Anda di halaman 1dari 13

Wadiah

Menurut Bahasa
Meninggalkan atau meletakkan
Menurut Istilah
Memberikan kekuasaan kepada orang
lain untuk menjaga hartanya/
barangnya dengan secara terang-
terangan atau dengan isyarat yang
semakna dengan itu.

Wadiah
Wadiah yad
dhomanah.
Wadiah yad
amanah
Jenis Wadiah
Wadiah yad amanah
Pada keadaan ini barang yang
dititipkan merupakah bentuk amanah
belaka dan tidak ada kewajiban bagi
wadii untuk menanggung kerusakan
kecuali karena kelalaiannya.
Wadiah yad dhomanah
Wadiah dapat berubah menjadi yad dhomanah, yaitu wadii
harus menanggung kerusakan atau kehilangan pada wadiah,
oleh sebab-sebab berikut ini:
wadii menitipkan barang kepada orang lain yang tidak biasa
dititipi barang.
wadii meninggalkan barang titipan sehingga rusak.
memanfaatkan barang titipan.
bepergian dengan membawa barang titipan.
Jika wadii tidak mau menyerahkan barang ketika diminta
muwaddi, maka ia harus menanggung jika barang itu rusak.
mencampur dengan barang lain yang tidak dapat dipisahkan.

Landasan Syariah
Sesungguhnya Allah telah menyuruh
kamu agar menyampaikan amanat kepada
ahlinya. (4 : 58).
Dan hendaklah orang yang diberikan
amanat itu menyampaikan amanatnya (2:
283).
Tunaikanlah amanah yang dipercayakan
kepadamu dan janganlah kamu
mengkhiatani terhadap orang yang telah
mengkhianatimu . H. R. Abu Dawud dan
Tirmidzi.
Hukum Wadiah
Dari landasan syariah di atas, maka
hukum wadiah adalah mubah (boleh)
Rukun Wadiah
Muwaddi = Orang yang menitipkan
Wadii = Orang yang dititipi barang
Wadiah = Barang yang dititipkan
Shighot = Ijab dan qobul
Syarat Rukun
Persyaratan itu mengikat kepada Muwaddi,
wadii dan wadiah.
Muwaddi dan wadii mempunyai persyaratan yang sama
yaitu harus balig, berakal dan dewasa.
Sementara wadiah disyaratkan harus berupa suatu
harta yang berada dalam kekuasaan/ tangannya secara
nyata.
Wadiah termasuk akad yang tidak lazim, maka
kedua belah pihak dapat membatalkan perjanjian
akad ini kapan saja.
Dalam wadiah terdapat unsur permintaan tolong,
maka memberikan pertolongan itu adalah hak
dari wadi. Kalau ia tidak mau, maka tidak ada
keharusan untuk menjaga titipan.

Namun kalau wadii mengharuskan
pembayaran, maka akad wadiah ini
berubah menjadi akad sewa (ijaroh)
dan mengandung unsur kelaziman.
Artinya wadii harus menjaga dan
bertanggung jawab terhadap barang
yang dititipkan. Pada saat itu wadii tidak
dapat membatalkan akad ini secara
sepihak karena dia sudah dibayar.

Penerapan Wadiah
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, akad wadiah
digunakan untuk:
1. Simpanan

Pasal 1
20.Simpanan adalah dana yang dipercayakan
oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau
UUS berdasarkan Akad wadiah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
2. Tabungan
Pasal 1
21.Tabungan adalah Simpanan berdasarkan
Akad wadiah atau Investasi dana
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu

3. Giro
23. Giro adalah Simpanan berdasarkan
Akad wadiah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran
lainnya,atau dengan perintah
pemindahbukuan

Anda mungkin juga menyukai