Anda di halaman 1dari 8

100 ISSN 0216 - 3128 Sri Rinanti Susilowati, dkk.

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

PENGARUH KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL (PVA) DAN
KEASAMAN URANIL NITRAT (UN) DENGAN PENSTABIL TETRA
HIDRO FURFURAL ALKOHOL (THFA) TERHADAP SIFAT FISIS
KERNEL U
3
O
8
HASIL PROSES GELASI
Sri Rinanti Susilowati, Sutarni, Ratmi Herlani, Endang Nawangsih
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN
Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta 55281
Email : ptapb@batan.go.id
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL (PVA) DAN KEASAMAN URANIL NITRAT
(UN) DENGAN PENSTABIL TETRA HIDRO FURFURAL ALKOHOL (THFA) TERHADAP SIFAT
FISIS KERNEL U
3
O
8
HASIL PROSES GELASI. Telah dilakukan penelitian pengaruh konsentrasi PVA
dan keasaman UN dengan penstabil THFA terhadap sifat fisis kernel U
3
O
8
hasil proses gelasi. Kernel U
3
O
8

dibuat dengan proses gelasi eksternal menggunakan uranil nitrat dengan variasi konsentrasi keasaman
larutan UN dan konsentrasi PVA dalam larutan sol sebagai larutan umpan. Pembuatan sol diawali dengan
pelarutan PVA dalam air dengan variasi konsentrasi, kemudian ditambah uranil nitrat, THFA dengan
volume tertentu, diaduk dan dipanaskan pada suhu 70
o
C sampai homogen. Larutan sol diteteskan ke dalam
medium gelasi yang berisi larutan NH
4
OH dalam kolom setinggi 1m pada suhu kamar. Gel yang dihasilkan
direndam dalam NH
4
OH 7M kemudian dicuci dengan NH
4
OH encer kemudian isopropyl alkohol lalu
dikeringkan dalam suhu kamar selama 48 jam serta dipanaskan pada suhu 100
o
C. Setelah dikeringkan
dilakukan proses kalsinasi pada suhu 600
o
C dengan kenaikan suhu secara bertahap. Dari variasi PVA
kebulatan gel ADU yang baik diperoleh dari konsentrasi PVA 1,6-2,0g/20mLsol dengan diameter gel 2,09-
2,25mm, sedangkan pada variasi konsentrasi keasaman UN gel yang terbaik diperoleh dari konsentrasi
keasaman 0,05; 0,1 dan 0,794 N dengan diameter gel 1,94-2,23 mm. Pada proses kalsinasi kernel U
3
O
8
yang
terbaik diperoleh dari konsentrasi PVA 1,8g/20mL sol dengan keasaman larutan UN 0,05,; 0,100 dan 0,794
N atau pada pH 0,1; 1,0 dan 1,3 kerapatan yang dihasilkan 5,155 - 5,506g/cm
3
.
Kata kunci :penstabil, sol gel, kalsinasi, kebulatan, kerapatan

ABSTRACT
INFLUENCE OF POLIVINYL ALCOHOL (PVA) CONCENTRATION AND ACIDIC OF URANYL
NITRIC WITH TETRA HYDROFURFURAL ALCOHOL (THFA) STABILIZER ON THE PHYSICAL
CHARACTERISTIC OF U
3
O
8
KERNEL PRODUCED BY GELATION PROCESS. The influence of PVA
concentration and acidic of uranyl nitrate with THFA stabilizer on physical characyteristic of U
3
O
8
kernel
produced by gelation process was carried out. Kernel of U
3
O
8
was made by external gelation process use of
uranyl nitrate where acidic of uranyl nitrate and PVA concentration were varied as a feed solution.
Concetrations of PVA solution in water were varied first, then uranyl nitrate and THFA in certain volume
were added, mixed and heated on temperature 70
o
C until homogen condition. Sol solution was dropped into
gelation media of NH
4
OH in the 1 m column in room temperature. Gel found was put into NH
4
OH 7M and
then was washed with dilute NH
4
OH and with isopropyl alcohol and then dried in room temperature for 48
hours then was heated in temperature 100
o
C. Calcination process in 600
o
C temperature was done after
drying process where the temperature was increased step by step. It was found that sphericity of good ADU
was gel from PVA of 1.6-2.0g/20mL with gel diameter of 2.09 2.25 mm and it was found that good gel
acidic concentration of uranyl nitrate of 0.05; 0.1 dan 0.794 N with gel diameter 1.94-2.23 mm. In
calcination process the best U
3
O
8
kernel was found from PVA concentration of 1.8g/20mL, acidic sol of
uranyl nitrate solution of 0.05,; 0.100 dan 0.794 N or pH of the solution of 0.1; 1.0 dan 1.3, the density found
was 5.155 5.506 g/cm
3
.
Key word: stabilizer, sol gel, calcination, sphericity, density

PENDAHULUAN
eaktor Suhu Tinggi atau RST merupakan salah
satu reaktor yang sangat menguntungkan.
Sangat menguntungkan karena ekonomis,
mempunyai keselamatan yang handal, sampah yang
dihasilkan minimal, dan memungkinkan untuk
dibangun di Indonesia terutama di daerah-daerah
terpencil yang membutuhkan energi listrik tidak
begitu besar (50 490 MWE). Selain menghasilkan
listrik, panas tinggi sebagai hasil samping pada
operasi Reaktor Suhu Tinggi dapat digunakan
untuk industri kimia yang lain, misalnya untuk
desalinasi air laut, gasifikasi batubara, produksi
R
Sri Rinanti Susilowati, dkk. ISSN 0216 - 3128 101



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

hydrogen, maupun proses industri kimia lain yang
memerlukan panas
(1)
.
Bahan bakar RST berupa partikel terlapis
dengan lapisan BISO (dua lapisan) maupun TRISO
(tiga lapisan) coated particle yang telah dipres
menjadi bentuk bola dalam matrik grafit atau dipres
dengan desain blok prismatik. Partikel terlapis
adalah kernel yang telah dilapis dengan SiC(silica
carbida) dan PyC (pyrocarbon) atau ZrC (zircon
carbida). Lapisan tersebut terutama berfungsi
untuk menahan tekanan maupun hasil fisi yang
dihasilkan saat reaktor beroperasi. Sebagai inti dari
partikel berlapis bisa berupa kernel UO
2
, campuran
(Th-U)O
2
, Uranium carbide atau campuran (U-
Pu)O
2
(3)
.


Gambar 1. Bentuk elemen bahan bakar pebble bed (a) dan blok prismatik (b).
Desain elemen bakar tersebut mempunyai
kelebihan maupun kekurangan masing-masing.
Secara garis besar, proses pembuatan elemen bakar
RST bentuk bola dengan inti kernel UO
2
, (Th-
U)O
2
, UCO maupun (U-Pu)O
2
dapat dibagi
menjadi 3 tahap yaitu pembuatan kernel, pelapisan
kernel dan pembentukan elemen bakar bentuk bola
dalam matrik grafit. Sedangkan bentuk pelet
dengan bahan kernel UO
2
dibentuk dari bahan
kernel UO
2
dengan ukuran tertentu yang dipres
pada suhu dan tekanan tertentu
(2)

Proses gelasi eksternal banyak
dikembangkan untuk membuat kernel UO
2

berdasarkan prinsip difusi NH
3
ke dalam tetesan sol
sehingga sol mengendap dan membentuk butiran
gel. Pengendapan gel dilakukan dengan
meneteskan sol ke dalam kolom yang berisi
NH
4
OH maka gas NH
3
akan terdifusi ke dalam
permukaan tetesan sol sehingga permukaan tetesan
sol mengeras membentuk polimer Amonium
Diuranat Polivinil Alkohol (PVA), sambil
melepaskan molekul air, dengan reaksi sebagai
berikut:
(5)
[(UO
2
)(C
2
H
2
OH)
2n
] + 4NH
4
OH
[(UO
2
)(NH
3
)
4
(C
2
H
2
OH)
2n
] (Gel U-PVA) +4H
2
O
Sol yang terbentuk kemudian ditambah dengan zat
aditif tertentu untuk mempertahankan bentuk
butiran pada saat proses gelasi. Zat aditif yang
biasa digunakan antara lain: methocel,
tetrahidrofurfural alcohol (4-HF), dextran, polivinil
alkohol (PVA)
(5)
Pembentukan gel tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti banyaknya konsentrasi
uranium dan polivinil alkohol yang digunakan serta
metodologi penetesan sol. J ika jumlah PVA yang
digunakan besar dan konsentrasi uranium kecil
akan terjadi kenaikan viskositas, larutan sol akan
sulit digelasikan dalam larutan medium ammonium
hidroksida, akibatnya gel yang terbentuk tidak baik.
J ika jumlah PVA yang digunakan sedikit
sedangkan kadar uraniumnya banyak maka
pencampurannya tidak sempurna, akibatya reaksi
pembentukan gel akan banyak mengalami
kegagalan, misalnya gel yang terbentuk tidak baik
(lonjong). Demikian juga pada proses kalsinasi
pada suhu tinggi gel akan mudah pecah.
(4)

Contoh reaksi pembuatan U
3
O
8
adalah
sebagai berikut :

9 (NH
4
)
2
U
2
O
7 (s)
6U
3
O
8(s)
+14NH
3(g)
+15H
2
O
(g)
+2N
2(g)

Kernel U
3
O
8
akan mengalami kerusakan
menjadi serbuk oksida U
3
O
8
. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas dan sifat fisis butiran gel
dan oksida U
3
O
8
di atas dan juga kualitas bahan
bakar kernel UO
2
yg dihasilkan nantinya, seperti
densitas, luas muka, morfologi, ukuran butir dan
lain-lain.
(4)
TATA KERJA
Bahan
Serbuk UO
3
hasil proses di P
3
TM BATAN, HNO
3
,
H
2
SO
4
, TiCl
3
kristal, FeCl
3
kristal, Barium
difenilsulfonat kristal, Asam sulfamat kristal,
Larutan Titrisol K
2
Cr
2
O
7
0,1 N, Air bebas mineral,
Polivinyl Alkohol, THFA (Tetra Hidrofurfural
Alkohol), Amonia, n Propanol.
500
0
C 600
0
C
102 ISSN 0216 - 3128 Sri Rinanti Susilowati, dkk.



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012


Gambar.2. Diagram alir proses gelasi eksternal
Alat
Neraca analitik, seperangkat alat untuk proses
gelasi, cawan porselin, kertas saring, termometer,
pengaduk magnet, muffle furnace, piknometer,
kertas pH, sendok tanduk, pipet mikro, seperangkat
alat gelas, oven, hot plate.
Cara Kerja
Pembuatan Larutan UN (Uranyl Nitrat)
Serbuk ADU dihaluskan kemudian,
dikalsinasi pada suhu 400
o
C sehingga menjadi
serbuk UO
3
. Ditimbang sejumlah tertentu serbuk
UO
3
dengan neraca analitik. Diambil larutan HNO
3

7 N sejumlah tertentu dengan pipet volume
kemudian dimasukkan dalam beker gelas dan
dipanaskan pada suhu 60
o
C dalam almari asam
sambil diaduk. Serbuk UO
3
dimasukkan sedikit
demi sedikit ke dalam larutan HNO
3
itu sambil
terus menerus diaduk dan dipanaskan pada suhu
60
o
C. Setelah larut kemudian disaring untuk
menghilangkan pengotor maupun sisa endapan
yang tidak larut. Larutan UN dianalisis kadar
uranium dan keasaman dengan metode titrimetri
serta analisis perbandingan mol NO
3
-
/U.

Proses Gelasi Eksternal
PVA ditimbang sebanyak 1,6 gr dengan
menggunakan neraca analitik kemudian dilarutkan
dalam 20 ml ABM dengan menggunakan beaker
glass dan diaduk serta dipanaskan pada suhu 70
o
C
90
o
C. Setelah PVA larut, ditambahkan sejumlah
UN sesuai dengan kadar uranium yang diinginkan
yang telah dinetralisasi dengan NH
4
OH.
Ditambahkan sejumlah zat aditiv THFA, kemudian
diaduk dan dipanaskan pada suhu 70
o
C selama 30
menit, kemudian didiamkan selama 2 jam. Larutan
sol diteteskan dalam kolom gelasi setinggi 1 m
yang berisi medium NH
4
OH. Gel yang terbentuk
direndam dalam NH
4
OH 7M. kemudian dicuci
dengan NH4OH encer dan n-propanol.
Proses Pengeringan
Proses pengeringan ini dilakukan selama 2
kali, yaitu pengeringan pada suhu kamar dan
pengeringan menggunakan oven. Pengeringan
pertama yang dilakukan adalah pengeringan pada
suhu kamar. Butiran gel ADU dikeringkan terlebih
dahulu pada suhu kamar selama 2 hari. Setelah itu
dikeringkan pada oven pada suhu 100
o
C secara
bertahap, yaitu 50
o
C selama 1 jam kemudian 70
o
C
selama 1 jam dan 100
o
C selama 2 jam.
Serbuk UO
3
/U
3
O
8
Pelarut
Larutan UN
Penambahan Zat Aditif pada 70
o
C
Gelasi ekternal dalam medium
NH
4
OH pada suhu kamar
Pencucian dan perendaman dalam larutan
NH
4
OH 2,5 %, n-propanol pada suhu kamar
Pengeringan bertahap
Suhu kamar 24 jam, 100
o
C 2 jam
Kalsinasi pada suhu 600
o
C selama 2 jam
Kernel U
3
O
8
Larutan HNO
3
7 N
Penambahan
PVA+THFA
Analisis Konsentrasi U
Analisis perbandingan mol NO
3
-
/U
Prenetralisasi
Analisis Kondisi Fisik Butiran
(warna, bentuh, keutuhan)
Analisis Kerapatan, Porositas, Luas
Permukaan, Volume Total Pori, J ari-
jari Rerata
Sri Rinanti Susilowati, dkk. ISSN 0216 - 3128 103



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

Proses Kalsinasi
Butiran-butiran gel kering diletakkan pada
cawan porselin atau krus porselin yang tahan panas
tinggi kemudian dimasukkan dalam muffle furnace.
Kemudian panaskan secara bertahap, yaitu 100
o
C
selama 1 jam, 200
o
C selama 1 jam, 300
o
C selama 1
jam, 400
o
C selama 1 jam, 500
o
C selama 1 jam,
600
o
C selama 1 jam kemudian 700
o
C selama 2 jam.
Setelah mencapai suhu 700
o
C selama 2 jam
tersebut, pemanasan dimatikan dan dibiarkan
dingin sampai suhu kamar, selanjutnya dilakukan
proses pengamatan fisik dan analisis.
Analisis Kerapatan Kernel U
3
O
8

Piknometer dikeringkan terlebih dahulu
dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu
100
o
C selama 2 jam. Setelah dikeringkan,
piknometer kosong ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik, kemudian diisi ABM
sampai penuh tanpa ada gelembung udara dan
ditimbang lagi.
Volume piknometer dapat dketahui dengan cara :
Volume piknometer =
4
1 2
CCl
m m


m
1 :
massa piknometer kosong
m
2
: massa piknometer yang berisi ABM
CCl
4
: massa jenis CCl
4
pada suhu ruangan.
a. Piknometer kosong dan kering diisi dengan
butiran U
3
O
8
kemudian ditimbang.
Berat Butiran U
3
O
8
=m
3
m
1

m
3 :
massa piknometer yang berisi butiran U
3
O
8
b. Piknometer yang berisi butiran U
3
O
8
diisi dengan
CCl
4
sampai penuh kemudian ditimbang. Berat
CCl
4
m
4
m
1

m
4
: massa piknometer yang beriisi butiran U
3
O
8
dan CCl
4

Kerapatan dapat dihitung menggunakan cara :
Volume CCl
4
=
4
4
CCl
CCl
Berat


Volume butiran=Volume piknometerVolume
CCl4
Kerapatan butiranU
3
O
8
=
) / ( L g
ran VolumeButi
an BeratButir

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Larutan Uranil Nitrat
Pembuatan Uranil Nitrat (UN) dalam
penelitian ini dilakukan dengan melarutkan serbuk
UO
3
dengan berat tertentu dalam HNO
3
7N pada
volume tertentu, kemudian diaduk serta dipanaskan
pada suhu 60
o
C. Larutan UN dianalisis kadar
Uranium dan keasaman dengan metode titrimeri
dan analisis pH menggunakan pH meter. Larutan
uranil nitrat yang diperoleh dengan kadar U tinggi
namun keasaman rendah. Hasil pembuatan uranil
nitrat dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1.Larutan uranil nitrat hasil pelarutan UO
3

No. pH Keasaman (N) Kadar U (g/L)
1 1,3 0,050 833
2 1 0,100 761
3 0,1 0,794 585
4 0 1,260 570
5 0 1,500 404
Dari data Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada
keasaman rendah, pH tinggi diperoleh larutan UN
dengan kadar tinggi yaitu 833g/L. Pada keasaman
yang relatif tinggi 1,5 N dan pH -0,2 kadar uranium
uranil nitrat 404g/L. Sehingga berdasarkan data
dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa dengan
keasaman yang semakin rendah maka kadar
uraniumnya semakin tinggi. Namun untuk
pembuatan larutan uranil nitrat dengan kadar
uranium tinggi dengan keasaman yang semakin
rendah waktu yang dibutuhkan semakin lama serta
suhunya jangan melebihi 60
o
C karena dapat
menyebabkan terjadinya endapan putih yang sukar
larut.
Pembuatan Sol
Ditimbang 0,6g PVA, kemudian dilarutkan
dalam 20 mL ABM diaduk serta dipanaskan pada
suhu 70
0
C 90
0
C. Setelah PVA larut, ditambahkan
ADUN dengan volume tertentu agar nantinya sol
mempunyai kadar uranium 200g/L kemudian
diaduk dan dipanaskan pada suhu 70
0
C selama 1
jam. Larutan kemudian ditambahkan 0,5 ml THFA,
kemudian diaduk dan dipanaskan pada suhu 70
0
C
selama 30 menit, kemudian larutan didiamkan
selama 2 jam. Hal yang sangat berpengaruh
terhadap kekentalan dalam pembuatan sol adalah
konsentrasi PVA, oleh sebab itu konsentrasi PVA
dibuat variasi 0,6; 1,0; 1,3; 1,6; 1,8 dan 2,2 g/20mL
sol dan variasi konsentrasi kasaman dalam larutan
UN. Selain konsentrasi PVA yang berpengaruh
terhadap kekentalan yaitu konsentrasi uranium dan
keasaman dalam larutan UN, waktu dan suhu pada
pelarutan PVA serta pH pada prenetralisasi.
Gelasi Eksternal
Larutan sol diteteskan pada kolom gelasi
setinggi 1 m yang berisi mediun NH
4
OH 7N
dengan menggunakan jarum suntik volume 5mL.
Gel yang terbentuk kemudian direndam dalam
NH
4
OH 7N selama 30 menit, kemudian dicuci
dengan NH
4
OH 2,5% dan n-propanol masing
masing sebanyak 3 kali. Kemudian dianalisis
diameternya dan kerapatannya dengan
menggunakan piknometer. Ulangi eksperimen
104 ISSN 0216 - 3128 Sri Rinanti Susilowati, dkk.



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

diatas dengan menggunakan PVA 1,6; 1,8 g dan
UN dengan variasi kadar uranium dan keasaman.
Proses gelasi ini dilakukan dalam kolom gelasi
setinggi 1m yang berisi medium NH
4
OH 7N. J arak
lubang penetes dengan kolom gelasi akan
mempengaruhi terbentuknya gel, ini terbukti saat
jarak lubang penetes jauh dengan medium NH
4
OH
gel yang dihasilkan berbentuk bulat pipih. Tetapi
bila jaraknya terlalu dekat lubang penetes dapat
tersumbat karena larutan sol akan mengendap oleh
gas ammonia. Oleh karena itu percobaan ini
dilakukan menggunakan lubang penetes dengan
jarak 5 cm, agar diperoleh gel yang baik.
a. Variasi kadar PVA dalam larutan sol
Pada percobaan variasi kadar PVA, larutan
ADUN yang digunakan adalah yang mempunyai
pH 1,3. Hal tersebut lebih menguntungkan karena
NH
4
NO
3
sedikit ketika proses prenetralisasi
sehingga kernel oksida yang dihasilkan akan
mempunyai kualitas yang lebih baik. Dari data
pecobaan Tabel 2 dapat dilihat bahwa kondisi fisik
gel ADU dengan variasi PVA(g/20mL) 0,6; 1,0;
1,3g berbentuk pipih dan lonjong sedangkan pada
variasi PVA 1g; 1,3g; 1,6g; 1,8 dan 2,0g berbentuk
bulat. J adi dalam hal ini yang berpengaruh terhadap
bentuk gel bulat atau lonjong adalah konsentrasi
PVA.
Dari data Tabel 3, dapat dikatakan bahwa
gel ADU yang dihasilkan dari beberapa variasi
keasaman mempunyai bentuk fisik yang bulat dan
mempunyai diameter yang sesuai dengan
spesifikasi. Karena kebulatan bentuk gel
dipengaruhi oleh viskositas bukan konsentrasi
keasaman.
Tabel 2. Kondisi fisik gel ADU hasil proses gelasi
No pH PVA(g/20 mL) Keasaman Bentuk Diameter (mm)
1 1,3 0,6 0,050 pipih 2,19-2,42
2 1,3 1,0 0,050 lonjong 2,14-2,39
3 1,3 1,3 0,050 lonjong 2,05-2,24
4 1,3 1,6 0,050 bulat 2,11-2,20
5 1,3 1,8 0,050 bulat 2,09-2,14
6 1,3 2,0 0,05 bulat 2,10-2,25
b. Variasi kadar keasaman dalam larutan UN
Tabel 3. Kondisi fisik gel ADU pada variasi keasaman
No. pH PVA (g/20mL) Keasaman Bentuk Diameter (mm)
1 1,3 1,8 0,050 Bulat
1,94-2,23
2 1,0 1,8 0,100 Bulat
3 0,1 1,8 0,794 Bulat
4 0 1,8 1,260 Bulat
5 0 1,8 1,500 Bulat

Proses Perendaman dan Pencucian
a. Proses perendaman
Proses perendaman gel ADU dilakukan
dalam medium NH
4
OH 7N selama 30 menit.
Setelah direndam selama 30 menit gel ADU dicuci
dengan NH
4
OH 2.5% sebanyak 3 kali kemudian
dicuci dengan 2-propanol sebanyak 3 kali untuk
menghilangkan sebagian besar nitrat dan sisa sisa
bahan aditiv. Adapun gel ADU hasil perendaman
dan pencucian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Gel setelah proses perendaman dan
pencucian
b.Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan melalui 2
tahap, tahap pertama yaitu pengeringan pada suhu
kamar dan tahap kedua menggunakan oven pada
suhu 100
0
C. Pada pengeringan suhu kamar
dilakukan selama 48 jam, menyebabkan volume gel
ADU yang dihasilkan sedikit menyusut.
Pengeringan kedua, yaitu pengeringan
menggunakan oven pada suhu 100
0
C yang
dipanaskan secara bertahap, yaitu 50
0
C selama 30
menit, 70
0
C selama 30 menit, 100
0
C selama 2 jam.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kejutan
panas yang dapat menyebabkan gel mengalami
kerusakan. Adapun gambar gel hasil pengeringan
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Gel setelah pengeringan
Sri Rinanti Susilowati, dkk. ISSN 0216 - 3128 105



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

Proses Kalsinasi
Proses kalsinasi ini dilakukan dengan
menggunakan muffle furnace. Suhu pemanasan
yang digunakan adalah 600
o
C dan dipanaskan
secara bertahap, agar tidak terjadi kejutan panas
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada kernel
U
3
O
8
yang dihasilkan. Butiran U
3
O
8
hasil kalsinasi
berwarna hitam kehijauan, kondisi fisik dari butiran
dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Kondisi fisik butiran U
3
O
8
pada variasi kadar PVA
No. Kadar Uranium
(g/L)
Keasaman
(N)
Kadar PVA
(g/20mL)
THFA
(mL)
Keutuhan
Rata
2
(%)
1 200 0,05 0,6 0,5


95
2 200 0,05 1,0 0,5
3 200 0,05 1,3 0,5
4 200 0,05 1,6 0,5
5 200 0,05 1,8 0,5
6 200 0,05 2,0 0,5
Tabel 5. Kondisi fisik butiran U
3
O
8
pada variasi kadar keasaman ADUN
No. Kadar uranium (g/L)
Keasaman
(N)
Kadar PVA
(g/20mL)
THFA
(mL)
Keutuhan
(%)
1 200 0,050 1,8 0,5 95
2 200 0,100 1,8 0,5 90
3 200 0,794 1,8 0,5 90
4 200 1,260 1,8 0,5 80
5 200 1,500 1,8 0,5 70

Pada Tabel 4, kondisi fisik dari variasi
kadar PVA setelah proses kalsinasi secara umum
hampir sama yaitu mempunyai keutuhan 95%. Hal
ini disebabkan karena konsentrasi PVA tidak
berpengaruh terhadap kekeroposan/keretakan pada
proses pemanasan tetapi berpengaruh terhadap
bentuk kebulatan pada proses gelasi. Pada Tabel 5
dapat dilihat bahwa pada keasaman 0,050-0,795N
diperoleh kernel U
3
O
8
dengan keutuhan 90-95%,
sedangkan pada keasaman UN 1,260-1,500 kernel
U
3
O
8
hasil kalsinasi dengan keutuhan semakin
sedikit yaitu 70-80%. Dengan demikian pengaruh
keasaman sangat mempengaruhi terhadap
kekeroposan/keretakan pada kernel U
3
O
8
yang
menyebabkan pecah pada proses pemanasan.
Analisis kerapatan
Analisis kerapatan pada penelitian ini
menggunakan piknometer, larutan yang digunakan
adalah CCl
4
karena tidak bereaksi dengan U
3
O
8
.
Adapun hasil analisis kerapatan kernel U
3
O
8
dapat
dilihat pada Tabel 6, Gambar 5 dan Tabel 7,
Gambar 6.
Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa
konsentrasi PVA tidak berpengaruh terhadap
kerapatan karena kerapatan hasil analisis dari setiap
parameter tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan. Sedangkan dari Tabel 7 dapat dilihat
bahwa keasaman UN cukup berpengaruh terhadap
kerapatan kernel U
3
O
8
. Pada keasaman 1,5 N
memberikan hasil kerapatan yang rendah yaitu
4,114g/mL. Sedangkan pada kasaman 0,050-
1,260N memberikan hasil kerapatan relative sama,
jadi dapat dikatakan bahwa keasaman diatas 1,260
N memberikan hasi kernel dengan kerapatan
rendah.
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa
konsentrasi PVA tidak berpengaruh terhadap
kerapatan, karena disetiap perbedaan konsentrasi
tidak memberikan data perubahan kerapatan yang
signifikan. Sedangkan pada gambar 6 terlihat
bahwa perubahan konsentrasi keasaman dalam
larutan UN memberikan kontribusi terhadap
kerapatan kernel U
3
O
8
. Hal ini dapat dilihat pada
konsentrasi keasaman dalam larutan UN yang
semakin rendah memberikan data kerapatan kernel
U
3
O
8
yang semakin tinggi. Karena semakin tinggi
keasaman larutan UN akan menimbulkan
kekeroposan dalam kernel U
3
O
8
sehingga
memberikan hasil analisis kerapatan yang semakin
rendah.
Tabel 6. Hubungan konsentrasi PVA terhadap
Kerapatan U
3
O
8

No Konsentrasi PVA
(g/20mL)
Keasaman
(N)
Kerapata
n
(g/mL)
1 0,6 0,050 5,073
2 1,0 0,050 5,364
3 1,3 0,050 5,494
4 1,6 0,050 4,803
5 1,8 0,050 5,155


106 ISSN 0216 - 3128 Sri Rinanti Susilowati, dkk.



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

Tabel 7. Hubungan keasaman UN terhadap
Kerapatan U
3
O
8

No Konsentrasi PVA
(g/20mL)
Keasaman
(N)
Kerapata
n
(g/mL)
1 1,8 1,500 4,114
2 1,8 1,260 5,173
3 1,8 0,794 5,246
4 1,8 0,100 5,494
5 1,8 0,050 5,506

Gambar 5. Grafik hubungan konsentrasi PVA
terhadap kerapatan U
3
O
8


Gambar 6. Grafik hubungan keasaman UN terhadap
kerapatan U
3
O
8

KESIMPULAN
Pada pembuatan UN dengan konsentrasi
keasaman rendah diperoleh larutan UN dengan
konsentrasi uranium tinggi, yaitu pada konsentrasi
keasaman 0,05N diperoleh konsentrasi uranium
833g/L. Pada pembuatan sol yang berpengaruh
terhadap viskositas adalah konsentrasi PVA, suhu
dan waktu pelarutan PVA. Pada pembuatan gel
ADU variabel yang berpengaruh terhadap
kebulatan gel ADU adalah konsentrasi PVA. Pada
proses kalsinasi variabel yang berpengaruh
terhadap keutuhan/keretakan kernel U
3
O
8
adalah
konsentrasi keasaman dalam larutan UN. Pada
konsentrasi keasaman 0,05 N diperoleh keutuhan
kernel 95%.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Nuri Nur Hanifah siswi PKL dari SMK
Panjatan yang banyak membantu dengan tekun dan
rajin sehingga penelitian ini selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1. NICKEL, H., Development of coated Feul
partikel, KFA contribution within the frame of
the Germany High Temperature reactor Fuel
Development Program, J ulich.
Kernforschungsanlage.1970
2. BUSRON MASDUKI dan
WARDAYA.Pembuatan Kernel UO
2

Melalui Proses Gel ,Prosiding, Pertemuan,
presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Nuklir:
Yogyakarta PPNY BATAN.1990
3. TURNER, C.W., Colloid Chemistry and Its
Application to the production of Recycle Fuel
By Sol-Gel Process, Ontario: Atomic Energy
Canada Limited.1985
4. BAMBANG, H., Teknologi Proses
Pembuatan Bahan Bakar Reaktor Temperatur
Tinggi : pembuatan kernel UO
2
, Prosiding
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah, P3TM-
BATAN, Yogyakarta.1998
5. KYUNG-CHAI J EEONG, SUNG-CHUI OH,
YEON-KU KIM, and YOUNG-WOO
LEE,ADU Compound Particle Preparation
for HTGR Nuclear Fuel in Korea, High
Temperature Gas Reactor Fuel Development
Division, Atpmic Energy Reasech Institute,
Daejeon 305-606, Korea 2007.

TANYAJAWAB
Damunir (PTAPB)
Apakah THFA berfungsi sebagai penstabil
(surfaktan) atau pereaksi pada gelasi ini?
Sri Rinanti S
Fungsi THFA pada proses gelasi ini sebagai
penstabil
Tundjung Indrati Y.(PTAPB)
Dalam pembentukan sol gel, apa fungsi dari
penstabil?
Sejauh mana keberhasilan adanya penambahan
penstabil terhadap bentuk kernel?
Sri Rinanti S.
Fungsinya penstabil (THFA) untuk
menghindari kerusakan gel yang disebabkan
Sri Rinanti Susilowati, dkk. ISSN 0216 - 3128 107



Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 4 Juli 2012

penyusutan dalam komponen ADU selama
proses gelasi dalam larutan amonia, proses
aging dan pencucian.
Penambahan penstabil THFA mencegah
terjadinya penyusutan dan keretakan pada
proses pemanasan.

Anda mungkin juga menyukai