Anda di halaman 1dari 37

Peradilan Rakyat

Cerpen Putu Wijaya


Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara
senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari
sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang
kacau ini."
Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap
putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
"pa yang ingin kamu tentang, anak muda!"
Pengacara muda tertegun. "yahanda bertanya kepadaku!"
""a, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik#cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"$aik, kalau begitu, nda mengerti maksudku."
"Tentu saja. ku juga pernah muda seperti kamu. %an aku juga berani, kalau perlu
kurang ajar. ku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan
perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan
berdagang. $ahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih
di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan
untuk menginjak#injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. &amu pasti
tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. &amu sudah membaca riwayat
hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan! 'ereka
menyebutku Singa (apar. ku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri#pencuri
keadilan yang bersarang di lembaga#lembaga tinggi dan gedung#gedung bertingkat.
'erekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. &amu bisa
banyak belajar dari buku itu."
Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang
keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa#sisa keperkasaannya masih
terasa.
"ku tidak datang untuk menentang atau memuji nda. nda dengan seluruh sejarah
nda memang terlalu besar untuk dibicarakan. 'eskipun bukan bebas dari kritik. ku
punya sederetan koreksi terhadap kebijakan#kebijakan yang sudah nda lakukan. %an
aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. nda
sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. &arena kau bukan hanya penegak
keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah
keadilan itu sendiri."
Pengacara tua itu meringis.
"ku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. $erarti kita bisa bicara
sungguh#sungguh sebagai pro)esional, Pemburu &eadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun*"
Pengacara tua itu tertawa.
"&au sudah mulai lagi dengan puji#pujianmu*" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maa).
"Tidak apa. +angan surut. &atakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung
pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu,
"jangan membatasi dirimu sendiri. +angan membunuh diri dengan diskripsi#diskripsi
yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin#doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya
bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."
Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. (alu ia meneruskan
ucapannya dengan lebih tenang.
"ku datang kemari ingin mendengar suaramu. ku mau berdialog."
"$aik. 'ulailah. $erbicaralah sebebas#bebasnya."
"Terima kasih. $egini. $elum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang
penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang
dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada
akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk
mereka. Tetapi aku tolak mentah#mentah. &enapa! &arena aku yakin, negara tidak benar#
benar menugaskan aku untuk membelanya. ,egara hanya ingin mempertunjukkan sebuah
teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada
kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang
perkasa seperti 'ike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para
pengamat keadilan di koran untuk semua sepak#terjangku, sebab aku selalu berhasil
memenangkan semua perkara yang aku tangani.
ku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi
sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku.
Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. %i
situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. (alu aku melakukan
in-estigasi yang mendalam dan kutemukan )aktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara
sudah memainkan sandiwara. ,egara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia,
bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. $ila negara tetap dapat
menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun
sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan
ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku
yang menjadi jaminannya. ,egara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. %an itulah
yang aku tentang.
,egara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan
keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah nda lakukan selama ini."
Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu
menyimak. &emudian ia melanjutkan.
"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk
menolak itu tepat atau tidak. ku datang kemari karena setelah negara menerima baik
penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan
hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."
"(alu kamu terima!" potong pengacara tua itu tiba#tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"$agaimana nda tahu!"
Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang
jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil
menghela napas kemudian ia berkata. "Sebab aku kenal siapa kamu."
Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
""a aku menerimanya, sebab aku seorang pro)esional. Sebagai seorang pengacara aku
tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan
kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang
membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan
sehingga tercapai keputusan yang seadil#adilnya."
Pengacara tua mengangguk#anggukkan kepala tanda mengerti.
"+adi itu yang ingin kamu tanyakan!"
"ntara lain."
"&alau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk
hati orang tua itu.
"+adi langkahku sudah benar!"
/rang tua itu kembali mengelus janggutnya.
"+angan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai
pro)esional. &au tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha
pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam
pro)esimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan#tujuan politik. ,amun,
tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu
orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai pro)esional kau tak bisa menolak
mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik#praktik pengadilan yang
kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. sal semua itu dilakukannya tanpa
ancaman dan tanpa sogokan uang* &au tidak membelanya karena ketakutan, bukan!"
"Tidak* Sama sekali tidak*"
"$ukan juga karena uang!*"
"$ukan*"
"(alu karena apa!"
Pengacara muda itu tersenyum.
"&arena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang!"
"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. "ang ada hanya usaha untuk
mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar
mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. &alah#menang bukan masalah
lagi. 0paya untuk mengejar itu yang paling penting. %emi memuliakan proses itulah, aku
menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"pa jawabanku salah!"
/rang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. 1anya
ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai
pemenang."
"+angan meremehkan jaksa#jaksa yang diangkat oleh negara. ku dengar sebuah tim
yang sangat tangguh akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun#tahun aku hidup sebagai pengacara. &eputusan sudah bisa dibaca
walaupun sidang belum mulai. $ukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal#soal
sampingan. &amu terlalu besar untuk kalah saat ini."
Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan!"
"Pujian."
"sal nda jujur saja."
"ku jujur."
"$etul!"
"$etul*"
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut#manggut. "ang tua memicingkan matanya
dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan!"
"$ukan* &enapa mesti takut!*"
"'ereka tidak mengancam kamu!"
"'engacam bagaimana!"
"+umlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. %ia tidak
memberikan angka#angka!"
"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu!"
"Tidak."
"Wah* Itu tidak pro)esional*"
Pengacara muda itu tertawa.
"ku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang*"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang!"
Pengacara muda itu terdiam.
"$agaimana kalau dia sampai menang!"
",egara akan mendapat pelajaran penting. +angan main#main dengan kejahatan*"
"+adi kamu akan memenangkan perkara itu!"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"$erarti ya*"
""a. ku akan memenangkannya dan aku akan menang*"
/rang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. &edua tangannya mengurut
dada. &etika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan
karena kamu disogok."
"$etul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. ku tidak takut."
"%an kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan
balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan
bintang#bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci
negaramu, bukan!"
"$etul."
"&alau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
&eputusanmu sudah tepat. 'enegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan,
seakan#akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan
kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak,
kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum
yang pro)esional."
Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"ku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. (ebih baik kamu pulang sekarang.
$iarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang
tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. ,ampaknya
sudah lelah dan kesakitan.
"Pulanglah sekarang. (aksanakan tugasmu sebagai seorang pro)esional."
"Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi.
Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu
menoleh kepada pengacara muda.
"'aa), saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. $eliau perlu banyak beristirahat.
Selamat malam."
2ntah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah
itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu
dengan segala hormat dan cintanya. (alu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu,
agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.
"&atakan kepada ayahanda, bahwa bukti#bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara
terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa#gesa. ku akan memenangkan
perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh
seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. %an
semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. &alau tidak,
kita akan menjadi bangsa yang lalai."
pa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. %engan gemilang
dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja
penjahat itu. $angsat itu tertawa terkekeh#kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan
pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah
lagi. 3akyat pun marah. 'ereka terbakar dan mengalir bagai la-a panas ke jalanan,
menyerbu dengan yel#yel dan poster#poster raksasa. 4edung pengadilan diserbu dan
dibakar. 1akimnya diburu#buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru
dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. 3akyat terus mengaum
dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan
berita#berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang
empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku
berbicara sebagai pro)esional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "ku terus
membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra.
$ukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. (upakah kamu bahwa kamu
bukan saja seorang pro)esional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau
mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah
perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan
rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini!" 555
PECUNDANG
khirnya aku kembali ke tempat ini. ku tidak bisa menahan perasaanku untuk tidak
menemuinya lagi. ku hanya ingin melihatnya dari jarak yang agak jauh, dari tempat
yang agak terlindung. %ari balik malam, dengan leluasa aku bisa melihatnya tertawa dan
tersenyum ##tawa dan senyum yang dibuat#buat## di hadapan para tamu.
Tempat dia duduk menunggu tamu cukup terang bagi mataku, meski tempat itu hanya
ditaburi cahaya merah yang redup. ku masih bisa merasakan pancaran matanya yang
pedih. ku merasa dia sedang memperhatikan aku. ku berusaha bersembunyi di balik
kerumunan para pengunjung yang berseliweran di luar ruangan. Tapi sejenak aku ragu,
apakah benar dia melihatku! h, jangan#jangan itu hanya perasaanku saja. ku yakin dia
kecewa dengan aku. %ia kecewa karena aku gagal membawanya pergi dari tempat ini.
1ampir setiap malam aku mengunjungi tempat ini hanya untuk melihatnya dari
kegelapan dan memastikan dia baik#baik saja. ku seperti mata#mata yang sedang
mengintai mangsanya. tau mungkin aku seorang pengecut yang tidak berani
menunjukkan batang hidung setelah kegagalan yang menyakitkan hatiku. tau bisa jadi
aku telah menjadi pecundang dari kenyataan pahit ini.
$iasanya aku akan datang sekitar jam delapan malam. ku memarkir motor di kegelapan
dan berjalan perlahan menuju tempat dia biasa menunggu tamu. +elas aku tidak akan
berani masuk ke dalam ruangan yang pengab dengan asap rokok dan bau minuman itu.
ku terlanjur malu dengan dia. 'akanya, aku hanya berani berdiri di luar, di dalam
kegelapan, dengan tatapan mata yang sangat awas yang tertuju pada ruangan di mana dia
duduk santai sambil mengepulkan asap rokoknya.
Seringkali aku dibakar api cemburu ketika ada lelaki yang menghampirinya dan
merayunya. pi cemburu itu semakin menjadi#jadi ketika dia juga meladeni lelaki yang
merayunya dengan senyum dan tawa. %an hatiku benar#benar hangus ketika kulihat dia
masuk ke dalam biliknya ditemani lelaki itu. Saat itu juga batok kepalaku dipenuhi
berbagai pikiran#pikiran buruk. "a, sudah jelas, di dalam bilik sederhana itu mereka akan
bergulat, bergumul, dan saling terkam dalam dengus napas birahi.
h, sebenarnya tidak begitu. Itu hanya pikiran#pikiran burukku saja. ku tahu dia
perempuan lugu yang terjebak dalam situasi seperti itu. Semacam anak kijang yang
masuk perangkap pemburu.
ku merasa aku telah jatuh hati padanya. &amu tahu, bagaimana proses jatuh hati itu
kualami! $aiklah, akan kuceritakan untukmu. Saat itu aku diajak oleh kawan karibku
datang ke tempat ini. &awanku itu menemui langganannya. Sedang aku hanya bengong#
bengong di ruangan sambil minum kopi. Seorang ibu paruh baya menghampiriku.
%engan mata genit ibu itu mengatakan padaku kenapa aku tidak masuk kamar! ku
bilang bahwa aku lagi ingin sendiri, lagi ingin menikmati suasana saja. Ibu itu
mengatakan ada yang baru, masih belia, baru datang dari kampung. Ibu itu bilang usianya
baru 67 tahun. %alam hati aku tertarik juga dengan perkataan ibu itu. Wah, masih belia
sekali! ku jadi ingin tahu kayak apa perempuan yang dibilang belia itu! Ibu tua itu
kemudian memanggil dia.
Sehabis mandi, ibu tua itu mengantar perempuan itu kepadaku. %engan malu#malu
perempuan ingusan itu duduk di sebelahku. %ia hanya diam dan tidak berkata#kata.
Wajahnya manis dan memang masih bau kencur. 2ntah anak siapa yang disesatkan ke
tempat seperti ini. Ibu tua itu menyuruhku segera mengajaknya masuk kamar, tentu
dengan tari) khusus, lebih mahal dari biasanya.
%i dalam kamar, perempuan itu masih diam, tak banyak bicara. %ari wajah kekanak#
kanakannya terpancar perasaan cemas dan keragu#raguan. ku jadi iba melihat
tingkahnya yang memelas itu. ku segera mencegah saat dia hendak melucuti busananya.
%ia bingung dengan tingkahku.
"Saya harus melayani tamu saya," jelasnya.
"ku tak perlu dilayani. ku hanya ingin ngobrol denganmu. %an aku akan tetap
membayar sesuai tari) yang telah disepakati," ujarku.
ku menatap wajah yang lugu itu. 2ntah kenapa aku jadi tidak tega dan merasa simpati
dengan dia. 'ungkin aku terjebak pada pancaran matanya yang begitu diliputi kepolosan
sekaligus kecemasan. ku telah mengenal sejumlah perempuan yang bekerja seperti ini.
Tapi dengan perempuan satu ini, aku merasakan dalam diriku bangkit suatu keinginan
menjadi hero, ingin menyelamatkannya.
ku mendekapkan kepalanya ke dadaku. ku membelai#belai rambutnya yang sebahu.
Tiba#tiba saja aku merasa menjadi seorang kakak yang ingin melindungi adiknya dari
segala marabahaya.
"'engapa kamu bisa berada di tempat seperti ini!" tanyaku lirih. "Seharusnya kamu
menikmati masa#masa sekolahmu, seperti teman#temanmu yang lain.."
Perempuan itu diam dan menatapku lembut.
"Saya tidak tahu, 'as. Saya diajak oleh tante saya ke sini. Saya dijanjikan pekerjaan
dengan gaji yang menggiurkan. Tapi ternyata saya dijebak di sini oleh tante saya sendiri."
ku kaget mendengar pengakuannya yang memilukan itu. %iam#diam dalam hatiku, rasa
kasihan perlahan menjelma rasa simpati dan keinginnan untuk mengasihinya.
"&amu ingin pergi dari tempat ini!"
""a, jelas, 'as. Tapi bagaimana caranya saya bisa pergi dari sini!"
"ku akan ngomong sama bosmu."
"'ustahil, 'as*"
"'engapa mustahil!"
"'as tidak paham situasi di sini. Sekali perempuan terjebak dalam tempat ini, maka
seumur hidup akan berkubang di sini."
"Tidak. ku akan menyelamatkanmu. &amu harus melanjutkan sekolahmu. %an kamu
mesti cari kerja yang lebih bagus dari kerja begini."
Perempuan bau kencur itu menundukkan kepalanya. 'atanya memancarkan harapan,
harapan bagi sebuah kebebasan.
ku cium keningnya. ku bisikkan beberapa patah kata agar dia bersabar dan tabah. ku
ke luar dari bilik dengan perasaan gundah.
"4imana, 'as! $agus, kan!" Ibu paruh baya itu berdiri di depan pintu dan
mengerlingkan mata genit ke arah mataku.
Tiba#tiba saja aku ingin muntah melihat tampang ibu genit itu.
"ku ingin ngomong sama bosmu," ujarku dengan nada agak geram.
"da apa, 'as! pa ser-isnya tidak memuaskan ya...! Wah, kalo gitu saya akan lapor ke
bos."
"+angan. $ukan masalah itu. da yang aku ingin bicarakan sama bosmu. Tolong panggil
dia."
Perempuan paruh baya kepercayaan bos itu tergopoh#gopoh menemui bosnya. Tak berapa
lama, dia muncul kembali mengiringi perempuan agak gembrot dengan wajah
menyiratkan kelicikan.
"da apa, 'as! pa dia tidak melayani 'as dengan baik!"
"$ukan masalah itu, $u. &ira#kira kalau aku ingin mengajak dia keluar dari sini,
gimana!"
Wajah perempuan gembrot yang licik itu seketika berubah curiga.
"'aksud 'as gimana!"
"ku ingin mengajak dia pergi dari sini."
"&alau begitu 'as harus menebusnya 3p 7 juta, gimana!"
ku terkesiap. 4ila benar si gembrot ini. 'engapa aku mesti menebusnya sebanyak itu!
$ukankah setiap orang berhak memilih kebebasannya!
"&enapa aku mesti menebus sebanyak itu! %ia bukan barang mati. %ia manusia yang
memiliki kebebasannya," ujarku geram.
Si gembrot tersenyum sinis.
"'as ini kayak tidak mengerti aja. %ia berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab
saya. Tantenya telah menitipkan dia pada saya."
"&alau begitu, kamu tidak berhak menjual dia dengan mempekerjakan dia sebagai
pelacur," ujarku semakin geram melihat tingkah si gembrot.
"1idup makin sulit 'as. Semua orang perlu uang dan sekarang ini segala sesuatu diukur
dengan uang. $egini saja 'as. &alau 'as mau membawa dia, maka 'as sediakan uang
3p 7 juta. Itu saja."
Si gembrot sambil menggerutu pergi meninggalkan aku yang masih terbengong#bengong.
Sejenak aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. ku pun pergi meninggalkan tempat itu
dengan perasaan luka. Sepintas kulihat mata perempuan yang ingin kuselamatkan itu
berkilat basah menatap kepergianku.
$eberapa hari kemudian aku berusaha mendapatkan uang sebanyak itu untuk menebus
dia. ku berusaha meminjam kepada kawan#kawanku. ,amun usaha kerasku hanya
berbuah kesia#siaan. ku hanya bisa mengumpulkan 3p 8 juta. ku kembali ke tempat
itu dan mencoba tawar#menawar dengan si germo gembrot, tapi sia#sia belaka. Si
gembrot tetap pada pendapatnya semula.
ku merasa kecewa dengan diriku sediri. ku tidak berdaya menyelamatkan dia. ku
tidak habis#habisnya mengutuki diriku sendiri, mengapa aku tidak berkesempatan jadi
orang kaya.
'aka seperti saat ini, setiap malam aku hanya bisa menatap dia dari kegelapan malam.
Sambil menahan hatiku yang hampir hangus dibakar cemburu, aku melihat dia
bercengkerama dengan para tamu. Sepertinya dia bahagia dengan pekerjaan yang
dijalaninya. Setiap melihat senyum dan tawanya, aku merasa bersalah sekaligus kecewa
dengan diriku sendiri. Pada akhirnya aku hanya jadi pecundang.555
Bisikan Aneh...
+angan lupakan aku. &abari aku jika kau sudah sampai di sana, begitu katamu ketika
melepaskan kepergianku. ,amun, pada saat yang bersamaan, perasaan ini berkata lain.
da sesuatu yang tiba#tiba melintas, dan dengan caranya yang aneh pula dia mengatakan
bahwa yang akan terjadi adalah sebaliknya.
/leh karenanya, mungkin jika kau memperhatikan tatapan mataku, atau mimik yang
tergambar di raut wajahku, kau akan tahu bahwa aku meragukan setiap kata yang kau
ucapkan kepadaku.
Tetapi, itulah. ku sendiri tak tahu lagi kepada siapa aku menaruh kepercayaan. %usta itu
sudah terlalu sering menghujaniku. &ebohongan rasanya seperti genting pada setiap
rumah, atau jendela dengan kaca#kaca timah menorehkan warna#warninya di
kehidupanku. Sehingga, jangan heran jika pada akhirnya aku pun mendiamkan saja apa
yang terjadi pada diriku. Toh, akhirnya kau berbohong kepadaku.
"+angan lupa, ya.." Itu ucapanmu sambil melemparkan senyum dari bibir yang biasa kau
berikan padaku untuk kulumatkan di malam#malam kita tempo hari.
h, sandiwara apa lagi yang tengah kau mainkan, manisku! $ahkan ketika kukatakan
bahwa kepergianku ini untuk sesuatu yang penting bagi kita, dan kau menunjukkan
keberatan karena lamanya kita berpisah, aku sudah tahu bahwa itu hanya pura#pura saja.
&epura#puraan seutas tali layang#layang, yang kau tarik seolah menurunkan, yang
sesungguhnya membuat terbangnya kian tinggi. ku tahu, sayangku, aku tahu.
'aka, ketika pesawat ini mendarat dan aku melanjutkan perjalanan dengan landro-er,
mendaki dan menjelajahi tanah tak ramah, aku pun kian tergelak#gelak oleh sandiwara
yang kau mainkan. Tidak, kau tidak bermain, tetapi menyutradari lakonku. ha, kau
menjadi sutradaranya*
ku tahu kau tengah menimbang#nimbang dan menggores#goreskan naskah yang kau
edit sendiri, dan mengarahkan langkahku untuk menemui kegagalan itu. &au pikir aku
tak tahu apa yang kucari! &au pikir aku tak tahu siapa yang akan kutemui! 'eskipun
ketika kukatakan bahwa aku sendiri tak yakin benar akan apa yang akan kucari ini, dan
kau mencegahku ##ah, betapa manisnya adegan itu## aku tahu bahwa sebetulnya kau
tengah berdoa agar aku cepat#cepat pergi dan menjumpai bibir jurang kehampaan yang
menganga.
"Sudah lama kenal sama 'ahmud!" Tiba#tiba orang yang menjemputku bicara. ku tak
percaya manusia besi ini bisa bicara. Sejak kedatangannya di bandara, dan setelah hampir
tiga jam dia bersamaku, baru ini yang diucapkannya.
&au tahu, sayangku, caranya bicara menunjukkan bahwa apa yang diucapkannya
hanyalah sebuah basa#basi, pemerah bibir. %ia tak punya kepentingan apa#apa denganku,
karenanya dia bertanya tentang sesuatu yang tak berkaitan dengan urusannya.
$ayangkan, jika saja kujawab "sudah", lantas dia mau bilang apa! tau misalnya aku
berdusta dengan mengatakan "belum", kira#kira apa yang akan dijadikannya pertanyaan
berikutnya! Tak ada. Persis seperti caramu menghadapiku. Semuanya basa#basi.
"Sudah."
"/...berapa lama!"
,ah, apa kataku. %ia hanya mencoba berbasa#basi lagi.
"Sepuluh tahun...," jawabku asal saja.
"Teman kuliah!"
"$ukan."
"Teman kerja!"
"$ukan."
,ah, betul, kan, kataku, dia tak bisa menyambung dengan kata#kata lagi. Itu semua
karena dia hanya berbasa#basi.
"&ita akan sampai di ibukota kecamatan kira#kira dua jam lagi. %an karena di dalam dua
jam itu saya khawatir kita tidak menemukan kedai atau apa pun, sebaiknya kita mampir
dulu di pasar ini. Sekalian kita cari pompa bensin."
"/...bagaimana mungkin dalam dua jam perjalanan kita tidak bisa menemukan warung,
atau kedai makanan!"
"...!"
%ia hanya menatapku dengan bingung. /taknya tak cukup cerdas mencari sebuah kalimat
yang bisa membuatku paham. (alu, sambil menengok ke kanan dan ke kiri, mencari
warung, dia kembali tenggelam dalam kebisuannya.
555
Selama menunggu makanan di kedai, aku membayangkan serbuk racun ditaburkan di
makanan yang akan kumakan. h, jangan kau pura#pura, sayangku, dia adalah orang
suruhanmu. +angan menyangkal, aku tahu. 2ngkau ingin tahu bagaimana aku bisa tahu!
1aha...untuk apa! 'embuktikan bahwa kau adalah seorang juru catat yang andal! %ia
dengan mudahnya menyuruh si pemilik warung untuk menaburkan sejenis sianida atau
racun apalah namanya, ke dalam makananku.
"Saya belum lapar..."
%an lihatlah wajahnya yang tolol itu.
"Saya sudah pesan 8 piring dan nda setuju kita makan dulu. &enapa tiba#tiba merasa
belum lapar!"
"'aa), ini perut saya. Sayalah yang paling tahu kondisinya."
"1mm...tapi kita harus bayar 8 piring."
"Tak masalah. Saya akan bayar. &alau mau, silakan makan punya saya..."
Piring dan lauk dihidangkan. Ikan bakar, sambal dan lalapan.
%ia makan dengan lahapnya. ku hanya mengamatinya saja. %ia terlalu lahap, dan betul#
betul menikmati nasi hangat dan ikan bakar itu.
"+adi, nggak makan!"
ku menggeleng.
"Sayang kalau dibuang. Saya makan, ya!" %an dia langsung mengambil jatahku.
%an kembali dia melahap habis nasiku, laukku dan lalapanku. %ia minum dengan
tegukan besar dan mengeluarkan sendawa besar. Sungguh edan*
&uamati perubahan di wajahnya. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi dia akan...
555
neh. Si besi ini tak mati#mati juga, padahal, menurut dugaanku, piringku pasti beracun
dan...mungkin aku salah. (andro-er menderum lagi membelah malam.
%ia menyalakan rokok dan menikmati laju kendaraan dengan seenak perutnya.
Sementara itu aku terayun#ayun dan merasakan kantuk mengganduli mataku. Tidak, tak
mungkin aku tertidur, sementara kaki#tanganmu siap menikamku. Ini juga bagian
sandiwaramu, bukan!
Tiba#tiba mobil berdecit, membelok dan berhenti. "'aa), perut saya..." dia lari ke semak#
semak sambil membawa sebotol air. "&ebanyakan sambal," teriaknya sebelum
menghilang di semak#semak.
$ukan kebanyakan sambal, tapi sianidamu mulai bekerja. $agaimana mungkin dia yang
menyuruh menaburkan bubuk racun itu kemudian memakannya! pakah dia ingin
meyakinkan aku bahwa... ah, sandiwara terlucu yang pernah kusaksikan.
'esin menyala, lampunya mengarah ke semak#semak. Sialan, aku disuruh menyaksikan
dan menunggui pembunuhku buang air* &ampret* ku sungguh tak mengerti jalan
pikiranmu. &ita sebentar lagi akan menikah, dan dalam pernikahan itu, kujamin bahwa
diriku akan bisa membuatmu menjadi wanita terhormat, ibu dari anak#anakku. "ang aku
tak mengerti, mengapa kau sudah... ah, itu yang aku tak paham. pa sebetulnya
moti-asimu!
555
%an 'ahmud itu, nama yang kau sebut#sebut sebagai kawan yang mungkin bisa
membantuku itu, bukankah dia kekasih gelapmu! +angan kau sangkal dan membalikkan
kenyataan itu sebagai bentuk kecemburuanku padamu. +ika bukan kekasih gelapmu,
mana mungkin kau secara cepat memberikan nama itu kepadaku!
palagi, rumahnya jauh dari rumah kita. $ayangkan, aku harus berpesawat, lalu naik
landro-er ini berjam#jam, baru bisa menemukannya. ku curiga, jangan#jangan kau telah
bersekongkol dengan 'ahmud. %an manusia besi yang sekarang sedang berjuang keras
di balik semak#semak itu, tentunya adalah kaki#tangan 'ahmud juga.
Tetapi, mengapa!
ku sendiri meragukan apakah yang kucari ini akan kutemukan atau tidak. Tetapi, ketika
kukatakan kepadamu, tempo hari itu, aku jadi curiga. +angan#jangan, sikapmu,
ucapanmu, bahkan tangisanmu, sebetulnya adalah taktikmu saja agar aku meragukan
kepergianku. Itu sebabnya, aku justru ingin pergi dan mencarinya. Seandainya saja,
engkau tidak keberatan dan mempersilakan aku pergi, mungkin aku malah tak pergi.
Tetapi karena kau merengek agar tak kutinggalkan, entahlah, keinginanku untuk pergi
rasanya kian menggebu.
Sungguh aku tidak mengerti sikapmu.
"Wah, lega rasanya, bisa..." %an dia mengakhiri kalimatnya dengan ekspresi puas, diulas
senyum lebar.
Sungguh tak sopan manusia satu ini. Selesai buang hajat malah pamer*
555
Perjalanan berlanjut. 1anya bunyi mesin yang kudengar. +alan berkelok#kelok, mendaki,
menurun, bergelombang. $elum mati juga, dia.
"'erokok!"
"Terima kasih. &ata orang merokok bisa memendekkan umur," jawabku berusaha ketus.
'aksudku agar dia mengerti bahwa sebetulnya aku keberatan kalau dia merokok.
jaib dia malah tertawa terbahak#bahak.
"1ebat benar, Tuhan bisa dikalahkan oleh rokok..." dan gelak tawanya kian nyaring di
malam sunyi ini.
Sinting, dia membawa#bawa nama Tuhan demi sebatang rokok sialan itu.
"nak saya lima. "ang besar sudah S', 'as!"
mpun, siapa yang mau tahu keluarganya! 'au punya anak selusin pun, aku tak peduli.
"$elum kawin...," jawabku lesu.
"(ho, saya pikir 'as ini suaminya 'bak %esy!"
,ah, nah...bagaimana mungkin dia tahu namamu! $ukankah kau pun tak mengenalnya!
$agaimana mungkin dia tahu bahwa namamu %esy dan aku adalah pasanganmu! +ika
bukan ada apa#apanya, tentu tak mungkin dia tahu banyak tentang kita.
"Pak 'ahmud bilang bahwa 'as ini suaminya 'bak %esy. +adi, bukan! 'aksud saya,
belum menikah!" %ia pun terbahak lagi.
(ihatlah, %es, lihat... ah, seandainya saja kau bisa menyaksikan bagaimana laki#laki besi
ini tertawa geli. %ia mengejekku. %ia menertawakanku. $ukankah ini sebetulnya
maksudmu "melemparkan"#ku kemari! gar aku jadi bahan tertawaan orang lain! /h,
%esy, %esy... aku semakin tak mengerti mengapa kau menyukai cara#cara aneh untuk
menghina calon suamimu sendiri!
"'umpung masih muda, kawinlah 'as. 'aa) usia 'as berapa!"
1mmm* 'au apa dia tanya#tanya umurku! "2mpat puluh."
%ia diam. &urasa dia tak percaya atau angka empat puluh merupakan angka keramat
baginya. %an, %esy, inikah caramu agar aku dicerca oleh orang lain! $ukankah sudah
menjadi keputusanmu bahwa selisih usia kita yang nyaris dua puluh tahun ini bukan soal
untuk berumah tangga! (alu, mengapa kau selalu menggiringku ke dalam bubu jebakan,
agar setiap orang mempertanyakan masalah usia kita!
pa rencanamu sebetulnya di balik ini semua!
555
+am 66 malam landro-er berhenti di depan sebuah rumah panggung. Sunyi dan gelap
mengepung. 0ntunglah bulan masih mau membagi sinarnya. $ulan tanggal berapa
sekarang, mengapa belum bulat penuh!
'ungkin, karena mendengar derum mobil, si tuan rumah membuka pintu. Seorang laki#
laki besar, bercelana jins berkaos hitam, tegak di ambang pintu. Cahaya menyeruak
menginginkan kebebasan.
"$elum tidur, rupanya, Pak 'ahmud..."
"Itu 'ahmud!" namun aku segera sadar bahwa tadi aku mengaku mengenalnya selama
69 tahun. %ia tentunya ##seharusnya curiga dengan ucapanku. Tapi, ah, si bodoh ini hanya
diam saja. 'ungkin dia mengantuk atau tak peduli.
%ia turun tangga menyambutku. 1angat. 4enggaman tangannya kuat sekali dan sebaris
gigi besarnya menyeringai. $ahagia betul dia menemukan korbannya*
"&enapa lama sekali, %in!" ucapnya di sela#sela senyumnya.
"'aa) Pak, tadi..." Si %in menepuk#nepuk perutnya sendiri sambil meringis. 'ahmud
tergelak.
555
Paginya, aku terbangun dengan badan dirajam lelah. 'aklumlah, semalam aku tak makan
dan langsung tertidur, begitu 'ahmud membukakan kamar untukku. &ubuka jendela
kayu dan... Tuhanku, engkau pasti tersenyum ketika menciptakan alam ini. 4unung#
gunung berlapis#lapis, berkelambu kabut yang membuatnya kian menipis. $ebukitan
menggunduk di sana#sini, menyembul di antara padang rumput, pepohonan dan bebatuan
besar. %an di leher#leher bukit itu, kabut tipis melayang perlahan, layaknya kain panjang
seorang jelita putri di negeri dongeng. &uda#kuda merumput tenang, bersama sapi dan
kambing. %i manakah aku saat ini! $elum pernah kusaksikan keramahan yang
menyejukkan jiwa, seperti di tempat ini.
"'ari sarapan dulu, istri saya sudah menyiapkan." Tiba#tiba suara yang kukenali
membuatku tersadar dan melihat arloji. +am sembilan*
"'mm... ini waktu Indonesia $agian Tengah. +amnya pasti belum disesuaikan."
"/h...," berarti aku harus mengubahnya menjadi jam sepuluh* staga, aku terbangun jam
sepuluh* $erarti lelap sekali tidurku.
Sambil makan, 'ahmud berkata tentang sesuatu yang akan kucari itu. 'emang, dia
bilang bahwa kayu itu tumbuh hanya di daerah ini, namun tidak semua orang bisa
mencarinya. "danya di hutan dan hanya orang tertentu yang bisa menemukannya."
ku berhenti menyuap. 4agal sudah harapanku.
"0ntuk apa, sih, 'bak %esy mencari kayu itu!"
"'mm... ini memang permintaan paling aneh.. &atanya untuk persyaratan mas kawin..."
Tanpa kuduga, 'ahmud tertawa. Suaranya lantang memenuhi ruang#ruang di rumahnya.
Sesaat dia tersedak. 'inum. (alu melanjutkan gelak tawanya lagi.
""a, ya... saya mengerti. Itu permintaan aneh, dan lebih aneh lagi, saya menurutinya.
Saya harus ambil cuti dan...di sini ditertawakan orang," ucapku putus asa.
'ahmud berhenti tertawa tiba#tiba. "/h, maa), maa)...saya tidak menertawakan 'as.
Saya hanya tak menyangka bahwa kayu itu begitu berharga bagi orang +akarta. Itu saja.
+angan khawatir, saya akan membantu mencarikannya, jika memang sepenting itu." %ia
lalu mengangkat 1P#nya. 4ila. %i lambung gunung seperti ini, 1P#nya masih ber)ungsi.
ku terdiam. Siapakah engkau, 'ahmud!
555
ku tiba#tiba diserang hawa aneh yang membuatku berubah pikiran. 0capan 'ahmud
yang sungguh#sungguh itu membuatku berpikir tentang semua yang tengah kulakukan
ini. ku yang semula percaya padamu, %es, tentang syarat yang kau ajukan itu, dan itu
kubuktikan dengan kesungguhanku berangkat, tiba#tiba menjadi ragu, karena setelah
kupikir, mungkin ini hanya alasan penolakanmu atas lamaranku. ,amun, ketika kau pun
agaknya meragukan permintaanmu sendiri, sementara aku jadi kian menggebu berangkat,
aku mulai bimbang dengan semua ucapanmu. %an ketika sesampai di tempat ini, bicara
dengan 'ahmud, aku...ah, entahlah.
$agaimana jika kayu itu memang kutemukan! neh. 4ila. ,onsense.
"da, 'as."
"panya!"
"&ayunya. 'au seberapa panjang!"
ku terdiam. Terus terang, aku tak punya kesiapan untuk itu.
"&alau mau dimasukkan tas, ya, paling#paling 79 cm cukup, kan!"
ku masih diam. +adi, kayu itu memang ada dan bisa kumasukkan tasku. h, gila. Terus,
aku harus bagaimana! Setelah kayu itu ada di tanganku dan itu mencukupi syarat
perkawinan kita, %esy! ku harus bagaimana!
"'aa), tapi permintaan 'bak %esy memang agak langka. Soalnya, biasanya yang minta
kayu itu adalah seorang dukun." ujar 'ahmud sambil tersenyum, dan tangannya
mencolek ikan goreng.
%ukun! h, skenario apalagi yang kau kembangkan untuk lakon kita, %esy!
hh, aku tak tahu lagi, apakah setelah berjam#jam waktuku hilang di jalan, dengan
berbagai rajaman pikiran meninggalkanmu, cutiku yang terbuang sia#sia, dan kayu yang
memang ada itu, kemudian..."dukun"! ku tak tahu lagi apakah aku masih punya sisa
tenaga untuk mengawinimu, %es! Terus terang aku lelah mendengar bisik#bisik yang
selalu menggaung di kepalaku ini. ku ingin berhenti. ku ingin agar bisikan itu berhenti
dan aku bisa lebih tenang menjalani sisa lakonku sendiri. 555
Laki-Laki Sejati
Seorang perempuan muda bertanya kepada ibunya.
Ibu, lelaki sejati itu seperti apa!
Ibunya terkejut. Ia memandang takjub pada anak yang di luar pengamatannya sudah
menjadi gadis jelita itu. Terpesona, karena waktu tak mau menunggu. 3asanya baru
kemarin anak itu masih ngompol di sampingnya sehingga kasur berbau pesing. Tiba#tiba
saja kini ia sudah menjadi perempuan yang punya banyak pertanyaan.
Sepasang matanya yang dulu sering belekan itu, sekarang bagai sorot lampu mobil pada
malam gelap. Sinarnya begitu tajam. Sekelilingnya jadi ikut memantulkan cahaya.
,amun jalan yang ada di depan hidungnya sendiri, yang sedang ia tempuh, nampak
masih berkabut. 1idup memang sebuah rahasia besar yang tak hanya dialami dalam
cerita di dalam pengalaman orang lain, karena harus ditempuh sendiri.
&enapa kamu menanyakan itu, anakku!
Sebab aku ingin tahu.
%an sesudah tahu!
ku tak tahu.
Wajah gadis itu menjadi merah. Ibunya paham, karena ia pun pernah muda dan ingin
menanyakan hal yang sama kepada ibunya, tetapi tidak berani. Waktu itu perasaan tidak
pernah dibicarakan, apalagi yang menyangkut cinta. &alaupun dicoba, jawaban yang
muncul sering menyesatkan. &arena orang tua cenderung menyembunyikan rahasia
kehidupan dari anak#anaknya yang dianggapnya belum cukup siap untuk mengalami.
&ini segalanya sudah berubah. nak#anak ingin tahu tak hanya yang harus mereka
ketahui, tetapi semuanya. Termasuk yang dulu tabu. 'ereka senang pada bahaya.
Setelah menarik napas, ibu itu mengusap kepala putrinya dan berbisik.
+angan malu, anakku. Sebuah rahasia tak akan menguraikan dirinya, kalau kau sendiri tak
penasaran untuk membukanya. Sebuah rahasia dimulai dengan rasa ingin tahu, meskipun
sebenarnya kamu sudah tahu. 1anya karena kamu tidak pernah mengalami sendiri,
pengetahuanmu hanya menjadi potret asing yang kamu baca dari buku. $anyak orang tua
menyembunyikannya, karena pengetahuan yang tidak perlu akan membuat hidupmu berat
dan mungkin sekali patah lalu berbelok sehingga kamu tidak akan pernah sampai ke
tujuan. Tapi ibu tidak seperti itu. Ibu percaya :aman memberikan kamu kemampuan lain
untuk menghadapi bahaya#bahaya yang juga sudah berbeda. +adi ibu akan bercerita.
Tetapi apa kamu siap menerima kebenaran walaupun itu tidak menyenangkan!
'aksud Ibu!
(elaki sejati anakku, mungkin tidak seperti yang kamu bayangkan.
&enapa tidak!
Sebab di dalam mimpi, kamu sudah dikacaukan oleh bermacam#macam harapan yang
meluap dari berbagai kekecewaan terhadap laki#laki yang tak pernah memenuhi harapan
perempuan. %i situ yang ada hanya perasaan keki.
pakah itu salah!
Ibu tidak akan bicara tentang salah atau benar. Ibu hanya ingin kamu memisahkan antara
perasaan dan pikiran. ntara harapan dan kenyataan.
ku selalu memisahkan itu. 1arapan adalah sesuatu yang kita inginkan terjadi yang
seringkali bertentangan dengan apa yang kemudian ada di depan mata. 1arapan menjadi
ilusi, ia hanya bayang#bayang dari hati. Itu aku mengerti sekali. Tetapi apa salahnya
bayang#bayang! &arena dengan bayang#bayang itulah kita tahu ada sinar matahari yang
menyorot, sehingga berkat kegelapan, kita bisa melihat bagian#bagian yang diterangi
cahaya, hal#hal yang nyata yang harus kita terima, meskipun itu bertentangan dengan
harapan.
Ibunya tersenyum.
+adi kamu masih ingat semua yang ibu katakan!
&enapa tidak!
$erarti kamu sudah siap untuk melihat kenyataan!
ku siap. ku tak sabar lagi untuk mendengar. Tunjukkan padaku bagaimana laki#laki
sejati itu.
Ibu memejamkan matanya. Ia seakan#akan mengumpulkan seluruh unsur yang berserakan
di mana#mana, untuk membangun sebuah sosok yang jelas dan nyata.
(aki#laki yang sejati, anakku katanya kemudian, adalah; tetapi ia tak melanjutkan.
dalah!
dalah seorang laki#laki yang sejati.
h, Ibu jangan ngeledek begitu, aku serius, aku tak sabar.
$agus, Ibu hanya berusaha agar kamu benar#benar mendengar setiap kata yang akan ibu
sampaikan. +adi perhatikan dengan sungguh#sungguh dan jangan memotong, karena laki#
laki sejati tak bisa diucapkan hanya dengan satu kalimat. (aki#laki sejati anakku, lanjut
ibu sambil memandang ke depan, seakan#akan ia melihat laki#laki sejati itu sedang
melangkah di udara menghampiri penjelmaannya dalam kata#kata.
(aki#laki sejati adalah;
(aki#laki yang perkasa!*
Salah* &an barusan Ibu bilang, jangan menyela* (aki#laki disebut laki#laki sejati, bukan
hanya karena dia perkasa* Tembok beton juga perkasa, tetapi bukan laki#laki sejati hanya
karena dia tidak tembus oleh peluru tidak goyah oleh gempa tidak tembus oleh garukan
tsunami, tetapi dia harus lentur dan berjiwa. Tumbuh, berkembang bahkan berubah,
seperti juga kamu.
/ ya!
$ukan karena ampuh, bukan juga karena tampan laki#laki menjadi sejati. Seorang lelaki
tidak menjadi laki#laki sejati hanya karena tubuhnya tahan banting, karena bentuknya
indah dan proporsinya ideal. Seorang laki#laki tidak dengan sendirinya menjadi laki#laki
sejati karena dia hebat, unggul, selalu menjadi pemenang, berani dan rela berkorban.
Seorang laki#laki belum menjadi laki#laki sejati hanya karena dia kaya#raya, baik,
bijaksana, pintar bicara, beriman, menarik, rajin sembahyang, ramah, tidak sombong,
tidak suka mem)itnah, rendah hati, penuh pengertian, berwibawa, jago bercinta, pintar
mengalah, penuh dengan toleransi, selalu menghargai orang lain, punya kedudukan,
tinggi pangkat atau punya karisma serta banyak akal. Seorang laki#laki tidak menjadi
laki#laki sejati hanya karena dia berjasa, berguna, berman)aat, jujur, lihai, pintar atau
jenius. Seorang laki#laki meskipun dia seorang idola yang kamu kagumi, seorang
pemimpin, seorang pahlawan, seorang perintis, pemberontak dan pembaru, bahkan
seorang yang ari)#bijaksana, tidak membuat dia otomatis menjadi laki#laki sejati*
&alau begitu apa dong!
Seorang laki#laki sejati adalah seorang yang melihat yang pantas dilihat, mendengar yang
pantas didengar, merasa yang pantas dirasa, berpikir yang pantas dipikir, membaca yang
pantas dibaca, dan berbuat yang pantas dibuat, karena itu dia berpikir yang pantas dipikir,
berkelakuan yang pantas dilakukan dan hidup yang sepantasnya dijadikan kehidupan.
Perempuan muda itu tercengang.
1anya itu!
Seorang laki#laki sejati adalah seorang laki#laki yang satu kata dengan perbuatan*
/rang yang konsekuen!
(ebih dari itu*
Seorang yang bisa dipercaya!
Semuanya*
Perempuan muda itu terpesona.
pa yang lebih dari yang satu kata dan perbuatan! Tulus dan semuanya! hhhhh*
Perempuan muda itu memejamkan matanya, seakan#akan mencoba membayangkan
seluruh si)at itu mengkristal menjadi sosok manusia dan kemudian memeluknya. Ia
menikmati lamunannya sampai tak sanggup melanjutkan lagi ngomong. %ari mulutnya
terdengar erangan kecil, kagum, memuja dan rindu. Ia mengalami orgasme batin.
hhhhhhh, gumannya terus seperti mendapat tusukan nikmat. ku jatuh cinta kepadanya
dalam penggambaran yang pertama. ku ingin berjumpa dengan laki#laki seperti itu.
&atakan di mana aku bisa menjumpai laki#laki sejati seperti itu, Ibu!
Ibu tidak menjawab. %ia hanya memandang anak gadisnya seperti kasihan. Perempuan
muda itu jadi bertambah penasaran.
%i mana aku bisa berkenalan dengan dia!
0ntuk apa!
&arena aku akan berkata terus#terang, bahwa aku mencintainya. ku tidak akan malu#
malu untuk menyatakan, aku ingin dia menjadi pacarku, mempelaiku, menjadi bapak dari
anak#anakku, cucu#cucu Ibu. $iar dia menjadi teman hidupku, menjadi tongkatku kalau
nanti aku sudah tua. 'enjadi orang yang akan memijit kakiku kalau semutan, menjadi
orang yang membesarkan hatiku kalau sedang remuk dan ciut. 'embangunkan aku pagi#
pagi kalau aku malas dan tak mampu lagi bergerak. ku akan meminangnya untuk
menjadi suamiku, ya aku tak akan ragu#ragu untuk merayunya menjadi menantu Ibu,
penerus generasi kita, kenapa tidak, aku akan merebutnya, aku akan berjuang untuk
memilikinya.
%ada perempuan muda itu turun naik.
pa salahnya sekarang wanita memilih laki#laki untuk jadi suami, setelah selama
berabad#abad kami perempuan hanya menjadi orang yang menunggu giliran dipilih!
Perempuan muda itu membuka matanya. $ola mata itu berkilat#kilat. Ia memegang
tangan ibunya.
&atakan cepat Ibu, di mana aku bisa menjumpai laki#laki itu!
$unda menarik na)as panjang. 4adis itu terkejut.
&enapa Ibu menghela na)as sepanjang itu!
&arena kamu menanyakan sesuatu yang sudah tidak mungkin, sayang.
pa! Tidak mungkin!
"a.
&enapa!
&arena laki#laki sejati seperti itu sudah tidak ada lagi di atas dunia.
/h, perempuan muda itu terkejut.
Sudah tidak ada lagi!
Sudah habis.
"a Tuhan, habis! &enapa!
(aki#laki sejati seperti itu semuanya sudah amblas, sejak ayahmu meninggal dunia.
Perempuan muda itu menutup mulutnya yang terpekik karena kecewa.
Sudah amblas!
"a. Sekarang yang ada hanya laki#laki yang tak bisa lagi dipegang mulutnya. Semuanya
hanya pembual. ktor#aktor kelas tiga. Cap tempe semua. $anyak laki#laki yang kuat,
pintar, kaya, punya kekuasaan dan bisa berbuat apa saja, tapi semuanya tidak bisa
dipercaya. Tidak ada lagi laki#laki sejati anakku. 'ereka tukang kawin, tukang ngibul,
semuanya bakul jamu, tidak mau mengurus anak, apalagi mencuci celana dalammu,
mereka buas dan jadi macan kalau sudah dapat apa yang diinginkan. &alau kamu sudah
tua dan tidak rajin lagi meladeni, mereka tidak segan#segan menyiksa menggebuki kaum
perempuan yang pernah menjadi ibunya. Tidak ada lagi laki#laki sejati lagi, anakku. +adi
kalau kamu masih merindukan laki#laki sejati, kamu akan menjadi perawan tua. (ebih
baik hentikan mimpi yang tak berguna itu.
4adis itu termenung. 'ukanya nampak sangat murung.
+adi tak ada harapan lagi, gumamnya dengan suara tercekik putus asa. Tak ada harapan
lagi. &alau begitu aku patah hati.
Patah hati!
"a. ku putus asa.
&enapa mesti putus asa!
&arena apa gunanya lagi aku hidup, kalau tidak ada laki#laki sejati!
Ibunya kembali mengusap kepala anak perempuan itu, lalu tersenyum.
&amu terlalu muda, terlalu banyak membaca buku dan duduk di belakang meja. Tutup
buku itu sekarang dan berdiri dari kursi yang sudah memenjarakan kamu itu. &eluar,
hirup udara segar, pandang lagit biru dan daun#daun hijau. da bunga bakung putih
sedang mekar beramai#ramai di pagar, dunia tidak seburuk seperti yang kamu bayangkan
di dalam kamarmu. 1idup tidak sekotor yang diceritakan oleh buku#buku dalam
perpustakaanmu meskipun memang tidak seindah mimpi#mimpimu. &eluarlah anakku,
cari seseorang di sana, lalu tegur dan bicara* +angan ngumpet di sini*
ku tidak ngumpet*
+angan lari*
Siapa yang lari!
'engurung diri itu lari atau ngumpet. yo keluar*
&eluar ke mana!
&e jalan* Ibu menunjuk ke arah pintu yang terbuka. $ergaul dengan masyarakat banyak.
4adis itu termangu.
0ntuk apa! %alam rumah kan lebih nyaman!
&alau begitu kamu mau jadi kodok kuper*
Tapi aku kan banyak membaca! ku hapal di luar kepala sajak#sajak &ahlil 4ibran*
Tidak cukup* &amu harus pasang omong dengan mereka, berdialog akan membuat
hatimu terbuka, matamu melihat lebih banyak dan mengerti pada kelebihan#kelebihan
orang lain.
Perempuan muda itu menggeleng.
Tidak ada gunanya, karena mereka bukan laki#laki sejati.
'akanya keluar. &eluar sekarang juga*
&eluar!
"a.
Perempuan muda itu tercengang, suara ibunya menjadi keras dan memerintah. Ia terpaksa
meletakkan buku, membuka earphone yang sejak tadi menyemprotkan musik 3 < $ ke
dalam kedua telinganya, lalu keluar kamar.
'atahari sore terhalang oleh awan tipis yang berasal dari polusi udara. Tetapi itu justru
menolong matahari tropis yang garang itu untuk menjadi bola api yang indah. %alam
bulatan yang hampir sempurna, merahnya menyala namun lembut menggelincir ke kaki
langit. Silhuet seekor burung elang nampak jauh tinggi melayang#layang mengincer
sasaran. Wajah perempuan muda itu tetap kosong.
ku tidak memerlukan matahari, aku memerlukan seorang laki#laki sejati, bisiknya.
'akanya keluar dari rumah dan lihat ke jalanan*
0ntuk apa!
$anyak laki#laki di jalanan. Tangkap salah satu. mbil yang mana saja, sembarangan
dengan mata terpejam juga tidak apa#apa. Tak peduli siapa namanya, bagaimana
tampangnya, apa pendidikannya, bagaimana otaknya dan tak peduli seperti apa
perasaannya. 4aet sembarang laki#laki yang mana saja yang tergapai oleh tanganmu dan
jadikan ia teman hidupmu*
Perempuan muda itu tecengang. 1ampir saja ia mau memprotes. Tapi ibunya keburu
memotong. sal, lanjut ibunya dengan suara lirih namun tegas, asal, ini yang terpenting
anakku, asal dia benar#benar mencintaimu dan kamu sendiri juga sungguh#sungguh
mencintainya. &arena cinta, anakku, karena cinta dapat mengubah segala#galanya.
Perempuan muda itu tercengang.
%an lebih dari itu, lanjut ibu sebelum anaknya sempat membantah, lebih dari itu anakku,
katanya dengan suara yang lebih lembut lagi namun semakin tegas, karena seorang
perempuan, anakku, siapa pun dia, dari mana pun dia, bagaimana pun dia, setiap
perempuan, setiap perempuan anakku, dapat membuat seorang lelaki, siapa pun dia,
bagaimana pun dia, apa pun pekerjaannya bahkan bagaimana pun kalibernya, seorang
perempuan dapat membuat setiap lelaki menjadi seorang laki#laki yang sejati* 555
Kekasih Seorang Lelaki
Ini kesekian kalinya aku ingin pergi. %ari rumah yang lima tahun lalu kubangun sedikit
demi sedikit hingga akhirnya menjadi tempat berteduh bagiku dan 'aya, istriku. Tapi
kemudian aku tidak lagi merasa nyaman, ketika peristiwa itu terjadi di suatu malam,
setelah aku kelelahan menulis. ku berjumpa dengan kekasihku, dan kami saling jatuh
cinta. Ia bilang telah menungguku begitu lama. 1ingga tergurat luka rindu yang
merentang panjang di antara aku dan dia. Waktu itu aku menatapnya tajam dan ia
tertunduk malu. &ukatakan padanya aku akan datang menujunya. Ia bertanya, "&apan!",
seolah tak percaya pada perkataan dan janjiku. &ujawab, "Segera."
Tetapi setelah itu aku selalu gagal. Sepuluh kali aku mencoba pergi, tak pernah ada yang
berhasil. ku masih di sini, di rumahku bersama 'aya, istriku. Saat itu 'aya tidak tahu
tentang rencanaku untuk pergi. Ia hanya sesekali bertanya dan merasa curiga padaku.
&atanya sikapku semakin aneh di matanya. $iasanya aku meredam kecurigaan istriku itu
dengan memeluk tubuhnya erat#erat. 'encium keningnya dan berkata, "Tidak ada yang
aneh. Semua biasa saja." Setelah itu 'aya diam. %an aku tidak merasa bersalah sama
sekali karena ketidakjujuranku.
$eberapa kali kekasihku datang menemuiku. Terutama ketika 'aya tidak sedang berada
di sampingku. &ulihat wajah kekasihku kian mengkerut dan tampak kelelahan.
"&au kenapa!" tanyaku ragu#ragu karena cemas. ku laki#laki pencemas. Terutama
terhadap seorang yang kucintai.
"Terlalu lama aku menunggumu. Terlalu lama aku memetiki penanggalan hanya untuk
menghitung waktu kedatanganmu yang palsu. &au lihat, jari#jariku telah kaku dan
membiru. Tubuhku beku tak terjamah pelukanmu. &epulan asap putih yang
menerbangkan rindumu padaku semakin mengabur. 'elemah. %an aku mulai tak
sadarkan diri di kesendirianku yang panjang. Tapi kau tak datang juga padaku. $ahkan
semakin jarang mengintip dan mengetuk pintu rumahku. &au mengurung diri dalam
kematian singkatmu yang menyedihkan. $ersama jiwa#jiwa yang tak benar#benar hidup.
&au menduakanku dengan kesementaraan. Sedang penantian dan cintaku adalah abadi
bagimu. ku menunggumu dalam kehidupan, tapi kau mengubur diri di makam yang kau
lihat subur itu. &ita terlampau lama terpisah."
ku melihat jelas mata kekasihku meredup. &uulurkan tangan dan kukatakan padanya
aku merasakan hal sama. 3indu yang menuntut penuntasan yang segera.
"ku akan pulang. 0ntuk bersamamu," kataku.
Tetapi tubuh kekasihku berguncang. Seperti tertiup angin malam, ia berangsur
menghilang dari hadapanku. ku makin mencemaskannya yang pergi tanpa sempat
berkata apa#apa lagi padaku.
Tanpa pikir panjang, esoknya aku memutuskan pergi. Sengaja aku tak membawa apa pun
dari rumahku, karena aku tahu 'aya akan membutuhkannya jika aku tak ada di sisinya
lagi. ,amun baru sampai teras rumah, 'aya melihatku. ,a)asnya naik turun
menangkapku yang berniat pergi. Ia marah padaku.
"&au mau pergi! 'eninggalkanku!" tanyanya dengan ketus.
ku menjawab dalam hati. "a, istriku. ku akan pergi. %an kau tahu itu, pergi berarti
meninggalkan. Tapi aku bukan mau meninggalkanmu. ku akan meninggalkan
kesementaraan ini. &ekasihku menungguku dalam kehidupan abadi. 'aka aku akan
pergi, jauh dari kematian ini.
'aya, istriku, memasang wajah kecewa. %ilipatnya gurat#gurat kebahagiaan yang selama
ini menghiasi tulang pipinya yang merona. Sinar matanya meremang. Seperti mata
kekasihku yang lelah menungguku. ku mendadak cemas. $ukan pada 'aya, tapi
kekasihku. 3asanya aku akan gagal lagi, untuk pergi dari sini. 'aya, istriku, menahanku.
"+angan pergi," katanya. (angkahku terhenti. $ayangan kekasihku hilang di benakku.
'aya memenjarakanku dalam peluknya yang berbau kematian. ,a)asku sesak mengingat
kekasihku yang jauh. +angan kemari, kekasihku. $atinku. &alau tidak, kau akan terbakar
cemburu dan menangisiku yang bercengkerama bersama jiwa yang tak abadi ini.
&ubiarkan 'aya terus memelukku erat. Peluklah aku sekuat yang kau mampu
perempuanku. Tapi kau tak akan pernah memeluk jiwaku. &arena jiwaku telah pergi
terbawa rindu kekasihku. %an kau tak pernah tahu itu.
"&atakan. &enapa kau ingin meninggalkanku!" tanya 'aya di antara pelukan
panjangnya.
ku harus pulang, 'aya. 'enemui kekasihku yang abadi. &au hanya jiwa yang
terkurung dalam makam kesementaraan. &ematian singkat yang menyedihkanku. %an
kekasihku sudah terlampau lama menungguku. Seperti aku juga merindukannya sejak
dulu. &ini kami telah bertemu dan saling jatuh cinta. 'enyatukan cinta yang terpisah
lama dalam rentangan dua kejadian. &au dan aku, di sini hanya sebuah kematian. Seperti
pelukan ini yang kau tawarkan padaku. 'embuatku mual oleh aroma kehinaan. ku
harus pulang, 'aya. %an aku tak perlu meminta maa) karena semua ini. +angan
menahanku dalam kedukaan ini, istriku. 'engapa tak kau temui saja kekasihmu seperti
aku menjumpai kekasihku! Tidakkah kalian juga saling merindu! %an kita tinggalkan
pemakaman ini. Terbang menuju rumah cinta kekasih#kekasih kita.
"'engapa kau diam! Sudahkah tidak ada yang berharga lagi di sini bagimu!" 'aya
makin erat memelukku.
yolah, 'aya. ku bukan siapa#siapa di sini. ku hanya menjadi rumput liar yang
tumbuh di sela#sela batu yang kau injak. $ahkan aku tak dapat tumbuh membesar. ku
mati dalam kekerdilanku. &elemahanku. &esementaraanku yang sangat singkat.
'elindungimu pun aku tak dapat. (epaskan genggamanmu yang melukaiku, istriku. tau
lemparkan saja aku ke arus sungai yang beriak dan menampar wajahku dengan kasar.
gar aku tersadar, dan tak lagi menyurutkan diri ke dalam lubang kematian yang
memanggilku berulang#ulang. 'elarangku untuk pergi, dan memelukku dengan aroma
kematian yang mencekat. 'aya, aku akan pergi. Pulang menuju kekasihku. %an aku tak
perlu minta maa) padamu.
"&au tidak mencintaiku lagi!"
'aya, istriku, membentengiku dengan pagar#pagar ketakutan dan kesedihan miliknya. Ia
menyalahkan dirinya atas kepergianku. Sungguh, perempuan yang mengajakku pada
kematian, aku tak berani mencintai yang lain selain kekasihku. Tidakkah kau tahu aku
begitu bahagia bisa bertemu dengannya lagi dan merajut percintaan abadi! (alu kenapa
kau ingin menarik kedua tanganku untuk kembali jatuh terguling#guling di dasar
kesedihan! 'engapa kau minta dadaku hanya untuk menangisi kesementaraan! 'aya,
kau buat dadaku hancur tertusuki duri#duri bening yang mengesalkanku. ku mulai tak
tahan.
"+angan katakan kau punya seorang yang lain," 'aya mengisak.
ku bertemu dengannya di suatu malam yang terang. "a, aku mempunyai seorang yang
lain. &ekasihku dari kehidupan yang abadi.
"ku takkan melepaskanmu."
'aya, istriku, ini ancaman darimu! pakah kesementaraan dapat mengancam sebuah
penujuan keabadian! ku akan pulang bersatu dengan kekasihku. 'aya, sudahlah.
$iarkan aku pergi.
%an 'aya tetap memelukku dalam pelukannya yang beraroma kematian. Semalaman aku
dikuburnya dalam#dalam.
&ekasihku datang menemuiku dalam satu kesunyian. 'aya tengah terlelap dalam mimpi
malamnya. (agi#lagi kekasihku mengajakku untuk bersatu dengannya. "pa yang kau
tunggu! Sampai kematian itu memanggil dan merebutmu lagi untuk tenggelam dalam
kesedihan ini!" &ekasihku mengulurkan tangannya kepadaku.
"'aya adalah kematian yang ingin selalu mengurungku di sini. Ia adalah kematian yang
memiliki warna kesedihannya sendiri. "ang dapat membuatku selalu jatuh dan kembali
padanya."
"Pulanglah. +angan menyiksa dirimu sendiri. &ematian itu sudah terlalu lama
melakukannya padamu dan jiwa#jiwa lainnya. 'engapa kau masih ingin memelihara
tangisan yang merugikan!"
&utatap kekasihku yang begitu lama kurindu. "ku pulang bersamamu," kataku. %an aku
bangkit meninggalkan rumahku, menuju rumah cinta bersama kekasihku.
%an ini adalah yang kesekian kalinya 'aya mencoba menahan kepergianku. Tubuhnya
hanya terbalut pakaian tidur tipis ketika mengejarku. Tidak, jangan lagi. Pikirku.
"$aiklah. &au boleh pergi. $ukankah kau selalu ingin pergi! Seperti dulu, saat kau
berkeras ingin menjadi seorang penulis. &au juga mengatakan itu sebagai kepergian atas
sebuah panggilan. &au bilang aku tak sampai untuk mendengar panggilan itu. Seperti
itukah kali ini yang kau lakukan! %an kau menyuruhku untuk melepasmu lagi, seperti
dulu kubiarkan kau pergi di jalan kepenulisanmu yang nyata#nyata nyaris membunuhku!
$etapa egoisnya kau."
Suara 'aya menjadi petir di malam itu. $enarkah! $atinku. 'ungkinkah kematian ini
menemui mati yang kedua kali karena sebuah kepergian! Peninggalan! 'aya, istriku,
kali ini kau memanggilku dengan cara yang berbeda. &esedihan yang lain. Tapi mengapa
aku harus menoleh dan mendengarkan! 'engapa aku harus melupakan kekasihku dan
menemuimu kembali! 'engapa aku harus menemanimu dalam kematian ini untuk terus
bersedih dan tenggelam dalam kesementaraan! $agaimana dengan kekasihku yang
menungguku begitu lama! ku demikian cemas. Terhadap kekasihku yang mulai
melenyapkan dirinya di benakku.
'aya mendekat. 'enghampiriku yang mencari bayang kekasihku yang hilang. Setengah
sadar, aku sudah berada dalam pelukan yang sangat kukenal. Pelukan beraroma kematian.
'aya mendekapku erat. +iwaku terus memikirkan kekasihku yang entah ke mana.
Tunggu aku, kekasihku. ku akan datang. Segera.
ku berduka. &arena penyatuan yang sekali lagi harus tertunda. Tapi pikiranku
memberiku jalan lain. 'ungkin kelak aku mesti mengajak 'aya, istriku. 0ntuk
meninggalkan kematian ini. $erkenalan dengan kekasihku yang abadi. Tetapi 'aya
memelukku dalam pelukannya yang beraroma kematian. 'alam itu, dan malam#malam
yang lain. 555
Kiai a!id dan Si Anjing "ita#
Syahdan, pada :aman dahulu, ada seorang kiai besar yang sangat dihormati. /rang#orang
di sekitarnya memanggi &iai "a:id ##lengkapnya &iai bu "a:id al#$ustami. Santrinya
banyak. 'ereka belajar di bawah bimbingan Sang 4uru. 'ereka datang dari berbagai
penjuru dunia= ada yang dari Irak, Iran, rab, Tanah 4ujarat, ,egeri Pasai dan
sebagainya. 'ereka setia dan tunduk patuh atas semua naSihat dan bimbingan Sang
'ursyid.
Selain &iai "a:id punya santri di pesantrennya, banyak pula masyarakat yang
menginginkan nasihat dari beliau. 'ereka pun datang dari berbagai penjuru dunia. da
yang menanyakan tentang perjalanan spiritual yang sedang dihayatinya, ada pula yang
bertanya cara menghilangkan penyakit#penyakit hati, bahkan tak jarang yang
menginginkan usaha mereka lancar serta keperluan#keperluan yang Si)atnya pragmatis
dan teknis lainnya. Semuanya dilayani dan diterima dengan baik oleh Sang &iai.
'eski demikian, kadang#kadang terjadi pula tamu yang datang dengan maksud menguji
dan mencobai Sang &iai. apakah &iai "a:id itu memang benar#benar waskita >tajam
penglihatan mata batinnya?!
Para tamu yang datang, bukan hanya didominasi kalangan lelaki saja, tetapi juga ada
perempuan su)i yang belajar kepadanya. 'ereka ingin ber#ta@arrub kepada llah
sebagaimana yang dilalui Sang &iai. %i antara mereka ada yang berhasil, ada pula yang
gagal di tengah jalan. Semua itu, kata &iai "a:id, memang bergantung pada
ketekunannya masing#masing. $eliau hanya mengarahkan dan membimbing= semuanya
bergantung dari keputusan#,ya jua.
&arena ke#Aalim#annya itu, akhirnya masyarakat memang benar#benar menganggap
bahwa &iai "a:id adalah sosok yang patut dijadikan tauladan atau panutan. $ukan hanya
itu. Para kalangan su)i pun menghormati kedalaman rasa Sang &iai. Para su)i pun banyak
yang mengajak diskusi, konsultasi, musyawarah dan membahas soal#soal spiritual yang
pelik#pelik. ,glangut. 1adir dan menghadirkan. $erpisah dan bersatu.
&edalaman rasa Sang &iai, misalnya, ia bisa saja merasa kesepian atau "menyendiri"
ketika berkumpul dengan orang banyak. %i tempat lain, Sang &iai sangat merasakan
ramai, padahal ia sendirian. $egitulah, semua rasa itu tertutup oleh penampilan beliau
yang memikat, mengayomi, melindungi, mengajar, dan gaul dengan banyak orang.
555
Pada suatu hari, &iai "a:id sedang menyusuri sebuah jalan. Ia sendirian. Tak seorang
santri pun diajaknya. Ia memang sedang menuruti kemauan langkah kakinya berpijak= tak
tahu ke mana arah tujuan dengan pasti. Ia mengalir begitu saja. 'aka dengan enjoy#nya
ia berjalan di jalan yang lengang nan sepi.
Tiba#tiba dari arah depan ada seekor anjing hitam berlari#lari. &iai "a:id merasa tenang#
tenang saja, tak terpikirkan bahwa anjing itu akan mendekatnya. 2!.ternyata tahu#tahu
sudah dekat= di sampingnya. 'elihat &iai "a:id ##secara re)lek dan spontan## segera
mengangkat jubah kebesarannya. Tindakan tadi begitu cepatnya dan tidak jelas apakah
karena #barangkali## merasa khawatir. jangan#jangan nanti bersentuhan dengan anjing
yang liurnya najis itu*
Tapi, betapa kagetnya Sang &iai begitu ia mendengar Si njing 1itam yang di dekatnya
tadi memprotes. "Tubuhku kering dan aku tidak melakukan kesalahan apa#apa*"
'endengar suara Si njing 1itam seperti itu, &iai "a:id masih terbengong. benarkah ia
bicara padanya!* taukah itu hanya perasaan dan ilusinya semata! Sang &iai masih
terdiam dengan renungan#renungannya.
$elum sempat bicara, Si njing 1itam meneruskan celotehnya. "Seandainya tubuhku
basah, engkau cukup menyucinya dengan air yang bercampur tanah tujuh kali, maka
selesailah persoalan di antara kita. Tetapi apabila engkau menyingsingkan jubah sebagai
seorang Parsi >kesombonganmu?, dirimu tidak akan menjadi bersih walau engkau
membasuhnya dengan tujuh samudera sekalipun*"
Setelah yakin bahwa suara tadi benar#benar suara Si njing 1itam di dekatnya, &iai
"a:id baru menyadari kekhila)annya. Secara spontan pula, ia bisa merasakan kekecewaan
dan keluh kesah Si njing 1itam yang merasa terhina. Ia juga menyadari bahwa telah
melakukan kesalahan besar= ia telah menghina sesama makhluk Tuhan tanpa alasan yang
jelas.
""a, engkau benar njing 1itam," kata &iai "a:id, "2ngkau memang kotor secara
lahiriah, tetapi aku kotor secara batiniah. &arena itu, marilah kita berteman dan bersama#
sama berusaha agar kita berdua menjadi bersih*"
0ngkapan &iai "a:id tadi, tentu saja, merupakan ungkapan rayuan agar Si njing 1itam
mau memaa)kan kesalahannya. +ikalau binatang tadi mau berteman dengannya, tentu
dengan suka rela ia mau memaa)kan kesalahannya itu.
"2ngkau tidak pantas untuk berjalan bersama#sama denganku dan menjadi sahabatku*
Sebab, semua orang menolak kehadiranku dan menyambut kehadiranmu. Siapa pun yang
bertemu denganku akan melempariku dengan batu, tetapi Siapa pun yang bertemu
denganmu akan menyambutmu sebagai raja di antara para mistik. ku tidak pernah
menyimpan sepotong tulang pun, tetapi engkau memiliki sekarung gandum untuk
makanan esok hari*" kata Si njing 1itam dengan tenang.
&iai "a:id masih termenung dengan kesalahannya pada Si njing 1itam. Setelah
dilihatnya, ternyata Si njing 1itam telah meninggalkannya sendirian di jalanan yang
sepi itu. Si njing 1itam telah pergi dengan bekas ucapannya yang menyayat hati Sang
&iai.
""a llah, aku tidak pantas bersahabat dan berjalan bersama seekor anjing milik#'u*
(antas, bagaimana aku dapat berjalan bersama#'u "ang badi dan &ekal! 'aha $esar
llah yang telah memberi pengajaran kepada yang termulia di antara makhluk#'u yang
terhina di antara semuanya*" seru &iai "a:id kepada Tuhannya di tempat yang sepi itu.
&emudian, &iai "a:id dengan langkah yang sempoyongan meneruskan perjalanannya. Ia
melangkahkan kakinya menuju ke pesantrennya. Ia sudah rindu kepada para santri yang
menunggu pengajarannya.
555
&eunikan dan ke#nyleneh#an &iai "a:id memang sudah terlihat sejak dulu. &epada para
santrinya, beliau tidak selalu mengajarkan di pesantrennya saja, tetapi juga diajak
merespon secara langsung untuk membaca ayat#ayat alam yang tergelar di alam semesta
ini. $anyak pelajaran yang didapat para santri dari Sang &iai= baik pembelajaran secara
teoritis maupun praktis dalam hubungannya dengan ketuhanan.
Suatu hari, &iai "a:id sedang mengajak berjalan#jalan dengan beberapa orang muridnya.
+alan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor
anjing. Setelah diamati secara seksama, ternyata ia bukanlah Si njing 1itam yang dulu
pernah memprotesnya. Ia Si njing &uning yang lebih jelek dari Si njing 1itam. $egitu
melihat Si njing &uning tadi terlihat tergesa#gesa ##barangkali karena ada urusan
penting## maka &iai "a:id segera saja mengomando kepada para muridnya agar memberi
jalan kepada Si njing &uning itu.
"1ai murid#muridku, semuanya minggirlah, jangan ada yang mengganggu Si njing
&uning yang mau lewat itu* $erilah dia jalan, karena sesungguhnya ia ada suatu
keperluan yang penting hingga ia berlari dengan tergesa#gesa," k ata &iai "a:id kepada
para muridnya.
Para muridnya pun tunduk#patuh kepada perintah Sang &iai. Setelah itu, Si njing
&uning melewati di depan &iai "a:id dan para santrinya dengan tenang, tidak merasa
terganggu. Secara sepintas, Si njing &uning memberikan hormatnya kepada &iai "a:id
dengan menganggukkan kepalanya sebagai ungkapan rasa terima kasih. 'aklum, jalanan
yang sedang dilewati itu memang sangat sempit, sehingga harus ada yang mengalah salah
satu= rombongan &iai "a:id ataukah Si njing &uning.
Si njing &uning telah berlalu. Tetapi rupanya ada salah seorang murid &iai "a:id yang
memprotes tindakan gurunya dan berkata. "llah "ang 'aha $esar telah memuliakan
manusia di atas segala makhluk#makhluk#,ya. Sementara, kiai adalah raja di antara
kaum su)i, tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid#muridnya yang taat
masih memberi jalan kepada seekor anjing jelek tadi. pakah pantas perbuatan seperti
itu!*"
&iai "a:id menjawab. "nak muda, anjing tadi secara diam#diam telah berkata kepadaku.
"pakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian dulu sehingga aku berpakaian
kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja di antara para mistik
>kaum su)i?!" $egitulah yang sampai ke dalam pikiranku dan karena itulah aku
memberikan jalan kepadanya."
'endengar penjelasan &iai "a:id seperti itu, murid#muridnya manggut#manggut. Itu
merupakan pertanda bahwa mereka paham mengapa guru mereka berlaku demikian.
Semuanya diam membisu. 'ereka tidak ada yang membantah lagi. 'ereka pun terus
meneruskan perjalanannya. 555
Per$aka%an Pat&ng-Pat&ng
$0(, sebesar semangka tersepuh perak, tergantung di langit kota, dini hari.
Cahayanya yang lembut, tipis berselaput kabut, menerpa lima sosok patung pahlawan
yang berdiri di atas 'onumen +oang yang tak terawat dan menjadi sarang gelandangan.
Cahaya bulan itu seperti memberi tenaga kepada mereka untuk bergerak#gerak, dari
posisi mereka yang berdiri tegak. 'ereka seperti mencuri kesempatan dari genggaman
warga kota yang terlelap dirajam kantuk dalam ringkus selimut.
(ima patung yang terdiri dari tiga lelaki dan dua perempuan itu, menggoyang#goyangkan
kaki, menggerakkan tangan, kemudian duduk dan bahkan ada yang tiduran. 'ungkin,
mereka sangat letih karena selama lebih dari empat puluh tahun berdiri di situ. Wajah
mereka yang kaku, dengan lipatan#lipatan cor semen yang beku pun kerap bergerak#gerak
seperti orang mengaduh, mengeluh, menjerit dan berteriak. Tentu, hanya telinga setajam
kesunyian yang mampu mendengarnya.
"%ulu, ketika jasad kita terbujur di sini, kota ini sangat sunyi. 1anya beberapa lampu
berpendar bagai belasan kunang#kunang yang membangunkan malam. &ini, puluhan
bahkan ratusan lampu, bependar#pendar seterang siang. ,egeri ini benar#benar megah,"
ujar patung lelaki yang dikenal dengan nama Wibagso sambil mengayun#ayunkan
senapannya.
"Tapi lihatlah di sana, $ung Wibagso. &umpulan gelandangan tumpang#tindih bagi jutaan
cendol sedang makan bangkai anjing dengan lahap. %an di sana, lihatlah deretan gubug#
gubug reyot menyatu dengan gelandangan yang berjejal bagai benalu menempel di
tembok gedung#gedung. 'ulut mereka menganga menyemburkan abab bacin serupa
aroma mayat, mengundang jutaan lalat terjebak di dalamnya. "a, Tuhan, mereka
mengunyah lalat#lalat itu..." desis patung lelaki bernama %urmo.
3atri, patung perempuan yang dulu dikenal sebagai mata#mata kaum gerilyawan,
menukas, "Itu biasa rekan %urmo. %alam negeri yang gemerlap, selalu dirawat
kemiskinan sebagai ilham bagi kemajuan. &ita mesti bangga, negeri ini sangat kaya.
(ihatlah di sana deretan rumah mewah menyimpan jutaan keluarga bahagia. da mobil#
mobil mewah, ada lapangan gol) pribadi, bahkan ada pesawat terbang pribadi... %an
lihatlah di sana, orang#orang berdansa#dansi sampai pagi. "aaa... ampun malah ada yang
orgi..."
Patung Sidik, yang sejak tadi menyidik dunia sekitar dengan mata nanar melenguh bagai
sapi di ruang jagal, "Ternyata mereka hanya sanggup mengurus perut dan kelamin
mereka sendiri. ku jadi menyesal, kenapa dulu ikut memerdekakan negeri ini."
"ku pun jadi tidak lagi pede sebagai pahlawan," timpal %urmo, "&ita bediri di sini tak
lebih dari hantu sawah. Ternyata mereka tak sungkan apalagi hormat kepada kita.
$uktinya, mereka menggaruk apa saja."
"&amu jangan terlalu sentimentil. ku rasa mereka tetap hormat kepada kita. $uktinya,
mereka membangunkan kita monumen yang megah," tukas Wibagso.
Tapi kenapa kita hanya diletakkan di sini, di tempat njepit ini. 'osok monumen
pahlawan kok cuma dislempitkan," gugat patung perempuan bernama Cempluk, yang
dulu dikenal sebagai pejuang dari dapur umum.
ngin bertiup mengabarkan hari sudah pagi. 4elandangan#gelandangan yang tidur
melingkar di kaki monumen itu menggeliat. 'ulut mereka menguap kompak. roma
abab bacin yang membadai dari sela gigi#gigi kuning, menguasai udara sekitar. Tercium
oleh para patung pahlawan. Sontak mereka serempak berdiri, dan masing#masing kembali
pada tempatnya, sebelum keheningan pagi dirajam hiruk#pikuk kota, sebelum udara
bersih pagi dicemari deru na)as kota yang keruh.
%alam posisi asal, patung#patung pahlawan itu terus bergumam. Tapi hanya telinga
setajam kesunyian yang mampu menangkapnya.
"0 Seblak, pelacur senior yang dikenal sebagai danyang alias "penunggu" monumen itu,
duduk tak:im di kaki monumen. Tangannya di angkat di atas kepala. Tergenggam dupa
yang mengepulkan asap. &epulan asap itu menari#nari mengikuti gerak tangan "u Seblak.
&e kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. 4erakan "u Seblak diikuti lima#enam orang
yang duduk di belakang perempuan berdandan menor itu. "u Seblak bergumam
meluncurkan kata#kata mantera.
"ku mendengar ada banyak orang mendoakan kita. 'ereka memberi kita sesaji. da
bunga#bunga, ada jajan pasar, ada juga rokok klembak menyan," 'ata Wibagso terus
mengikuti upacara yang dipimpin "u Seblak.
"&urang ajar* &ita dianggap dhemit* 'alah ada yang minta nomer buntut segala* Ini apa#
apaan Wibagso*" teriak %urmo.
"Ssssttt. Tenanglah. pa susahnya kita membikin mereka sedikit gembira. nggap saja
ini interme::o dalam perjalanan kita menuju jagat keabadian," ujar Wibagso.
"Tapi kalau pahlawan sudah disuruh ngurusi togel itu kebangeten*" protes Cempluk.
"1idup mereka gelap rekan Cempluk. 'ereka hanya bisa mengadu kepada kita, karena
yang hidup tak pernah mengurusi nasib mereka. +ustru menghardik mereka...," tukas
3atri.
"u Seblak terus mengucapkan doa dalam irama cepat, diikuti orang#orang di
belakangnya. Selesai memimpin doa, "u Seblak menerima berbagai keluhan para
"pasiennya".
"Wah kalau pahlawan disuruh ngurusi garukan pelacur, ya enggak bisa. Punya
permintaan itu mbok yang sopan gitu lho..."
"1abis, saya selalu kena garuk, "u. +adinya BdaganganB saya sepi. 2hhh siapa tahu, para
petugas ketertiban kota itu takut dengan &anjeng Wibagso dan semua pahlawan di sini.
Tolong ya... "u..." ujar jeng, perempuan berparas malam itu, sambil menyerahkan
amplop di genggaman "u Seblak.
""aahhh akan saya usahaken. Semoga saja &anjeng Wibagso dan rekan bisa
mempertimbangken..."
Wibagso tersenyum. Sidik manggut#manggut. %urmo tampak tersinggung.
"'ereka ini payah. 4aruk#menggaruk itu kan bukan urusan kita. 'estinya mereka
mengadu ke anggota dewan..."
"h anggota dewan kan lebih senang kasak#kusuk untuk saling menjatuhkan...," ujar
Sidik.
"Tampung saja keluhan itu," sahut Wibagso.
"Tapi urusan kita banyak, $ung* &ita masih harus mempertanggungjawabkan seluruh
perbuatan kita selama hidup. +ujur saja, waktu berjuang dulu, aku menembaki musuh
tanpa ampun seperti aku membasmi tikus," mata %urmo menerawang jauh.
"Perang memungkinkan segalanya, $ung. &ita tidak mungkin bersikap lemah lembut
terhadap musuh, yang mengincar nyawa kita. &ita membunuh bukan demi kepuasan
melihat mayat#mayat mengerjat#ngerjat karena nyawanya oncat. &ita hanya
mempertahankan hak yang harus digenggam," Wibagso mencoba menghibur %urmo.
"&ita yakin saja, malaikat penghitung pahala pasti mencatat seluruh kebaikan kita," 3atri
menimpali.
%ari penjual rokok di seberang jalan, sayup#sayup terdengar warna berita dari radio.
"'onumen +oang untuk mengenang lima pahlawan yang gugur dalam pertempuran &ota
$aru melawan pasukan $elanda akan dipugar. Status mereka pun sedang diusulkan untuk
ditingkatkan dari pahlawan kota telah menyiapkan anggaran sebesar tiga milyar." (ima
patung itu mendengarkan berita dengan tak:im. Wibagso meloncat girang. 3atri menari#
nari. Cempluk hanya diam terpekur. %urmo masih dibalut perasaan gelisah. Sidik berdiri
mematung, meskipun sudah sangat lama jadi patung.
"&enapa kalian hanya diam! $erita itu mesti kita rayakan*" ujar Wibagso.
"0ntuk apa! ku sendiri tak terlalu bangga jadi pahlawan. Ternyata negeri yang
kumerdekakan ini, akhirnya hanya menjadi meja prasmanan besar bagi beberapa gelintir
orang. Sedang jutaan mulut yang lain, hanya menjadi tong sampah yang mengunyah sisa#
sisa pesta," ujar Sidik.
"Itu bukan urusan kita, $ung. Tugas kita sudah selesai. &ita tinggal bersyukur melihat
anak cucu hidup bahagia," sergah Wibagso.
"Tapi jutaan orang#orang bernasib gelap itu terus menjerit. +eritan mereka memukul#
mukul rongga batinku."
"h, sudah jadi arwah kok masih perasa."
"Tapi perasaanku masih hidup*"
"0ntuk apa memikirkan semua itu. &alau masih ada yang kurang beruntung, itu biasa.
1idup ini perlombaan. da pemenang, ada juga pecundang*"
"+angan#jangan kamu ini kurang ikhlas berjuang, $ung Sidik," timpal 3atri.
"&urang ikhlas bagaimana! &akiku yang pengkor ini telah kuberikan kepada hidup.
$ahkan jantungku telah menjadi sarang peluru#peluru musuh. 'ereka memberondongku
tanpa ampun hingga tubuhku luluh latak bagai dendeng."
"/oo kalau soal itu, penderitaanku lebih dahsyat. &alian tahu, ketika aku merebut kota
yang dikuasai musuh, puluhan peluru merajamku. Tapi aku puas, karena berkat
keberanianku, nyali kawan#kawan kita terpompa dan akhirnya berhasil memenangkan
pertempuran. Ini semua berkat aku*"
"2nak saja kau bilang aku," sergah %urmo. "%alam pertempuran merebut &ota $aru itu,
aku dan Sidik yang berdiri paling depan. 'enghadapi musuh satu lawan satu. &amu
sendiri, lari terbirit#birit ke hutan dan ke gunung. %an kamu, tanpa malu, menyebut
sedang bergerilya*"
"Tapi akulah yang punya ide untuk menyerang. ku juga yang memimpin serangan )ajar
itu*"
"Siapa yang mengangkatmu jadi pemimpin, Wibagso! Siapa! Waktu itu, kita tak lebih
dari pemuda yang hanya bermodal nyali. Tak ada jabatan. Tak ada hierarki. palagi
pimpinan produksi perang*" hardik %urmo.
"Tapi perang tidak hanya pakai otot, $ung* Perang juga pakai otak. Pakai strategi*"
,apas Wibagso naik#turun.
"Tapi strategi tanpa nyali bagai kepala tanpa kaki*" kilah %urmo.
"$ung Wibagso," tukar Sidik, "&enapa kamu sibuk menghitung#hitung jasa yang
sesungguhnya hampa!*"
$ulan mengerjap, seperti tersentak. Wajah Wibagso memerah.
"Sidik* $elajarlah kamu menghargai jasa orang lain. +angan anggap kamu paling
pahlawan di antara para pahlawan*"
"&apan aku membangga#banggakan diri! &apan! &amu ingat, waktu berjuang dulu, aku
justru menghilang ketika ada Panglima $esar mengunjungi kawan#kawan kita yang
berhasil menggempur musuh. &alau aku mau, bisa saja aku mencatatkan diri menjadi
prajurit resmi. %an aku yakin, ketika negeri ini merdeka, aku mampu jadi petinggi yang
bisa mborongi proyek. Tapi, puji Tuhan, maut keburu menjemputku," ujar Sidik.
"$egitu juga aku," sergah %urmo, "ku berpesan kepada anak#anakku, kepada seluruh
keturunanku, untuk tidak mengungkit#ungkit jasa kepahlawananku, demi uang tunjangan
yang tak seberapa banyak. Itu pun masih banyak potongannya*"
"'una)ik. &alian ini muna)ik*" bentak Wibagso.
$ulan kembali mengerjap. ngin terasa mati.
,apas kota kembali berhembus. +antung kota kembali berdegup. 4elandangan, pelacur
dan copet kembali menggeliat. 'ulut mereka kompak menguap menyemburkan abab
bacin penuh bakteri.
"ku yakin, kalau monumen ini jadi dipugar, kita akan kehilangan tempat," ujar &alur,
pencopet bertubuh tinggi kurus itu.
"&ita harus turun ke jalan. &ita kerahkan semua gelandangan di kota ini. &ita demo
besar#besaran*" timpal &arep yang dijuluki "gelandangan intelektual" karena gemar
mengutip kata#kata gagah.
Percakapan mereka dihentikan suara radio milik "u Seblak yang menyiarkan warta
berita. "%rs 4insir, &epala &otapraja yang menggantikan 3' Picis, membatalkan
rencana pemugaran 'onumen +oang. 'enurut %rs 4ingsir, proyek itu muba:ir.
$ertenangan dengan a:as keman)aatan bagi publik. palagi pengajuan perubahan status
menjadi pahlawan nasional, ditolak Tim Pakar Sejarah ,asional. %ana sebesar tiga
milyar dialihkan untuk memberikan bantuan pangan kepada masyarakat prasejahtera."
4elandangan#gelandangan sontak bersorak. 'ereka menari. $eberapa orang menenggak
minuman oplosan alkohol. $ahkan ada yang mencampurinya dengan spritus. +antung
mereka berdetak cepat. 4erakan tubuh mereka semakin rancak, semakin panas.
$ulan pucat di angkasa berselimut kabut. &ota kembali tidur. Tapi di sebuah gedung
pemerintahan kotapraja, tampak lampu masih menyala.
"Saya setuju saja, jika %en $ei Taipan mau bikin mall di sini," ujar %rs 4insir sambil
minum anggur.
"Terima kasih... terima kasih. $apak 4insir ternyata welcome. 2eee soal pembagian
keuntungan, itu dinegosiasikan. $iasanya, C9.D9." %en $ei menenggak anggur merah.
"Tapi tunggu dulu, %en $ei. Saya mesti mengusulkan masalah ini pada %ewan. %an
biasanya itu agak lama. 'aklum..."
"2eee bagaimana kalau C7.D7. Tidak ada konglomerat gila macam saya."
"Tapi masih banyak konglomerat lain yang lebih gila, %en $ei..."
"$agaimana kalau E9.D9. Ini peningkatan yang sangat progresi)."
"Well...well...well... Saya kira %en $ei bisa bikin mall tidak hanya satu. Tanah di sini
masih sangat luas."
"$apak ini ternyata cerdas. Setidaknya, mendadak cerdas."
&eduanya tertawa berderai.
"%en $ei tinggal pilih. lun#alun, bekas benteng 3otenberg atau di 'onumen +oang."
"Semuanya akan saya ambil."
"Terima kasih. Sulaplah kota kami ini jadi metropolitan."
&eduanya berjabat tangan.
555
"P2,4&1I,T* Culas* (icik dan sombong* Penguasa demi penguasa datang, ternyata
hanya bertukar rupa. 'ereka tetap saja menikamkan pengkhianatan demi pengkhianatan
di tubuh kita*" Wibagso menggebrak, hingga tubuh monumen bergetar.
"'ereka menganggap kita sekadar bongkahan batu yang beku. 'ereka hendak
menggerus kita menjadi butiran#butiran masa silam yang kelam*" hardik 3atri.
Sidik, %urmo, dan Cempluk tersenyum.
"&enapa kalian hanya diam! &ita ini hendak diluluhlantakkan. (ihatlah buldoser#
buldoser itu datang. $erderap#derap. &ita harus bertahan. $ertahan*" teriak Wibagso.
%i bawah monumen, "u Seblak memimpin penghadangan penggusuran. "&ita harus
bertahan* &ita lawan buldoser#buldoser itu* jeng, &arep, &alur, di mana kalian!" teriak
"u Seblak.
"&ami di sini. %i belakangmu*" jawab mereka kompak.
"&ita lawan mereka. &ita pertahankan liang#liang kita. (ebih baik mati daripada
selamanya dikutuk jadi kecoa*"
%eru buldoser#buldoser mengepung monumen. $eberapa orang berseragam memberi
aba#aba. $uldoser#buldoser terus merangsek.
"(ihatlah, mereka yang hanya gelandangan saja membela kita. 'estinya kalian malu*"
hardik Wibagso.
"Wibagso* &alau kami akhirnya melawan mereka, itu bukan untuk membela kepongahan
kita sebagai pahlawan. Tapi membela mereka yang juga punya hak hidup*" teriak Sidik.
"ku tak butuh penjelasan. Tapi butuh kejelasan sikap kalian untuk melawan mereka
3atri, meloncatlah kamu. %an masuklah ke ruang kemudi. Cekik leher sopir#sopir itu.
Cempluk, tahan moncong buldoser itu. 4anjal dengan tubuhmu. Sidik, dan kamu %urmo
hancurkan mesin buldoser#buldoser itu. Cepat*" Wibagso mengatur perlawanan seperti
ketika menghadapi tentara#tentara penjajah.
$uldoser terus merangsek. 'eluluhlantakkan badan monumen. 'enerjang orang#orang
yang mencoba bertahan. &alur, &arep, jeng, dan orang#orang lainnya lari lintang
pukang.
"&alian benar#benar pengecut*" teriak "u Seblak.
"Sia#sia melawan mereka* 'ereka ternyata buaanyaakkk sekali*" teriak &alur.
"&ita menyingkir saja. Pahlawan saja mereka gilas, apalagi kecoa makam kita*
'enyingkir... 'enyingkir saja***" &arep mencoba menarik "u Seblak yang berdiri
beberapa sentimeter dari moncong#moncong buldoser. Tapi "u Seblak tetap bertahan,
sambil terus mengibar#ngibarkan kain dan kutangnya. Tak ada yang menahan "u Seblak
untuk telanjang. $uldoser#buldoser itu dengan rakus dan bergairah menggilas tubuh "u
Seblak. Tubuh kuning langsat itu bagaikan buah semangka yang dilumat blender.
Wibagso tersentak. 3atri menjerit histeris. %urmo dan Sidik berteriak#teriak penuh
amarah. 'ereka mencoba menghadang buldoser#buldoser itu. Tapi mesin penghancur itu
terlalu kuat buat dilawan. Patung#patung itu dilabrak dan dihajar hingga lumat.
$ulan di angkasa mengerjap, ngin mati.
"&alian telah membunuh kami untuk yang kedua kalinya..." ujar Wibagso lirih. 0capan
itu terus bergema, hingga mall itu selesai dibangun, dan diresmikan &epala &otapraja,
%rs 4ingsir. 1ingga kini, suara#suara itu terus mengalun. Tapi hanya telinga setajam
kesunyian yang mampu mendengar gugatan itu.5

Anda mungkin juga menyukai