Anda di halaman 1dari 59

1

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN


Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan mulai diajarkan sebagai hasil Konggres
Ilmu Pengetahuan (KIPNAS III) tahun 1981 yang menyarankan
diberikannya Filsafat Ilmu dalam semua tingkat pendidikan

Dengan mempelajari Filsafat Ilmu diharapkan mempercepat
berkembangnya paradigma keilmuan dalam kehidupan kita. Pembahasan
yang dilakukan disini ditujukan bukan kepada mereka yang berhasrat
mendalami Filsafat Ilmu selaku bidang keahlian, tetapi:
tema pokok yang hidup disekitar masyarakat keilmuan
patokan patokan dasar yang diterima oleh sebagaian besar masyarakat
keilmuan
tanpa melibatkan diri pada variasi yang berkembang disekitar tema
pokok tersebut
2
Tujuan Filsafat Ilmu disini adalah untuk mengenal alur-alur
berfikir dalam kegiatan keilmuan dan mencoba
menerapkannya pada masalah masalah praktis dalam
kehidupan kita

Asas-asas Filsafat Ilmu Pengetahuan diterapkan terhadap
permasalahan yang aktual, seperti:
Usaha peningkatan penalaran,
Permasalahan moral dalam kegiatan keilmuan,
Kaitan ilmu dengan kebudayaan
Penerapan asas keilmuan dalam kegiatan penelitian dan
pembahasan tentang penulisan ilmiah
3
I. KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1. ILMU DAN FILSAFAT
Menurut filsuf, cara mendapatkan pengetahuan yang benar adalah:
ketahuilah apa yang kamu tahu dan ketahuilah apa yang kamu tidak
tahu.

Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa
ragu-ragu, dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang belum tahu
4
ARTI BERFILSAFAT
Secara rendah hati mengakui bahwa tidak semuanya akan
pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak
terbatas ini, bisa mengoreksi diri dan mempunyai keberanian
untuk berterus terang bahwa seberapa jauh sebenarnya
kebenaran yang dicari telah kita capai.

Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus terang dengan diri
sendiri: apakah sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu

5
Seorang yang berfilsafat diumpamakan seorang yang berpijak
di bumi sedang tengadah kearah bintang, ingin mengetahui
hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi atau sedang berdiri
dipuncak tinggi memandang ngarai dan lembah dibawahnya
dan menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang
ditatapnya.

Karakteristik berfikir filsafat:
Sifat menyeluruh: konstelasi dengan ilmu lain
Sifat mendasar: tidak percaya begitu saja
Sifat Spekulatif: proses, analisis, pembuktian..
Memilih spekulatif yang bisa diandalkan


6
Pokok permasalahan yang dikaji ilmu filsafat:
Logika : benar atau salah
Etika : baik atau buruk
Estetika : indah atau jelek

Dari ketiga cabang utama tersebut bertambah lagi dengan:
Teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, pikiran
serta kaitan zat dan pikiran yang terangkum dalam
metafisika
Politik : kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan
yang ideal

7
Dari kelima cabang utama berkembang lagi menjadi cabang
filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik yang
mencakup:
Epistemologi (filsafat pengetahuan)
Etika (filsafat moral)
Estetika (filsafat seni)
Metafisika
Politik (filsafat pemerintahan)
Filsafat agama
Filsafat Ilmu
Filsafat pendidikan
Filsafat hukum
Filsafat sejarah
Filsafat matematika
8
Filsafat Ilmu:
Merupakan bagian dari epistemologi (Filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan
ilmiah).
Mesti secara metodologis tidak membedakan ilmu alam
dan ilmu sosial, karena permasalahan teknis yang khas
maka sering dibagi menjadi filsafat ilmu ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu sosial
Merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab
beberapa pertanyaan hakikat ilmu seperti:

9
Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang
hakiki dari obyek tsb?Bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan daya tangkap manusia (berpikir,
merasa, mengindera) yang membuahkan pengetahuan?

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu?Bagaimana
prosedurnya? Hal yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar?Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri?Apakah
kriterianya?Cara/teknik/sarana apa yang membantu
dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
10

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
digunakan?Bagaimana kaitan cara penggumaan dengan
kaidah moral?Penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan moral? Bagaimana kaitan antara
teknik prosedural operasional metode ilmiah dengan
norma2 moral/profesional?

11
II DASAR-DASAR PENGETAHUAN

1. PENALARAN

Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan
tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan
melalui kegiatan merasa atau berfikir
12
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan bukan
dengan perasaan. Jadi penalaran merupakan
kegiatan berfikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran.
13
Sebagai suatu kegiatan berfikir, Penalaran mempunyai
ciri ciri:

a. Adanya pola berfikir yang secara luas disebut logika.
Sehingga dapat disimpulkan kegiatan penalaran merupakan suatu
proses berfikir logis. Berfikir logis ini diartikan kegiatan berfikir
menurut suatu pola tertentu, dengan perkataan lain menurut logika
tertentu.

Jadi, suatu kegiatan berfikir bisa disebut logis ditinjau dari suatu logika
tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika lain.Hal
ini sering disebut sebagai kekacauan penalaran yang disebabkan tidak
konsistennya dalam mempergunakan pola berfikir tertentu

14
b. Sifat analitik dari proses berfikirnya.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang berdasarkan pada
suatu analisis,dengan kerangka berfikir yang digunakan dalam analisis
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dengan demikian penalaran yang lain
juga menggunakan logika yang tersendiri pula.Sifat analitik ini
merupakan konsekuensi dari adanya pola berfikir tertentu.
Tanpa ada pola berfikir maka tidak ada kegiatan analisis, karena analisis
hakekatnya merupakan suatu kegiatan berfikir berdasarkan langkah-
langkah tertentu
15

Berdasarkan kriteria penalaran, tidak semua kegiatan
berfikir bersifat logis dan analitis. Artinya, cara berfikir
yang tidak masuk dalam penalaran bersifat tidak logis dan
tidak analitis

Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak
berdasarkan penalaran. Sedangkan kegiatan berfikir yang
tidak berdasarkan penalaran disebut intuisi. Intuisi adalah
kegiatan berfikir yang non analitik yang tidak mendasarkan
diri pada suatu pola tertentu.

16
Bentuk lain usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan
adalah wahyu

Ditinjau dari hakikat usaha untuk mendapatkan kebenaran,
dibedakan jenis pengetahuan:
Pengetahuan yang diperoleh sebagai usaha aktif manusia untuk
menemukan kebenaran,baik melalui penalaran maupun lewat
intuisi dan perasaan

Pengetahuan yang diperoleh sebagai usaha aktif manusia yang
bukan meruapakan kebenaran (pasif).Pengetahuan ini diperoleh
bukan berupa kesimpulan, tetapi berupa pengetahuan yang
ditawarkan atau diberikan, misalnya pengetahuan yang diberikan
Tuhan lewat malaikat atu nabi.

17
2. LOGIKA
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan
pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran mempunyai kebenaran maka
proses berfikir itu harus melalui cara tertentu.
Penarikan kesimpulan dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan melalui cara tertentu
Penarikan kesimpulan yang melalui cara tertentu inilah yang disebut
logika, dimana secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian
untuk berfikir secara sahih (valid)

Cara penarikan kesimpulan:
Logika induktif
Logika deduktif
18

Logika Induktif hubungannya erat dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum,
contoh:
Kambing punya mata, gajah punya mata, ular punya mata. Kesimpulan
yang bersifat umum adalah semua binatang mempunyai mata

Kesimpulan induktif mempunyai keuntungan:
Pernyataan yang bersifat umum menjadi lebih ekonomis: (lihat contoh
di atas)
Dimungkinkan proses penalaran selanjutnya

Logika Deduktif penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat
umum menjadi kasus yang bersifat khusus.
19

Penarikan kesimpulan deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yg mendukung
silogismus disebut premis.

Contoh:
Semua makhluk mempunyai mata (Premis mayor)
Si Djoko adalah seorang makhluk (Premis minor)
Jadi si Djoko mempunyai mata (Kesimpulan)


20
3. SUMBER PENGETAHUAN

Segala sesuatu harus diragukan,
namun segala yang ada dalam hidup
ini dimulai dengan meragukan sesuatu !!!!
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu!!!
(Hamlet)

Dalam proses penalaran, baik menggunakan logika induktif
maupun deduktif menggunakan premis-premis pengetahuan
yang dianggap benar. Pernyataannya adalah:Bagaimanakah
caranya mendapatkan pengetahuan yang benar
21
Cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar ada dua:
1.Mendasarkan diri pada rasio ,mengembangkan paham disebut
rasionalisme
2.Mendasarkan diri pada pengalaman, mengembangkan paham disebut
empirime

Kaum rasionalis dalam menyusun pengetahuan menggunakan metode
deduktif, premis yg dipakai penalarannya dipeoleh dari ide yang jelas dan
dapat diterima. Ide ini menurut kaum rasionalis bukan ciptaan pikiran
manusia. Ide bersifat apriori dan prapengalaman yang didapatkan manusia
lewat penalaran rasional, sehingga masalah utama adalah mengenai kriteria
untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yg menurut seseorang
adalah jelas dan dapat dipercaya.
22
Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapat
lewat penalaran rasional yg abstrak tetapi lewat pengalaman yg konkret.
Gejala alamiah adalah konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan
pancaindera manusia yg kalau ditelaah mempunyai mempunyai gejala
karakteristik tertentu, mis: benda dipanasi memanjang, setelah mendung akan
hujan dll.

Selain rasionalisme dan empirisme, cara mendapatkan pengetahuan yg lain:
intuisi dan wahyu

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu.Seseorang yg sedang terpusat pemikirannya pada suatu
masalah tiba2 saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi
bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Untuk menyusun pengetahuan
yg teratur, intuisi tidak bisa diandalkan dan hanya dapat digunakan sebagai
hipothesis untuk analisis selanjutnya untuk menentukan benar atau tidaknya
pernyataan yang dikemukakan.
23
4. KRITERIA KEBENARAN
Seorang anak baru masuk sekolah, tiga hari kemudian mogok dan tidak
mau belajar. Dia tidak mau sekolah karena mengatakan gurunya adalah
seorang pembohong. tiga hari lalu berkata 2+5=7, dua hari lalu berkata
3+4=7, dan kemarin berkata 1+6=7. Bukankah semua ini tidak benar?
Hal inilah yang membawa kita kepada apa yg disebut teori kebenaran.
Apakah persyaratannya agar suatu jalan pikiran menghasilkan
kesimpulan yg benar?
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yg
dianggap benar, termasuk anak tadi yang mempunyai kriteria kebenaran
tersendiri.Penjumlahan angka-angka tersebut bagi kita tidak sukar untuk
menerima kebenaran, sebab secara deduktif dapat dibuktikan ketiga
penjumlahan tersebut adalah benar. Mengapa benar?? Sebab pernyataan
dan kesimpulan yang diambil adalah konsisten dengan pernyataan dan
kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar.

24

Teori kebenaran yang didasarkan pada kriteria tersebut diatas disebut teori
koherensi, sehingga berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya.

Contoh: Bila menganggap bahwa semua manusia pasti akan mati adalah
pernyataan benar, maka pernyataan bahwa si Djono adalah seorang
manusia dan si Djono pasti akan mati adalah benar pula, sebab pernyataan
kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.


25
.
Paham teori kebenaran yang lain adalah kebenaran berdasarkan pada Teori
Korespondensi (Bertrand Russell (1872 1970).
Teori korespondensi mengatakan bahwa suatu pernyataan adalah benar jika
materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi atau
berhubungan dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh: Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta.
Pernyataan diatas adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yg
bersifat faktual yakni Jakarta yg memang menjadi ibu kota Republik
Indonesia. Kalau disebutkan ibu kota Republik Indonesia adalah kota
lain, maka pernyataan menjadi tidak benar sebab tidak terdapat obyek yg
sesuai dengan pernyataan tersebut.

26

Proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta
yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori
kebenaran yang lain yaitu Teori Kebenaran Pragmatis. (Charles S.
Peirce, 1839 1914).
Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Artinya, suatu pernyataan benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
27
Contoh teori kebenaran pragmatis:
Ada sebuah teori X dalam pendidikan. Dengan teori X tersebut
dikembangkan menjadi teknik Y untuk meningkatkan kemampuan belajar.
Maka teori X tersebut dianggap benar, karena teori X fungsional dan
mempunyai kegunaan.
Secara historis, pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu
waktu tidak lagi. Sehingga para ilmuwan sebaiknya bersikap prakmatis;
dimana selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka
pernyataan dianggap benar. Seandainya pernyataan itu tidak lagi bersifat
demikian karena perkembangan ilmu yang menghasilkan pernyataan baru,
maka pernyataan itu ditinggalkan.

28
III. HAKEKAT APA YANG DIKAJI
1. METAFISIKA
Apakah hakekat kenyataan ini sebenar-benarnya?
Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat
berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.
Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang,
menembus galaksi dan awan, maka metafisika adalah landasan
peluncurannya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata, ternyata
menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakekatnya.

Tafsiran paling awal yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah
terdapat ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini
bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang
nyata. Kepercayaan yang berdasar supernatural adalah animisme, dimana
manusia percaya bahwa terdapat roh-roh bersifat gaib yang terdapat dalam
benda seperti: batu, pohon, air terjun dll.
29
Paham naturalisme adalah lawan dari paham supernaturalisme yang
menolak pendapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural.
Materialisme, yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini
berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam
alam itu sendiri yang dapat dipelajari.

Ada dua paham yang menganut tentang gejala alam:
Kaum Mekanistik
Melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan
gejala kimia-fisika semata
Kaum Vitalistik
Hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansial
dengan proses kimi-fisika


30
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam
sebagaimana adanya, dimana pada hakekatnya ilmu tidak bisa lepas dari
metafisika, namun seberapa jauh kaitannya itu semua tergantung dari kita
sendiri. Jadi pada dasarnya setiap ilmuwan boleh mempunyai filsafat
individual yang berbeda-beda yang bisa menganut paham mekanistik
maupun faham vitalistik

2 ASUMSI
Dapat dijelaskan dengan kejadian jago tembak melawan orang mabuk.
Gejala alam seperti pada contoh tersebut diatas tunduk kepada
determinisme, yaitu hukum alam yang bersifat universal, dimana setiap
gejala merupakan akibat pilihan bebas, peluang dan probabilistik.
Determinisme, pilihan bebas, dan probabilistik merupakan permasalahan
filsafati yang rumit namun menarik. Sehingga kita asumsikan bahwa
hukum yang mengatur berbagai kejadian itu memang ada, sebab tanpa
asumsi ini semua pembicaraan menjadi sia-sia.
31
3. PELUANG
Berdasarkan teori keilmuan, seseorang tidak akan pernah mendapatkan hal
yang pasti mengenai suatu kejadian. Artinya, ilmu tidak pernah ingin dan
tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan, dimana keputusan tersebut harus didasarkan pada kesimpulan
ilmiah yang bersifat relatif
Contoh: Dengan probabilitas 0,8 besok tidak akan turun hujan. Peluang
0,8 dapat diartikan bahwa probabilitas untuk tidak turun hujan besok adalah
8 dari 10 (yang merupakan kepastian), atau dengan perkataan lain yang
sederhana: pada 10 kali ramalan tentang tidak akan turun hujan, 8 kali hujan
tidak akan turun dan 2 kali ramalan meleset akan turun hujan. Artinya,
masih terdapat peluang 0,2 bahwa hari akan hujan.
Seandainya besok saudara akan piknik dan mengetahui besok punya
peluang 0,8 hari tidak akan hujan, akankah saudara urungkan piknik
tersebut? Tidak, karena disini terdapat jaminan dengan peluang 0,8 bahwa
sangat bisa jadi kemungkinan besar tidak akan turun hujan.

32
4. BEBERAPA ASUMSI DALAM ILMU

Dalam mengembangkan asumsi, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a. Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian
disiplin keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan
dasar dari pengkajian teoritis.

Contoh: Asumsi bahwa manusia dalam administrasi adalah manusia
administrasi terdengar filsafati, tetapi tidak mempunyai arti apa-apa
dalam penyusunan teori-teori administrasi. Asumsi manusia dalam
administrasi yang bersifat operasional adalah makhluk ekonomis,
makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks.
Berdasrkan asumsi ini dapat dikembangkan berbagai model, strategi dan
praktek administrasi

33
b. Asumsi harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya
dan bukannya bagaimana keadaan yang seharusnya .
Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaahan ilmiah, sedangkan
asumsi kedua adlah asumsi yang mendasari telaahan moral. Misalnya
dalam kegiatan ekonomis, manusia yang berperan adalah manusia yang
mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan kerugian atau pengorbanan
sekecil-kecilnya. Hal ini yang menjadi pegangan dan tidak perlu ditambah
dengan sebaiknya begini, atau seharusnya begitu.

Seorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan
dalam analisis keilmuannya. Hal ini penting karena mempergunakan
asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep pemikiran yang
dipergunakan. Sering terjadi asumsi yang melandasi kajian keilmuan tidak
bersifat tersurat melainkan tersirat . Sesuatu yang belum tersurat (terucap)
dianggap belum diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.
Pernyataan semacam ini sangat penting, karena seandainya asumsinya
cocok tinggal memberi konfirmasi, tetapi seandainya mempunyai asumsi
yang berbeda maka dapat diusahakan pemecahannya.

34
5. BATAS BATAS PENJELAJAHAN ILMU
Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? Dimanakah
ilmu berhenti dan menyerahkan pengkajian selanjutnya kepada
pengetahuan lain? Apakah yang menjadi karakteristik obyek ilmu yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain? Jawaban
dari pertanyaan terebut adalah sangat sederhana: ilmu memulai
penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas
pengalaman manusia.

Apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga dan neraka? Apakah ilmu
mempelajari kejadian terciptanya manusia? Semua jawabannya tidak;
karena kejadian itu berada diluar jangkauan pengalaman manusia.
Sedangkan fungsi ilmu dalam kehidupan manusia adalah sebagai alat
bantu manusia dalam menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari.

35

Persoalan mengenai hari kemudian tidak dapat ditanyakan kepada ilmu,
melainkan kepada agama karena agamalah pengetahuan yang mengkaji
masalah-masalah seperti itu

Ilmu membatasi lingkup penjelajahan pada batas pengalaman manusia juga
disebabkan metode yang digunakan telah teruji kebenarannya secara
empiris.Jika ilmu memasukkan sesuatu di luar batas pengalaman
empirisnya, maka tidak mungkin melakukan pembuktian secara
metodologis; sehingga terjadi kontradiksi yang menghilangkan kesahihan
metode ilmiah.

Menurut Einstein, Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta


36
CABANG-CABANG ILMU
Ilmu berkembang dengan sangat pesat, demikian juga jumlah cabang-
cabangnya yang sekarang ini diperkirakan terdapat sekitar 650 cabang
keilmuan yang kebanyakan belum dikenal oleh orang awam. Keinginan
untuk menspesialisasikan diri pada satu bidang telaahan memungkinkan
analisis yang makin cermat dan saksama menyebabkan obyek dari disiplin
keilmuan menjadi lebih terbatas

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama;
yaitu
filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi rumpun ilmu-ilmu
alam (natural sciences). Berkembang lagi menjadi:
Ilmu alam (physical sciences) : ilmu fisika,,kimia, astronomi, ilmu
bumu
Ilmu hayat (biological science)

37

filsafat moral yang kemudian berkembang dalam cabang ilmu-ilmu
sosial (social sciences). Berkembang lagi menjadi:
Antropologi (manusia dalam perspektif waktu), psikologi, ekonomi,
sosiologi, ilmu politik

Tiap cabang keilmuan membikin ranting-ranting baru, seperti fisika
membuat ranting baru menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi ,
cahaya,,Fisika nuklir, kimia physics dll. Dimana kelompok ini masuk
kedalam ilmu-ilmu murni. Cabang ilmu sosial kemudian mempunyai
cabang lagi seperti: antropologi pecah lagi menjadi arkeologi,linguistik,
antropologi fisik dll.

38
Disamping ilmu-ilmu alam dan sosial, pengetahuan juga mencakup
humaniora dan matematika. Hemaniora terdiri dari seni, filsafat, agama,
bahasa dan sejarah. Sejarah menjadi kontroversi mau dimasukkan ke
dalam ilmu atau humaniora karena kalau dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu
sosial penggunaan data data sejarah sering tidak benar.
Matematika bukan termasuk ke dalam ilmu, melainkan cara berpikir
deduktif

IV. CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN
YANG BENAR
1. PENGETAHUAN
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu obyek tertentu, termasuk didalamnya ilmu. Sehingga ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia
disamping berbagai pengetahuan yang lain seperti seni dan agama.

39
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung
maupun tidak langsung turut memperkaya kehidupan manusia.
Pengetahuan merupakan sumber jawaban dari berbagai pertanyaan yang
muncul dalam kehidupan, sehingga setiap jenis pengetahuan pada dasarnya
menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Oleh karena itu untuk
untuk bisa memanfaatkan pengetahuan secara maksimal, maka harus bisa
diketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu
pengetahuan tertentu

Dalam menyusun pengetahuan yang benar yang perlu dilakukan adalah
dengan menggunakan metoda ilmiah.

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistomologi) dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan itu disusun. Ketiga landasan tersebut saling berkaitan yang
tidak dapat dipisahkan

40
Pengetahuan ilmiah atau ilmu, dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia
dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Pemecahan
tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala
alam.

Agar mampu meramal dan mengontrol sesuatu maka pertama harus
diketahui mengapa sesuatu bisa terjadi. Mengapa terjadi tanah longsor?
Mengapa terjadi banjir?

Untuk bisa mengontrol dan meramalkan sesuatu, maka kita harus
menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu. Akal sehat dan
cara coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia
menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam, sedangkan ilmu
mencoba menafsirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan
tentang berbagai kejadian.


41
2. METODE ILMIAH
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu, dengan perkataan lain ilmu merupakan pengetahuan yang
diperoleh lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya
harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Menurut Senn, Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.

Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan dalam metode tersebut.
42

Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang
terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi secara filsafat termasuk dalam
epistemologi. Epistomologi adalah pembahasan mengenai bagaimana
mendapatkan pengetahuan: sumber pengetahuan? hakikat, jangkauan dan
ruang lingkup pengetahuan?Apakah manusia dimungkinkan mendapat
pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yg mungkin ditangkap
manusia.

Bagaimana bentuk-bentuk proses kegiatan ilmiah:
mengamati sesuatu
Mempunyai perhatian
Menemukan masalah atau kesukaran
Menimbulkan pertanyaan


43
Ilmu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta dengan dijembatani oleh
teori. Teori merupakan suatu abtraksi intelektual dimana pendekatan secara
rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu
merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan obyek
yang dijelaskan, dimana penjelasan tersebut biar bagaimanapun
meyakinkannya tetap harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat
dinyatakan benar.

Syarat-syarat untuk sebuah teori ilmiah adalah:
1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan
tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, karena bagaimanapun
konsistennya jika tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah

44
Teori yang belum teruji kebenarannya secara empiris, semua penjelasan
rasional yang diajukan statusnya bersifat sementara. Penjelasan sementara
ini yang disebut hipotesis. Secara teoritis hipotesis dapat diajukan sebanyak
banyaknya, tetapi hanya satu yang diterima berdasarkan kriteria kebenaran
korespondensi. Hipotesis pada dasarnya disusun secara deduktif dengan
mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya.

Langkah selanjutnya setelah penyusunan hipotesis adalah menguji hipotesis
tersebut dengan mengkonfrontasikan dengan dunia fisik yang nyata. Contoh:
menguji hipotesis bulan mengelilingi bumi, bagaimana cara menguji
pernyataan tersebut?Hipotesis tersebut akan menimbulkan pasang surut air
laut karena gaya tarik bulan yang dapat diamati dengan pancaindera kita,
dan kita dapat memverifikasi apakah pernyatan itu benar atau tidak.
45

Dapat disimpulkan, proses berfikir seorang ilmuwan sebagai sesuatu yang
dimulai dengan ragu-ragu dan diakhiri dengan percaya atau tidak
percaya.
Berlainan pada penelaahan pada bidang lain, misalnya agama, pengkajian
agama tidak dimulai dari ragu-ragu, melainkan dimulai dengan rasa
percaya dan diakhiri dengan makin percaya, atau mungkin jadi ragu

Kepercayaan keagamaan bersifat personal dan subyektif, sedangkan ilmu
bersifat impersonal dan obyektif karena penjelajahan agama menjangkau
keluar dari daerah pengalaman manusia. Pengetahuan agama yang
diwahyukan Tuhan diterima dulu sebagai hipotesis yang kebenarannya
kemudian diuji. Pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang
didasarkan pada tangkapan pancaindera, karena pengujian kebenaran agama
harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita, seperti: penalaran,
perasaan, intuisi, imajinasi, disamping pengalaman. Demikian juga tidak
semua pertanyaan keagamaan dapat diverifikasi,seperti adanya malaikat dan
hari kemudian, sebab hal ini berada diluar jangkauan pengalaman manusia.

46
Alur pikir dalam metode ilmiah dijabarkan dalam beberapa langkah yang
menggambarkan tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah sebagai berikut:

1.Perumusan masalah,
Merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta
dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya

2.Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis ,
Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terjadi
dari berbagai faktor yang saling berkait dan merupakan konstelasi permasalahan

3.Perumusan hipotesis,
Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan
dimana materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan


47

4.Pengujian hipotesis,
Merupakan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk
memperlihatkan apa ada fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut.

5.Penarikan kesimpulan,
Merupakan penilaian apakah hipotesis diterima atau ditolak. Jika dalam proses
pengujian terdapat fakta yang mendukung maka hipotesis diterima, tetapi pada
pengujian tidak ada fakta yang mendukung maka hipotesis ditolak.

Keseluruhan langkah-langkah tersebut diatas harus dilalui agar penelaahan
dapat disebut ilmiah, tetapi dalam penelitian sesungguhnya mungkin saja
berkembang dalam berbagai variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan
yang diteliti dengan menitik beratkan pada logika dan alur berpikir.


48
Percobaan ilmiah bisa diulang oleh ilmuwan lain yg berminat.Jika diperoleh
hasil yg sama maka ilmuwan tsb mendukung kebenaran yg
dimaksud,,akhirnya kalangan keilmuan juga menerima,sehingga dunia
keilmuan menganggap permasalahan hal tsb sudah selesai dan ilmu
mendapatkan pengetahuan yg baru yg diterima oleh seluruh ilmuwan

Hipotesis yg telah teruju kebenarannya segera menjadi teori ilmiah yg terus
digunakan sbg premis dalam mengembangkan hipotesis-hipotesis
selanjunya.Secara kumulatif, teori ilmiah berkembang seperti piramid
terbalik yg semakin tinggi yang berkembang dua kali lipat tiap jangka
waktu sepuluh tahun.

Selain proses penemuan pengetahuan, metode ilmiah yang penting adalah
mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat
ilmuwan, dimana menurut Jacob Bronowski hakikat metode ilmiah adalah
bersifat sistematik dan eksplisit.

49

Sifat eksplisit memungkinkan terjadinya komunikasi yang intensif didalam
masyarakat ilmuwan, dimana ilmu yang diketemukan secara individual
namun pemanfaatannya adalah secara sosial sehingga menjadi milik umum
(public knowledge)

Teori ilmiah yang ditemukan secara individual dikaji, diulangi, dan
dimanfaatkan secara komunal. Dengan karakteristik ini mengharuskan
seorang ilmuwan untuk menguasai sarana komunikasi ilmiah dengan baik
sehingga komunikasi antar ilmuwan bisa berlangsung dengan lancar

Komunikasi dan kerjasama antar ilmuwan baru dimulai ketika Laporan
Pertemuan Ilmiah dari the Royal Society muncul pertama kali pada th 1664
setelah pendirian the Royal Society pada tahun 1654.

50
3. STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH
Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang sifatnya
menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia
melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut
berdasarkan penjelasan yang ada.

Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yaitu:
menjelaskan, meramal, dan mengontrol. Contoh: banjir krn hutan
ditebang sampai gundul.Penjelasan keilmuan memungkinkan kita
meramalkan apa yang akan terjadi, dan berdasarkan ramalan tsb kita bisa
melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan
atau tidak

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebuah
teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakikatnya
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel
atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat (apa yang akan terjadi
sebagai akibat dari sebuah sebab)
51
Secara singkat dikatakan bahwa Teori adalah pengetahuan ilmiah yang
memberikan penjelasan tentang mengapa suatu gejala-gejala terjadi,
sedangkan Hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan
tentang apa yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori
dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau
idealnya harus bersifat universal.

Beberapa disiplin keilmuan mengembangkan apa yang disebut postulat
dalam menyusun teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang
kebenarannya diterima tanpa dituntut pembuktiannya. Walaupun demikian,
harus terdapat alasan kuat dalam menetapkan sebuah postulat. Postulat pada
hakikatnya merupakan anggapan yang ditetapkan secara sembarangan
dengan kebenaran yang tidak dapat dibuktikan. Sebuah postulat dapat
diterima sekiranya ramalan yang bertumpu pada postulat kebenaraanya
dapat dibuktikan.

Berlainan dengan postulat, asumsi harus ditetapkan dalam sebuah
argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan pernyataan yang
kebenarannya secara empiris harus dapat diuji.Contoh:mengemudi mobil
malam hari aman atau tidak aman.
52
Sebuah teori yang berlaku disuatu negara tertentu belum tentu cocok di
negara lain jika asumsi tentang manusia dalam teori tersebut tidak berlaku.
Kita harus memilih teori terbaik dari sejumlah teori yang ada berdasarkan
kecocokan asumsi yang dipergunakan, sehingga dalam pengkajian ilmiah,
seperti penelitian; dituntut untuk menyatakan secara tersurat postulat,
asumsi, prinsip serta dasar-dasar pikiran lainnya yang dipergunakan dalam
mengembangkan argumentasi.

V. SARANA BERPIKIR ILMIAH
1. SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Jadi, sebelum
mempelajari sarana berpikir ilmiah sebaiknya telah menguasai langkah-
langkah dalam kegiatan ilmiah.

Hal yang harus diperhatikan dalam sarana berpikir ilmiah:
1. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah
merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode ilmiah
2. Mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan melakukan penelahan
ilmiah secara baik

53
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,
diperlukan sarana:
1. Bahasa
2. Logika
3. Matematika dan statistik

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai
dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Ditinjau dari pola
berpikirnya ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif. Sehingga penalaran ilmiah
menyadarkan diri pada pada proses logika deduktif dan logika
induktif. Sedangkan matematika mempunyai peranan penting
dalam berpikir deduktif, statistik mempunyai peranan penting
dalam berpikir induktif.

54
2. STRUKTUR PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

Bentuk dan cara penulisan keilmuan mempunyai beragam bentuk. Bentuk
luar bisa berbeda, tetapi jiwa dan penalarannya adalah sama. Hal yang
penting tidak hanya mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya, melainkan
memahami dasar pikiran yang melandasinya. Bentuk dan cara penulisan
merupakan masalah selera dan preferensi penulis dengan memperhatikan
berbagai faktor seperti: masalah apa yang dikaji, siapakah yang membaca
tulisan, dalam rangka kegiatan keilmuan apa karya ilmiah ini disampaikan.

Penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan
yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan, sehingga mutlak diperlukan
penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan
penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Untuk itu
akan dibahas struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis
mencerminkan kerangka penalaran ilmiah

55
1. Pengajuan Masalah,
a) Latar belakang masalah,
Pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi
dari faktor faktor lain, selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar
belakang dari suatu maslah tertentu
b) Identifikasi masalah
Merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu
obyek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu
masalah
c) Pembatasan masalah
Merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas
yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor mana saja
yang termasuk dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak
d) Perumusan masalah
Merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan2 apa saja
yang ingin dicarikan jawabannya atau pernyataan2 yang lengkap dan
terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah

56
e) Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan
kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan
f) Kegunaan penelitian
Merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah
yang didapat dari penelitian

2. Penyusunan Kerangka Teoritis dan Pengajuan hipotesis
a) Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan
dalam analisis
b) Pembahasan mengenai penelitian yang relevan
c) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan
memakai premis-premis yang tercantum dalam butir a) dan b) dengan
menyatakan postulat,asumsi dan prinsip yang dipakai
d) Perumusan hipotesis

57

3. Metodologi Penelitian
a) Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional
b) Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai
variabel-variabel yang diteliti
c) Metode penelitian berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang
diharapkan
d) Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat
keumuman dan metode penelitian
e) Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan
dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen dan teknik
memperoleh data
f) Teknik analisis data, mencakup langkah-langkah dan teknis analisis yang
digunakan dan ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.

4. Hasil Penelitian
a) Menyatakan variabel yang diteliti
b) Menyatakan teknik analisis data
c) Menjelaskan hasil analisis data
d) Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisi data
e) Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima


58
5. Ringkasan dan Kesimpulan
a) Deskripsi singkat mengenai maslah, kerangka teoritis, hipotesis,
metodologi dan penemuan ilmiah.
b) Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan
keseluruhan aspek tersebut diatas
c) Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan
terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan
d) Mengkaji implikasi ilmiah
e) Mengajukan saran

4. Abstrak atau Intisari
a) Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang
disebut anstrak
b) Abstrak merupakan sebuah esai yang utuh tidak dibatasi oleh sub
judul
c) Abstrak mencakup kesuluruhan pokok pernyataan penelitian
mengenai masalah, hipotesis, metodologi dan kesimpulan penelitian
d) Abstrak bisa diibaratkan sebagai suatu ringkasan hasil penelitian yang
diletakkan dihalaman terdepan dengan tujuan untuk
mengkomunikasikan apa yang disajikan

59
6. Daftar Pustaka
Cara penulisan daftar pustaka akan dijelaskan nanti lebih lanjut.
a) Laporan penelitian dilengkapi dengan daftar pustaka yang merupakan
sumber referensi bagi seluruh kegiatan penelitian.
b) Daftar pustaka merupakan inventarisasi dari seluruh publikasi ilmiah
maupun non ilmiah yang dipergunakan sebagai dasar bagi pengkajian
yang dilakukan
c) Cara penulisan daftar pustaka akan dijelaskan nanti lebih lanjut

7. Riwayat Hidup
Sebuah tulisan ilmiah kadang-kadang disertai dengan riwayat hidup
penulisnya dan biasanya merupakan deskripsi dari latar belakang
pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan
ilmiah yang disampaikan..
Riwayat hidup dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan tanpa
diberi nomor halaman.

Anda mungkin juga menyukai