Anda di halaman 1dari 3

Mencermati PON yang Tertatih

Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 Riau memang baru dibuka secara resmi hari ini,
Selasa 11 September 2012 namun sejumlah pertandingan pada beberapa cabang olahraga sudah
ada yang dipertandingkan sebelum pembukaan. Tetapi segala bentuk persiapan terutama dalam
hal persiapan fisik dalam pesta olahraga ini masih banyak menimbulkan kecemasan yang luar
biasa jauh hari sebelum pelaksanaannya dimulai. Bahkan dengan kekhawatiran tersebut bagi
penulis, tentu saja ingin mengatakan bahwa hal ini telah menunjukkan bahwa betapa buruknya
sistem manajemen pemerintah dan sejumlah stakeholder yang terkait sebagai bagian dari tugas
dan tanggungjawabnya sehingga kasus sama kembali terulang dalam rentang waktu setahun pada
sebuah even olahraga yang menjadi kebanggaan kita semua sekaligus kebanggaan negeri ini.
Kita semua tentu masih ingat setahun silam, segala persiapan yang terseret-seret juga
terjadi yang saat itu Indonesia diberikan kepercayaaan menjadi tuan rumah SEA Games di
Palembang dan Jakarta, November 2011, nampak banyak arena pertandingan akhirnya nanti bisa
rampung pada hari-hari terakhir menjelang pembukaan dihelat.
Padahal pada saat ditetapkan sejak 2006 mestinya pihak yang diberikan kepercayaan
untuk mengurus semua persiapan, terutama dalam hal pembenahan secara fisik sudah harus
berhitung dengan jeli sehingga mampu menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya secara tepat
waktu. Apalagi dengan anggaran yang sudah besar telah digelontorkan maka tak ada alasan
untuk tidak menuntaskan pembangunan arena secara keseluruhan.
Sebab anggaran APBN yang diberikan untuk operasional penyelenggaraan saja mencapai
Rp. 100 miliar, dana dari sponsorship Rp. 150 miliar, anggaran APBN untuk infrastruktur
penunjang Rp. 290 miliar, pembangunan venue PON (Perda nomor 6 tahun 2010) Rp. 383,2
miliar, infrastruktur penunjang PON (Perda nomor 7 tahun 2010 Rp. 787,4 miliar, dan
pembangunan Main Stadium PON (Perda nomor 5 tahun 2008) Rp. 900 miliar (Harian Kompas,
Senin 3 September 2012).
Terkait dengan minimnya persiapan tersebut, tentu saja kinerja Pemerintah Provinsi Riau
dan pemerintah pusat sangatlah disayangkan oleh karena sebenarnya punya banyak waktu alias
cukup lama untuk menyiapkan segalanya ditambah dengan anggaran yang besar tetapi toh
ternyata tidak mampu juga terealisasi dengan maksimal sesuai harapan ratusan juta penduduk
Indonesia.
Mungkin inilah PON yang paling menyedihkan bagi seluruh masyarakat Indonesia
terutama yang senang dengan even olahraga apalagi jika kita membandingkan dengan PON
sebelum-sebelumnya seperti di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan dan Surabaya. Hanya saja
ini memang menjadi buah simalakama, daripada dibatalkan, lebih baik digelar seadanya saja.
Meskipun masalah demi masalah menghadang penyelenggaraan PON XVIII 2012 ini,
bahkan saat PON XVIII bakal resmi dibuka oleh Bapak Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono tepatnya hari ini, yang juga masih menjadi momen penting dalam suasana
peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas), namun terbengkalainya sejumlah venue masih
menghiasi kedatangan bapak presiden dalam pembukaan PON tersebut.
Sebagai contoh kecil saja yakni ambruknya kanopi stadion tenis, sejumlah atlet serta
ofisial dari berbagai cabang olahraga belum juga mendapatkan tanda pengenal (ID Card) dari
panitia pelaksanaan PON. Padahal tanda pengenal itu tentu sangatlah diperlukan saat atlet dan
ofisial melakukan aktivitas selama PON berlangsung. Dan yang paling mengejutkan lagi adalah
di cabang olahraga polo air yang seharusnya sejak Sabtu, 8 September sudah dipertandingkan
tetapi karena fasilitasnya belum siap sehingga akhirnya belum dipertandingkan. Serta sejumlah
kasus lainnya yang menjadi bukti nyata ketidakprofesionalan pihak terkait dalam menggelar
hajatan olahraga nasional di tanah air ini.
Menjadi Pelajaran Berharga
Hingga saat ini, Pekan Olahraga Nasional (PON) telah dilaksanakan sebanyak 18 kali.
Mulai pelaksanaan PON I yang dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1948, dan
terakhir pada pelaksanaan PON ke-17 lalu yang berlangsung di Samarinda, Kalimantan Timur
pada 2008 dan sekarang di Riau ini adalah PON ke-18. Hanya saja sebelumnya, PON memang
selalu diselenggarakan di Jakarta, mengingat kesiapan infrastruktur dan sebagainya. Hanya saja
dengan bergulirnya sejak reformasi politik bergulir, status penyelenggaraan PON diputuskan
untuk digilir ke berbagai daerah sebagai alasan demi pemerataan, tetapi ternyata tujuan untuk
pemerataan tersebut tidaklah semulus dengan harapan oleh karena tidak semua daerah memiliki
kesiapan yang sama.
Belum lagi syarat dengan banyak masalah termasuk didalamnya korupsipembangunan
venue-venue PON di Riau ini sehingga sempat terhenti setelah terdapat dugaan suap pada Revisi
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2010 tentang penambahan biaya arena menembak
PON Riau diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
PON ke-18 yang mempertandingkan 39 cabang olahraga dan sebanyak 7.611 atlet akan
memperebutkan 598 emas, 598 perak, dan 795 perunggu ini menjadi sebuah permasalahan dan
sekaligus menjadi cermin manajerial pemerintah yang kurang baik dan tidak memuaskan. Karena
itu sesungguhnya pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) harus bisa menyusun
skala prioritas oleh karena tanggungjawab PON adalah tanggungjawab pihak pemerintah dalam
hal ini Kemenpora jika sejak awal dibuat skala prioritas pekerjaan. Karena itu, persoalan SEA
Games di Palembang dan PON di Riau ini tidak akan muncul jika semuanya dikelolah dengan
baik. Tetapi paling tidak, ini akan menjadi pelajaran berharga bagi bangsa dan negara tercinta ini
bahwa meskipun dengan anggaran yang besar hingga mencapai triliunan rupiah sekalipun namun
tidak dikelolah dan ditata dengan baik maka akan menjadikan posisi prestasi olahraga kita tetap
berada pada titik nadir prestasi. Belajar dari segala persoalan yang membalut keolahragaan
nasional kita tentu sangatlah diharuskan demi sebuah perubahan mendasar di dalam sistem
keolahragaan negara tercinta ini. Lalu apa yang mesti kita lakukan ? Jawabannya adalah
menyadari dan berbuat nyata dengan sepenuhnya bahwa olahraga menjadi salah satu hal yang
dapat menjadikan negara ini menjadi negara yang disegani dunia dengan predikat harkat dan
martabat yang tinggi jika mampu mengukir sebuah prestasi. Semoga permasalahan ini semua
menjadi awal dari kebangkitan olahraga Indonesia sekaligus menjadi pelajaran berharga apalagi
dalam momen Hari Olahraga Nasional. (*)

Anda mungkin juga menyukai