Anda di halaman 1dari 8

1

Tugas Individu : Komunikasi Massa dan Masyarakat


Kontemporer
DOSEN : Dr. H. M. Iqbal Sultan, M.Si



























































Tugas Makalah (FINAL) :

MEDIA DALAM MASYARAKAT
KONTEMPORER




DISUSUN OLEH:

CASPARINA YULITA WARAWARIN P1400213342


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
M A K A S S A R
2 0 1 4

2
Kekuatan Media Massa
Dalam Pemilihan Presiden 2014

1. Pendahuluan
Di belahan dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan
diri dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa
tidak bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga menjadi
saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa yang ada di
dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya, media massa
mempunyai tugas dan kewajiban selain menjadi sarana dan prasarana komunikasi
untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa di dunia ini
melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita, artikel, laporan
penelitian, dan lain sebagainya) dari yang kurang menarik sampai yang sangat
menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang sangat menyenangkan tanpa
ada batasan kurun waktu. William L. Rivers dan kawan-kawannya (Rivers 2003:ix)
mengatakan bahwa pada dasarnya, kondisi di dunia nyata mempengaruhi media
massa, dan ternyata keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi kondisi
nyata dunia. Dengan kata lain, dunia mempunyai peranan dan kekuatan untuk
mempengaruhi media massa; dan sebaliknya, media massa juga mempunyai
peranan dan kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi dunia ini, terlebih dalam
segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dengan segala aspek yang
melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media massa, media
massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan dan saling
membutuhkan karena masing-masing saling mempunyai kepentingan, masing-
masing saling memerlukan. Media massa membutuhkan berita dan informasi untuk
publikasinya baik untuk kepentingan media itu sendiri maupun untuk kepentingan
orang atau institusi lainnya; di lain pihak, manusia membutuhkan adanya
pemberitaan, publikasi untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Negara berkembang, Indonesia khususnya juga tidak bisa melepaskan dirinya
dari kaitannya dengan media massa karena hubungan saling ketergantungan dan
saling membutuhkan atau saling memerlukan. Di satu sisi media massa
membutuhkan, memerlukan berita dan informasi tentang kehidupan berpolitik di
Indonesia berikut yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung agar
fungsi dan peranan media massa bisa berjalan sesuai dengan yang seharusnya; di sisi
3
lainnya, Negara kita ini memerlukan atau membutuhkan media massa agar dapat
mempublikasikan atau memberitakannya baik untuk keperluan sekedar publikasi
informasi dan berita maupun untuk tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan
khusus dalam bidang politik, ekonomi, sosial, atau lainnya. Menurut catatan William
L. Rivers dan kawan-kawan (Rivers 2003:158), Hal ini memberikan indikasi betapa
besar peranan dan kekuatan media massa bagi pemerintah.
Demikian halnya dengan dunia politik di Indonesia, eksistensi politik Negara
kita dan yang berkait juga tidak bisa melepaskan diri dari keberadaan media massa
baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri. Publikasi lewat
media massa baik cetak maupun elektronik tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan-kepentingan politik dalam maupun luar negeri baik secara langsung
maupun tidak langsung sangat dibutuhkan dan diperlukan oleh para praktisi
maupun akademisi bidang politik Indonesia. Demikian juga halnya dengan media
massa, untuk kepentingan komunikasi pada umumnya, dan kepentingan media
massa pada khususnya ataupun untuk kepentingan lainnya, pihak media massa
sangat memerlukan informasi dan segala hal tentang politik di Indonesia yang bisa
dijadikan komoditas bagi media massa.

2. Kekuatan Media Massa dalam Pemilihan Presiden 2014
Dalam perspektif sistem media massa dan kebebasan menyatakan pendapat
yang berlaku di Indonesia, adalah sangat mungkin bahwa media massa di Negara
kita ini bukan hanya mempunyai peranan melainkan juga mempunyai kekuatan
dalam pemilihan presiden 2014.
Media massa merupakan sarana persuasi yang efektif dan efisien bagi para
tim sukses karena bisa menjangkau banyak pemilih yang menjadi target mereka
dengan waktu yang cepat dan biaya yang relatif murah. Adalah tidak mungkin,
khususnya dari sisi waktu, bagi tim sukses calon presiden 2014 untuk mendatangi
target pemilih mereka secara langsung atau door to door. Penggunaan media
massa adalah cara yang sangat memungkinkan untuk bertemu langsung dengan
target pemilih melalui representasi media massa baik cetak maupun elektronik bagi
para tim pelaksana kampanye kepresidenan. Mereka bisa menggunakan berbagai
cara yang bisa dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik, bahkan
mereka juga bisa berkomunikasi secara langsung melalui program live show televisi
maupun siaran radio; juga mereka bisa mengumpulkan pendapat, saran, komentar
ataupun kritik, mengadakan polling atau jajak pendapat melalui media massa cetak
4
maupun elektronik. Berbagai macam cara bisa mereka ciptakan untuk berkomunikasi
dalam usaha memikat calon pemilih.
Dewasa ini televisi memang merupakan media massa yang paling komunikatif
dan paling digemari oleh kedua belah pihak (para politisi dan para pemilik hak pilih)
karena televisi mempunyai sifat yang berbeda dari media massa lainnya, yaitu bahwa
televisi merupakan perpaduan audio-visual sehingga dengan demikian televisi
memberikan kesan sebagai penyampai isi atau pesan seolah-olah secara langsung
antara komunikator (pembawa acara atau pengisi acara) dengan komunikan
(pemirsa). Informasi yang disampaikan melalui televisi mudah dimengerti karena
secara bersamaan bisa didengar dan dilihat. Bahkan televisi bisa berperan sebagai
alat komunikasi dua arah, khususnya dalam acara-acara live show.
Menurut Yusuf Maulana (2004:5), pengelolaan kesan merupakan bagian
terpenting dalam komunikasi politik. Visualisasi tubuh dan artikulasi verbal dari para
kandidat maupun tim sukses atau para aktor dan narrator dalam penayangan
tersebut merupakan bagian dari fungsi bahasa yang harus diperhatikan sehingga
dengan demikian penayangan itu merupakan hasil dari pengolahan citra melalui
bahasa, yang menurut istilah Ben Anderson gejala ini disebut penopengan yang
mereduksi, bahkan mendistorsi pesan yang seharusnya tampil sebagaimana adanya.
Dalam kampanye, tentunya, kesan atau citra yang ingin diperoleh adalah yang
positif-persuasif yang kemudian mampu mendapatkan perhatian dari para pemirsa,
yang akhirnya mampu mengubah persepsi atau memperteguh persepsi untuk
memilih kandidat presiden yang dikehendaki dalam penayangan tersebut.

2.1. Fungsi Media Massa
Media massa merupakan salah satu institusi yang dapat mengendalikan
masyarakat dan menciptakan ketertiban serta kontrol sosial. Hal ini tidak hanya
ditentukan oleh institusi dan organisasi media massa, akan tetapi isi media, khalayak
dan efek yang ditimbulkan juga memiliki peran yang sama di dalamnya. Banyak jenis
institusi dan kekuatan yang berperan dalam mengarahkan media besar agar
berfungsi sesuai dengan kepentingan nasional dan masyarakat umum, atau
setidaknya agar media memainkan peran dalam batas tertentu yakni batas-batas
yang secara umum dapat diterima, terutama dalam segi penyampaian kritik terhadap
pemerintah dan masyarakat ataupun hal-hal yang berkenaan dengan moral dan
perilaku publik.
5
Efek yang ditimbulkan media memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat.
Semakin kuat pengaruh teori media fungsional pada seseorang, maka semakin tidak
logis pula baginya untuk menerima keberadaan efek media yang bersifat
disintegratif terhadap masyarakat. Dengan kata lain, keberadaan efek media hanya
akan disukai jika bersifat integratif terhadap masyarakat.
Sebagai contoh, kita bisa melihat bagaimana hubungan saling ketergantungan dan
saling membutuhkan antara media massa dan Pemilihan Presiden 2014 yang begitu
euforia dengan menampilkan ciri, karakter serta kelebihan dan kekurangan masing-
masing capres sehingga dapat membentuk opini tertentu dari media terhadap
masing-masing calon presiden dengan latar belakang kepemilikan media sehingga
cara ini sangat berpengaruh terhadap pandangan khalayak. Sangat nampak sekali
pada pemberitaan di media Televisi, jika ingin mengetahui hal-hal negatif tentang
calon presiden nomor urut 2 (Jokowidodo Jusuf Kalla) dan informasi positif calon
presiden nomor urut 1 (Prabowo Hatta Rajasa), tontonlah saluran TV One yang
dimiliki oleh Harry Tanusudibyo pendukung calon presiden nomor urut 1. Sebaliknya
jika ingin mengetahui informasi positif tentang nomor urut 2, gantilah chanelnya
dengan Metro TV yang dimiliki oleh Surya Paloh salah satu pendukung calon
Presiden nomor urut 2.
Para praktisi, partisipan, pemerhati politik baik yang berada di dalam maupun yang
berada di luar Indonesia akan sangat menggantungkan, membutuhkan media massa
baik sebagai sarana komunikasi dengan memberikan informasi maupun sebagai
sarana persuasi untuk kepentingan kampanye dengan cara menyampaikan visi dan
misinya untuk memikat rakyat agar memilih calon presiden sebagaimana yang
diharapkan oleh tim sukses dari masing-masing capres. Bukan hanya kampanye
yang dimuat dalam media massa tersebut namun segala hal yang berkaitan dengan
menarik perhatian, mengajak dan menghimbau masyarakat bahkan hal-hal yang
bersinggungan dengan intimidasi, money politik, isu SARA demi menjelek-jelekkan
calon presiden lainnya dilakukan melalui media massa baik media cetak dan media
elektronik. Demikian juga pihak media massa akan sangat menggantungkan dan
membutuhkan berita, informasi yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan debat capres tersebut sebagai sumber berita utama atau bahan
utama bagi pemberitaan atau jenis publikasi lainnya. Dari contoh tersebut, dapatlah
disampaikan suatu pemikiran akan adanya keterkaitan antara media massa dan
berbagai pihak dalam pelaksanaan pemilihan presiden 2014 di Indonesia. Media
massa baik cetak maupun elektronik yang dalam konteks ini meliputi surat kabar,
6
majalah, radio, televisi, dan websites bukan hanya mempunyai peranan melainkan
juga mempunyai kekuatan dalam pelaksanaan pemilihan presiden 2014 tersebut.

2. 2. Pengaruh Media Massa
Pengaruh media massa yang sangat euphoria tersebut terkadang
mengakibatkan jurnalis menyimpang dari hal yang sebenarnya. Yang tadinya harus
berpegang teguh pada kode etik jurnalistik yang pada salah satu pointnya adalah
bersifat netral, tidak bersifat money politik, intimidasi dan informasi yang bernuansa
SARA akan tetapi demi pencapaian tujuan masing-masing tim sukses untuk meraih
pendukung sebanyak-banyaknya sebagaimana yang mereka inginkan sehingga kode
etik jurnalistik tidak lagi sebagai patokan dan aturan.
Sosok Jokowi sebagai tokoh yang merakyat dan berasal dari keluarga yang
sederhana dieluk-elukan melalui media televisi dengan cara blusukannya. Seorang
Prabowo digambarkan sebagaimana seorang sosok yang tegas dan berwibawa
berasal dari kalangan ningrat yang diperkirakan dapat memimpin bangsa ini ke
depan meskipun pada kenyataannya dikabarkan sebagai pelaku pelanggaran HAM
pada tahun 1998. Dari beberapa tayangan-tayangan tersebut masyarakat sebagai
khalayak dapat menilai dan memilih sebagaimana dengan informasi-informasi yang
ditayangkan oleh media. Kebanyakan dari masyarakat berpendapat bahwa mereka
ingin dengan perubahan Indonesia ke depan dengan sosok pemimpin yang baru
dan merakyat dan pilihannya tertuju pada nomor urut 1 Jokowi-Jusuf Kalla,
sedangkan mereka yang masih berpandangan bahwa Indonesia cocok dan pas
dipimpin oleh seseorang yang berjiwa tegas sehingga pilihannya ditujukan pada
Prabowo-Hatta Rajasa. Tidak dapat dipungkiri, keterlibatan media yang sangat kuat
mengakibatkan pada periode sebelumnya, masyarakat enggan untuk menggunakan
hak suaranya dan lebih memilih golput. Tetapi pada kenyataannya situasi sekarang
ini, orang berbondong-bondong menggunakan hak suaranya.
Berbagai cara tersebut bukan hanya dilakukan pada media televisi, namun
juga pada media cetak yaitu OBOR RAKYAT, yang memuat berita tentang sisi negatif
seorang capres yaitu nomor urut 2. Dari berbagai permasalahan yang terjadi muncul
pertanyaan, ke manakah kode etik jurnalistik dan fungsi KPI sebagai wadah dan
aturan guna mengakomodir para pelaku-pelaku terkait tersebut. Apakah sejak era
reformasi, pers sudah semakin bebas hingga kebablasan? Pertanyaan tersebut
mungkin hanya bisa dijawab bahwa pemerintah dan dewan pers kurang tegas untuk
menegakkan aturan atau bahkan harus diadakan regulasi baru guna menertibkan
7
para pelaku komunikasi dan informasi yang melanggar aturan-aturan tersebut. hal
ini sangat disayangkan karena informasi terup-date bahwa menurut quick qount
pasca pemilihan presiden 2014 hasil survey dari tujuh lembaga survey di Indonesia
yaitu lima diantaranya mengunggulkan Jokowi-JK berdasarkan media televisi METRO
TV dan dua lembaga survey lainnya diantaranya mengunggulkan Prabowo-Hatta
berdasarkan kepemilikan media televisi TV One.

3. Penutup
Kesimpulan
Dari paparan analisis tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa media
massa baik cetak, media massa siaran (elektronik) maupun media massa internet
mempunyai peranan dan kekuatan yang sangat besar dalam kaitannya dengan
usaha mencapai keberhasilan pelaksanaan kampanye pemilihan presiden 2014 di
Indonesia. Pihak para kandidat presiden dan tim sukses mereka bisa memaksimalkan
komunikasi mereka dengan calon pemilih melalui media massa: surat kabar, majalah,
radio, televisi, dan internet. Pihak calon pemilih memperoleh kesempatan maksimal
untuk mendapatkan informasi para kandidat yang akan digunakan dalam
menentukan pilihan mereka. Selain hal tersebut, kekuatan media massa dalam
pelaksanaan pemilihan Presiden 2014 juga terletak pada berbagai macam variasi
tampilan dalam aneka bentuk dan cara sehingga mampu mengakomodasi beraneka
macam selera dari kedua belah pihak: para kandidat dan tim mereka dengan para
calon pemilih. Keberanekaragaman tampilan dalam media massa itu bukan hanya
mampu merepresentasikan aneka selera kedua belah pihak melainkan juga
melengkapi pelaksanaan kampanye secara langsung yang diadakan, yang pada
akhirnya mampu menjangkau semua lapisan masyarakat, khususnya calon pemilih
presiden 2014 di seluruh pelosok nusantara.

Kepustakaan

Hiebert, Ray Eldon, Donald F. Ungurait, Thomas W. Bohn, MASS MEDIA VI, An
Introduction to Modern Communication, New York: Longman, 1991

Jarvis, Sharon, Presidential Nominating Conventions and Television, http://
www.museum.tv/archives/etv/P/htmlP/presidential/presidential.htm

Kaid, Lynda Lee, Political Processes and Television, http://www.museum.tv/Archives/
etv/P/htmlP/politicalpro/politicalpro.htm

8
Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta: Rineka
Cipta, 1996

Maulana, Yusuf, Kredibilitas Iklan Politik di Televisi, Kompas, Sabtu, 26 Juni 2004, hal.
5
Rivers, William L, Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat
Modern, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2003

http://dir.yahoo.com/Government/U_S_Government/Politics/Elections/
Presidential_Elections

http://www.campaigndesk.org/

http://www.politics1.com/p2004.htm

Anda mungkin juga menyukai