Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Depresi dikenal sebagai keluhan umum yang sering dialami masyarakat. Wanita memiliki
kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk mengalami depresi.
Perbedaan dalam resiko relatif antara pria dan wanita bermula pada awal usia remaja dan
bertahan hingga paling tidak usia pertengahan. Meski perbedaan hormonal atau perbedaan
biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan berpengaruh, namun perbedaan
gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyak jumlah stres yang dihadapi wanita dalam
kehidupan kontemporer.

Orang-orang yang lebih muda mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk sembuh dari pada kelompok yang lebih tua, dan kecil kemungkinan penyakitnya kambuh.
Selama beberapa dekade terakhir para peneliti berupaya memahami peran berbagai
neurotransmiter dalam gangguan mood. Ada dua transmiter yang paling banyak dipelajari, yaitu
norepineprin dan serotonin. Teori norepineprin merupakan yang paling relevan dengan gangguan
bipolar, dan secara umum, dinyatakan bahwa kadar norepineprin yang rendah memicu depresi
dan kadar yang tinggi memicu mania. Teori serotonin menyatakan bahwa kadar serotonin yang
rendah menimbulkan depresi.

Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi akan
sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain. Banyak gangguan
medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan gejala depresi. Biasanya
pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke dokter umum dengan keluhan
somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin, gangguan infeksi dan peradangan, serta
penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal.
Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain harus
diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat mempengaruhi dan memperburuk
penyakit organik yang sudah ada. Pemilihan obat anti depresan yang tepat sangat diperlukan agar
mendapatkan efek terapi yang optimal dan menghindari efek samping yang mungkin timbul.




BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
3


EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat merupakan gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup sekitar 15%, kemungkinan sekitar 25% terjadi pada wanita.
1
Terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali
lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Usia onset untuk gangguan depresi berat kira-
kira usia 40 tahun. 50% dari semua pasien, mempunyai onset antara usia 20-50 tahun.
1

Beberapa data epidemilogi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresi
berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, jika pengamatan
tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat -zat
lain pada kelompok usia tersebut.
1

Angka gangguan depresif berat pada anak-anak pre sekolah diperkirakan adalah sekitar
0,3% dalam masyarakat, dibandingkan dengan 0,9% dalam lingkungan klinis. Diantara anak-
anak usia sekolah dalam masyarakat, kira-kira 2% memiliki gangguan depresif berat. Depresi
lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan pada anak usia sekolah.
1


ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor -faktor
dibawah ini berperan.
1. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik ( norepinefrin dan
serotonin ).
Penurunan serotonin dapat encetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang
rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit. Faktor
neurokimia lain seperti adenilate cyclase, phsphotidyl inositol, dan regulasi kalsium
mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Penelitian anak pra pubertas dengan
gangguan depresif berat dan remaja-remaja dengan gangguan mood telah menemukan
kelainan biologis.
1
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat
mensekresikan hormon pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur
dibandingkan dengan anak normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi.
1


2. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari pasien
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara
derajat pertama kontrol. Memiliki satu orang tua yang terdepresi kemungkinan
meningkatkan resiko dua kali untuk keturunan, memiliki kedua orang tua terdepresi
kemungkinan meningkatkan resiko empat kali bagi keturunan untuk terkena gangguan
depresi sebelum usia 18 tahun.
1


3. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stess lingkungan, suatu pengalamn klinis yang telah
lama direplikasikan adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih
sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya.
Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk gangguan depresi berat.
1

Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua
sebelum usia 13 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan.
1

Bebeapa artikel teoritik mempermasalakan hubungan antara fungsi keluarga dan
onset serta perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi di dalam
keluarga mungkin mempergaruhi kecepatan pemulihan, berkurangnya gejala, dan
penyesuaian pasien pasca pemulihan.
1
4. Faktor Psikososial
Terdapat pengamatan klinis yang bertahan lama bahwa pristiwa hidup yang penuh
tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan Mood yang mengikuti. Hubungan
ini telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresi berat dengan gangguan bipolar I.
sejumlah klinisi yakin bahwa pristiwa hidup hanya memegang peran terbatas dalam awitan
dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukan bahwa peristiwa hidup yang
hanya memegang peran terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data yang paling
meyakinkan menunjukan bahwa pristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya
depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun.
Factor risiko lain adalah kematian pasangan.

Klasifikasi Depresi
DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi mayor/ major
depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak terklasifikasikan. Gambar 4.1
memperlihatkan algoritma singkat untuk memisahkan gangguan depresi ini dengan gangguan
bipolar.
1. Gangguan Depresi Mayor
MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi mayor (Kotak 4.1).
kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada pada waktu yang sering,
sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang
terlihat. Gejala yang muncul juga harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan.
Akhirnya, bereavement dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.
Kotak 4.1 DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor
A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan
perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan
laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar.
Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau
peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan yang
tidak naik
4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan
perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi)
hampir setiap hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan
yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran
C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau
kondisi medis umum (hipotiroid)
E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat kambuh,
setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak penyembuhan
paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan
pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan, hal ini dapat digunakan untuk membedakan
setiap jenis depresi yang berimplikasi pada pengenalan (gejala-gejala tertentu atau pola
penyakitnya), prognosis dan pemilihan terapi.
2. Distimia
Distimia adalah penyakit kronis, gangguan mood tingkat rendah selama kriteria pada episode
depresi mayor tidak ditemukan (Kotak 4.2). Gejala-gejala distimia berkembang perlahan,
seringkali tidak dikenali oleh pasien, dan menetap untuk waktu minimum 2 tahun (median 5
tahun). Individu dengan distimia sering berkembang menjadi episode depresi mayor (dalam
bentuk depresi ganda), dimana hal ini yang akan membuat mereka pergi untuk berobat.
Kotak 4.2 DSM-IV-TR kriteria diagnostic distimia
A. Mood depresi hampir sepanjang hari, untuk beberapa hari lalu tidak, diindikasikan dengan
subjektif atau dilihat oleh orang lain, paling tidak selama 2 tahun. Note : pada anak dan
remaja, mood sgt iritabel dan durasinya minimal 1 tahun
B. Kondisi saat depresi, dua atau lebih :
1. Nafsu makan yang buruk atau berlebihan
2. Insomnia atau hipersomnia
3. Sedikit tenaga atau kelelahan
4. Harga diri yang rendah
5. Sulit berkonsentrasi atau kesulitan dalam membuat suatu keputusan
6. Putus asa
C. Selama 2 tahun (1 tahun untuk anak) terdapat gangguan, tidak pernah tanpa gejala-gejala
pada kriteria A dan B lebih dari 2 bulan pada satu waktu
D. Tidak terdapat episode depresi mayor selama 2 tahun awal gangguan (1 tahun untuk anak
dan dewasa), gangguan ini lebih baik tidak dihitung sebagai gangguan depresi mayor
kronik atau gangguan depresi mayor yang sembuh sebagian
E. Tidak pernah ada episode mania, episode campuran, atau hipomania, dan tidak termasuk
dalam gangguan siklotimik
F. Gangguan tidak terjadi saat terdapatnya gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau
gangguan waham
G. Gejala bukan karena efek fisiologis dari suatu zat (penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
obat) atau kondisi medis umum (hipotiroid)
H. Gejala menunjukkan dengan jelas distress dan gangguan pada kehidupan sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.


3. Gangguan Depresi yang Tidak Dapat Dispesifikasikan
Depresi yang tidak dapat dispesifikasikan adalah depresi yang memiliki gejala yang tidak
ditemui pada kriteria gangguan depresi utama (Kotak 4.3). Beberapa kondisi seperti depresi
minor dan depresi kambuhan yang berlangsung tidak lama, masih dalam penelitan untuk masuk
dalam klasifikasi diagnosis dimasa yang akan datang.
Kotak 4.3 contoh-contoh gangguan depresi yang tidak dapat dispesifikasikan
Gangguan disforik premenstrual: pada kebanyakan siklus menstruasi yang sudah
berlangsung selama satu tahun, gejala biasanya terjadi pasa minggu akhir fase lutheal dan
membaik beberapa hari dari waktu menstruasi
Gangguan depresi minor : episode terjadi selama 2 minggu dari gejala depresi tetapi lebih
sedikit dari 5 kategori untuk MDD
Gangguan depresi singkat berulang : episode depresi yang berlangsung 2 hari sampai 2
minggu, paling tidak satu kali dalam satu bulan dalam waktu 12 bulan dan tidak
berhubungan dengan siklus menstruasi
Gangguan depresi post psikotik skizofrenia : pada episode depresi mayor yang terjadi saat
fase skizofrenia residual
Episode depresi mayor ikutan : gangguan waham, gangguan psikotik yang tidak
tergolongkan, atau fase aktif skizofrenia
Keadaan dimana dokter sudah menyimpulkan adalah depresi yang terjadi tetapi tidak secara
primer karena suatu kondisi medis atau karena zat

GEJALA KLINIS
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):
Efek depresif,
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
4


Gejala lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Gangguan tidur
g. Nafsu makan berkurang.
4


Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang -
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung lama.
4

PATOFISIOLOGI
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat terganggu
apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan
sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi
dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya
pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).
Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter
lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga
depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter aminergik pada
sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia depresi dapat
diterangkan sebagai berikut :

1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya
kemampuan neurotransmisi serotogenik.
2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi
aktivitas norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat
kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang
menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI (Selective
Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter
atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme
neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan
bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik yang
berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang
berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena
dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini
dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin Re-uptake
Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan menghambat. Dengan
demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi menjadi
lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi.
Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
pengembangan obat-obat anti depresan.
TANDA GANGGUAN DEPRESI BERAT
A. Perasaan yang berubah-ubah
Depresi berat merupakan gangguan mood yang mempengaruhi cara seseorang merasa
tentang kehidupan pada umumnya. Memiliki pandangan putus asa atau tak berdaya pada
kehidupan adalah gejala yang paling sering dikaitkan dengan depresi. Perasaan lain yang
mungkin dirasakan adalah merasa tidak berharga, membenci diri atau rasa bersalah yang tidak
tepat.

B. Kehilangan minat
Depresi dapat merenggut kesenangan atau kenikmatan dari hal yang disukai. Hilangnya
minat dari kegiatan yang pernah dinantikan, seperti olahraga, hobi atau pergi keluar dengan
teman adalah satu lagi tanda-tanda depresi berat.

C. Kelelahan dan tidur
Sebagian alasan seseorang berhenti melakukan hal-hal yang dinikmatinya adalah karena
merasa sangat lelah. Depresi sering datang dengan kekurangan energi dan perasaan yang luar
biasa dari kelesuan, yang dapat menjadi gejala paling melemahkan. Dan bisa mengakibatkan
tidur berlebihan atau tidak tidur sama sekali.

D. Kecemasan dan lekas marah
Orang dengan depresi juga memberikan kontribusi menimbulkan kecemasan dan mudah
tersinggung. Penelitian menunjukkan, pria lebih cenderung menunjukkan tanda-tanda ini.
Karena wanita lebih mungkin menginternalisasi masalah mereka, sementara pria cenderung
mengeksternalisasi perasaan mereka dengan menyalahkan orang lain.

E. Selera makan dan berat badan meningkat
Nafsu makan dan berat badan dapat berfluktuasi secara berbeda untuk setiap orang
dengan depresi berat. Beberapa akan memiliki nafsu makan dan berat badan bertambah,
sementara yang lain sebaliknya.


F. Emosi tak terkendali
Satu menit dikuasai amarah. Berikutnya, menangis tak terkendali. Emosi yang naik dan turun
dalam waktu singkat ini adalah gejala depresi. Mirip dengan kelainan suasana hati (gangguan
bipolar), yakni suasana hati yang berfluktuasi tak terkendali dan membuat orang tersebut
bingung.

G. Bunuh diri
Realitas paling menakutkan dari depresi adalah hubungannya dengan keinginan bunuh diri.
Emosi yang tak terkendali dan perasaan hampa sering menyebabkan orang untuk berpikir bahwa
bunuh diri adalah solusi permanen. Bahkan, 90 persen dari lebih dari 34.000 orang yang bunuh
diri di AS setiap tahun didiagnosis memiliki gangguan psikiatrik.

PEDOMAN DIAGNOSTIK
Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik :


Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi jika
gejala utama amat berat dan beronset cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4


Pedoman diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik
Episode depresif berat yang memiliki kriteria tanpa gejala psikotik tersebut diatas;
Diseratai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab
atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat
menuju stupor.
4


DIAGNOSA BANDING
Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu dipikirkan, seperti
adanya gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan zat dan abstinensia, distimia,
siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung dan gangguan penyesuaian.
Perubahan intrinsik yang berhubungan dengan epilepsi lobus temporalis dapat
menyerupai gangguan depresi, khususnya jika fokus epileptik adalah sisi kanan. Berkabung
merupakan suatu respon normal yang hebat, dan menyakitkan karena kehilangan, tetapi responsif
terhadap dukungan dan empati dapat membuat berangsur mereda / sembuh seiring berjalanya
waktu.



TERAPI
Mekanisme terjadinya obat anti depresi adalah :
Menghambat reuptake aminergic neurotransmitter
Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase
Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic transmitter pada sinaps neuron di SSP.
Golongan obat anti depresan antara lain :


Trisiklik: Amitriptylin, Tianeptine, Imipramine, Clomipramine, Opipramol
Tetrasiklik: Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
MAOI Reversibel: Moclobemide
Atypical: Trazodone, Mirtazepin
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor): Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine, Citalopram.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar
2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam, serta waktu paruh sekitar 12-48
jam (pemberian 1-2 kali per hari). Ada 5 proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
- Initiating dosage (tes dosage), untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu, misalnya
amitriptylin 25 mg/hari pada hari 1-2,50 mg/hari pada hari ke 3 dan ke 4, 100 mg/hari
pada hari ke 5 dan ke 6.
- Titrating dosage (optimal dose), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif,
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari selama hari ke 7-15 (
minggu II), kemudian minggu ke III 200 mg/hari dan minggu ke IV 300 mg/hari.
- Stabilizing dosage (Stabilzation dose), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amitriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
- Maintaning dosage (maintanance dose), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan
dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari.
- Tapering dosage (tapering dose), selama 1 bulan, kebalikan dari proses initialing dose.
Misalnya amitriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu. 100 mg 75
mg/hari selama 1 minggu, 75 mg 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari 25
mg/hari selama 1 minggu. Dengan demikian obat anti depresan dapat dihentikan total.
Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan
seterusnya.

Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single
dose one hour before sleep) untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan
SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.





















BAB III
KESIMPULAN

Depresi merupkan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih, dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga ada beberapa
faktor yang berperan, yaitu faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Untuk
menegakkan diagnosa PPDGJ III mensyarati harus ada 3 gejala utama gangguan depresi dan
minimal 4 gejala lainnya dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat. Pemberian
anti depresan dilakukan melalui tahapan tahapan, yaitu dosis initial, titrasi, stabilisasi,
maintenance dan tapering off, dimana dosis dan lama pemberiannya berbeda-beda.



















DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta,
1997.
2. Kaplan, Harold I: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya Medika, Jakarta, 1998.
3. Maslim, R: Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II, Jakarta, 2001.
4. Maslim, R : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPGDJ III,
Jakarta, 2001.
5. Maramis WF. Catatan Kuliah Kedokteran Jiwa, Cetakan Ketujuh. Penerbit Airlangga
University Press, Surabaya, 1998.

Anda mungkin juga menyukai