Anda di halaman 1dari 36

Chemical Engineering

Senin, 31 Januari 2011


Kimia Analisa Kualitatif
Kimia analisa kuantitatif jika ditinjau dari banyaknya sample, maka dapat dibagi
menjadi:
1. Banyak/makro: > 0,1 gr
2. Sedikit/semimikro: 10 100 mg
3. Sangat sedikit/mikro: 1 10 mg
4. Sangat sedikit sekali: < 1 mg (tidak dapat dititrasi sehingga harus menggunakan alat seperti
AAS, UV, GC, HPLC, NMR)
Kimia analisa kuantitatif digunakan unuk menganalisa jumblah analit yang kita inginkan
dari sample. Sedangkan sampel adalah materi yang akan dianalisa, dapat berupa padatan, larutan,
atau gas. Analit adalah zat atau unsur yang akan ditentukan kadar atau kensentrasinya.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa sampel:
1. Studi literatur (menganalisa secara teori)
2. Teknik (cara pengambilan sampel)
3. Membuat sambel menjadi bentuk terukur
4. Pengukuran (titrasi, gravimetri, atau instrument)
5. Pengumpulan data dari hasil pengukuran
6. Perhitungan-perhitungan
7. Hasil perhitungan dan kesimpulan.



TITRASI
Titrasi adalah sustu proses pada sejumlah zat tertentu dimana suatu larutan yang tidak
deketahui konsentrasinya dietesi secara terus menerus oleh larutan lain yang diketahui
konsentrasinya sehingga kedua larutan tersebut saling bereaksi sehingga terjadi grek yang sama.
Titrasi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, antara lain sebagai berikut:
1. Analisa volumetris (dasar perhitungan/pengukuran berdasaran volume).
Terdiri dari:
a. Titrasi asam basa
1) Asam kuat dan basa lemah
2) Asam lemah dan basa kuat
Contoh: HCl + NaOH NaCl + H
2
O
b. Titrasi oksidasi reduksi
Dalam hal ini digunakan oksidator: dasar reaksi adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
1. KMnO
4
digunakan untuk titrasi permanganometri
2. I
2
digunakan untuk titrasi iodometri langsung
Contoh: MnO
4
-
+ Fe
2+
Mn
2+
+ Fe
3+

I
2
+ Cu I
-
+ Cu
2+

3. Na
2
S
2
O
3
digunakan untuk titrasi iodimetri (iodometri tidak langsung)
c. Titrasi pengendapan
Menggunakan reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan menggunakan ligan EDTA
sebagai peniter.

2. Analisa gravimetris (penimbangan)
Didasarkan atas penimbangan/berat
Contoh: Ba
2+
+ H
2
SO
4
BaSO
4
+ H
2
O
Dalam proses titrasi ada beberapa alat yang biasa digunakan untuk proses titrasi tersebut.
Ada pun alat-alat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Neraca analitik: untuk menimbang sampel dan hasil


2. Buret : pipa glas yang panjang berbentuk silinder dan salah satu ujungnya kecil/menyempit.
Untuk membaca volume suatu buret yang berisi cairan maka baca permukaan yang paling rendah
(miniskus bawah).
Buret terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Buret yang ujungnya kecil disambungkan dengan suatu selang karet yang kecil dan pendek
kemudian selangnya dimasukkan ke tube gelas yang kecil untuk keluarnya cairan. Namun buret
ini tidak tahan terhadap asam atau basa kuat.
b. Buret yang tahan terhadap asam atau basa yang terbuat dari gelas seluruhnya tanpa selang karet
pada ujungnya yang mengecil dan dipasang keran yang dapat dibuka dan tutup untuk keluarnya
cairan dari buret.


3. Statif : sebagai tempat berdirinya buret;


4. Pipet : suatu gelas yang kecil yang te ngahnya ada bagian yang membesar (perut) dan ujung bawahnya
sedikit meruncing pada bagian atasnya ada suatu tanda batas yang artinya jika pipet itu diisi
dengan cairan hingga garis itu maka volume yang tertera pada pipet berfungsi mengambil
volume sampel.


5. Labu ukur: suatu labu gelas yang memiliki leher yang panjang dan diberikan skala berupa garis di lehernya
dan berarti bila diisi dengan cairan hingga garis tanda maka volume cairan itu sama dengan
volume yang tertera pada labu. Biasanya digunakan untuk pengenceran suatu larutan.



6. Gelas ukur : suatu gelas kaca yang keras dan panjang dan diberi skala berupa garis-garis biasanya besarnya
sekala sebesar 1 ml kemudian skala tersebut dibagi bagi menjadi skala yang lebih kecil
misalnya: 0,1 ml. biasanya gelas ukur yang digunakan untuk penentuan volume suatu larutan
yang dipakai sebagai zat pelengkap (reagensia) untuk suatu titrasi tetapi larutan itu sendiri tidak
larut dalam perhitungan volume maka dalam pengukuran itu harus tepat benar.

Diposkan oleh Djoel Simata di Senin, Januari 31, 2011 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Link ke posting ini
Sabtu, 15 Januari 2011
UV-Visible
Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-
violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar
tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini,
hukum Lamber-Beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat
dalam larutan. Di bawah ini adalah persamaan Lamber-Beer ;


A = - log T = b c

Dengan

A = absorban,
T = transmitan,
= absortivitas molar (Lcm-1.mol-1),
b = panjang sel (cm), dan c = konsentrasi zat (mol/L).

Spektrum absorpsi yang diperoleh dari hasil analisis dapat memberikan informasi panjang
gelombang dengan absorban maksimum dari senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan
absorban yang dihasilkan selama proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar.
Konsentrasi suatu senyawa atau unsur dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada
panjang gelombang dengan absorban maksimum. Dari kurva standar kalibrasi, diperoleh
persamaan garis
Y = ax + b
Dimana Y merupakan serapan dan x adalah konsentrasi unsur atau senyawa. Dengan persamaan
garis tersebut dapat ditentukan konsentrasi sampel. Pada spektrofotometer UV-VIS, warna yang
diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati.Hal
tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka
radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu akan diserap secara selektif sedangkan radiasi
yang tidak diserap akan diteruskan.
Beberapa warna yang diamati dan warna komplementer terdapat pada table 1.1. Contohnya
adalah, hijau memiliki warna komplementer merah dan akan menyerap radiasi pada panjang
gelombang sekitar 700 nm.


Adanya perpindahan elektron dalam atom atau molekul ke tingkat energi yang lebih tinggi
merupakan akibat dari antaraksi antara materi dengan sinar elektromagnetik. Besarnya
perpindahan elektron sama dengan energi radiasi yang berineraksi dengan molekul. Eksitasi
elektron ketingkat energi yang lebih tinggi tergantung pada senyawa penyerapnya (kromofor
penyerap).

Eksitasi elektron dari tingkat energi dasar ketingkat ketingkat energi yang lebih tinggi melelui
dua tahap, yaitu sebagai berikut :

Tahap 1 ( Absorpsi ) = M +hv M*
Tahap 2 ( Relaksasi ) = M* M +heat

Tahap pertama adalah eksitasi M yang disebabkan oleh absobsi foton (hv) dan memiliki waktu
hidup 10-8 - 10-9 detik. Sedangkan tahap kedua merupakan relaksasi M* menjadi spesies yang
baru dengan reaksi fotokimia. Serapan pada daerah ultraviolet mengakibatkan eksitasi elektron
ikatan.Ikatan-ikatan yang ada dalam spesies dapat dihubungkan dengan puncak absobsi atau
panjang gelombang maksimum.
Adapun spesies yang mengabsobsi dapat melekukan transisi meliputi ;
a) Zat pengabsorbsi yang mengandung elektron , dan n-elektron

Zat pengabsorbsi terjadi pada molekul-molekul organik dan sedikit anion anorganik. Senyawa
tersebut memiliki elektron valensi yang dapat dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi
sehingga senyawa ini dapat menyerap cahaya yang dipancarkan. Untuk mengeksitasi elektron
pembentuk ikatan tunggal diperlukan energi yang cukup tinggi sehingga penyerapannya terbatas
pada daerah UV vakum atau pada panjang gelombang lebih dari 185 nm. Sedangkan penyerapan
yang terjadi pada daerah yang lebih besar dari daerah UV vakum terbatas pada sejumlah gugus
fungsi ( chromofore ) yang memiliki elektron valensi dengan energi eksitasi rendah.
Eksitasi elektron n ke orbital * dalam ikatan ganda terjadi pada saat sinar UV-VIS diserap oleh
molekul yang dianalisis dan transisi yang terjadi adalah n *.
Pada umumnya tingkat energi elektron nonbonding terdapat pada orbital- orbital dan bonding
dan antibonding. Penyerapan terhadap radiasi dapat menyebabkan transisi elektron diantara
tingkat elektron tertentu. Pada gambar 5.2 dapat dilihat jenis transisi yang mungkin terjadi pada
saat analisis, diantaranya *, n *, n *, dan *.



Gambar 5.1 tingkat energi elektron molekul
Kromofor Allena ( C6H13CH=CH2 ), pelarut n-heptan merupakan kromofor organik yang
memiliki panjang gelombang maksimum 177 nm. Data panjang gelombang tersebut hanya
mampu member petunjuk kasar yang digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional. Hal
ini disebabkan posisi maksimum dipengaruhi pelarut serta struktur molekul kromofor.
Kromofor dan ausokrom mempengaruhi penyerapan cahaya pada spektrofotometer UV-VIS.
Kromofor merupakan gugus yang dapat menyerap sinar UV-VIS, sedangkan ausokrom adalah
gugus yang tidak dapat menerap radiasi, tetapi dapat menggeser panjang gelombang maksimum
atau meningkatkan max.
Berikut adalah tabel gugus-gugus penyerap cahaya pada panjang gelombang UV-VIS
(kromofor).
Tabel 1.2 gugus-gugus penyerap cahaya pada UV-VIS (kromofor) :


b) Absorbsi yang melibatkan elekttron d dan f
Elektron-elektron pada orbital f menyerap cahaya UV mengkibatkan terjadinya transisi logam
golongan f. Sedangkan unsur-unsur yang tergolong pada orbital d dapat menyerap cahaya UV
dan cahaya tampak. Sementara itu, proses penyerapan pada unsur-unsur transisi dalam seperti
lantanida dan aktinida menyebabkan terjadinya transisi elektron pada 4f dan 5f. Untuk transisi 3d
dan 4dmemiliki pita lebar dab biasanya terdeteksi pada daerah sinar tampak. Puncak-puncak
absorpsi yang terbentuk dipengaruhi lingkungan yang mengelilinginya. Dengan menggunakan
teori medan kristal diketahui bahwa dengan adanya ligan, orbital t2g ( dxy, dyz,dzx ) dan orbital
eg terpecah sebesar .besarnya splitting pada ligan dapat dilihat dalam deret spektrokimia
berikut ini,
I- < Br- < Cl- < F- < OH- < oksalat2- < H2O < SCN- < NH3 < en < NO2- < CN-.

c) Absorbsi perpindahan muatan
Kompleks perpindahan mauatan merupakan akibat dari komplek anorganik yang
memperlihatkan perpindahan muatan. Salah satu contohnya adalah kompleks besi (II) o-
penentrolina.
Suatu komplek dapat menunjukan spektrum perpindahan elektron apabila salah satu dari
komponen komplek tersebut memiliki sifat penyumbang elektron atau dapat dikatakan sebagai
pendonor sedangkan komponen lainnya bersifat penerima atau akseptor elektron.
Perpindahan elektron dari donor elektron ke akseptror elektron merupakan akibat dari
penyerapan radiasi, sehingga bentuk tereksitasi merupakan hasil dari proses oksidasi reduksi
internal. Semakin kecil energi yang diperlukan untuk proses perpindahan elektron ,
menyebabkan komplek menyerap radiasi pada panjang gelombang lebih besar.


Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk analisis kualitatif
maupun analisis kuantitatif.

Analisis Kualitatif
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum sinar tampak atau
sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar sehingga dapat disimpulkan bahwa
spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan puncak-punca serapan. Namun, walaupun puncak
yang dihasilkan bebentuk lebar, puncak tersebut masih dapat digunakan untuk memperoleh
keterangan ada atau tidaknya gugus fungsional tertentu dalam suatu molekul organik.
Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya ;
Dapat digunakan secara luas
Memiliki kepekaan tinggi
Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
Ketelitian tinggi
Tidak rumit dan sepat

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;
Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang kuat ),
Penentuan panjang gelombang maksimum,
Pembuatan kurva kalibrasi,
Peangukuran konsentrasi sampel.
Larutan-larutan standar sebaiknya memiliki komposisi yang sama dengan komposisi cuplikan
sementara konsentrosi cuplikan berada diantara konsentrasi-konsentrasi larutan standar.

Dengan membandingkan serapan radiasi oleh sampel terhadap larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya dapat ditentukan konsentrasi sampel. Penentuan konsentrasi zat dalam
contoh dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kurva kalibrasi dan cara standar
adisi.

Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan denagn menggunakan cara ini adalah
pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dengan serapan. Dengan mengukur serapan sampel dan memesukannya kedalam
persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel akan diketahui


absorbansi
konsentrasi
Gambar 5.2 kurva kalibrasi


Cara standar adisi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan sampel yang sama ke
dalam larutan standar. Cara ini menggunakan persamaan Lamber-Beer,Ac = .b.Vx.Cx +
.b.Vs.Cs
Vt Vt

Dimana Ac merupakan absorbansi campuran antara sampel dan standar sedangkan Vx, Vs, Vt
adalah volume standar, volume standar dan volume total. Sedangkan Cx dan Cs adalah
konsentrasi sampel dan standar. Kurva Ac diperoleh dengan cara mengikuti persamaan di atas.
Dimana kurva Ac merupakan fungsi dari Vs dan berbentuk linier. Dengan menggunakan
persamaan tersebut juga dapat ditentukan konsentrasi sampel ( Cx ).

Spektrofotometer merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Dimana
spektrometer merupakan alat yang dapat menghasilkan spektrum yang diperoleh dari sinar
dengan panjang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat yang memiliki fungsi untuk mengukur
intensitas cahaya yang diserap maupun yang diteruskan. Maka dapat disimpulkan bahwa
spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi secara selektif apabila
energi tersebut diteruskan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai panjang gelombang.

Spektrofotometer yang digunakan adalah spektronik 20. Alat ini memiliki panjang gelombang
pada rentang 340 nm 600 nm. Larutan berwarna yang akan dianalisis diletakan ke dalam
tabung kufet untuk kemudian diletakan pada tempat cuplikan dan absorbsi atau % transmitan
dapat dilihat pada skala pembaca.

Spektroskofi UV-VIS memiliki instrumentasi yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu ;
Sumber radiasi
Wadah sample
Monokromator
Detektor
Rekorder

Gambar 5.3 alat spektonik 20




Gambar diatas adalah gambar alat spektronik 20 yang sering digunakan.
Gambar 5.3 alat spektonik 20
Sumber radiasi yang digunakan oleh spektronik 20 adalah lampu wolfram atau sering disebut
lampu tungsten. Arus cahaya pada lampu tungsten tergantung pada tegangan lampu dan
eksvonen, i = kVn. Adapun kelebihan dari lampu wolfram adalah energy radiasi yang dilepaskan
tidak berpariasi pada berbagai panjang gelombang. Wadah sampel yang digunakan pada
umumnya disebut sel atau kuvet.

Kuvet yang baik untuk spektroskopi ultra violet dan spektroskopi sinar tampak adalah kuvet
yang terbuat dari kuarsa. Sektroskopi ultra violet biasanya menggunakan panjang sel 1 cm serta
ada juga yang panjangnya 0,1 cm. Monokromator digunakan sebagai alat penghasil sumber sinar
monokromatis, kata lainnya adalah menghasilkan radiasi dengan satu panjang gelombang.
Monokromator prisma, celah, lensa serta cermin. Celah digunakan untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi.

Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma
sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan. Detektor berfungsi untuk menangkap
sinar yang merupakan sinar terusan dari larutan. Di dalam amplifier sinar tersebut diubah
menjadi signal listrik. Dan di dalam rekorder signal tersebut direkam sebagai spektrum yang
berbentuk puncak-puncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara absorbans sebagai ordinat
dan panjang gelombang sebagai absis.






Adapun diagram dari alat tersebut adalah sebagai berikut ;





Tidak semua pelarut dapat digunakan dalam spektrofotometri. Pelarut yang digunakan dalam
spektrofotometri adalah pelarut yang dapat melarutkan cuplikan serta tidak menyerap sinar yang
digunakan sebagai sumber radiasi.
. The Woodward-aturan Fieser adalah serangkaian pengamatan empiris yang dapat digunakan
untuk memprediksi max , yang panjang gelombang yang paling intens UV / Vis penyerapan,
untuk conjugated compounds organik seperti dienes dan ketones.
The wavelengths penyerapan puncak dapat berhubungan dengan jenis obligasi yang ada pada
molekul dan berharga dalam menentukan kelompok fungsional dalam molekul. UV / Vis
penyerapan tidak Namun, khusus untuk menguji setiap kompleks. Sifat dari larutan, dengan pH
dari solusi, suhu, konsentrasi elektrolit tinggi, dan adanya campur zat dapat mempengaruhi
penyerapan Spectra dari compounds, seperti variasi di celah lebar (bandwidth efektif) di
spectrophotometer.

Air minum dalam kemasan



Manfaat Air Minum Bagi Kesehatan Tubuh

Sekitar 75% dari tubuh manusia terdiri atas air. Semua cairan tubuh, termasuk darah, urine,
keringat, ludah, dan limpa mengandung air. Air diperlukan tubuh untuk ditoksifikasi
(pemusnahan racun), untuk menjaga kesehatan kulit dan selaput-selaput mukosa, serta fungsi sel
dan kesehatan setiap sistem organ tubuh pasti bergantung pada air. Sayangnya, banyak orang
yang tidak minum air dalam jumlah cukup.
Padahal, kurang minum dapat menyebabkan dehidrasi dan apabila tidak sepat diatasi dapat
menyebabkan kematian. Sayangnya, air minum dalam kemasan di kehidupan modern ini acap
tercemar logam-logam berat, mikrooganisme, klorin, fluoride, dan zat-zat pengotor lainnya.
Banyak yang percaya bahwa salah satu bentuk air yang terbaik adalah air yang berasal dari
sumber yang teruji. Bila tidak memperoleh air terbaik ini, tingkatkan kualitas air minum dengan
menyaringnya dengan sistem pembalikan osmosis, arang kayu, keramik, atau filter kualias tinggi
lainnya (Bunda, edisi 182, Agustus 2004).


Manfaat air putih pada umumnya adalah membuat kulit sehat, menurunkan berat badan,
menghilangkan racun, mengurangi serangan jantung, dalam hal ini sebuah penelitian di Loma
Linda University telah diketahui bahwa di antara 20.000 pria dan wanita sehat, yang meminum
lebih dari lima gelas air putih dapat terhindar dari serangan atau penyakit jantung dibandingkan
mereka yang meminum air putih tidak lebih dari dua gelas perharinya. Manfaat lainnya adalah
sebagai pelindung dan pelumas persendian otot, buang air besar teratur, bersemangat dan tetap
siaga, menstabilkan suhu tubuh, mengurangi resiko penyakit dan infeksi, dan lebih baik, atau
bisa dikatakan resep tradisional mengatakan minum banyak air putih ketika sakit sangat manjur,
seperti mengontrol demam, mengganti cairan yang hilang, dan mengurangi lendir di hidung.







BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
lampu deuterium
Monokromator
Cell/kuvet
Detector
Indikator
Pipet mili
Pipet tetes
Gelas ukur
Buret

b. Bahan yang digunakan
Pelarut pelarut sampel yang disesuaikan dengan sampel yang diperiksa.
HCl 1:1
HONH2HCl
O.Phenontroline o,1%
Fe standart
Larutan buffer

2.2 Prosedur Kerja
a. Prosedur kerja preparasi
1. Pipet larutan stock Fe (1 ml =1g Fe) 0,0;2,0;.......; 1o ml kedalam labu ukur 50 ml,tambahkan
1 ml HCl 1:1 tambahkan 1 ml HONH2HCl 10 %,tambahkan 5 ml O.phenotrolin .aduk sampai
rata dan tambahkan 5 ml buffer asetat 50% dan diaduk kembali sampai merata
2. Lakukan perlakuan yang sama seperti diatas dengan mengganti larutan stock dengan sampel.
3. Ukur warna pakai spektrofotometri pada 510 nm.

b. Prosedur kerja UV Visible Spektofotometer
1. Periksa bahwa tidak terdapat sampel didalam cell compartment
2. Periksa posisi setiap switch,harus pada posisi off atau posisi semula.
3. Nyalakan power switch.
4. Pilihlah lampu yang sesuai, nyalakan sesuai dengan range panjang gelombang yang akan
diukur. Lampu D2 untuk range 190-380 nm. Lampu W untuk range 380-900 nm.
5. Melalui knop panjang gelombamg ,atur panjang gelombang yang dikehendaki.
6. Periksalah 0% T dengan meletakkan sutheer block pada sampel beam , display harus
menunjukan 0% T
7. Letakkan cell-cell berisi pelarut pada refeernce dan sampel beam atur agar absorbsinya 0 atau
100% Y
8. Letakkan cell berisi sampel yang akan diukur pada sampel beam .nbaca hasilnya pada display.




BAB III
GAMBAR RANGKAIAN

3.1 Gambar alat






3.2 Gambar rangkaian


Diposkan oleh Djoel Simata di Sabtu, Januari 15, 2011 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Link ke posting ini
AAS (Atomic Absorbsion Spektrophotometri)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis
untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi
radiasi oleh atom bebas.
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-unsur
yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya
analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat
matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS
pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal
sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal
fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama
unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang
mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya
tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas
tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan
penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga
yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen
yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah
teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper
digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal
dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya
mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat
gerakan elektron sehingga
elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke
keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai
dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.

CARA KERJA AAS :
1. pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan
komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah apakah
ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda
yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan
berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang
akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan.
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter
yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of
sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9
ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap
digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke
standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk
standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran
blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris
menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama
10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit
AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

Bagian-Bagian pada AAS
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-
beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu : Lampu Katoda
Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk
pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS.
Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam
yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk
keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari
soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi,
dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.


b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K. regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang
berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar.
Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas
regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas
tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat
menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di
dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah
keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

c. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar ppolusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian
atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat
masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus
secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil
pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung
dengan ducting.
c. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan
ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai
penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah,
oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan
lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.
d. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada
pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke
dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian
selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan
selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat.
Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang
dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api
merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan
warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan konsentrasi
f. Buangan Pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan
sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu
indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain
itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila
buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar
tidak kering.

Keuntungan metode AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas
deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat
diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat
menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi
(tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta
pengaruh matriks misalnya pelarut.

SISTEM ATOMISASI
1. SISTEM ATOMISASI NYALA
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi sampel dan
sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrumen sumber atomisasi ini adalah nyala dan
sampel di introduksikan dalarn bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol.
Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang
penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah diapakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun
demikian. yang saat ini menonjol dan dipakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah
udara-asetilen dan nitrous oksida- asetilen.Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang
sesuai untuk kebanyakan ana!it (unsur yang dianalisis) dapat ditentukan dengan menggunakan
metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS,. temperarur nyala-nya yang lebih
rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar
pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan. Nitrous oksida-asetilen .Dianjurkan
dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini
disebabkan temperatur nyala yang dihasilkan relative tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B,
Mo, Si, So, Ti, V danW.
Proses atomisasi adalah proses pengubahan sample dalam bentuk larutan menjadi spesies atom
dalam nyala. Proses atomisasi ini akan berpengaruh terhadap hubungan antara konsentrasi atom
analit dalam larutan dan sinyal yang diperoleh pada detektor dan dengan demikian sangat
berpengaruh terhadap sensitivitas analisis. Langkah-langkah proses atomisasi melibatkan hal-hal
kunci sebagaimana diberikan pada Gambar 3. Secara ideal fungsi dari sistem atomisasi (source)
adalah:
a. Mengubah sembarang jenis sampel menjadi uap atom fasa-gas dengan sedikit perlakuan atau
tanpa perIakuan awal.
b. Me!akukan seperti pada point 1) untuk semua elemen (unsur) dalam sampel pada semua level
konsentrasi.
c. Agar diperoleh kondisi operasi yang identik untuk setiap elemen dan sampel.
d. Mendapatkan sinyal analitik sebagai fungsi sederhana dari konsentrasi tiap-tiap elemen.
yakni agar gangguan(interfererisi) dan penganih matriks (media) sampel menjadi minimal.
e. Memberikan analisis yang teliti (precise) dan tepat (accurate).
f. Mendapatkan harga beli, perawatan dan pengoperasian yang murah.
g. Memudahkan operasi.




2. SISTEM ATOMISASIDENGAN ELEKTROTHERMAL (TUNGKU)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi kelemahan
dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga tahap
atomisasi dengan tungku yaitu:
a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
c. Tahap atomisas
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan unsur-
unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur yang sama sekali tidak dapat
dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan
Zr, hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat 2. Sulfat dan fosfat bagus untuk
pelarut sampel, biasanya setelah sampel ditempatkan dalam tungku. Gunakan cara adisi sehingga
bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada sampel dan standard.
METODE ANALISIS
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik tersebut
adalah :
(1) Metoda Standar Tunggal
Metoda sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel
(Asmp) diukur dengan Spektrofotometri.
(2) Metode Kurva Kalibrasi

Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi
dari larutan tersebut diukur dengan AAS Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara
konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol.
dengan slope = b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi
larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam
persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva
kalibrasi.


(3) Metoda Adisi Standar

Metoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yangdisebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.Dalam metoda ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan
sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar,
sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan
sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut
hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut :
Ax = k.Cx AT = k(Cs + Cx)
Dimana.,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampe
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua persarnaan diatas digabung akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik
antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh.
Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax)
Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - Cs

GANGGUAN DALAM ANALISIS DENGAN SSA
Ada tiga gangguan utama dalam SSA :
(1) Gangguan ionisasi
(2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas)
(3) Gangguan fisik alat
Gangguan lonisasi: Gangguan ini biasa terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah dan beberapa
unsur yang lain karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis
dengan FES dan AAS yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh
sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal
yang ditangkap detek'tor menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan
yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan
ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yaug mudah terionisasi ke clalam sampel
sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.
Pembentukan Senyawa Refraktori: Gangguan ini diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan
senyawa kimia, biasanya anion yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang
tahan panas (refractory). Sebagai contoh, pospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala
menghasilkan kalsium piropospat (CaP2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom
kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan
stronsium klorida atau lantanum nitrat ke dalam tarutan. Kedua logam ini lebih mudah bereaksi
dengan pospat dihanding kalsium sehingga reaksi antara kalsium dengan pospat dapat dicegah
atau diminimalkan. Gangguan ini juga dapat dihindari dengan menambahkan EDTA berlebihan.
EDTA akan membentuk kompleks chelate dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa
refraktori dengan pospat dapat dihindarkan.
Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan terdissosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang
menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabi!a unsur-unsur seperti: AI, Ti, Mo,V
dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam oksida dan hidroksida
yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan temperatur nyala.,
sehingga nyala yang urnum digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.
Gangguan Fisik Alat : yang dianggap sebagai gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat
mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-
parameter tersebut adalah: kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur
atau solven, kandungan padatan yang tinggi, perubahan temperatur nyala dll. Gangguan ini
biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat Kalibrasi (standarisasi).

PROSEDUR KERJA

2.1. Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan :
a. Sumber sinar
b. Atomizer
c. Detector
d. Labu ukur
e. Pipet tetes
f. Pipet volume
g. Beaker glass
h. Batang pengaduk

2.1.2 Bahan yang digunakan :
a. Larutan logam Pb 1 ppm
b. Larutan logam Pb 2 ppm
c. Larutan logam Pb 2 ppm
d. Larutan unknow

Sebagai gas pembakar dan oksidan yang digunakan adalah :
1. AcetyleneUdara
2. Acetylene N2O
3. Acetylene Oksigen
4. H2 Udara
5. H2 N2O
6. H2 Oksigen
7. Propana Udara
2.2. Prosedur Kerja
Sebelum penekanan power switch :
a. Display switch ke check
b. Scan speed switch ke manual
c. Ekspansi knop skala 1,00 (x1)
d. A.A Zero skala 10,00
e. Mode ke FE
f. Lamp current ke skala 0
g. FE Zero ke arah jarum jam (habis)

Sebelum pengaliran gas :
a. Pilih jenis gas yang akan digunakan
b. Buang air pada tangki air, bila diatas level yang ditentukan (perhatikan volume tangki sedikit
diatas garis strip)
c. Putar presurre control berlawanan arah sampai %
d. Flame monitor ke on-of
e. Level monitor ke udara
f. Atur flow gas yang dipakai : udara.

Menghidupkan lampu katoda :
a. Tekan power switch ke ON
b. Pasang lampu dan sesuaikan ke tempatnya
c. Longgarkan skrupnya dan atur sehinnga posisi lampu lurus ke poros opticalnya.
d. Sesuaikan lampu current menurut yang dikehendaki
e. Setelah pengaturan panjang gelombang dan slit width tepatkan pada posisi lampu sehingga
skala meteran maximum.
f. Lampu dapat digunakan untuk analisa setelah pemanasan 10 menit mengaturan slit width dan
panjang gelombang :
pengaturan slit width dan panjang gelombang :
a. Atur response 1
b. Atur slit width menurut yang dikehendaki
c. Atur A.a Zero antara 3, 5-4-3
d. Tepatkan dengan FE Zero kontrol, sehingga skala meteran pembacaan dibawah 100 (=80)
lampu z monitor seperti padam.
e. Putar perlahan-lahan panjang gelombang sehingga diperoleh harga maximum pada skala
pembacaan
Ignisi :
a. Perhatikan kembali skala-skala pengaliran gas, sesuaikan dengan tabel.
b. Putar flow kontrol sesuai arah jam (habis) dan akan terlihat knop warna merah.
c. Tekan ignisi sehingga terbentuk nyala.
d. .Atur nyala sehingga tingginya sesuai dengan memutar pengatur knop udara

Pengukuran :
a. Putar mode switch dari FE ke AA
b. Sambil mengaspirasikan solvent (air) display ke check tepatkan dengan AA Zero sehinnga
skala meteran menunjukkan antara 0-100 (=75). Maka zero monitor menjadi padam.
c. Putar display ke average 1, jika pada saat itu skala meteran diluar normal (-) tekan zero set.
d. Sambil aspirasi air, check sinar zero monitor jika tidak terang maka tekan zero set, secara
continiu aspirasi solvent sehingga zero set menjadi padam. Jika sinar zero monitor terang atur
dengan AA zero dengan aspirasi air sehingga air menjadi padam dan tekan zero set.
e. Aspirasi sampel dan tekan average start.
f. Sesudah average start padam, stop aspirasi dan tekan zero set baca skala pembacaan
absorbansi.

Pemadaman Nyala :
a. .Aspirasi air -10 untuk membersihkan burner
b. Putar OFF preassure monitor dan flame monitor
c. tutup klran C2H2dan udara OFF
d. Putar preassure control sesuai lawan arah jarum jam(3/4)habis)
e. Tekan extinguish sampai skala meteran 0 stop nyala
f. Atur
- Expansi ke 1
- Display check ke check 1
- Mode switch ke FE 2
g. Putar lamp current ke 0 untuk memadamkan lampu katoda
h. Tekan power ke OFF
Pembuatan larutan standart logam :
Buat larutan standart logam dengan konsentrasi-konsentrasi yang sesuai dengan absorbansi AC
larutan standart yang diketahui konsentrasinya biasanya dibuat kurva kalibrasi suatu grafik
antara A vs C.
Pembuatan larutan cuplikan :
Buat larutan cuplikan menurut pelarutan bahan cuplikan yang sesuai.
Pengukuran cuplikan dilakukan menurut prosedur diatas.Dan konsentrasi larutan
cuplikan dapat ditentukan dengan bantuan grafik standar.

BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
1.1. Gambar Peralatan
Beaker glass dan erlenmeyer












3.2. Gambar Rangkaian

3. 3. Keterangan Gambar Rangkaian
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-
beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu.
a. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K.
b. Ducating
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
c. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
d. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai
tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada
pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
e. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan
sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
f. Dioda Laser
Spektrokopis penyerapan atom juga dapat dilakukan oleh laser, diode laser terytama karena sifat
baik mereka untuk spektrometri penyerapan sinar laser. Teknik ini kemudian juga disebut
sebagao diode laser spektrometri penyerapan atom (DLAAS atau DLAS), atau, karena panjang
gelombang modulasi yang sering digunakan, spertro metri penyerapan panjang gelombang
modulasi.
Diposkan oleh Djoel Simata di Sabtu, Januari 15, 2011 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Link ke posting ini
Infra Merah (Infra Red)
Spektro infra red dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat bahan,dimana struktur zat yang
diuji dapat diamati pada spektrofgram panjang gelombang vs transmittansi yang sangat spesifik
dan merupakan sidik jari suatu molekul. Spektrogram zat yang diuji dibandingkan dengan
spektrogram dari bahan yang sudah diketahui spktranya.

Spektrofotometri Infra Merah
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah meruakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75
1.000 m atau pada Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1. Radiasi elektromagnetik
dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara
fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor
magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.
Gambaran berkas radiasi elektromagnetik diperlihatkan pada Gambar 1 berikut :


Gambar 1: berkas radiasi elektromagnetik



Tabel 1 : Pembagian Gelombang Elektromagnetik


Gambar 2 : Pembagian Gelombang Elektromagnetik
Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik dengan rentang panjang
gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik merupakan kumpulan spektrum dari berbagai
panjang gelombang. Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang pada Tabel 1 dan
Gambar 2, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:
Daerah Infra Merah dekat.
Daerah Infra Merah pertengahan.
Daerah infra merah jauh..
Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut diatas, daerah panjang gelombang
yang digunakan pada alat spektrofotometer infra merah adalah pada daerah infra merah
pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 50 m atau pada bilangan gelombang 4.000
200 cm-1. Satuan yang sering digunakan dalam spektrofotometri infra merah adalah Bilangan
Gelombang ( ) atau disebut juga sebagai Kaiser.

Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (disingkat FTIR) adalah sama
dengan Spektrofotometer Infra Red disperse, yang membedakannya adalah pengembangan pada
sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah dari persamaan gelombang yang
dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari
Perancis.
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau
daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah
waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform).
Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra Red dipakai dasar
daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi
elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer yang dikemukakan oleh
Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831).

Cara Kerja Alat Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
Sistim optik Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red seperti pada gambar disamping ini
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian
radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang
bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah
2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang
diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik dari
Spektrofotometer Infra Red yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai
sistim optik Fourier Transform Infra Red.
Pada sistim optik Fourier Transform Infra Red digunakan radiasi LASER (Light Amplification
by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan
dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara
utuh dan lebih baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah Tetra
Glycerine Sulphate (disingkat TGS) atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT).
Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih
sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi
yang diterima dari radiasi infra merah.

Cara Kerja Alat Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
Sistim optik Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red seperti pada gambar disamping ini
dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian
radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang
bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah
2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang
diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik dari
Spektrofotometer Infra Red yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai
sistim optik Fourier Transform Infra Red.
Pada sistim optik Fourier Transform Infra Red digunakan radiasi LASER (Light Amplification
by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan
dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara
utuh dan lebih baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah Tetra
Glycerine Sulphate (disingkat TGS) atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT).
Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih
sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi
yang diterima dari radiasi infra merah.

Interaksi Sinar Infra Merah Dengan Molekul

Bila ikatan bergetar, maka energi vibrasi secara terus menerus dan secara periodik berubah dari
energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya. Jumlah energi total adalah sebanding dengan
frekwensi vibrasi dan tetapan gaya ( k ) dari pegas dan massa ( m1 dan m2 ) dari dua atom yang
terikat. Energi yang dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup kuat untuk mengadakan
perubahan vibrasi.
Panjang gelombang atau bilangan gelombang dan kecepatan cahaya dihubungkan dengan
frekwensi melalui bersamaan berikut : Energi yang timbul juga berbanding lurus dengan
frekwesi dan digambarkan dengan persamaan Max Plank :
E = Energi, Joule

h = Tetapan Plank ; 6,6262 x 10-34 J.s

c = Kecepatan cahaya ; 3,0 x 1010 cm/detik

n = indeks bias (dalam keadaan vakum harga n = 1)

= panjang gelombang ; cm

f = frekwensi ; Hertz

Dalam spektroskopi infra merah panjang gelombang dan bilangan gelombang adalah nilai yang
digunakan untuk menunjukkan posisi dalam spektrum serapan. Panjang gelombang biasanya
diukur dalam mikron atau mikro meter ( m ).


Sedangkan bilangan gelombang adalah frekwensi dibagi dengan kecepatan
cahaya, yaitu kebalikan dari panjang gelombang dalam satuan cm-1. Persamaan dari hubungan
kedua hal tersebut diatas adalah :
c = kecepatan cahaya : 3,0 x 1010 cm/detik

k = tetapan gaya atau kuat ikat, dyne/cm

= massa tereduksi

m = massa atom, gram
Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi teknik serapan
(absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik
yang banyak berperan dalam spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti
dalam fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Penemuan infra merah
ditemukan pertama kali oleh William Herschel pada tahun 1800. Penelitian selanjutnya
diteruskan oleh Young, Beer, Lambert dan Julius melakukan berbagai penelitian dengan
menggunakan spektroskopi inframerah. Pada tahun 1892 Julius menemukan dan membuktikan
adanya hubungan antara struktur molekul dengan inframerah dengan ditemukannya gugus metil
dalam suatu molekul akan memberikan serapan karakteristik yang tidak dipengaruhi oleh
susunan molekulnya. Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi tingkat-tingkat energi dalam molekul. Dapat berupa eksitasi elektronik, vibrasi, atau
rotasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap oleh ikatan pada
gugus fungsi adalah:
E = h. = h.C / = h.C / v
E = energi yang diserap
h = tetapan Planck = 6,626 x 10-34 Joule.det
v = frekuensi
C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det
= panjang gelombang
= bilangan gelombang
Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan atas senyawa yang
terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat
oleh pegas seperti tampak pada gambar disamping ini. Jika pegas direntangkan atau ditekan pada
jarak keseimbangan tersebut maka energi potensial dari sistim tersebut akan naik.
Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu :
1. Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.
2. Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan
3. Gerak Vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya..
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang belum diketahui,karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode
ini banyak digunakan karena:
a. Cepat dan relatif murah
b. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul
c. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu
dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut.

Tabel . Serapan Khas Beberapa Gugus fungsi




Jenis Vibrasi Molekul
Ada dua jenis vibrasi yaitu:
1. Vibrasi ulur (Stretching Vibration), yaitu vibrasi yang mengakibatkan perubahan panjang
ikatan suatu ikatan
2. Vibrasi tekuk (Bending Vibrations), yaitu vibrasi yang mengakibatkan perubahan sudut
ikatan antara dua ikatan
Vibrasi tekuk itu sendiri dibagi lagi menjadi empat:
1. Scissoring
2. Rocking
3. Wagging
4. Twisting

Perubahan Energi Vibrasi
Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi peristiwa vibrasi.
Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Vibrasi
molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print.
Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :
1. Vibrasi Regangan (Streching)
2. Vibrasi Bengkokan (Bending)

Vibrasi Regangan (Streching)
Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga akan
terjadi perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan
ada dua macam, yaitu:
1. Regangan Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.
2. Regangan Asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu
bidang datar.

Vibrasi Bengkokan (Bending)
Jika sistim tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka dapat
menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau
molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam
bidang datar.
2. Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam
bidang datar.
3. Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar.
4. Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang menghubungkan
dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar.

Penggunaan dan Aplikasi
Spektroskopi inframerah biasanya digunakan untuk penelitian dan digunakan dalam industri
yang sederhana dengan teknik yang sederhana dan untuk mengontrol kualitas. Alat spektroskopi
inframerah cukup kecil dan mudah dibawa kemana-mana dan kapanpun dapat digunakan.
Dengan meningkatnya teknologi komputer memberikan hasil yang lebih baik. Spektroskopi
inframerah mempunyai ketepatan yang tinggi pada aplikasi kimia organik dan anorganik.
Spektroskopi inframerah juga sukses kegunaannya dalam semikonduktor mikroelektronik: untuk
contoh, spektroskopi inframerah dapat digunakan untu semikonduktor seperti silikon, gallium
arsenida, gallium nitrida, zinc selenida, silikon amorp, silikon nitrida, dan sebagainya.


Efek isotop
Isotop yang berbeda memberikan bilangan gelombang yang berbeda pada spektroskopi
inframerah. Seperti contoh frekuensi regangan O-O memberikan nilai 832 dan 788 cm -1 untuk
(16O-16O) dan (18O-18O) melalui hubungan O-O sebagai sebuah spring, bilangan
gelombang, dapat dihitung:

dimana k nilai konstan untuk ikatan, dan massa tereduksi untuk sistem A-B

(mi massa dari atom i).
Massa reduksi untuk 16O-16O dan 18O-18O dapat diperkirakan antara 8 dan 9. Sehingga


Daerah Identifikasi
Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan, khususnya goyangan
(rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400 cm-1. Karena di daerah
antara 4000 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus
fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan
daerah antara 2000 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun
bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut.
Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga
daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada
daerah 4000 2000 cm-1 menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000 400 cm-1 juga
harus menunjukkan pola yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah
sama.

Penafsiran Spektrum Inframerah
Untuk penafsiran spektrum inframerah tidak ada aturan kaku, namun syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi sebagai upaya untuk menafsirkan suatu
spektrum adalah
Spektrum harus terselesaikan dan intensitas cukup memadai
Spektrum diperoleh dari senyawa murni
Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga pita yang teramati sesuai dengan frekuensi atau
panjang gelombangnya. Kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan standar yang dapat
diandalkan, seperti polistirena film.
Metode persiapan sampel harus ditentukan. Jika dalam bentuk larutan, maka konsentrasi larutan
dan ketebalan sel harus ditunjukkan.
Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pd sejumlah gugus fungsional/gugus kromofor (gugus dengan
ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah.
Dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron. Kromofor-
kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat berubah sesuai dengan
pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elekron bebas,
seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar
(bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).

Komponen dari suatu spektrofotometer berkas tunggal :
1. Suatu sumber energy cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spectrum dimana
instrument itu dirancang untuk beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengecilkan pita sempit panjang-panjang
gelombang dari spectrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
3. Suatu wadah sampel (kuvet)
4. Suatu detector, yang berupa transduser yang mengubah energy cahaya menjadi suatu isyarat
listrik.
5. Suatu pengganda (amplifier), dan rangkaian yang berkaitan membuat isyarat listrik itu
memadai untuk di baca.
6. Suatu system baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi (A).

Diposkan oleh Djoel Simata di Sabtu, Januari 15, 2011 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Link ke posting ini
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Teman-teman yang bermasalah dengan pdf yang di password sehingga tidak dapat di print atau
di edit dapat juga mengirimkan datanya ke djoel.simata@gmail.com di atas.
semoga berguna
Laman
Beranda
Forum
Iklan
Cari di Blog Ini


Inalum

Mengenai Saya
Djoel Simata
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
Januari (1)
September (3)
Juli (2)
Mei (2)
April (6)
Maret (9)
Februari (17)
Januari (7)
Desember (3)
Berita Terbaru
Oksigen Terlarut (OT) / Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlar...
Chemical Oxygen Demand ( COD )
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, d...

AAS (Atomic Absorbsion Spektrophotometri)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yan...
Nitrit (NO2)
Nitrit (NO 2 ) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) o...
Kerja Fisik dan Konsumsi Energi[1]
2.5.1. Proses Metabolisme Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan bekerja
yang memerlukan tenaga. Kita harus memperhatikan ba...
Ammonium Metode Analisis (NH4+)
Ammonium adalah ion yang apabila dengan sodium hidroksida akan menghasilkan
ammonia. Kation monovalen (NH 4 + ) dapat dipandang sebagai prod...

UV-Visible
Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah
ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna men...

Simbol-simbol Berbahaya
Ketika kita melihat bahan-bahan kimia yang ditempatkan dalam wadah khusus,
umumnya kita melihat beberapa lambang yang sebenarnya ...

Infra Merah
Sktrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna ...
Stadar Mutu Air Minum (SNI 01-3553-2006)
Air minum dalam kemasan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan normatif,
istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, c...
Chemical Engineering
Semua tentang rekayasa kimia
Follow by Email


Total Tayangan Laman
89,459
Share it
Pengikut
Fish
Buat teman-teman pengunjung blog ini, yang ingin mengubah file basis doc, docx, dan document
lainnya menjadi basis pdf silahkan kirimkan filenya ke djoel.simata@gmail.com.
djoel.simata@gmail.com. Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai