Résumé
Comment aider les étudiants à améliorer leurs connaissances et à terminer leurs
études dans le meilleur délais ? Les habitudes dans l'apprentissages chez les étudiants
indonésiens ont été mises en cause et L'auteur de cet article essaie de proposer une
méthode connue sous le nom de "problem based learning" ou "Apprentissage basé sur
les difficultés rencontrées"
Pendahuluan
Matakuliah Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa Prancis merupakan salah satu
mata kuliah yang diwajibkan bagi semua mahasiswa FPBS IKIP Manado. Begitu juga
dengan Jurusan dan Program studi pada fakultas yang lain. Khususnya di FPBS,
mahasiswa dituntut untuk menyusun proposal dan membuat instrumen pengumpulan
data agar mereka dapat menyusun proposal skripsi berdasarkan penelitian lapangan.
Dengan harapan mahasiswa yang bersangkutan dapat segera menyelesaikan studinya.
Namun kenyataannya sampai saat ini lama penyelesaian studi mahasiswa di atas 5
tahun dan nilai yang dicapainya rata-rata masih di bawah 3.00.
Mengacu pada permasalahan yang nyata dirasakan dan dialami baik oleh mahasiswa
maupun dosen, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Menurut Soekamto dan Winataputra (1996:35), agar belajar dapat bermakna secara
signifikan diperlukan adanya inisiatif yang datang dari pihak mahasiswa itu sendiri, dan
ia harus sepenuhnya terlibat. Hal ini akan dapat terjadi dengan apa yang disebut belajar
eksperiental (experiental learning).
Untuk mengatasi hambatan atau kendala dalam pembelajaran tersebut diusulkan
proses penyelesaian soal secara sistematis yang diambil dari Miles dan Picot (1980),
yang terdiri atas empat tahap: analisis, penyelesaian dan penilaian. Setiap tahap ada
tujuan dan langkahnya yang dapat disusun sendiri.
Menurut Kresnohadi Ariyoto (1997) tahapan belajar berdasarkan masalah meliputi 12
tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah
Tahap 2 : Melakukan analisis masalah atas masalah yang disepakati kelompok belajar
mahasiswa.
Tahap 3 : Mengembangkan hipotesa (jawaban sementara) atas masalah yang dikaji.
Tahap 4 : Mengidentifikasikan dan menjelaskan pengetahuan apa saja yang diperlukan
untuk bisa memecahkan masalah itu.
Tahap 5 : Mengidentifikasi pengetahuan yang sudah diketahui oleh kelompok.
Tahap 6 : Mengidentifikasikan berbagai sumber pengetahuan yang sesuai.
Tahap 7 : Mengumpulkan berbagai tambahan informasi baru/pengetahuan.
Tahap 8 : Melakukan sintesa atas pengetahuan sebelumnya dengan perolehan
pengetahuan yang baru dan dicoba mengacukannya pada masalah yang dikaji.
Tahap 9 : Jika diperlukan harus dilakukan lagi langkah 1-8 untuk melihat lebih banyak
aspek lagi dari masalah yang dicermati.
Tahap 10 : Mengidentifikasikan mengenai apa saja yang tidak dipelajari.
Tahap 11 : Menyimpulkan apa saja yang sudah dipelajari dan jika memungkinkan
melakukan tahap 12.
Tahap 12 : Melakukan pembuktian perasional dalam mengatasi masalah tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas maka metode problem based learning ini dapat
dinyatakan bahwa mahasiswa akan aktif berpartisipasi dan juga akan aktif berpikir dan
mengembangkan penalarannya.
Peneliti berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi pemanfaatan
waktu di kelas (time of learning dan time of task), partisipasi dan keaktifan mahasiswa,
perubahan perilaku dan sikap belajar, serta hasil belajar. Dalam proses pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivistik tekanan kegiatan ada pada mahasiswa. Indikator-
indikator tersebut akan dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam
implementasinya.
D. Rancangan Pembelajaran
Mata kuliah penelitian pengajaran bahasa Prancis dengan kode PRA 472 dengan bobot
2 sks yang disajikan 2 jam tatap muka perminggu selama 16 minggu dalam semester
genap. Mahasiswa akan dikelompokkan menurut konsentrasi Program studi bahasa
Prancis dengan anggota 3-5 orang perkelompok. Direncanakan dalam satu semester
terancang tiga siklus dengan masing-masing siklus ada 4 tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan analisis refleksi. Tahap berikut akan berulang pada
siklus berikutnya.
Adapun yang harus menjadi pertimbangan mahasiswa adalah isi GBPP Kurikulum
bahasa Prancis untuk SMU (1996) yang akan menjadi acuan bagi mereka yang memilih
pengajaran bahasa Prancis si SMU, yaitu:
Sampai saat ini kurikulum yang menjadi acuan dalam pengajaran bahasa Prancis di
SMU adalah Kurikulum 1996. Padahal bahan ajar yang disajikan dalam kurikulum
tersebut system catur wulan sehingga mahasiswa harus menyesuaikan bahan ajar
dalam bentuk tema dan anak tema yang ada dengan system-sitem semester.
Oleh karena itu, analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif sebagai acuan
refleksi. Di mana hasil refleksi dipergunakan untuk melakukan perbaikan rencana siklus
berikutnya. Secara ringkas langkah analisis-refleksi sebagai berikut:
Analisis ----------> Pemahaman --------> Eksplanas (penjelasan) -------> Kesimpulan
--------> Identifikasi tindak lanjut. Jika pada siklus I belum memuaskan, maka rencana
awal diperbaiki atau dimodifikasi di mana yang diperlukan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu
makna instrumen yang dimaksud di sini adalah alat dan bahan yang dipergunakan di
dalam proses pembelajaran, bukan berupa angket atau kuesioner sebagaimana
biasanya. Jika dikemudian hari dilaksanakan tes penguasaan bahan ajar, tidak
dimaksud untuk mengetahui terjadinya peningkatan pengetahuan metodologi penelitian
setelah memperoleh pembelajaran, tetapi untuk mengetahui apakan mahasiswa telah
menguasai konsep dasar penelitian. Soal tes bukan tipe pilihan, melainkan berupa
tugas atau performance test. Mahasiswa diminta untuk mempertanggungjawabkan
terhadap apa yang ditulisnya secara logis/argumentative. Tugas tersebut akan berupa
proposal penelitian beserta kuesioner atau alat pengumpul data lain yang akan
dipergunakannya. Pertanggungjawaban tersebut baru akan dilakukan pada saat ujian
semester, baik secara lisan dalam seminar kelas maupun secara tertulis.
A. Persiapan Pembelajaran
Mengingat mahasiswa mempunyai minat yang berbeda terhadap bidang yang
ditekuninya, maka dalam perkuliahan ini para mahasiswa dibagi kelompok berdasarkan
kemampuan bahasa Prancis yang menjadi pilihannya.
Diharapkan pada setiap kelompok tersebut di atas akan dimintai oleh sekitar 3-5 orang
mahasiswa. Jumlah ini tergantung pada mahasiswa Program Bahasa Prancis yang
mengikuti matakuliah Penelitian pengajaran bahasa Prancis tahun ajaran 1999/2000
yang jumlahnya 8 orang, dan mungkin ditambah mahasiswa angkatan sebelumnya
yang mengambil matakuliah tersebut.
B. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, mahasiswa akan diberi informasi dan pelatihan tentang konsep belajar
"problem based learning" dengan langkah-langkah yang ditetapkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajaran. Selain orientasi tentang pembelajaran, mahasiswa
juga akan diberi orientasi tentang konsep dasar metodologi penelitian sebagaimana
telah tercantum di dalam hand-out yang akan diberikan kepada mahasiswa sebagai
bahan acuan.
Untuk memperoleh pengetahuan langsung di lapangan, setelah mempelajari berbagai
konsep dari bahan acuan, mahasiswa diminta turut ke lapangan (research setting) yang
dipilih. Dari hasil observasi di lapangan dibahas di kelas dan masing-masing akan
menuliskannya ke dalam format komponen proposal skripsi. Proses ini dilakukan
secara bertahap sesuai dengan urutan komponen proposal.
Secara garis besar proses pembelajaran dilakukan sebagai berikut:
1. Persiapan
2. Orientasi
3. Contoh penerapan
4. Mahasiswa ke lapangan (research setting)
5. Diskusi kelas untuk pembentukan konsep
6. Operasionalisasi/penerapan konsep yang dikembangkan
7. Penulisan ke dalam komponen proposal
8. Masukan balikan dari dosen
9. Perbaikan/pembenahan
10 X 3
Kemudian nilai akhir dikonversi ke dalam nilai huruf sebagai berikut :
Nilai A = di atas 86
Nilai B = 76 - 85
Nilai C = 56 - 75
Nilai D = 46 - 55
Nilai E = di bawah 45
Bahan Acuan
Setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Penelitia pengajaran bahasa Prancis
akan memperoleh kumpilan Handout yang terdiri atas :
D. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Program Pendidikan Bahasa Prancis, FPBS Unima.
F. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada mahasiswa program Pendidikan Bahasa
Prancis yang menempuh matakuliah Penelitian Pengajaran Bahasa Prancis pada
semester genap tahun ajaran 1999/2000. Daftar mahasiswa yang mengikuti matakuliah
ini dapat dilihat pada lampiran 2 laporan penelitian ini.
H. Analisis Data
Karena yang diutamakan adalah perbaikan proses pembelajaran dan pencarian model
pembelajaran, maka analisis data dilakukan dengan dua macam cara, yaitu :
1. Perolehan nilai
Dari 8 orang mahasiswa yang mengikuti kuliah, yang mendapat nilai A sebanyak
2 orang (25%), nilai B sebanyak 4 orang (50%), nilai C sebanyak 2 orang (25%)
dapat dilihat pada lampiran. Jika dibandingkan dengan tahu akademik
sebelumnya (1998/1999) terdapat kenaikan yang berarti berdasarkan kualitas
mahasiswa. Dari 10 orang yang mendapat nilai A 0 orang (0%), nilai B sebanyak
3 orang (30%), nilai C sebanyak 5 orang (50%), nilai D sebanyak 2 orang (20%),
lihat lampiran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan upaya perbaikan pembelajaran
telah terjadi peningkatan pencapaian nilai prestasi belajar.
2. Harapan tahun penyelesaian studi
Untuk mengetahui kapan mahasiswa secara optimis menyelesaikan studi :
mahasiswa diminta menyatakan tahun berapa sanggup menyelesaikan studi 4
orang menyatakan sanggup selesai tahun 2001, 2 orang thun 2002, dan ada 2
orang yang ragu-ragu menyatakan pendapatnya. Tampaknya tahun
penyelesaian tidak terkait dengan IPK. Mahasiswa yang mempunyai IPK di
bawah 2,25 merani menyatakan lulus tahu 2001, sedangkan yang ber IPK di
atas 2,75 tidak berani menyatakan lulus tahun 2001.
3. Pencapaian IPK dan Nilai Penelitian Pengajaran Bahasa Prancis
Apakah ada kaitan antara pencapaian nilai prestasi belajar dengan IPK yang
diperoleh sebelumnya ? Data yang diperoleh bias dilihat dalam table berikut ini.
Pencapaian IPK dan Nilai Penelitian Pengajaran Bahasa Prancis pada tabel 1 di atas
dapat juga digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.
Dari data di atas belum terlihat adanya kecenderungan bahwa kemampuan awal tinggi,
prestasi belajar dalam mata kuliah berikutnya juga tinggi. Ada faktor lain yang diduga
turut berpengaruh, yang dalam penelitian ini belum terungkap. Salah satu kemungkinan
ialah factor akademik. Hal ini terbukti dari jawaban atas pertanyaan, hambatan atau
kesulitan utama yang dirasakan oleh mahasiswa, 50% menyatakan kesulitan akademik,
30 % masalah bimbingan pribadi, dan 20% masalah lain.
4. Iklim Belajar
Untuk mengetahui apakah perbaikan pembelajaran melalui pemberian reading
materials untuk bahan diskusi dan perkuliahan 70% tugas dan diskusi terhadap iklim
belajar : baik sekali 14,3 %, baik 64%, dan cukup baik 21,4 %.
Apa ada kaitan antara iklim belajar dan pencapaian nilai, table 2 berikut ini akan
menggambarkan data yang diperoleh.
Kaitan iklim belajar dengan nilai dapat dilihat pada grafik berikut :
6. 80 10 10
Kegunaan hand out untuk mengikuti kuliah
7. Pendekatan pembelajaran konstruktivistik 50 30 20
mendorong kemandirian mahasiswa
8. 80 20 -
Peran kelompok dalam pembelajaran
9. Penyusunan pra proposal 70 20 10
Daftar Perolehan Nilai dan Mata Kuliah Penelitian Pengajaran Bahasa Prancis
semester Genap 1999/2000 perkelompok dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya belajar dalam kelompok dengan "problem based learning" akan mendorong
terjadinya proses belajar, saling membelajarkan dan "sharing" pengalaman. Dalam
kelompok belajar, mahasiswabelajar mengungkapkan bagaimana mengkaji persoalan,
menganalisis dan mencari pemecahan masalah yang dikaji. Dengan cara ini
mahasiswa akan terbantu untuk lebih kritis dan dapat melihat kekurangan, inkonsistensi
pemikirannya. Dengan demikian mahasiswa akan mampu mengembangkan dan
membentuk pengetahuan secara benar.
Oleh karena itu dalam menerapkan konstruktivitas pembelajaran dalam kelompok
penggunaan pengalaman untuk membentuk konsep dan kemampuan analisis sangat
berperan dalam proses belajar.
Saran-saran
Atas dasar temuan penelitian di atas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut :
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ariyoto, Krenohadi, 1977. Belajar Berdasarkan Masalah" (Problem Based Learning),
Majalah Usahawan no. 5 Th XXVI Mei.
Degeng I Nyoman Sudana, 1999. Pembelajaran Konstruktivik : Tujuan, Strategi dan
Evaluasi, Makalah Pelatihan Metodologi Pembelajaran Konstruktivistik, Malang 23-28
Agustus.
Soekamto, Toeti dan Winataputra, 1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran.
Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta, Depdikbud.
Sudarsono, FX. 1996/1997. Rencana, Desain dan Implementasi Bagian Kedua. Dirjen
Pendidikan Tinggi Jakarta, Depdikbud.
Sudjana, Nana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung. P.T. Remaja
Rosdakarya.
Suparno, Paul, 1977. Filsafat Konstruktivisme Dalam pendidikan. Yogyakarta, Kanisius
Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1994, Peningkatan dan pengembangan Pendidikan,
Jakarta, P.T. Gramedia Pustaka Umum.
Wayan Ardana, 1999. Pembelajaran Konstruktivisti : Konsep dan prinsip, Makalah
Pelatihan Metodologi Pembelajaran Konstruktivistik, Malang 23-28 Agustus.
<<