ProgramStudi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan
Abstrak
Folikulogenesis merupakan suatu proses perkembangan folikel di dalamkorteks ovarium, yang melibatkan beberapa proses, diantaranya melibatkan hormon gonadotropin hipofisis anterior dalam proses ovulasi yaitu Pregnant Mres Serum Gonadotropin (PMSG). PMSG bereaksi serupa FSH dan dipergunakan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan folikel menjelang terjadinya ovulasi. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi PMSG terhadap perkembangan folikel ovarium kelinci (Oryctolagus cuniculus). Hasil pengamatan menunjukkan Pemberian PMSG 50 IU lebih efektif dibandingkan dengan PMSG 100 IU, hal ini terlihat pada berat uterus dan ovariumyang mempengaruhi vaskularisasi kelinci, karena hormon yang diperlukan sedikit.
Kata Kunci : Folikulogenesis,Vaskularisasi, Hormon PMSG, Ovarium, dan Uterus
PENDAHULUAN Latar Belakang Terjadinya ovulasi diawali oleh aktivitas berbagai macam hormon setelah masa pubertas tercapai, hormon hormon tersebut terutama adalah Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Lutenizing Hormon (LH). Folikel Stimulating Hormon (FSH) berperan terhadap kecepatan pertumbuhan folikel benih menjadi folikel primer lalu menjadi folikel sekunder, tersier dan folikel de graaf. Sedangkan Lutenizing Hormon (LH) berperan terhadap pecahnya folikel de graaf, sehingga terjadi ovulasi (Effendi dan Moerfiah 2014). Hormon gonadotropin hipofisis anterior dalam proses ovulasi adalah Pregnant Mres Serum Gonadotropin (PMSG) dan Human Chlorionic Gonadotropin (HCG). PMSG bereaksi serupa FSH dan biasanya dipergunakan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan folikel menjelang terjadinya ovulasi. Sedangkan HCG bersifat seperti LH . PMSG disintesis oleh sel-sel endometrial cups. Hormon ini tidak disekresikan ke urine, tetapi hanya terdapat di dalam darah. PMSG diekstraksi dari darah kuda bunting yang dikumpulkan kira-kira tiap 10 hari, selama masa kebuntingan 40 120 hari. PMSG merupakan hormone glikoprotein dalambentuk heksosa dan heksosa amin yang mengandung asam sialik (Effendi dan Moerfiah 2014). HCG dibentuk di dalamsel-sel yang meliputi villi chorion dan terdapat di dalam darah maupun urine wanita hamil 3060 hari setelah menstruasi yang terakhir. Setelah hari ke 60 konsentrasinya di dalam darah dan urine menurun, dan tetap rendah sampai beberapa hari setelah partus (melahirkan) (Effendi dan Moerfiah 2014).
Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi PMSG terhadap perkembangan folikel ovariumkelinci (Oryctolagus cuniculus).
TINJAUAN PUSTAKA Folikulogenesis Folikulogenesis merupakan suatu proses perkembangan folikel di dalam korteks ovarium, yang melibatkan beberapa proses yaitu Jurnal Biologi Reproduksi Hewan 2
rekrutmen, seleksi, pertumbuhan, pematangan, dan ovulasi (Campbell et all, 2010). Proses perkembangan dan maturasi folikel dikontrol oleh pars distalis pada kelenjar hipofisa,yaitu dengan mensekresikan FSH, LH dan prolaktin pada beberapa spesies (Anwar, 2005). Folikulogenesis dimulai dengan diambilnya folikel primordial ke dalam suatu kumpulan yang berisi folikel-folikel yang sedang tumbuh berkembang dan dapat diakhiri baik dengan ovulasi atau mati menjadi atresia. Pada wanita, folikulogenesis merupakan proses yang sangat panjang, membutuhkan waktu kira-kira 1 tahun untuk folikel primordial tumbuh dan berkembang mencapai stadium ovulasi (Rosadi dkk, 2011). Folikulogenesis dapat dibagi menjadi dua fase. Fase yang pertama, disebut juga preantral atau fase gonadotropin-independen, ditandai dengan pertumbuhan dan diferensiasi dari oosit. Fase yang kedua, disebut antral (Graaf) atau fase gonadotropin dependen, ditandai dengan pening katan pesat dari ukuran folikel itu sendiri (sampai kira-kira 25 mm) (Rosadi dkk, 2011). Fase preantral dipengaruhi oleh faktor-faktor pertumbuhan yang diproduksi secara lokal melalui mekanisme autokrin/parakrin . Fase yang kedua diatur oleh Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya. Faktor-faktor pertumbuhan ini akan merangsang proliferasi sel dan mempengaruhi aktivitas gonadotropin (Anwar, 2005).
PMSG (Pregnant Mres Serum Gonadotropin) PMSG atau Pregnant Mres Serum Gonadotropin merupakan hormon gonadotropin yang relatif lebih murah dan mudah didapatkan (Udin dkk, 2006). Hormon PMSG akan berada dalam sirkulasi darah selama beberapa jam. Hormon ini berbeda dengan gonadotropin lain dari kelenjar hipofisa anterior seperti FSH atau LH, karena hormon ini tidak cepat menghilang dari sirkulasi darah karena 50 % dari aktivitas PMSG akan tetap mempunyai efek biologis setelah 24 jamdan efek biologis itu menurun menjadi 12 % setelah 72 jam. Hormon PMSG dikatakan mempunyai paruh hidup (half life) yang panjang yaitu sekitar 26 jam (Latifa, 2007). Hormon PMSG tidak dikeluarkan dalamurine atau feses dan juga tidak disimpan dalamuterus, hati, ginjal, gonad, paru-paru atau limpa sebagai residu (Latifa, 2007). Menurut beberapa peneliti, aktivitas biologi hormon PMSG dapat menurun karena adanya reduksi ikatan disulfida, atau terlepasnya asam amino bebas oleh pengaruh panas atau oleh berbagai enzimtubuh yang bersifat proteolitik dan glikolitik seperti trypsin, pepsin, chymo trypsin, papain, carboxypeptidase, ptyalin dan taka-diastase (Udin dkk, 2006). Enzim-enzim penginaktifasi hormon banyak terdapat di hati dan ginjal). Pada hewan betina ovarium merupakan target organ dari hormon PMSG, setelah berikatan dengan target organ PMSG mengalami reduksi ikatan disulfida, akibatnya mengalami penurunan fungsi biologis (Campbell et all, 2010).
Pengaruh Biologi PMSG Pada Hewan Betina PMSG mempunyai pengaruh biologis yang sama dengan FSH, mengandung sedikit pengaruh LH. Pada hewan betina, PMSG mempunyai beberapa pengaruh seperti mendorong folikel muda pada ovarium menjadi folikel yang lebih dewasa, meningkatkan sintesis hormon steroid oleh sel granulosa dari folikel, meningkatkan jumlah cairan folikel , dan meningkatkan jumlah sel granulosa dari folikel (Latifa, 2007).
BAHAN DAN METODE KERJA Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 18- 21 juni 2014 di LaboratoriumBiologi FMIPA Universitas Pakuan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain spuit, timbangan ohaus dan satu set alat bedah. Bahan yang digunakan yaitu folligon (serum gonadotropin atau PMSG) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus) betina dewasa. Metode Kerja Induk kelinci betina disuntik dengan PMSG 50 IU dan 100 IU secara intramuskuler, lalu satu ekor induk kelinci tidak diberikan perlakuan apa- apa sebagai kontrol (NaCl fisiologis), Empat hari kemudian dilakukan pembedahan. Jurnal Biologi Reproduksi Hewan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel. 1. Hasil Percobaan Suntikan Folikulogenesis Pada 5 Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Berdasarkan tabel diatas, kontrol (-) yang tidak diberikan perlakuan PMSG hanya diberikan NaCl Fisiologis memiliki berat badan ovarium dan uterus 0,82 gram, keadaan uterus pucat dengan vaskularisasi tidak ada sehingga jumlah folikel, corpus luteum, dan corpus rubrum tidak terlihat. Penggunaan NaCl fisiologis sebagai kontrol (-) agar kelinci tersebut stress dan hanya untuk menyamakan kelinci yang diberi PMSG. Pemberian PMSG 50 IU pada perlakuan 2 menunjukkan terjadinya perkembangan folikel dengan berat ovarium dan uterus 6,15 gram. Untuk keadaan uterus tebal membengkak, berwarna merah dan terjadinya vaskularisasi (++) dengan jumlah folikel 17, corpus luteum 9 dan corpus rubrum 8. Dalamperlakuan ketiga juga tidak jauh berbeda, hampir serupa dengan hasil perlakuan kedua yang sama-sama diberikan PMSG 50 IU. Perbedaan nyata terlihat ketika pemberian PMSG 100 IU dalam perlakuan 4. Dalam perlakuan ini adanya perbedaan dimana perkembangan folikel pada ovarium berbeda, berat uterus dan ovarium 3,01 gram. Untuk keadaan uterus bengkak dan berwarna agak merah. Selain itu terjadinya vaskularisasi (+) dengan jumlah folikel 11 buah, corpus luteum berwarna bening dan corpus rubrum berwarna merah tidak terlihat. Pemberian PMSG 100 IU lain pada perlakuan ke-5 menunjukkan tidak berbeda jauh pula dengan perlakuan ke-4. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah konsentrasi pemberian PMSG akan berbeda nyata hasilnya dalam folikulogenesis dan No Dosis Penyuntikan Berat Ovarium dan Uterus Perkembangan Folikel Keadaan Uterus 1 NaCl Fisiologis Kontrol (-)
0,82 Corpus Luteum: 0 Pucat
Corpus Rubrum : 0 Folikel : 0 Vaskularisasi : - 2 PMSG 50 IU 6,15 Corpus Luteum: 9 Tebal Membengkak Agak Merah Terdapat 5 buah embrio (dibagian kanan tanduk rahim) Corpus Rubrum : 8 Folikel : 17 Vaskularisasi : ++ 3 PMSG 50 IU 5,5 Corpus Luteum: 0 Berlemak Membengkak Corpus Rubrum : 1 Folikel : 12 Vaskularisasi : ++ 4 PMSG 100 IU 3,01 Corpus Luteum: 0 Agak bengkak Agak merah Corpus Rubrum : 0 Folikel : 11 Vaskularisasi : + 5 PMSG 100 IU 4,00 Corpus Luteum: 14 Berwarna lebih merah Bengkak Corpus Rubrum : 6 Folikel : 20 Vaskularisasi : +++ Jurnal Biologi Reproduksi Hewan 4
vaskularisasi. Hal ini terjadi karena pengaruh pemberian dosis PMSG yang efektif harus diberi dalam dosis yang kecil karena hormon tersebut hanya diperlukan sedikit. Apabila diberikan dalam dosis yang besar maka akan tidak terlalu efektif untuk perkembangan folikel dalam ovarium. Dalamfolikulogenesis untuk PMSG 50 IU lebih besar dibandingkan dengan pemberian PMSG 100 IU Sedangkan untuk vaskularisasi pemberian PMSG 100 IU berwarna lebih merah dibandingkan dengan PMSG 50 IU. Selain itu faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan folikel diantaranya keadaan hewan yang diuji.
Gambar 1. Uterus dengan berbagai perlakuan (Nacl Fisiologis, 50 IU, dan 100 IU) (Sumber : Ikhsan, 2014)
KESIMPULAN PMSG mempunyai beberapa pengaruh dalam mendorong folikel muda pada ovariummenjadi folikel yang lebih dewasa. Semakin rendah pemberian PMSG akan berbeda nyata hasilnya pada folikulogenesis dan vaskularisasi. Hal ini terjadi karena pengaruh pemberian dosis PMSG yang efektif harus diberi dalamdosis yang kecil karena hormon tersebut hanya diperlukan sedikit. Apabila diberikan dalam dosis yang besar maka akan tidak terlalu efektif untuk perkembangan folikel dalam ovarium. Pemberian PMSG 50 IU lebih efektif dibandingkan dengan PMSG 100 IU, hal ini terlihat pada berat uterus dan ovarium yang mempengaruhi vaskularisasi kelinci. Selain itu faktor lain adalah keadaan hewan yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Ruswana. 2005 Morfologi dan Fungsi Ovarium. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Campbell, N. A., J ane, B.R., Urry, L.A., Mitchell, L.C. Steven, A.W., Peter, V.M., Robert, B.J. 2010. Biology. J akarta: Erlangga. Effendi, E. M, dan Moerfiah. 2014. Penuntun Praktikum Biologi Reproduksi Hewan. Bogor : Program Studi Biologi-FMIPA Universitas Pakuan.
Udin, Zaituni. J aswandi, Tinda Afriani dan Leonardo E. 2006. Penggunaan Pregnant Mare's Serum Gonadotropin (PMSG) dalam Pematangan In Vitro Oosit Sapi. Padang : Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Rosadi, Bayu, Mohamad Agus Setiadi, Dondin Sajuthi, dan Arief Boediono. 2011. Preservasi Ovarium Dan Pengaruhnya Terhadap Morfologi Folikel Domba. dalam Jurnal Veteriner (J uni. XII). No. 2. J ambi : Fakultas Peternakan Universitas J ambi. Hal 91-97.