PA CXR dapat digunakan untuk mendiagnosis pneumothorax spontan dan non-
spontan. Pneumothorax spontan, yang terjadi tanpa suatu peristiwa pencetus yang jelas, dapat dibagi menjadi pneumothorax spontan primer (PSP) dan pneumothorax spontan sekunder (SSP). PSP terjadi pada pasien yang tidak memiliki penyakit paru- paru, sedangkan SSP ditemukan pada mereka dengan penyakit paru-paru yang mendasari seperti penyakit paru obstruktif kronik. Pneumothorax non spontan dapat dibagi lagi menjadi kasus trauma iatrogenik dan noniatrogenik. Pneumothoraces noniatrogenik biasanya terjadi akibat trauma, sedangkan pneumothoraces iatrogenik terjadi akibat intervensi medis. CT scan thorax tidak secara rutin diindikasikan pada pasien dengan PSP karena tidak ada korelasi yang erat antara keberadaan bleb subpleural dan angka kejadian pneumothorax. Pada pasien dengan trauma tembus, frekuensi pneumothoraces okult adalah sekitar 17%, yang dapat dikurangi dengan menggunakan upright chest radiography. Meskipun radiografi PA lebih unggul dibanding radiografi AP untuk mendeteksi pneumothoraces (sensitivitas 92% dan 50%, masing-masing), tidak mungkin untuk mendapatkan sudut pandang upright pada semua pasien dengan trauma tumpul atau bahkan trauma tembus karena adanya masalah yang menghambat seperti tindakan pencegahan cedera tulang servikal dan spinal, ketidakstabilan hemodinamik, imobilisasi cedera ortopedi, resusitasi yang sedang berlangsung, dan penurunan tingkat kesadaran. CT adalah pilihan terbaik untuk mendiagnosis pneumotoraks pada pasien trauma. Kegunaan klinis dari PA CXR setelah thoracocentesis telah dievaluasi dalam beberapa studi. Dalam sebuah penelitian kohort prospektif yang dilakukan di rumah sakit pendidikan perawatan tersier, pasien yang stabil secara klinis, yang belum pernah menerima radiasi dada, hanya satu saja saja yang lulus oada usaha thoracocentesis tanpa aspirasi udara apapun, dan tidak ada kecurigaan operator mengenai pneumothorax memiliki risiko rendah untuk pneumothorax (sekitar 1%) dengan konsekuensi minimal untuk menghindari kesalahan sekitar 60% dari radiografi dada yang dilakukan setelah thoracocentesis. Dalam studi lain, retrospektif dan dalam keadaan rawat jalan, teridentifikasi bahwa CXR postthoracocentesis harus dibatasi untuk pasien dengan gejala indikatif pneumothorax akibat thoracocentesis