Anda di halaman 1dari 12

Tujuan terapi ini adalah untuk meningkatkan penyembuhan, untuk mencegah timbulnya

komplikasi dan mengembalikan fungsi. Tujuan utama terapi penanganan fracture adalah untuk
mengembalikan pasien ke kondisi awal sebelum terjadinya fracture. Hal ini dapat dilakukan baik
dengan operasi maupun tanpa operasi. Beberapa faktor harus dipertimbangkan dengan matang
sebelum rencana terapi dilakukan.
Kondisi medis pasien harus dipertimbangkan sewaktu diperlukan terapi operatif. Bila terapi non-
operatif yang dilakukan, pasien harus dimobilisasi secepat mungkin untuk menghindari
komplikasi karena immobilisasi dalam waktu yang lama.
Banyak komplikasi yang berhubungan dengan displacedfracture atau terlambatnya penegakan
diagnosis. Komplikasi yang terjadi meliputi delayed union, nonunion, refracture, osteonekrosis,
dan nekrosis avaskular. Kegagalan fiksasi awal (dalam 3 bulan setelah operasi) terjadi sebanyak
12-24% dari displaced fracture collum femur yang dilakukan fiksasi internal.
Keputusan untuk dilakukan terapi operatif ataupun non operatif dari fracture collum femur dan
jenis dari intervensi bedah itu tergantung dari banyak faktor. Konsultasi pada bagian ortopedi
diperlukan.Fracture karena tekanan (tension fracture) biasanya bersifat tidak stabil dan
memerlukan tindakan operatif stabilisasi. Fracturecollum femur tanpa displaced perlu
distabilisasi dengan multiple parallel lag screws atau pin. Pengobatan fracture dengan displaced
didasarkan atas usia dan aktivitas dari pasien tersebut. Pada kelompok pasien lansia, fungsi
koqnitif premorbid, kemampuan berjalan, aktivitas pasien sehari-hari harus dipertimbangkan bila
akan dilakukan tidak operatif.
Fracture kompresi (compression fracture) lebih stabil daripada fracture dengan tekanan (tension
fracture), dan dapat diterapi secara non-operatif. Pengobatan untuk fracture tanpa displaced
dapat dilakukan dengan istirahat total dan atau penggunaan tongkat sampai pergerakan pasif dari
paha tidak terasa nyeri lagi dan pada foto x-ray menunjukkan adanya formasi kalus.
Fracture dengan displaced pada pasien usia muda merupakan emergensi ortopedik,
penatalaksanaan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) harus segera dilakukan. Prognosis
kembalinya ke keadaan sebelum terjadinya fracture sangatlah sulit pada keadaan seperti ini. Pada
pasien yang lebih tua, bisa dilakukan ORIF atau penggantian prostetik. Dengan internal fiksasi
dapat menjadi cara reduksi fraktur, khususnya pada permukaan sendi. Jika fasilitas tersedia,
terapi ini menjadi suatu pilihan yang baik. Pada pasien yang lebih tua, imobilisasi yang lebih
cepat merupakan hal penting dan fiksasi internal merupakan suatu yang wajib dilakukan. Kadang
keadaan tulang yang osteoporotic, namun perawatan di tempat tidur lebih mudah dan pergerakan
lutu dapat dimulai lebih cepat. Alat yang digunakan adalah:
Locked internal medullary nail untuk tipe fraktur ringan
5








Gambar 2.7 Locked internal medullary nail

Plat, dipasang pada permukaan lateral femur. (cocok untuk tipe fraktur berat)
1



Gambar 2.8 Pemasangan Plat

Lag screw, cocok untuk tipe fraktur sedang yang dipasang paralel dengan kepala screw
dimasukan kedalam sendi untuk menghindari pengelupasan dari permukaan sendi juga
menjaga untuk menghindari kerusakan supracondylar.
1


Gambar 2.9 Lag Screw

Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi interna:
a. Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon, patela
b. Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan ulna
disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil
c. Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen
d. Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur neck femur
e. Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik dengan
reduksi secara baik dengan reduksi tertutup misalnya fraktur Monteggia dan
fraktur Bennett
f. Fraktur terbuka
g. Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan diperlukan
mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur pada orang tua
h. Eksisi fragmen yang kecil
i. Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis avaskuler misalnya
fraktur leher femur pada orang tua
j. Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri
k. Fraktur multiple
l. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.
m. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
n. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
o. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya fraktur femur.
2. pada keadaan seperti ini. Pada pasien yang lebih tua, bisa dilakukan ORIF atau
penggantian prostetik.
3.
Tanda dan gejala pada pasien post ORIF yaitu edema, nyeri, pucat, otot tegang dan
bengkak, menurunnya pergerakan, menolak bergerak, deformitas (perubahan bentuk), eritema,
parestesia atau kesemutan
1




Tata Laksana Fracture Collum Femur dengan Internal Fixation dengan Screw

Total Hip Replacement (THR)
Total Hip Replacement adalah prosedur operasi dimana tulang dan kartilago persendian
panggul yang rusak diganti dengan sendi artifisal. Sendi artifisial ini disebut sebagai prostesis
dan difiksasi dengan semen tulang yang dikenal sebagai methylmethacrilate. Jenis prostesis yang
lain tidak memerlukan semen tapi memiliki pori-pori mikroskopis yang memungkinkan
pertumbuhan tulang normal ke dalam prostesis. Gambar 4.20 menunjukkan bagian-bagian
prosthesis yang digunakan.

Gambar 4.20 Total Hip Replacement (THR)





Hip Implant (Prostesis)

Gambar 4.21 Hip Implant
Desain Implan
Sendi panggul disebut juga sebagai sendi ball and socket karena caput femoris yang
berbentuk sferis bergerak di dalam rongga berbentuk mangkok yaitu acetabulum. Untuk meniru
gerakan ini implan yang digunakan dalam THR memiliki tiga bagian, yaitu corpus atau stem
yang akan dimasukkan ke dalam femur untuk memberikan stabilitas, head implant yang akan
menggantikan caput femoris, dan cup implant yang akan menggantikan permukaan acetabulum.




Konstruksi Implan
Bagian corpus implan terbuat dari titanium atau campuran cobalt/chromium. Bagian head
terbuat dari keramik atau campuran cobalt/chromium yang dibuat selicin mungkin untuk
memudahkan pergerakan dalam rongga cup implant.Cup implant sendiri terbuat dari logam,
ultrahigh molecular weigth polyethylene, atau gabungan logam dan polyethylene.
Pemasangan Implan
Terdapat tiga cara pemasangan implan yang biasa digunakan dalam prosedur Total Hip
Replacement, yaitu:
1. Cemented Hip Implant
Dengan cara ini implan yang sudah terpasang difiksasi dengan menggunakan semen tulang yang
disebut methylmethacrilate. Cara ini direkomendasikan bagi mereka yang berusia diatas 60
tahun, dan bagi pasien usia muda dengan kualitas dan densitas tulang yang kurang baik. Gambar
4.22 menunjukkan cemented hip impant.

Gambar 4.22 Cemented Hip Implant


2. Porous Hip Implant
Cara ini dirancang agar implan dapat langsung terpasang pada tulang tanpa perlu
menggunakan semen. Implan yang digunakan dengan cara ini memiliki topografi permukaan
yang kondusif bagi pertumbuhan tulang baru. Permukaan implan dibuat dengan tekstur khusus
sehingga tulang yang baru tumbuh ke dalam permukaan implan.Karena implan jenis ini
mengandalakan pembentukan tulang baru untuk stabilitasnya, maka memerlukan waktu
penyembuhan yang lebih lama. Cara ini direkomendasikan untuk mereka yang berusia di bawah
50 tahun, bagi pasien yang aktif, dan bagi pasien dengan kualitas tulang yang baik.


Gambar 4.23 Porous Hip Implant

3. Hybrid Hip Implant
Cara ini merupakan gabungan dari cemented hip implant dan porous hip implant. Bagian
cup biasanya dipasang tanpa semen sedangkan bagian corpus dipasang dengan semen.
Prosedur Operasi
Terdapat tiga prosedur operasi THR, yaitu Traditional hip replacement surgery, minimally
invasive hip replacement surgery, dan computed assisted hip replacement surgery.

1. Traditional Hip-replacement Surgery
Berikut adalah langkah-langkah operasi pada THR:
Pasien di anestesi, setelah itu dilakukan asepsis antisepsis.
Dibuat insisi dengan ukuran yang sesuai di atas sendi panggul.
Kaki pasien digerak-gerakkan sehingga caput femoris mengalami dislokasi. Sebuah
reamer khusus kemudian digunakan untuk mengangkat kartilago dan tulang di
permukaan acetabulum serta membentuk mangkok sehingga pas dengan bentuk implan
yang akan dipasang.
Bagian cup implant dilekatkan di tempatnya menggunakan semen atau deangn penekanan
ke dalam permukaan acetabulum. Setelah bagian cup implant terpasang dilakukan
pemasangan lapisan plastik untuk melapisi permukaan dalamnya.
Sebuah gergaji khusus kemudian digunakan untuk memotong caput femoris. Dengan
instrumen khusus, bagian tengah tulang femur dikuretase dan dibentuk sehingga
membentuk kanal yang pas dengan bentuk corpus implan.
Setelah kanal femur terbentuk, bagian corpus dan head implant dipasang. Jika digunakan
semen, maka semen di injeksikan terlebih dahulu. Jika tidak digunakan semen, maka
implan dimasukkan begitu saja ke dalam kanal.
Setelah semua implan terpasang, head implant diletakkan di dalam cup implant.
Ligamen-ligamen disesuaikan untuk mendapatkan fungsi panggul yang maksimal.
Kemudian lapis demi lapis jaringan dikembalikan di tempatnya semula. Pemasangan
drain dilakukan untuk memungkinkan pengaliran cairan selama beberapa jam setelah
operasi. Sesudah semua lapisan dijahit dan drain dipasang, panggul ditutup dengan
perban elastis.

Gambar 4.24 Post Operasi THR
2. Minimally I nvasive Hip Replacement Surgery
Yang dimaksud dengan Minimally-Invasive Hip Replacement Surgery adalah operasi
THR dengan insisi yang lebih kecil dibanding operasi tradisional. Pada operasi ini digunakan
jenis implan yang sama dengan operasi tradisional, hanya saja operator memerlukan instrumen
khusus supaya implan dapat terpasang dengan baik.
Ada dua metode yang dapat dipakai. Metode yang pertama menggunakan insisi tunggal
selebar 3 hingga 6 inci dan dengan prosedur operasi yang mirip dengan operasi tradisional.
Metode yang kedua menggunakan insisi selebar 2 hingga 3 inci di atas inguinal untuk
memasukkan cup implan, dan insisi selebar 1 hingga 2 inci di atas pantat untuk memasukkan
stem dan headimplant.Keuntungan dari minimally-invasive hip replacement surgery adalah:
Jumlah anestesi yang dibutuhkan lebih sedikit
Kurangnya nyeri yang diakibatkan oleh insisi dan bekas luka
Kurangnya kerusakan otot akibat insisi yang lebar
Kurangnya kehilangan darah
Lama perawatan di rumah sakit lebih pendek
Pasien lebih cepat kembali ke aktivitas normal
Tabel 4.2 Perbandingan Traditional vs. Minimally Invasive
Traditional Hip Replacement Surgery Minimally I nvasive Hip Replacement Surgery
Panjang Insisi 8 10 inches 3 4 inches
Lama Operasi 83 menit 50 menit
Lama Dirawat 5 7 hari 3 4 hari
Masa Recovery 12 minggu 4 6 minggu

3. Computer Assisted Hip Replacement Surgery
Computer Assisted Hip Replacment Surgery membantu operator untuk menempatkan implan
setepat mungkin dengan bantuan komputer. Selama operasi berlangsung komputer akan memberi
informasi letak tungkai dan pelvis pasien, letak implan serta instrumen yang digunakan operator.
Prosedur ini memberikan hasil operasi yang relatif lebih baik dibandingkan prosedur operasi
yang lain. Dan dengan adanya visualisasi yang lebih baik berkat bantuan komputer, maka
operator dapat menjalankan prosedur yang kurang invasif dibanding prosedur lain.
Total hip replacement mungkin lebih baik pada pasien dengan:
a. Terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan acetabulum
b. Pada pasien dengan penyakit metastatik atau penyakit Paget

Anda mungkin juga menyukai