dalam hal ini
adalah pasien, untuk tidak dapat menolak sesuatu
pemeriksaan. Korban hidup adalah pasien juga
sehingga mempunyai hak sebagai pasien.
Apabila pemeriksaan tersebut sebenarnya perlu
menurut dokter pemeriksa sedangkan pasien
menolaknya, maka hendaknya dokter meminta
pernyataan tertulis singkat penolakan dari pasien
disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin
dilakukan, agar mencatatnya di dalam RM
Hal penting yang harus diingat adalah bahwa
surat permintaan VeR harus mengacu kepada
perlukaan akibat tindak pidana tertentu yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Surat
permintaan VeR pada korban hidup bukanlah
surat yang meminta pemeriksaan, melainkan surat
yang meminta keterangan ahli tentang hasil
pemeriksaan medis
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti
yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam
proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia.
VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
sebagai pengganti barang bukti
Apabila VeR belum dapat menjernihkan duduk
persoalan di sidang pengadilan, maka hakim
dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya
bahan baru, seperti yang tercantum dalam
KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya
pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang
bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan
dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap
suatu hasil pemeriksaan.
Hal itu sesuai dengan pasal 180 KUHAP
Struktur Visum et Repertum

1. Pro Justitia
di kiri atas (tidak perlu bermeterai)
2. Pendahuluan
identitas pemohon, dokter, subjek
3. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
4. Kesimpulan
5. Penutup
dibuat dengan mengingat sumpah serta
dibubuhi tanda tangan


Jambi, 6 November 2013
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No /A/VER/IX/2013

Yang bertandatangan di bawah ini, Anton, Sp.OG dokter pemerintah pada
RSUD Abdul Manaf, atas permintaan dari kepolisian sektor mayang dengan
suratnya nomor B/37/VeR/IX/Reskrim tertanggal 2 November 2013, maka
dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal enam November tahun dua ribu
tiga belas pukul Sembilan lewat lima menit Waktu Indonesia Bagian Barat,
bertempat di RSUD Abdul Manaf, telah melakukan pemeriksaan korban
dengan nomor register 123456 yang menurut surat tersebut adalah :
Nama : xxxxxxx Binti yyyyyyy
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : wanita
Warga negara : Indonesia
Pekerjaan : xxxxxx
Agama : xxxxx
Alamat : xxxxx

HASIL PEMERIKSAAN :
1.Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan
umum sakit sedang. Korban mengeluh sakit kepala dan
sempat pingsan setelah kejadian pemukulan pada kepala
dan sakit di kemaluan -------------------------------------------------
2. Pada korban ditemukan ----------------------------------------------
a. Tekanan darah 120/70 mmHG, berat badan empat puluh
tiga kilogram------------------------------------------------------------
b. Pada belakang kepala kiri, dua senti meter dari garis
pertengahan belakang, empat senti meter diatas batas
dasar tulang, terdapat luka terbuka, tepi tidak rata, dinding
luka kotor, sudut luka tumpul, berukuran tiga senti meter
kali satu senti meter, disekitarnya dikelilingi benjolan
berukuran empat senti meter kali empat senti meter.
c. Lengan atas kiri terdapat gangguan fungsi, teraba patah
pada pertengahan serta nyeri pada penekanan.--------------

d. Pada daerah kemaluan terdapat luka jejas di sisi
kiri bibir kemaluan, berukuran satu senti meter kali
satu senti meter, pada selaput dara robek sampai
ke dasar posisi pukul nol tujuh (07.00) dan posisi
pukul nol tiga (03.00) --------------------------------------
3. Pemeriksaan foto Rontgen kepala posisi depan
dan samping tidak menunjukkan adanya patah
tulang. Pemeriksaan foto Rontgen lengan atas kiri
menunjukkan adanya patah tulang pada
pertengahan.------------------------------------------------

4. Terhadap korban dilakukan penjahitan dan
perawatan luka, dan pengobatan.--------------------
5. Korban dipulangkan dengan anjuran kontrol
dokter jiwa besok pagi dan kontrol luka
seminggu lagi.----------------------------------------------

KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban wanita berusia tiga
puluh empat tahun ini ditemukan cidera kepala
ringan, luka terbuka pada belakang kepala kiri dan
patah tulang tertutup pada lengan atas kiri akibat
kekerasan tumpul. Pada bibir kemaluan kiri luka
jejas, dan pada selaput dara tidak utuh dengan
ditemukan robekan pada posisi pukul nol tujuh
(07.00) dan posisi pukul nol tiga (03.00) akibat
kekerasan tumpul. Cidera tersebut telah
mengakibatkan penyakit/halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian untuk
sementara waktu.

Demikian visum et repertum ini dibuat dengan
sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.

Anda mungkin juga menyukai