Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber energi listrik yang
memanfaatkan air sebagai sumber listrik. Pembangkit ini merupakan salah
satu sumber energi listrik utama yang ada di Indonesia. Keberadaannya
diharapkan mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat Indonesia,
selain yang berasal dari bahan bakar batu bara. Pembangkit listrik tenaga air
di Indonesia banyak dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di
Indonesia cukup melimpah. Keberadaan beberapa waduk besar di Indonesia,
selain digunakan untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi
energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit listrik tenaga
air ini salah satunya disebabkan potensi air yang ada di Indonesia. Jumlah
air yang melimpah, dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah
menjadi sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya
produksi yang murah pada listrik di Indonesia. Pembangkit listrik tenaga air
termasuk salah satu sumber pembangkit listrik tertua yang pernah
ditemukan. Selain pembangkit ini, masih ada pula beberapa jenis
pembangkit listrik yang ada di dunia. Seperti pembangkit listrik tenaga
surya, pembangkit listrik tenaga diesel, dan juga pembangkit listrik tenaga
nuklir. Pembangkit tinggi tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah
energi potensial (dari dam atau ai r t er j un) menj adi ener gi
2


mekani k ( dengan bant uan t ur bi n ai r ) dan dar i ener gy
mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator).
Kapasitas PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000 MW
,setara dengan 3,6 mil yar barrel minyak atau samadengan 24 %
kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih 1 milyar orang. PLTA
termasuk jenis pembangkitan hidro. Karena pembangkitan ini menggunakan
air untuk kerjanya. Saat ini pengetahuan tentang PLTA perlu untuk
diketahui oleh para mahasiswa sebagai modal awal untuk kedepannya.
PLTA mulai dikembangkan di Indonesia secara bertahap pada tahun
1900. Masa itu merupakan era dimana penggunaan bahan bakar minyak
merupakan sumber energi utama di dunia. Pengembangan PLTA tidak
terlalu diprioritaskan oleh karena itu progresnya berjalan lambat. Sedangkan
sekarang, pengembangan PLTA mulai di tinjau ulang karena penggunaan
bahan bakar minyak mengahasilkan banyak polusi lingkungan dan
persediaan bahan bakar minyak mulai menipis.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun hal yang akan dibahas mengenai PLTA pada makalah ini
adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan PLTA?
2. Bagaimana sebuah PLTA bisa beroperasi?
3. Bagaimana prinsip kerja PLTA?
4. Siapa sasaran dari pembangunan PLTA?
5. Apa saja yang dibutuhkan untuk membangun PLTA?
3


6. Apakah dampak dari pembangunan PLTA?

1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan mengenai PLTA pada makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pembangkitan listrik, khususnya
PLTA.
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana prinsip kerja dari sebuah PLTA.
3. Dengan membahas PLTA, kita bisa mengetahui faktor penting dalam
pembangunan PLTA dan dampak bagi masyarakat sekitar.















4



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian PLTA
Pengertian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan
cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi
mekanik (dengan bantuan turbinair) dan dari energi mekanik menjadi energi
listrik (dengan bantuan generator) Pembangkit listrik tenaga air
konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air dari dam ke turbin
setelah itu air dibuang. Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir
akan di pompa ke upper reservoir sehingga cadangan air pada waduk utama
tetap stabil.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi
potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan
turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan
generator).
PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya,
bila mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai
sumber air untuk memenuhkebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut.
Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk pada
waduk / dam tempat penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam
waduk / dam dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu
saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik
5


tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian
kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu
saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik,
sehingga dalam operasi PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar
tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun pengamanan seluruh
sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang tahun,
walaupun pada musim kemarau panjang. Kapasitas PLTA diseluruh dunia
ada sekitar 675.000 MW ,setara dengan 3,6 milyar barrel minyak atau sama
dengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih 1 milyar
orang.








Gambar 1. Waduk PLTA
Dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air
bagi pembangkitan tanaga listrik ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1. Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan
atau salju.
6


2. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari
topografi daerah tersebut.
3. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban
atau jaringan transmisi.

2.2 Komponen Dasar PLTA
Komponen komponen dasar PLTA berupa dam, turbin, generator
dan transmisi. Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar
karena turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam
juga berfungsi untuk pengendalian banjir.
1. Turbin
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
mekanik. Air akan memukul sudu sudu dari turbin sehingga turbin
berputar. Perputaran turbin ini di hubungkan ke generator.Turbin
merupakan peralatan yang tersusun dan terdiri dari beberapa peralatan
suplai air masuk turbin, diantaranya sudu (runner), pipa pesat
(penstock), rumah turbin (spiral chasing), katup utama (inlet valve),
pipa lepas (draft tube), alat pengaman, poros, bantalan (bearing), dan
distributor listrik. Menurut momentum air turbin dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu turbin reaksi dan turbin impuls. Turbin reaksi
bekerja karena adanya tekanan air, sedangkan turbin impuls bekerja
karena kecepatan air yang menghantam sudu.


7









Ganbar 2. Turbin Air
Prinsip Kerja Turbin Reaksi yaitu Sudu-sudu (runner) pada
turbin francis dan propeller berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi
sudunya tetap (tidak bisa digerakkan). Sedangkan sudu-sudu pada
turbin kaplan berfungsi sebagai sudu-sudu jalan, posisi sudunya bisa
digerakkan (pada sumbunya) yang diatur oleh servomotor dengan cara
manual atau otomatis sesuai dengan pembukaan sudu atur. Proses
penurunan tekanan air terjadi baik pada sudu-sudu atur maupun pada
sudu-sudu jalan (runner blade). Prinsip Terja Turbin Pelton berbeda
dengan turbin rekasi Sudu-sudu yang berbentuk mangkok berfungsi
sebagai sudu-sudu jalan, posisinya tetap (tidak bisa digerakkan).
Dalam hal ini proses penurunan tekanan air terutama terjadi didalam
sudu-sudu aturnya saja (nosel) dan sedikit sekali (dapat diabaikan)
terjadi pada sudu-sudu jalan (mangkok-mangkok runner).Air yang
digunakan untuk membangkitkan listrik bisa berasal dari bendungan
yang dibangun diatas gunung yang tinggi, atau dari aliran sungai bawah
tanah. Karena sumber air yang bervariasi, maka turbin air didesain
8


sesuai dengan karakteristik dan jumlah aliran airnya. Berikut ini
merupakan berbagai jenis turbin yang biasa digunakan untuk PLTA.
2. Generator
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.
Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet
didalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang
membangkitkan arus AC. Generator listrik adalah sebuah alat yang
memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanis. Generator
terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor dan stator. Rotor terdiri dari
18 buah besi yang dililit oleh kawat dan dipasang secara melingkar
sehingga membentuk 9 pasang kutub utara dan selatan. Jika kutub ini
dialiri arus eksitasi dari Automatic Voltage Regulator (AVR), maka
akan timbul magnet. Rotor terletak satu poros dengan turbin, sehingga
jika turbin berputar maka rotor juga ikut berputar. Magnet yang
berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah kutub
melewati coil yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang
kemudian menjadi listrik.






Gambar 3. Generator
9


Agar generator bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
3. Putaran
Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang
kutub pada rotor, sesuai dengan persamaan:

dimana:
= putaran
f = frekuensi
P = jumlah pasang kutub
Jumlah kutub pada rotor di PLTA Saguling sebanyak 9 pasang,
dengan frekuensi system sebesar 50 Hertz, maka didapat nilai putaran
rotor sebesar 333 rpm.
4. Kumparan
Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator
mempengaruhi besarnya daya listrik yang bisa dihasilkan oleh
pembangkit
5. Magnet
Magnet yang ada pada generator bukan magnet permanen, melainkan
dihasilkan dari besi yang dililit kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus
eksitasi dari AVR maka akan timbul magnet dari rotor. Sehingga
didapat persamaan:

Dimana:
10


E = Gaya elektromagnet
B = Kuat medan magnet
V =Kecepatan putar
L = Panjang penghantar
Dari hal tersebut, yang bernilai tetap adalah putaran rotor dan
kumparan, sehingga agar beban yang dihasilkan sesuai, maka yang bisa
diatur adalah sifat kemagnetannya, yaitu dengan mengatur jumlah arus
yang masuk. Makin besar arus yang masuk, makin besar pula nilai
kemagnetannya, sedangkan makin kecil arus yang masuk, makin kecil
pula nilai kemagnetannya.
Menurut jenis penempatan thrust bearingnya, generator
dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Jenis biasa thrust bearing diletakkan diatas generator dengan dua
guide bearing.
b. Jenis Payung (Umbrella Generator) thrust bearing dan satu guide
bearing diletakkan dibawah rotor.
c. Jenis setengah payung (Semi Umbrella Generator) kombinasi guide
dan thrust bearing diletakkan dibawah rotor dan second guide
bearing diletakkan diatas rotor.
d. Jenis Penunjang Bawah thrust bearing diletakkan dibawah
coupling. Generator yang digunakan di Saguling adalah jenis
Setengah Payung.


11


6. Travo
Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik
(AC) agar listrik tidak banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi.
Travo yang digunakan adalah travo step up. Transmisi berguna untuk
mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah atau industri. Sebelum
listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo step down.
Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara
mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Saat ini ada
teknologi baru yang dikenal dengan pumped-storage plant.
7. Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk
menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi.
Bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pusat
Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang
disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara
bertahap atau berkelanjutan. Jenis bendungan antara lain:
a. Bendungan Beton
b. Bendungan Gravitasi
c. Bendungan Busur
d. Bendungan Rongga
e. Bendungan Urugan
f. Bendungan Urugan Batu
g. Bendungan Tanah
h. Bendungan Kerangka Baja
12


i. Bendungan Kayu

2.3 Jenis PLTA
1. PLTA jenis terusan air ( water way )
Adalah pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air ( intake )
di hulu sungai dan mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan
kemiringan ( gradient ) yang agak kecil.Tenaga listrik dibangkitkan
dengan cara memanfaatkan tinggi terjun dan kemiringan sungai.
2. PLTA jenis DAM /bendungan
Adalah pembangkit listrik dengan bendungan yang melintang
disungai, pembuatan bendungan ini dimaksudkan untuk menaikkan
permukaan air dibagian hulu sungai guna membangkitkan energi
potensial yang lebih besar sebagai pembangkit listrik.
3. PLTA jenis terusan dan DAM (campuran)
pusat listrik yang menggunakan gabungan dari dua jenis
sebelumnya, jadi energi potensial yang diperoleh dari bendungan dan
terusan.
4. Waduk
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk
berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat
manusia.Sesuai dengan kondisi alam, pengembangan PLTA dapat dibagi
atas 2 jenis yaitu : tipe waduk dan tipe aliran langsung. Tipe waduk
dapat berupa bendungan(reservoir) dan keluaran danau (lake outlet),
sedangkan tipe aliran langsung dapat berupa aliran langsung sungai
13


(run-off river) dan aliran langsung dengan bendungan pendek (run-off
river with low head dam). Contohnya adalah bendungan Scrivener,
Canberra Australia, dibangun untuk mengatasi banjir 5000-tahunan.
Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang
lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh, dan dapat diklasifikasikan
menurut struktur, tujuan atau ketinggian. Berdasarkan struktur dan
bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan sebagai: Dam
kayu, "embankment dam" atau "masonry dam". Berdasarkan tujuan
dibuatnya, yaitu: untuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan
air di perkotaan meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga
hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan
hewan lainnya. Pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari
tempat industri seperti pertambangan atau pabrik.
Berdasarkan ketinggian, yaitu: dam besar lebih tinggi dari 15
meter dan dam utama lebih dari 150 m.-dam rendah kurang dari 30 m,
dam ketinggian-medium antara 30 -100 m, dan dam tinggi lebih dari 100
m.Beberapa bendungan lainnya yaitu bendungan Sadel sebenarnya
adalah sebuah dike,yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi danau
untuk melindungi tanah disekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan
tanggul, yaitu tembok yang dibuatsepanjang sisi sungai atau air terjun
untuk melindungi tanah di sekitarnya darikebanjiran. Sebuah bendungan
Pengukur overflow dam didisain untuk dilewati air. Weir adalah sebuah
tipe bendungan pengukur kecil yang digunakan untuk mengukur input
air. Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang
14


didisain untuk mengurangi dan mengontrol arus soil erosion. Pumped-
storage plant memiliki dua penampungan yaitu:
a. Waduk Utama (upper reservoir) seperti dam pada PLTA
konvensional. Air dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan
listrik.
b. Waduk cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin
ditampung di lower reservoir sebelum dibuang disungai.

2.4 Parameter yang mempengaruhi pengoperasian PLTA
1. Keberadaan Air
Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam
keadaan musim penghujan. Maupun musim kemaraupanjang, diperlukan
perhitungan besar volume air yang tersedia dalam waduk / dam, guna
perhitungan berapa besar debit air yang harus dialirkan melalui pintu air
yang dialirkan ke turbin. Bila terjadi banjir, berapa besar volume air yang
harus dibuang keluar dari waduk / dam melalui pintu pembungan air,
sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam waduk / dam, dengan
demikian dapat dihindari kerusakan bangunan waduk / dam maupun
perangkat keras pendukung lainnya.
Untuk kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk
maupun yang berada dalam waduk / dam, dilakukan pengukuran terhadap
parameter yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun
yang ada dalam waduk/dam. Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai
stasiun ukur yang tersebar pada DAS dalam waduk / dam tersebut.
15


2. Konstruksi Saluran Air ke Turbin
Kecepatan gerakan turbin, dipengaruhi oleh besar tekanan aliran
air yang dialirkan ke turbin. Besar tekanan aliran air yang dialirkan
tersebut, dipengaruhi debit air yang dialirkan beserta konstruksi dan
penempatan saluran air yang mengalirkan air tersebut. Semakin lebar
diameter dan semakin tinggi pintu saluran air dibuka, semakin besar debit
air yang dialirkan, semakin tinggi tekanan air yang terjadi masuk ke turbin.
Selain hal tersebut diatas, rancangan dan peletakan saluran air tersebut,
juga mempengaruhi tekanan air yang dialirkan ke turbin.
Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi
operasi PLTA, disebabkan oleh :
a. Keberadaan Air
Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam
keadaan musim penghujan maupun musim kemarau panjang,
diperlukan perhitungan besar volume air yang tersedia dalam waduk /
dam, guna perhitungan berapa besar debit air yang harus dialirkan
melalui pintu air yang dialirkan ke turbin.Bila terjadi banjir, berapa
besar volume air yang harus dibuang keluar dari waduk / dam melalui
pintu pembungan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air dalam
waduk / dam, dengan demikian dapat dihindari kerusakan bangunan
waduk / dam maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk
kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang
berada dalam waduk / dam, dilakukan pengukuran terhadap parameter
16


yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun yang ada
dalam waduk/dam.
Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang
tersebar pada DAS dalam waduk / dam tersebut. Data hasil pengukuran
yang diperoleh pada stasiun pengukuran, ditransmisikan melalui media
komunikasi yang digunakan ke pusat kontrol operasi PLTA untuk
diproses sesuai fungsinya dalam sistem kontrol tersebut Aliran
b. permukaan ( surface flow)
Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah
hujan dan lama turunnya hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan
dan semakin lama waktu turunnya hujan, semakin besar aliran
permukaan dan aliran dasar sungai. Tinggi permukaan dipengaruhi
aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin besar aliran permukaan dan
aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi, sehingga semakin
besar volume air yang mengalir ke dalam waduk / dam.
Parameter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan,
dipengaruhi antara lain:
Suhu udara semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan
air.
Kelembaban semakin kecil kelembaban (humidity), semakin besar
kehilangan air.
Kecepatan angin semakin cepat kecepatan angin berhembus,
semakin besar kehilangan air.
17


Penyinaran matahari semakin panas dan semakin lama penyinaran
matahari, semakin besar kehilangan air.
c. Keadaan DAS
Parameter keadaan DAS dipengaruhi beberapa parameter, antara
lain :
Vagitasi semakin rapat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan (pohon)
dalam DAS, semakin besar aliran dasar sungai.
Penduduk semakin padat / ramai penduduk yang bermukim dalam
DAS, semakin besar kehilangan air.
Industri semakin banyak industri yang beroperasi dalam DAS,
semakin besar kehilangan air.

2.5 Klasifikasi PLTA
Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air berdasarkan:
1. Berdasarkan tujuan
Hal ini disebabkan karena fungsi yang berbeda-beda misalnya untuk
mensuplai air, irigasi, kontrol banjir dan lain sebagainya disamping
produksi utamanya yaitu tenaga listrik.
2. Berdasarkan keadaan hidraulik
Suatu dasar klasifikasi pada pembangkit listrik tenaga air adalah
memperhatikan prinsip dasar hidraulika saat perencanaannya. Ada
empat jenis pembangkit yang menggunakan prinsip ini. Yaitu:
18


a. Pembangkit listrik tenaga air konvensional yaitu pembangkit yang
menggunakan kekuatan air secara wajar yang diperoleh dari
pengaliran air dan sungai.
b. Pembangkit listrik dengan pemompaan kembali air ke kolam
penampungan yaitu pembangkitan menggunakan konsep
perputaran kembali air yang sama denagn mempergunakan
pompa, yang dilakukan saat pembangkit melayani permintaan
tenaga listrik yang tidak begitu berat.
c. Pembangkit listrik tenaga air pasang surut yaitu gerak naik dan
turun air laut menunjukkan adanya sumber tenaga yang tidak
terbatas. Gambaran siklus air pasang adalah perbedaan naiknya
permukaan air pada waktu air pasang dan pada waktu air surut.
Air pada waktu pasang berada pada tingkatan yang tinggi dan
dapat disalurkan ke dalam kolam untuk disimpan pada tingkatan
tinggi tersebut. Air akan dialirkan kelaut pada waktu surut melalui
turbin-turbin.
d. Pembangkit listrik tenaga air yang ditekan yaitu dengan
mengalihkan sebuah sumber air yang besar seperti air laut yang
masuk ke sebuah penurunan topografis yang alamiah, yang
didistribusikan dalam pengoperasian ketinggian tekanan air untuk
membangkitkan tenaga listrik.
e. Berdasarkan Sistem Pengoperasian
19


Pengoperasian bekerja dalam hubungan penyediaan tenaga listrik
sesuai dengan permintaan, atau pengoperasian dapat berbentuk
suatu kesatuan sistem kisi-kisi yang mempunyai banyak unit.
f. Berdasarkan Lokasi Kolam Penyimpanan dan Pengatur.
Kolam yang dilengkapi dengan konstruksi bendungan/tanggul.
Kolam tersbut diperlukan ketika terjadi pengaliran tidak sama
untuk kurun waktu lebih dari satu tahun. Tanpa kolam
penyimpanan, pembangkit/instalasi dipergunakan dalam
pengaliran keadaan normal.
g. Berdasarkan Lokasi dan Topografi
Instalasi pembangkit dapat berlokasi didaerah pegunungan atau
dataran. Pembangkit di pegunungan biasanya bangunan utamanya
berupa bendungan dan di daerah dataran berupa tanggul.
h. Berdasarkan Kapasitas PLTA
Menurut Mesonyi:
Pembangkit listrik yang paling kecil sampai dengan
: 100 kW
Kapasitas PLTA yang terendah sampai dengan : 1000
kW
Kapasitas menengah PLTA sampai dengan
: 10000 kW
Kapasitas tertinggi diatas
: 10000 kW
i. Berdasarkan ketinggian tekanan air
20


PLTA dengan tekanan air rendah kurang dari :dibawah 15 m
PLTA dengan tekan air menengah berkisar :15 m 70 m
PLTA dengan tekanan air tinggi berkisar :71 m 250 m
PLTA dengaan tekanan air yang sangat tinggi :diatas 250 m
Berdasarkan bangunan/konstruksi utama
j. Berdasarkan bangunan / konstruksi utama dibagi atas:
Pembangkit listrik pada aliran sungai, pemiliahn lokasi harus
menjamin bahwa pengalirannya tetap normal dan tidak
mengganggu bahan-bahn konstruksi pembangkit listrik.
Dengan demikian pembangkit listrik walaupun mempunyai
kolam cadangan untuk penyimpanan air yang besar, juga
mempunyai sebuah saluran pengatur jalannya air dari kolam
penyimpanan itu.
Pembangkit listrik dengan bendungan yang terletak di
lembah, maka bendungan itu merupakan lokasi utama dalam
menciptakan sebauh kolam penampung cadangan air, dan
konstruksi bangunan terletak pada sisi tanggul.
Pembangkit listrik tenaga air dengan pengalihan terusan,
aliran air yang dialirkan melalui sebauh terusan ke konstruksi
bangunan yang lokasinya cukup jauh dari kolam
penyimpanan. Air dari lokasi bangunan dikeringkan ke dalam
sungai semula denagn suatu pengalihan aliran air. Pembangkt
listrik tenaga air dengan pengalihan ketinggian, tekanan air
dialirkan melalui sebuah sitem terowongan dan terusan yang
21


menuju kolam cadangan diatas, atau aliran lain melalui lokasi
bangunan ini.

2.6 Jenis Turbin Air
1. Turbin Kaplan
Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang rendah, yaitu di
bawah20 meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi
energi mekanik roda air turbin dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan
air. Roda air turbin Kaplan menyerupai baling-baling dari kipas angin.
2. Turbin Francis
Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini
digunakan untuk tinggi terjun sedang, yaitu antara 20-400 meter. Teknik
mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda
air turbin dilakukan melalui proses reaksi sehingga turbin Francis
jugadisebut sebagai turbin reaksi.
3. Turbin Pelton
Turbin Pelton adalah turbin untuk tinggi terjun yang tinggi,
yaitu di atas 300 meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air
menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses
impuls sehingga turbin Pelton juga disebut sebagai turbin impuls.
Untuk semua macam turbin air tersebut di atas, ada katup
pengatur yang mengatur banyaknya air yang akan dialirkan ke roda air.
Dengan pengaturan air ini, daya turbin dapat diatur. Di depan katup
pengatur terdapat katup utama yang harus ditutup apabila turbin air
22


dihentikan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan
pada turbin. Apabila terjadi gangguan listrik yang menyebabkan PMT
generator trip, maka untuk mencegah turbin berputar terlalu cepat karena
hilangnya beban generator yang diputar oleh turbin, katup pengatur air
yang menuju ke turbin harus ditutup. Penutupan katup pengatur ini akan
menimbulkan gelombang air membalik yang dalam bahasa Inggris
disebut water hammer (palu air). Water hammer ini menimbulkan
pukulan mekanis kepada pipa pesat ke arah atas (hulu) yang akhirnya
diredam dalam tabung peredam (surge tank).

2.7 Prinsip PLTA Dan Konversi Energy
Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah
menjadi energi kinetis dengan adanya head, lalu energi kinetis ini berubah
menjadi energi mekanis dengan adanya aliran air yang menggerakkan
turbin, lalu energi mekanis ini berubah menjadi energi listrik melalui
perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik yang bisa
dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal, yaitu jarak
tinggi air (head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit). Untuk
bisa menghasilkan energi listrik dari air, harus melalui beberapa tahapan
perubahan energi, yaitu:
a. Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda
potensial, yaitu akibat adanya perbedaan ketinggian. Besarnya energi
potensial yaitu:
23



Dimana:
Ep = Energi Potensial
m = Massa (kg)
g = Gravitasi (9.8 kg/m2)
h = Head (m)
b. Energi Kinetis
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran
air sehingga timbul air dengan kecepatan tertentu, yang dirumuskan.


Dimana:
Ek = Energi kinetis
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)


c. Energi Mekanis
Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya
pergerakan turbin. Besarnya energi mekanis tergantung dari besarnya
energi potensial dan energi kinetis. Besarnya energi mekanis
dirumuskan:

Dimana:
Em = Energi mekanis
24


T = Torsi
= Sudut putar
t = Waktu (s)
d. Energi Listrik
Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga
menghasilkan energi listrik sesuai persamaan:

Dimana:
El = Energi Listrik
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
t = Waktu (s)

2.8 Pembahasan
EBTKEPembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan
PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power
house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga
total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi
listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun. Kapasitas 1008 MW
tersebut terdiri dari Cirata I yang memiliki empat unit masing-masing
operasi dengan daya terpasang 126 MW yang mulai dioperasikan tahun
1988 dengan daya terpasang 504 MW, selain itu Cirata II juga dengan
empat unit masing-masing 126 MW, yang mulai dioperasikan sejak tahun
1997 dengan daya terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi
25


energi listrik rata-rata 1.428 GWh pertahun yang kemudian dislaurkan
melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV ke sistem
interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
Guna menghasilkan energi listrik sebesar 1.428 Gwh, dioperasikan
delapan buah turbin dengan kapasitas masing-masing 129.000 KW dengan
putaran 187,5 RPM. Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar turbin
112,5 meter dengan debit air maksimum 135 m3 perdetik. PLTA Cirata
dibangun dengan komposisi bangunan power house empat lantai di bawah
tanah yang menpengoperasiannya dikendalikan dari ruang control
switchyard berjarak sekitar 2 kilometer (km) dari mesin-mesin pembangkit
yang terletak di power house. PLTA tersebut merupakan pembangkit yang
dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN
persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang disalurkan melalui
saluran transmisi tenaga listrik 500 kilo volt (KV) ke sistem Jawa Bali yang
diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B).
Kontribusi utama Cirata terhadap sistem Jawa Bali yaitu memikul
beban puncak dan beroperasi pada pukul 17.00-22.00, dengan moda operasi
LFC (Load Frequency Control), dimana memiliki fasilitas line charging
bila sistem Jawa Bali mengalami Black Out dan Start up operasi/ sinkron ke
jaringan 500 KV yang relatif cepat yaitu kurang lebih lima menit. PLTA
Cirata terletak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum di Desa Tegal Waru,
Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Latar belakang
pendirian PLTA ini, dengan letak sungai Citarum yang subur, bergunung-
gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi. Pembangunan proyek
26


PLTA Cirata merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi tenaga air di
Sungai Citarum yang letaknya di wilayah kabupaten Bandung, kurang lebih
60 km sebelah barat laut kota Bandung atau 100 km dari Jakarta melalui
jalan Purwakarta. (ferial).




















27



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komponen kompnen dasar PLTA berupa dam, turbin, generator
dan transmisi. Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar
karena turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu
dam juga berfungsi untuk pengendalian banjir. contoh waduk Jatiluhur
yang berkapasitas 3 miliar kubik air dengan volume efektif sebesar 2,6
miliar kubik.
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
mekanik. gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan
turbin berputar. Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan
menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar baling-baling
digantikan air untuk memutar turbin. Perputaran turbin ini di hubungkan
ke generator. Turbin terdiri dari berbagai jenis seperti turbin Francis,
Kaplan, Pelton, dll.
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan
gearbox. Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan
magnet didalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang
membangkitkan arus AC.
Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC)
agar listrik tidak banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi. Travo
28


yang digunakan adalah travo step up. Transmisi berguna untuk
mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah atau industri. Sebelum
listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo step down.





















29


DAFTAR PUSTAKA

http://tumoutou.net/3_sem1_012/b_nababan.htm
http://rafflesia.wwf.or.id/library/admin/attachment/clips/2006-08-02-006-00C4-
001-04-0904.pdf
http://berita-iptek.blogspot.com/2008/04/pembangkit-listrik-tenaga-air.html
http://anekasurya.indonetwork.co.id/profile/aneka-surya-com-perakitan
penjualan-dan-penyedia-pembangkit.html
http://www.surya.co.id/web/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id
=52156
http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S2PP14.pdf

Anda mungkin juga menyukai