Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN POLA MAKAN PASIEN

DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WAWONASA
Sabtu, 06 Juli 2013
SKRIPSI

Lombeng Fifilia. 2013. 35 + 2008-2012. Hubungan Pola Makan Pasien dengan Kejadian
Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa. (Dibawah bimbingan Ns. Samuel S.
Kumajas, SKep dan Ns. Esther Lontoh, Skep)

RINGKASAN

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Pada tahun 2012,
berdasarkan urutan besar penyakit di puskesmas, gastritis menempati urutan ke-4 di Kota
Manado. Di Puskesmas Wawonasa, terjadi peningkatan kasus gastritis dari tahun ke tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan pasien dengan kejadian
gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa.
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study. Populasi penelitian
ini adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas wawonasa dengan besar sampel 65
orang, yang terdiri dari 40 orang yang menderita gastritis dan 25 orang yang tidak gastritis,
dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Analisa data menggunakan uji chi-square dengan program computer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 responden (67,5%) yang mengalami gastritis dengan
pola makan kurang baik dan 18 responden (72%) tidak mengalami gastritis dengan pola
makan baik. Hasil analisis didapat p value=0,02 yang berarti ada hubungan antara pola
makan pasien dengan kejadian gastritis di wilayah kerja puskemas wawonasa.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola
makan pasien dengan kejadian gastritis di Wilayah kerja Puskesmas Wawonasa. Saran pada
pasien gastritis dan masyarakat agar makan tepat waktu, mengkonsumsi makanan yang
bergizi dengan jumlah makanan yang cukup, jenis makanan yang bervariasi, serta frekuensi
makan yang sedikit tapi sering sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kata Kunci : Pola Makan, Kejadian Gastritis



Lombeng Fifilia. 2013. 2013. 35 + 2008-2012. Relationships Diet Gastritis Patients with
Genesis Wawonasa In Work Area Health Center. (Under the guidance of Ns. Samuel S.
Kumajas, SKep and Ns. Esther Lontoh, Skep)

SUMMARY

Gastritis is one of the health problems that exist in society. In 2012, by order of the disease in
the clinic, gastritis ranks 4th in the city of Manado. In health center Wawonasa, an increase
in cases of gastritis from year to year. The purpose of this study was to determine the
relationship of diet in patients with gastritis incidence Wawonasa Work Area health center.
This research uses a cross sectional study design. The study population was all people in the
work area with a large sample of clinic wawonasa 65 people, consisting of 40 people who
suffer from gastritis and 25 people who did not gastritis, with a total sampling technique. The
instrument used was a questionnaire. Data analysis using chi-square test with a computer
program.
The results showed that 27 people (67,5%) had gastritis has a poor diet and 18 (72%) who
did not have a gastritis diet is not good. Analysis results obtained p value = 0.02, which
means that there is a relationship between the diet of patients with gastritis incidence in the
region of wawonasa clinics.
From these results, it can be concluded that there is a significant relationship between the
diet of patients with gastritis incidence in the Region Puskesmas Wawonasa. Advice on
gastritis patients and the public to eat on time, eat a nutritious diet with a sufficient amount
of food, type of food varies, and the frequency of eating little but often according to the needs
of the body.
Keywords: Diet, incidence of gastritis




CURRICULUM VITAE




A. Identitas
Nama : Fifilia Lombeng
NIM : 09071049
Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 24 Februari 1992
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bumi Kilu Permai Blok A No. 721 Lingkungan V Kecamatan Mapanget
Kota Manado.

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2003 lulus dari SD Negeri 103 Manado
2. Tahun 2006 SLTP Negeri 10 Manado
3. Tahun 2009 SMA Negeri 7 Manado
4. Tahun 2009 masuk program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia Manado


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan judul Hubungan Pola Makan
Pasien dengan Kejadian Gastritis di Puskesmas Wawonasa. Penyusunan Skripsi ini disusun
sebagai Satu Syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan pada program studi ilmu
keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia (UNPI).
Banyak halangan dan kesulitan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini,
namun atas bantuan dan dorongan berbagai pihak maka semuanya dapat diselesaikan dengan
baik. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan
Skripsi ini.
Dengan selesainya Skripsi ini, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. F. H Rende, selaku Ketua Yayasan Universitas Pembangunan Indonesia Manado
yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi selama penulis mengikuti
pendidikan.
2. Drs. Jan WG Polii, Msi, selaku Rektor Universitas Pembangunan Indonesia Manado
memberikan motivasi penulis selama mengikuti pendidikan.
3. Ns. Frida Mendur, S.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan telah memberikan arahan
dan bimbingan bahkan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan dan selama
menyelesaikan Skripsi ini.
4. Ns. Samuel S. Kumajas, S.Kep selaku Pembimbing I dan Ns. Esther Lontoh, S.Kep
selaku Pembimbing II yang penuh perhatian dan kesabaran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Seluruh staf Dosen dan pengelolah yang sudah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan selama penulis mengikuti pendidikan.
6. Pihak UPTD Puskesmas Wawonasa, Anita Basuki SKM, M.Kes selaku Kepala UPTD
Puskesmas Wawonasa dan Aris Saleh, S.Sos selaku Kepala Tata Usaha yang telah
memberikan izin menggunakan lokasi penelitian dan senantiasa mendukung penulis di
lapangan dalam mengumpulkan data.
7. Seluruh Masyarakat di Wilayah Kerja Wawonasa yang sudah bersedia menjadi respoden
dalam peneltian ini.
8. Anita Basuki SKM, M.Kes yang sudah membantu dalam pengolahan data.
9. Papa, Mama, Kakak-kakakku dan adikku tersayang, Billy, Lucqueen, Fifiliane, dan
semua keluarga besar yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan, perhatian, dan
bantuan dalam bentuk moril maupun material selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2009 UNPI Manado khususnya Anggrainy M.
Lahema, Olvita A. Manekes, Novilia G. Masaling, Inry Liow, Apricilia Akay, Jeklin Porniti,
Florensa Manugan, dan Bryan Janis yang selalu membantu dan memberi dukungan dan doa
selama menjalani pendidikan dan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
11. Oma, Saudara-saudara dan keponakan-keponakan saya Jilly, Jemmy, Cherry, Arter, Ice,
Chris, Stella, Arter, Gita, Dwi, Thrisa, Elkana, yang selalu memberi dukungan dan
membantu mendoakan dalam penyusunan skripsi.
12. Sahabat saya Filia Pamela Rantung yang selalu menyemangati dan mendoakan saya
selama proses penelitian ini dan Semmy Galandjinjinay yang telah membantu saya dalam
penyusunan Proposal penelitian hingga Skripsi.
13. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal skripsi ini yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.


Manado, Juni 2013


Penulis





DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL.................................................................................................... i
RINGKASAN.... ii
SUMMARY iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. iv
PERNYATAAN. v
CURRICULUM VITAE....................................................................... iv
KATA PENGANTAR.......................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR.. xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xiv
MOTTO................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pola Makan.................................................................... 6
B. Teori Gastritis.......................................................................... 12
C. Hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis................. 27
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep.................................................................... 27
B. Hipotesis Penelitian ................................................................ 28
C. Variabel Penelitian.. 28
D. Definisi Operasional 28


BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..................................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 30
C. Populasi, Sampel................................. 30
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................... 31
E. Instrumen Penelitian. 31
F. Pengolahan dan analisa data.................................................... 31
G. Etika Penelitian........................................................................ 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................ 36
B. Pembahasan.............................................................................. 43
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 46
B. Saran......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
4.1 Definisi Operasional.................................................................... 29
5.1 Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Wawonasa
Kecamatan Singkil Kota Manado........................................................ 36
5.2 Distribusi responden menurut kelompok umur.......................... 37
5.3 Distribusi responden menurut kelompok jenis kelamin............. 37
5.4 Distribusi responden menurut pendidikan................................. 38
5.5 Distribusi responden menurut pekerjaan................................... 39
5.6 Distribusi responden menurut pola makan................................ 39
5.7 Distribusi responden menurut kejadian gastritis........................ 40

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan Pasien dengan
Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa 27



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Informed Consent
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan menjadi responden
Lampiran 4 : Instrumen penelitian
Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Mengikuti Penelitian
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Output SPSS











MOTTO







KARENA MASA DEPAN SUNGGUH ADA, DAN HARAPANMU TIDAK AKAN
HILANG
(AMSAL 23:18)





WHEN YOU HAVE GOD, EVERYTHING IS YOU GANNA BE OK
ALWAYS SURE, ALWAYS HOPE, AND ALWAYS BELIEVE THAT JESUS
ALWAYS BESIDE YOU
JANGAN BERHENTI UNTUK BERMIMPI. DAN JANGAN HANYA BERMIMPI,
TAPI BANGUNLAH DAN KEJARLAH MIMPI ITU
MILIKILAH MIMPI APAPUN DAN JANGAN RAGU UNTUK BERUSAHA
UNTUK MEWUJUDKANNYA, KARENA MASA DEPAN ADALAH MILIK
MEREKA YANG MAU BERUSAHA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung, seperti : asinan, cuka, sambal, serta kebiasaan merokok dan
minum alkohol, dapat meningkatkan jumlah penderita gastritis. Gastritis merupakan salah
satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Akhir-akhir ini
peningkatan penyakit Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit maag
atau sakit ulu hati meningkat sangat pesat dan banyak di keluhkan masyarakat. Kejadian
penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan
tubuh (Mustakim, 2009).
Menurut Dermawan D & Rahyuningsih, T (2010), menyatakan Gastritis bukanlah penyakit
tunggal, tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan lambung. Biasanya
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok
lambung yaitu Helicobacter Pylory dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di
lambung. Keluhan Gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita Gastritis kronis selama
bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan Gastritis
tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah diminum seperti
antasida, namun keluhan selalu datang silih berganti.
Faktor etiologi Gastritis adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%),makanan
berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%). Gastritis sering dianggap
penyakit ringan, namun dapat menyebabkan kekambuhan gastritis hingga kematian.
Beberapa faktor predisposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik
responden, stress psikologis, perilaku konsumsi dan pola makan (Rahmawati, 2010).
Menurut penelitian Maulidiyah (2011), terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan
makan dengan kekambuhan penyakit gastritis. Menurut Putri dkk (2010), ada hubungan
antara pola makan dengan timbulnya gastritis.
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam
lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa
juga disertai muntah darah. Menurut penelitian Aprianto (2009), gastritis yang tidak ditangani
dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker
lambung.
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap delapan Negara dunia
dan mendapatkan beberapa hasil presentase angka kejadian gastritis di dunia. Dimulai dari
Negara yang kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan presentase mencapai
47% kemudian di ikuti oleh India dengan presentase mencapai 43%, lalu dibeberapa negara
lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5% dan
Indonesia 40,85%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah dan
Unun (2006), angka kejadian infeksi Gastritis pada beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan data yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Manado
pada Tahun 2012 menurut urutan besar penyakit di Puskesmas, gastritis menempati urutan
ke-4 dengan jumlah penderita sebesar 10.260 orang. Sedangkan berdasarkan survey awal di
Puskesmas Wonasa, Gastritis menempati urutan ke 6 dari 10 besar penyakit menonjol.
Jumlah kunjungan dengan keluhan gastritis di Puskesmas Wonasa pada Tahun 2012 sampai
bulan februari 2013 adalah 636 pasien.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui Hubungan Pola makan pasien dengan
Kejadian Gastritis Di Wilayah kerja Puskesmas Wawonasa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pola makan pasien dengan kejadian Gastritis di wilayah kerja Puskesmas
Wawonasa?
2. Bagaimanakah hubungan pola makan pasien dengan kejadian Gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Wawonasa?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Diidentifikasi hubungan pola makan pasien dengan kejadian Gastritis di Puskesmas
Wawonasa.
2. Tujuan Khusus :
a. Diketahui pola makan pasien tentang kejadian Gastritis di wilayah kerja Puskesmas
Wawonasa.
b. Diketahui kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Wawonasa.
c. Diketahui hubungan pola makan pasien dengan kejadian gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Wawonasa.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari peneliti adalah untuk :
1. Institusi Pendidikan
Menambah referensi tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan kejadian
Gastritis. Mengetahui tingkat kemampuan dan cara untuk mengevaluasi materi yang telah
diberikan kepada mahasiswa dan meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
2. Untuk Lokasi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas.
3. Untuk Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti sebagai
referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pola Makan
1. Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan yang
dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat
tertentu (Harna,2009).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan
maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
2. Pola Makan terdiri dari :
a. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif dan kuantitatif. Secara
alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai
usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika dirata-
rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan
dengan kosongnya lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya
saja, untuk memenuhi energi dan sebagian zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi
jika makanan ringan sekitar pukul 10.00. Menu sarapan yang baik harus mengandung
karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air untuk mempermudah pencernaan makanan
dan penyerapan zat gizi. Pilihlah menu yang praktis dan mudah di siapkan dan usahakan
untuk makan pagi karena penting dan mempersiapkan energi dalam beraktivitas dalam sehari.
b. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan serap akan
menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan rasa bosan. Sehingga mengurangi
selera makan. Menyusun hidangan seha memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi.
Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang memperhitung dengan
tepat akan memberikan hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik
pengolahan makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi.
c. Tujuan Makan
Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh energi yang
berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur metabolism ubuh
serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
d. Fungsi Makanan
Manfaat makanan bagi mahluk hidup, termasuk manusia antara lain :
1) Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara tubuh disamping memperbaiki
bagian tubuh yang rusak.
2) Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk kebutuhan bergerak dan bekerja.
3) Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap ketentraman yang berarti
mempunyai dampak posiif terhadap kesehatan. Dengan demikian, kecukupan akan makanan
mempunyai arti biologis dan psikologis.
e. Cara pengolahan makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapa diolah dengan cara sebagai berikut :
1) Merebus (Boiling) adalah mematangkan makanan dengan cara merebus suatu cairan bisa
berupa air saja atau air kaldu dalam panic sampai mencapai titik didih (100C).
2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan dengan menggunakan sediki cairan
pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik ini adalah daging.
3) Bumbu-bumbuan (Simmering), hamper sama dengan mengukus tapi setelah dikukus
makanan dibumbui dengan bumbu tertentu. Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan
tidak banyak rusak atau hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut :

a) Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
b) Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat (Pressure cooker).
c) Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-potong terlebih
dahulu.
d) Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu lama karena
kandungan zat gizinya akan lebih banyak hilang.
f. Jumlah (porsi) Makanan
Jumlah atau porsi merupakan suau ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada
tiap kali makan. Jumlah (porsi) standar bagi remaja antara lain :
1) Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie instant. Jumlah atau porsi makan pokok
antara lain nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie instant unuk ukuran besar 100 gram dan
ukuran kecil 60 gram.
2) Lauk pauk
Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah atau porsi
makanan antara lain daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram (dua
potong), tahu 50 gram (dua potong).
3) Sayur
Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah atau porsi
sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain : sayur 100 gram.
4) Buah
Buah adalah suatu hidangan yang disajikan setelah makanan yang fungsinya sebagai pencuci
mulut, jumlah atau porsi buah ukuran buah 100 gram, ukuran potongan 75 gram.
5) Makanan selingan
Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu makan pagi, makan siang
maupun sore hari. Porsi atau jumlah untuk makanan selingan tidak terbatas jumlahnya (bisa
sedikit atau banyak).
6) Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolism tubuh, tiap jenis minuman
berbeda-beda pada umumnya jumlah atau ukurannya untuk air putih dalam sehari lima kali
atau lebih per gelas (2 liter perhari), sedangkan susu 1 gelas (200 gram).
3. Pantangan Makanan bagi penderita sakit Gastritis
a. Hindari makanan yang banyak mengandung gas. Seperti lemak, sawi, kol, nangka, pisang
ambon, kedondong, buah yang kering san minuman bersoda.
b. Hindari makanan yang merangsang keluarnya asam lambung. Seperti kopi, minuman
beralkohol 5-20%, anggur putih dan buah stratus.
c. Hindari makanan yang sulit dicerna yang membuat lambung lambat kosong misalnya :
makanan berlemak, kue tart, keju.
d. Hindari makanan yang merusak dinding lambung. Seperti cuka, pedas, merica dan
bumbu yang merangsang.
e. Hindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah. Seperti alkohol, coklat,
makanan tinggi lemak dan gorengan.
f. Hindari beberapa sumber karbohidrat. Seperti beras ketan, mie, bihun, jagung, singkong,
tales, serta dodol.
4. Pola Makan Sehat
a. Makanlah sesuai waktu
b. Biasakan membawa bekal makan dari rumah. Selain menghemat uang jajan, membawa
makan siang dari rumah akan menghemat waktumu dengan tidak perlu mengantri di outlet
makanan.
c. Pilih makanan yang dipanggang atau rebus, bukan digoreng. Di bandingkan makanan
yang dipanggang atau rebus, makanan yang digoreng mempunya 50% kalori atau lemak lebih
banyak.
d. Kurangi fastfood. Makansekali-kali boleh, tetapi jaga porsinya dan hindari fastfood
berukuran besar. Kalori dalam fastfood berukuran besar akan ditumpuk menjadi lemak dan
mengakibatkan naiknya berat badan. Kebanyakan fastfood juga kaya akan lemak jenuh, gula,
garam, dan kurang nutrisi penting vitamin dan mineral.
e. Mengemil dengan sehat. Salah sau cemilan sehat adalah buah dan sayur. Selain kaya
serat, buah san sayur mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan. Supaya
tidak bosan, variasikan dengan yogurt buah, jus, atau salad.
f. Makan nutrisi yang cukup dan seimbang. Selain karbohidrat (nasi, roti, pasta), juga
konsumsi protein (daging ayam tanpa kulit, daging sapi tanpa lemak), lemak (ikan, kacang,
salad dressing rendah lemah, alpukat), juga buah dan sayur dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
g. Hindari soft drink. Minuman ini tidak mengandung vitamin, mineral, protein aau serat.
Daripada minum soft drink dengan hanya mendapakan asupan karbohidrat, lebih baik minum
susu dengan kandungan nutrisi yang lebih baragam, terutama nutrisi kalsium yang baik untuk
pertumbuhan dan kesehatan tulang.
B. Teori Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung samapai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan
epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012).
Menurut Hirlan dalam Suyono (2008), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Surantum (2010), gastritis adalah suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau
lokal.
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit maag atau sakit ulu hati ialah
suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet,
misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau
terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi
(Yuliarti, 2009).
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau
perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan
ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya gastritis.

2. Klasifikasi Gastritis
Menurut Mustakim (2009), gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan dan dapat disembuhkan atau
sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local.
Endotoksin, bakteri , alcohol, kafein dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering,
obat-obatan lain seperti NSAID juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka,
lada, atau mustard dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik ditandai oleh atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel
pametel dan cref cell. Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak
lambung akut karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada anemia pernisiosa.
Gejala gastritis kronis umumnya bervariasi dan tidak jelas antara lain perasaan perut penuh,
anoreksia, dan distress epigastrik yang tidak nyata.
3. Penyebab Gastritis
a. Pola Makan
Menurut Potter (2008), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak
baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung
menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.
b. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari. Secara alamiah makanan diolah
dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan
dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong
antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung
(Okviani, 2011).
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada
saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan
mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri .
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah
yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak
terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal
itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi
dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang
menimbulkan rasa panas terbakar.
c. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap
akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi
makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Sitorus, 2009).
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan,
terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita
makin berkurang nafsu makannya.Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari
satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu
yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah,
kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini
tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk
mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya.Akibatnya, isi
lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum
diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu
hati dan dapat mengiritasi (Smelter, 2008).

d. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi
pada tiap kali makan.Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan
bakar untuk semua kebutuhan tubuh (Santoso, 2008). Jika konsumsi makanan berlebihan,
kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain
itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya
membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
peradangan atau luka pada lambung.
e. Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan
senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan
fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam
lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung.
Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum kopi adalah
gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan
pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan untuk
menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak bertambah parah (Warianto,
2011).
f. Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya. MD, dalam buku The Miracle of Enzyme menemukan
bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara
teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang
mengandung banyak antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan
berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak.
Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin.
Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat
dan mudah teroksidasi.
Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada
mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi
proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel.
Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat
kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat
mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus.
Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah
menjadi asam tanat.Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung.
Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa
lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagai
masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan
lambung.
g. Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.Dalam sebatang rokok,
terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok
yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen,
bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar,
dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi
racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan
(Yanti, 2008).
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus dan
pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi
bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH
duodenum. Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau
asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat
asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,
dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan pada
mukosa lambung. Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi
bikarbonat dan aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori.Merokok juga dapat menghambat
penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptic.
Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan bagi perokok
menderita penyakit lambung (gastritis) sampai tukak lambung (Dermawan, 2010).
h. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman
yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter, 2008).

i. Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannya
sebagai pelarut lipida.Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel
memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel
tersebut.Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun.Alkohol yang terdapat dalam
minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol
atau etanol.
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati,
oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya
berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung.Dalam jumlah sedikit,
alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual,
sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum.
j. Pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid.
Pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilets dalam
jumlah besar dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga
mengiritasi asam lambung karena terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung.
Selain itu obat ini juga dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa karena
dapat bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat menambah derajat keasaman pada
lambung (Sukarmin, 2012).
k. Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan
usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster
cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau
gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya,jika mengenai usia muda
biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat. Kejadian gastritis kronik,
terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia.

4. Manifestasi Klinik
Gejala penyakit gastritis yang biasa terjadi adalah :
a. Mual dan muntah
b. Nyeri epigastrum yang timbul tidak lama setelah makan dan minum unsur-unsur yang
dapat merangsang lambung ( alkohol, salisilat, makanan tercemar toksin stafilokokus )
c. Pucat
d. Lemah
e. Keringat dingin
f. Nadi cepat
g. Nafsu makan menurun secara drastis
h. Suhu badan meningkat
i. Sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar
j. Rasa seperti terbakar di dalam perut
k. Diare
l. Perasaan kenyang atau begah
m. Kelelahan yang teramat sangat dan tidak wajar


Sedangkan beberapa gejala yang tidak terlalu sering ditemui pada gastritis adalah:
a. Adanya darah pada muntahan anda
b. Ditemukannya darah pada feses atau tinja
c. Feses/tinja yang berwarna hitam

5. Pencegahan Gastritis
Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya lakukan pencegahan
gastritis dibawah ini:
a. Mengatur pola makan yang normal dengan memilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur.
b. Batasi atau hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alkohol
dapat mengiritasi atau merangsang lambung bahkan menyebabkan terkelupas sehingga terjadi
peradangan-pendarahan di lambung.
c. Makanan sebaiknya lunak, mudah di cerna, makan dengan porsi kecil tapi sering dan
sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam.
d. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Karena orang yang
merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulcer. Merokok juga akan meningkatkan
asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan resiko kanker lambung.
e. Bila harus mengkonsumsi obat karena suatu penyakit, sebaiknya menggunakan obat
sesuai dosis yang benar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
f. Hindari stress dan tekanan emosi yang berlebihan karena dapat mempengaruhi kerja
lambung

6. Penatalaksanaan Gastritis
Menurut Suyono (2008), penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut adalah dengan
menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan posisi kecil dan sering.Obat-obatan
ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 inhibition
pompa proton, antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa
sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi,
pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi
kuasa dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan
antagonis H2 sehingga mencapai pH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan,
tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang
berat.Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah
dengan Misaprostol, atau Derivat Prostaglandin Mukosa.
Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek teraupetiknya
masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik
dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa.
Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri
atau gastrektomi. Gastrektomisebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut.
Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai
sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori tipe A (altrofik
atau fundal) dan tipe B (antral).
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat
ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory. Namun
demikian, lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui
mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan
oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi
pengobatan vitamin B12 dan terapi yang sesuai.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat, mengurangi
dan memulai farmakoterapi. Apabila penyebabnya adalah Helicobacter Pylory dapat diatasi
dengan antasida, obat Pompa Proton Inhibitor (PPI), yang bekerja mengurangi jumlah asam
lambung dan antibiotik seperti Amoxicillin dan Klaritromisin untuk membunuh bakteri.
Infeksi ini dapat menyebabkan kanker ata ulkus di usus (Dermawan, 2010).
C. Hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis.
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi
sensitive bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah
satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai
upaya unuk memperbaiki kondisi pencernaan. Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola
makan yang tidak teratur yaitu frekuensi makan, jenis makan, dan jumlah makanan. Pola
makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. Pada kasus gastritis, frekuensi makan yang
diperbanyak, tapi jumlah makanan yang dimakan tidak banyak. Makan dalam porsi besar
dapat menyebabkan refluks isi lambung. Konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat
menyebabkan gastritis, pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, tidak jarang
kondisi seperti ini menimbulkan luka pada lambung (Uripi, 2008).



BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Hubungan Pola Makan Pasien dengan kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep ini menggunakan model sistem yakni menggunakan variabel independen
dan variabel dependen.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Makan Kejadian Gastritis
- Frekuensi makan Karakteristik Individu
- Jenis makanan - Umur
- Waktu Makan - Jenis Kelamin
- Jumlah makanan - Pendidikan
- Pekerjaan



Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan Pasien dengan
Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa

B. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan Pola makan pasien dengan kejadian gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Wawonasa.
Ha : Ada hubungan Pola makan pasien dengan kejadian Gastritis di wilayah kerja Puskesmas
Wawonasa.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional study.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesamasa Wawonasa.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April samaapai Mei 2013.

C. Populasi, Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Wawonasa dengan jumlah 65 orang.
2. Sampel
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah subjek yang diambil dari populasi yang
memenuhi kriteria insklusi yang diambil dengan metode total sampling. Jumlah sampel
sebanyak 65 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi :
a. Pasien yang bersedia menjadi responden.
b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wawonasa.
2. Kriteria Eksklusi :
a. Pasien yang buta huruf.
b. Pasien dalam keadaan tidak sadar .

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pola makan pasien.
b.Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian Gastritis.

2. Definisi Operasional
Tabel. 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan pola makan pasien dengan kejadian
Gastritis di wilayah kerja Puskesmas Wawonasa.

Variabel INDEPENDEN: Pola Makan
Definisi operasional : Menggambarkan frekuensi makan, jenis makanan, , waktu makan, dan
jumlah makanan responden.
Alat ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Nominal
Skor :
Baik : nilai 15
Kurang: nilai < 15

DEPENDEN : Kejadian Gastritis
Definisi operasional :Suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya
makan terlalu banyak,cepat, telat makan,makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan
pedas.
Alat ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Nominal
Skor :
- Terjadi Gastritis
- Tidak terjadi Gastritis

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Kuesioner penelitian ini
terdiri dari 10 pertanyaan tentang pola makan dan 5 pertanyaan untuk kejadian gastritis yang
menggunakan skala Guttman dengan jawaban Ya atau Tidak. Untuk jawaban Ya
diberi nilai 2, bila jawaban Tidak diberi nilai 1.
Sebelumnya peneliti membuat inform concent (persetujuan) terlebih dulu kepada
responden bahwa responden bersedia akan dilakukan penelitian setelah responden setuju baru
peneliti membagikan kuisioner tersebut yang berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara
tertulis.

G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Apabila data telah terkumpul maka tahap berikutnya adalah mengorganisir atau
mengklarifikasikan data tersebut guna tujuan penelitian.Proses pengolaan data ini meliputi
editing, coding, entry, dan cleaning.
a. Editing
Kegiatan ini merupakan kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah di isi
oleh rsponden meliputi: Kelengkapan, isian, kejelasan jawaban dan tulisan, relevansi jawaban
dengan pertanyaan isian dan kekonsistensian jawaban.
b. Coding
Bentuk kegiatan dari Coding adalah merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang
berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode
untuk jawaban yang diberikan oleh responden peneliti.
c. Entry
Kegiatan Entry adalah melakukan pemasukan data yang suda di kode terlebih dahulu di
komputer.
d. Cleaning
Kegiatan Cleaning adalah melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data masuk.
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika pemasukan data.
e. Tabulasi langsung
Adalah sistem pengolahan data langsung yang di tabulasi olehe kuesioner. Ini juga metode
paling sederhana apabila di bandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi ini dilakukan
dengan memasukan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel yang telah di siapkan, tanpa
proses perantara lainnya. Tabulasi langsung biasanya di kerjakan dengan system tally yaitu
cara menghitung data menurut klasifikasi yang telah ditentukan. Cara lain adalah kuesioner di
kelompokan menurut jawaban yang telah ditentukan, kemudian dihitung jumlahnya lalu
dimasukan kedalam tabel yang telah disiapkan. Dengan cara ini kemungkinan salah karena
lupa dapat diatasi. Kelemahan ini adalah pengaturannya menjadi rumit apabila jumlah
klasifikasi dan sampelnya besar.
6. Komputer.
Untuk mengolah data dengan komputer, peneliti perlu terlebih dahulu menggunakan program
tertentu, baik yang sudah tersedia maupun program yang sudah disiapkan secara khusus dapat
ditambahkan bahwa dalam ilmu-ilmus sosial banyak sekali digunakan program SPSS 17.0 (
Statistical Program For Social Science). Dengan menggunakan program tersebut dapat
dilakukan tabulasi sederhana.

2. Analisa Data
a. Analisa univariat
Bertujuan untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang di teliti yaitu karekteristik
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), pola makan, dan kejadian gastritis.
b. Analisa bivariat
Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel
dependent melalui uji chi square. Uji ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independent yaitu pola makan dengan variabel dependent yaitu kejadian gastritis, dengan
tingkat kemaknaan (=0,05). Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square
menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution).

H. Etika Penelitian
Etika penelitian meliputi :
1. Informed Consent (informasi untuk responden)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah memberikan penjelasan pada
calon responden mengenai maksud dan tujuan penelitian serta memberikan gambaran
mengenai dampak yang akan diterima dalam menjadi responden penelitian. Jika calon
responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak calon responden.
2. Anomity (Tanpa Nama)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan penggunaan subjek peneltian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.



BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Analisa Univariat
a. Umur
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa
Tahun 2013

Kejadian Gastritis
Umur Gastritis Tidak Gastritis
f % f %
20 30 24 60 13 52
31 40 5 12,5 3 12
41 50 5 12,5 6 24
> 50 6 15 3 12
Total 40 100 25 100

Tabel 5.1 memperlihatkan distribusi responden berdasarkan golongan umur. Hasil
menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan kejadian gastritis berada pada
kelompok yang berumur 20-30 tahun sebanyak 24 orang (60%).

b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa Tahun 2013
Kejadian Gastritis
Jenis Kelamin Gastritis Tidak Gastritis
f % f %
Laki-laki 14 35 8 32
Perempuan 26 65 17 68
Total 40 100 25 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi karakteristik responden yang mengalami gastritis
berdasarkan jenis kelamin, paling banyak pada responden yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 26 orang (65%).

c. Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa Tahun 2013
Kejadian Gastritis
Pendidikan Gastritis Tidak Gastritis
f % f %
SD 4 10 2 8
SLTP 3 7,5 6 24
SMA/SMK 26 65 14 56
DIII 2 5 2 8
S1 3 7,5 1 4
S2 2 5 - 0
Total 40 100 25 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa distribusi karakteristik responden yang mengalami gastritis
berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar berada pada kelompok dengan tingkat
pendidikan SMA/SMK sebanyak 26 orang (65%).

d. Pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa Tahun 2013

Kejadian Gastritis
Pekerjaan Gastritis Tidak Gastritis
f % f %
PNS 2 5 0 0
Wiraswasta 12 30 9 36
Mahasiswa 11 27,5 1 4
IRT 10 25 11 44
Tiada 5 12,5 4 16
Total 40 100 25 100

Tabel 5.4 memperlihatkan menunjukkan bahwa distribusi karakteristik responden yang
mengalami gastritis berdasakan pekerjaan paling banyak berada pada kelompok yang bekerja
sebagai wiraswasta dengan jumlah responden sebanyak 12 orang (30%).

e. Pola Makan

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan Pola Makan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa Tahun 2013

Kejadian Gastritis
Pola Makan Gastritis Tidak Gastritis
f % f %
Baik 13 32,5 18 72
Kurang 27 67,5 7 28
Total 30 100 30 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang mengalami gastritis, 27 orang (67,5%)
yang pola makannya Kurang Baik dan 13 orang (32,5%) yang pola makannya baik. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami gastritis sebagian besar memiliki pola
makan kurang baik dibandingkan dengan pola makan yang baik.

f. Kejadian Gastritis
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa Tahun 2013

Kejadian Gastritis f %
Gastritis 40 61,5
Tidak Gastritis 25 38,5
Total 65 100

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa 65 responden yang diteliti, responden yang gastritis sebanyak
40 orang (61,5%) dan yang tidak gastritis sebanyak 25 orang (38,5%). Jadi, dapat
disimpulkan mayoritas responden lebih banyak mengalami gastritis pada pasien yang berada
di wilayah kerja Puaskesmas Wawonasa.
Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan pola makan pasien dengan kejadian gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Wawonasa, maka dilakukan analisa bivariat sebagai berikut.

Tabel 5.7 Hubungan pola makan pasien dengan kejadian gastritis di
wilayah kerja Puskesmas Wawonasa
Pola Makan Gastritis Total p value
Ya Tidak
n % n % n %
Kurang Baik 27 67,5 7 28 34 52,3 0,02
Baik 13 32,5 18 72 31 47,7
Total 40 61,5 25 38,5 65 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa proporsi kejadian gastritis lebih tinggi pada responden yang
memiliki pola makan kurang baik sebanyak 27 orang (67,5%) dibanding pada responden
yang memiliki pola makan baik yaitu sebanyak 13 orang (32,5%). Berdasarkan hasil analisis
statistik diperoleh nilai p=0,02 yakni lebih kecil dibandingkan 0,05. Hal ini berarti, bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian gastritis pada pasien di
wilayah kerja Puskesmas Wawonasa.

B. PEMBAHASAN
1. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
Dari hasil analisis hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis adalah dari 40
responden yang menderita gastritis terdapat 27 orang (67,5%) dengan pola makan kurang
baik dan 13 orang (32,5%) yang memiliki pola makan baik.
Pada penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan pasien dengan
kejadian gastritis dengan nilai p= 0,02. Responden dengan pola makan yang kurang baik
lebih banyak mengalami gastritis sebanyak 27 orang (67,5%) dibanding dengan responden
yang memiliki pola makan baik sebanyak 13 orang (32,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rona, dkk (2010) tentang Hubungan Pola
Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang
Medical Center ( UMC ) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan
timbulnya gastritis (p=0,009). Selain itu, penelitian Rahmi K. (2011) tentang Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian Gastritis pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas
Gulai Bancah Bukit Tinggi juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan
dengan gastritis (p=0,000).
Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan Purtiantini (2012) tentang
hubungan pola makan mahasiswa kedokteran angkatan 2010 dengan kejadian penyakit
Gastritis di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyebutkan bahwa ada hubungan
antara pola makan dengan penyakit gastritis (p=0,007). Hasil penelitian ini juga didukung
oleh hasil penelitian Zilmawati (2009) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pola makan dengan terjadinya gastritis (p=0,028).
Namun, hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Dedi Sulaiman tentang Hubungan
antara pola makan dengan penyakit gastritis pada mahasiswa indekos Di STIKES Payung
Negeri dikelurahan Labuh Baru Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru (2012) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis
(p=0,049).
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan yang
dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat
tertentu (Harna, 2009).
Dalam penelitian Rahmi. K (2011) dijelaskan bahwa Gastritis umumnya terjadi akibat asam
lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang
diantaranya makanan yang pedas dan asam. Pola makan tidak teratur juga dapat
menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam maka asam
lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa
lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Dari teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa pola makan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
terjadinya penyakit gastritis.
Pada kasus gastritis, frekuensi makan yang diperbanyak, tapi jumlah makanan yang dimakan
tidak banyak. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung. Konsumsi
jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis, pada akhirnya kekuatan dinding
lambung menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada lambung (Uripi,
2008).
Pada penelitian lainnya menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara pola makan
dengan kejadian gastritis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang lebih
berpengaruh hingga terjadinya penyakit gastritis seperti merokok, stres, umur dan lain-lain.
Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan pola makan pasien dengan kejadian gastritis di
wilayah kerja Puskesmas Wawonasa dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pola
makan kurang baik dapat menyebabkan terjadinya gastritis dibandingkan dengan responden
yang berpola makan baik dan responden yang mempunyai pola makan kurang baik lebih
banyak ditemukan pada responden yang menderita gastritis.
Hal ini berarti Pola makan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kejadian gastritis.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Pola Makan Pasien dengan Kejadian
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa, dapat disimpulkan bahwa :
1. Diketahui terdapat 27 responden (67,5%) yang mengalami gastritis dengan pola makan
kurang baik dan 18 responden (72%) tidak mengalami gastritis dengan pola makan baik pada
pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa.
2. Diketahui terdapat 40 responden (61,5%) yang mengalami gastritis dan 25 responden
(38,5%) orang yang tidak mengalami gastritis pada pasien di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawonasa.
3. Ada Hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian gastritis pada pasien
di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga penelitian ini dapat menambah referensi tentang asuhan keperawatan khususnya
pada pasien dengan kejadian Gastritis serta bisa meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang
akan datang.

2. Bagi Lokasi Penelitian
Semoga hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan untuk dapat meningkatkan
pengetahuan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini semoga bisa memberikan acuan untuk peneliti selanjutnya agar dapat
melakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian
gastritis.





DAFTAR PUSTAKA


Aprianto (2009). Faktor Risiko Gastritis pada pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Lubuan Baji dan Rumah Sakit Pelamonia Tinkat II Kota Makassar
Tahun 2009. Makassar.

Baughman, D. (2011) : Keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC.

Dedi .S (2012) : Hubungan antara pola makan dengan penyakit gastritis pada
mahasiswa indekos Di STIKES Payung Negeri dikelurahan Labuh Baru
Kecamatan Payung Sekaki . Pekanbaru

Dermawan, D & Rahyuningsih, T. (2010). Keperawatan medikal bedah (Sistem
Pencernaan). Yogyakarta: Goysen publishing.

Eridha, N. (2009). Gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis
pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan USU. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara Medan

Erna. (2010) : Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di
SMKN 06 Padang.

Harna.(2009) : Pola Makan Sehat. www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunair
bab1.pdf. Diakses pada tanggal 12 maret 2013

Maulidiyah U. (2011). Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan
Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis. Dari http://adln.lib.unair.ac.id/.
Jakarta

Mila, K. (2011) ; faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan gastritis pada
pasien di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu : Semarang.

Mustakim. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna, Pustaka Populer Obor. Jakarta

Nazir, ABD ; dkk. (2011). Buku Ajar Metodologi Kesehatan. Yogyakarta

Notoadmodjo, S (2002) ; Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta. Jakarta.

Oktavia, P. (2011) ; Hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan
gastritis pada pasien di rumah sakit Wismarini Pringsewu: Lampung

Okviani, W. (2011) . Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/-.
Diakses tanggal 11 Maret 2013


Potter, Patricia A. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktek: EGC. Jakarta

Purtiantini. (2012) : Hubungan pola makan mahasiswa kedokteran angkatan 2010
dengan kejadian penyakit Gastritis di FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Putri RSM, Agustin H, Wulansari.(2010) : Hubungan Pola Makan dengan
Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang
Medical Center.

Rahmi, K. (2011) ; Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Gastritis
pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai Bancah. Bukit Tinggi

Rona, dkk.(2010). Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada
Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center ( UMC ).
Malang

Santoso,S.(2008).Kesehatan dan gizi.Jakarta:RinekaCipta.

Sitorus, R. (2009). Makanan Sehat dan Bergizi. CV.Yrama Widya, Bandung

Smelter,S.C.(2008). Keperawatan medikal bedah. Jakarta:EGC

Sugiyono (2012): Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.
Alfabeta. Bandung

Sukarmin. (2012) ; Keperawatan pada sistem pencernaan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta

Sulastri. (2012) ; Gambaran Pola Makan penderita Gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Kampar Kiri Hulu.Kampar Riau

Suratum, (2010) : Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Trans Info Medika, Jakarta

Suyanto, (2011) : Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Nuha
Medika. Bandar Lampung

Suyono, S. (2008). Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Uripi. (2008). Menu Untuk Penderita Hepatitis dan saluran Pencernaan. Jakarta:
Puspa Swara.

Warianto, Chaidar. (2011). Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.


Yanti, R. (2008). Pengaruh Kebiasaan Merokok, Konsumsi Non Steroid Anti
Unflamatory Drugs (NSAID) dan Kopi terhadap Kejadian Gastritis di
Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

Yuliarti (2009). : Maag : Kenali, Hindari dan Obati. Andi. Yogyakarta

Zilmawati R.(2009) : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gastritis
pada Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Baiturrahmah Padang [Skripsi]. Padang.


LAMPIRAN
INFORMED CONCENT
(Penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitan)



Kepada Yth
Ibu / Bpk...............
Di
Tempat

Ibu/Bapak/sdra-i yang saya hormati,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia Manado yang sementara ini dalam proses penyelesaian tugas akhir /
skripsi dan akan melakukan penelitian. Olehnya, mohon kiranya kesediaan Ibu / Bapak/sdra-i
agar bisa menjadi subjek dalam penelitian yang akan saya lakukan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Hubungan Pola Makan Pasien dengan Kejadian Gastritis di
Wilayah Kerja Puskesmas Wonasa.
Hasil penelitian ini untuk pengembangan ilmu keperawatan dan diharapkan dapat bermanfaat
untuk meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Wonasa. Partisipasi dalam penelitian dan
atau informasi yang didapat tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan
Ibu/Bapak/sdra-i. Kerahasiaan identitas akan dijamin dalam laporan hanya akan ditulis kode
nomor saja.
Saya sangat menghargai kesediaan Ibu/Bapak/sdra-i untuk meluangkan waktu membaca dan
memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan Ibu/Bapak/sdra-i bersedia
menjadi responden. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati.

Manado, April 2012
Peneliti


Fifilia Lombeng



Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Hubungan Pola Makan Pasien Dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonasa

Setelah membaca dan mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini, maka
saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA*)
menjadi responden dari Sdri. Fifilia Lombeng dalam penelitian yang berjudul Hubungan
Pola Makan Pasien Dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonasa.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan, semua berkas yang
mencantumkan identitas subjek peneliti hanya akan digunakan untuk mengelolah data dan
bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang mengetahui
kerahasiaan data.
Dan apabila sewaktu-waktu saya tidak bersedia atau mengundurkan
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dengan
penuh kesadaran.


Manado, April 2013



(.........................................)
Nama & Tanda tangan
*) Coret yang tidak perlu
Kuesioner
Hubungan Pola makan pasien dengan kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas
Wonasa.

INSTRUMEN PENELITIAN
I. Kuesioner Data Demografi
Petunjuk pengisian :
Bpk/Ibu/sdra/sdri akan ditnyakan informasi tentang data pribadi. Jawablah pertanyaan di
bawah ini dengan memberi tanda centang pada tempat yang disediakan dan isilah bagian
yang telah disediakan sesuai dengan keadaan bapak/ibu sebenarnya.

KUESIONER DEMOGRAFI

DATA DEMOGRAFI
No. Responden :
Tanggal :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
1. Agama
( ) Islam ( ) Protestan ( ) Katolik ( ) Hindu ( ) Buddha
2. Suku
( )Minahasa ( ) Jawa ( ) Melayu ( ) Minang ( ) Sangihe
( ) Lainya, sebutkan
3. Pendidikan Terakhir
( ) SD ( ) SLTP ( )SMA/SMK ( ) DIII ( ) S1
Lainnya, sebutkan...........
4. Apakah Anda Pernah Menderita Gastritis (sakit maag) ?
( ) Tidak Pernah
( ) Pernah





II. Pola Makan

1. Apakah anda makan 3xsehari dalam satu hari?
2. Apakah anda selalu makan tepat waktu?
3. Apakah anda selalu sarapan pagi?
4. Apakah anda sering membatasi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bersifat pedas?

5. Apakah anda sering membatasi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bersifat asam?

6. Apakah makanan yang anda makan sudah dijamin kebersihannya?
7. Apakah anda minum 2 Liter dalam sehari?
8. Apakah anda selalu membatasi kebiasaan mengkonsumsi minuman bersoda (misal: coca-
cola, sprite,dll) setiap hari ?
9. Apakah porsi/jumlah makan anda sudah dalam jumlah yang benar?
10. Apakah anda makan dengan porsi yang kecil tapi sering?

III. Kejadian Gastritis

1. Apakah saat anda mengalami penyakit gastritis, nyeri terasa di bagian perut ?
2. Apakah nyeri perut terasa seperti tertusuk-tusuk ?
3. Apakah saat anda mengalami penyakit gastritis, nafsu makan menurun?
4. Apakah saat anda mengalami penyakit gastritis disertai dengan gejala Mual dan muntah?

5. Apakah saat anda mengalami penyakit gastritis, perut menjadi kembung ?

*)Kuesioner



Diposkan oleh We are...... di 22.45 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Mengenai Saya
We are......
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2013 (1)
o Juli (1)
SKRIPSI

Anda mungkin juga menyukai