Rabu, 22 Februari 2012 Pos pelayanan terpadu (posyandu) yang berada di berbagai pelosok daerah berperan penting menurunkan kasus gizi buruk. Sayangnya, belum semua orangtua memahami pentingnya kehadiran posyandu, seperti teradi di !ota !upang. Selama ini masih banyak orangtua yang belum sadar untuk memba"a anak#anaknya berusia di ba"ah lima tahun (balita) ke posyandu untuk menimbang berat badan. !arena itu, sulit untuk mendeteksi berapa banyak balita yang tergolong gizi buruk. !epala $inas !esehatan !ota !upang dr %ri &iaya yang dihubungi Suara Karya melalui !epala 'idang !esehatan !eluarga (!esga) (.).%. *gurah Suarna"a di kantornya, Senin (20+2), menelaskan, balita penderita gizi buruk di !ota !upang sulit diketahui se,ara pasti karena masih banyak orangtua yang tidak memba"a balitanya ke posyandu yang merupakan tempat pertama untuk mendeteksi masalah ini. $ikatakannya, tahun 200- umlah balita di !ota !upang yang terdata sebanyak 21..-/ orang. $ari umlah itu, yang mendatangi posyandu 11.0/. orang. $ari umlah yang datang, diketahui menderita gizi buruk 110 balita. 2ahun 2010 umlah balita sebanyak 21.103 orang. 'alita yang datang ke posyandu 11.-/4 orang, dengan yang menderita gizi buruk terdata 124 orang. !emudian tahun 2011, umlah balita men,apai 20.1/. orang. 'alita yang datang ke posyandu sebanyak 12..-2 orang dan diketahui menderita gizi buruk sebanyak 14. orang. $ari data itu, menurut *gurah, diketahui tingkat partisipasi masyarakat untuk memba"a balitanya ke posyandu berturut#turut tahun 200- sebesar /3,11 persen, tahun 2010 sebesar /3,1 persen, dan tahun 2011 men,apai .0,1 persen. Selama 5anuari hingga pertengahan Februari 2012, dari 10 puskesmas dalam !ota !upang, baru empat puskesmas yang memberikan laporan penderita gizi buruk di mana umlah balita yang datang ke posyandu 4/0 orang. $ari umlah itu, terdeteksi penderita gizi buruk sudah men,apai 3. orang. *gurah mengatakan, di !ota !upang saat ini terdapat 10 puskesmas, 44 pustu (puskesmas pembantu), dan lima poskeskel (pos kesehatan kelurahan) serta 201 posyandu. $ari sekian banyak kasus gizi buruk yang diba"a ke berbagai tempat pelayanan kesehatan itu, memang ada beberapa yang akhirnya tidak dapat diselamatkan. *amun, ini teradi karena balita sudah sangat terlambat diba"a ke puskesmas. 'alita yang meninggal itu, kata *gurah, semuanya adalah penderita gizi buruk dengan penyakit penyerta. 67ang meninggal dunia itu umumnya karena terlambat diba"a ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pera"atan. 8rangtua baru mengantar anaknya berobat kalau sudah mulai parah,6 kata *gurah. Bantuan (a menelaskan, balita penderita gizi buruk mendapat perhatian dan bantuan pemerintah. 'agi yang belum memiliki kartu aminan kesehatan masyarakat (5amkesmas), pemerintah memberi mereka kartu aminan kesehatan daerah (5amkesda). Selain itu, pemerintah memberikan uga seumlah uang kepada orangtua yang menunggui anaknya dalam pera"atan di RS9 sebesar Rp 20. 000+hari selama 13 hari. 6!ita berharap orangtua rain memba"a anak#anak mereka ke posyandu sehingga lebih diketahui seak dini apakah balita mereka sehat atau tidak. !ita harus tahu lebih dini sehingga tindakan ,epat dan tepat bisa dilakukan,6 katanya. Seumlah keluarga yang anaknya menderita gizi buruk, baik yang sudah sembuh maupun yang meninggal, yang ditemui di kediaman mereka, mengakui, mereka memang terlambat memba"a anak mereka berobat. :eski demikian, bantuan dan perhatian pemerintah terhadap penderita gizi buruk uga sangat maksimal. ;ukas :enabu, "arga !elurahan 8ebu<u, !upang, ketika ditemui di kediamannya, Sabtu (11+2), menuturkan, dua anak kembarnya, Febi :enabu dan :ira :enabu, yang berusia tiga tahun, menderita gizi buruk. !eduanya diba"a ke puskesmas, namun karena terlambat mendapatkan pera"atan, maka :ira :enabu akhirnya meninggal dunia pertengahan 2011 lalu, sedangkan Febi *enabu berhasil ditolong tim medis. ;ukas menelaskan, selama pera"atan kedua anak mereka di puskesmas hingga ruuk ke RS9$ !upang, pemerintah kota memberikan perhatian yang ,ukup besar. Selain memberikan 5amkesda, pemerintah uga memberikan uang tunggu sebesar Rp 20.000+ hari bagi orangtua yang menaga anaknya di RS9$ !upang. Roby :bauneno yang ditemui di kediamannya di !elurahan Pen<ui mengatakan, anak mereka, %nggi :bauneno (3), yang menderita gizi buruk sempat mendapatkan pera"atan mulai dari puskesmas sampai RS9$ !upang sehingga sembuh pada 8ktober 2011 lalu. 69ntung ada 5amkesda. 5adi, kami bisa mera"at anak kami di rumah sakit hingga sembuh. !ami uga diberi uang tunggu oleh pemerintah. !ami berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan perhatian itu,6 katanya. Robby patut berterima kasih kepada pemerintah. Saat ini penanganan kasus gizi buruk di !ota !upang dan berbagai daerah lain di *usa 2enggara 2imur memang mendapat perhatian khusus pemerintah, dalam hal ini !ementerian !esehatan (!emenkes). %da enam pro=insi yang mendapat prioritas penanggulangan gizi buruk dari !emenkes, salah satunya adalah *22. ;ima daerah lainnya adalah 5a"a 'arat, 5a"a 2imur, )orontalo, Sula"esi 'arat, dan *2'. :enurut :enkes >ndang Rahayu Sedyaningsih, enam daerah itu diprioritaskan karena masih banyak ditemukannya kasus gizi buruk. (ndonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. !emenkes menyediakan anggaran hingga Rp 000 miliar per tahunnya untuk mengatasi masalah tersebut. Se,ara nasional, diperkirakan ada sekitar 3,/ persen dari 22 uta balita atau -00 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk. 6:eskipun demikian, angka pre=alensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 41 persen pada tahun 1--0 menadi 10,- persen pada tahun 2010,6 kata :enkes dalam 6Seminar *asional Pangan dan )izi 20126 di 5akarta, pertengahan 5anuari 2012. ($"i Putro %%+'onne Pukan http?++""".suarakarya#online.,om+ne"s.html@idA2-000-