Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ENTOMOLOGI

JANGKRIK (Gryllus sp)




Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi
Nilai Tugas Mata Kuliah Entomologi



Disusun Oleh :
Ikhsan Pratama (061111019)


Dosen :
Dra. Moerfiah, M.Si













PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2013
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga
penyusunan dan penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Salam dan doa tak lupa pula penulis haturkan kepada suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW.
Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini penulis banyak
menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat
bantuan dan dukungan dosen, orang tua, serta ridho Allah SWT.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang tulus kepada semua pihak yang telah turut memberikan andil dan membantu
penulis hingga selesainya penyusunan dan penulisan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Tiada gading yang tak retak, mungkin itulah ungkapan yang tepat
untuk makalah ini. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata ucapkan terima kasih.


Bogor, 10 Desember 2013



Penulis








ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serangga (insecta) ................................................................... 2
2.2 Ordo Othoptera......................................................................... 2

BAB III JANGKRIK (Gryllus sp)
3.1 Deskripsi ................................................................................. 5
3.2 Bentuk Morfologi .................................................................... 5
3.3 Bentuk Fisiologi ...................................................................... 6
3.3.1 Otot dan Pergerakan ................................................. 6
3.3.2 Sistem Pernafasan ..................................................... 7
3.3.3 Sistem Pencernaaan .................................................. 8
3.3.4 Sistem Reproduksi .................................................... 8
3.4 Metamorfosis ......................................................................... 9
3.5 Penghasilan Bunyi ................................................................... 10
3.6 Keanekaragaman ..................................................................... 10
3.7 Peranan Jangkrik Dalam Kehidupan ....................................... 11

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 13
4.2 Saran ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi Jangkrik .......................................................................... 6
Gambar 2. Otot Kaki Pada Serangga ................................................................. 7
Gambar 3. Mekanisme Pernafasan Pada Serangga ............................................ 8
Gambar 4. Perbedaan Jantan betina serta jangkrik yang sedang berkopulasi .... 9
Gambar 5. Siklus Hidup Jangkrik ...................................................................... 9

























1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Serangga adalah kelompok terbesar dari hewan beruas (Arthropoda) yang
berkaki enam. Karena itulah mereka disebut pula Hexapoda. Arthropoda
merupakan filum dengan jumlah anggota terbesar dibandingkan dengan filum
lainnya. Filum ini mencapai sekitar 85% dari seluruh jumlah anggota kingdom
Animalia yang ada. Sedangkan serangga merupakan hewan dengan jumlah
anggota terbesar diantara kelas lainnya dalam filum arthropoda dan hewan lainnya
di dunia (Brotowidjoyo 1994).
Menurut Borror (2005) saat ini telah dideskripsikan lebih dari 1,5 x 10
6

total organisme yang lebih, 50%-nya adalah serangga. Banyaknya jumlah
organisme terungkap dari perbandingan jumlah spesies serangga dengan
vertebrata, sebagian besar vertebrata telah diketahui. Sementara itu spesies
serangga masih sedikit yang telah diketahui. Lebih dari 800.000 spesies insekta
sudah ditemukan. Terdapat 5.000 species dari ordo Odonata, 20.000 species dari
ordo Orthoptera, 170.000 species dari ordo Lepidoptera, 120.000 species dari ordo
Diptera, 82.000 species dari ordo Hemiptera, 360.000 species dari ordo
Coleoptera dan 110.000 species dari ordo Hymenoptera.
.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai serangga jangkrik (Gryllus sp).
b. Untuk mengetahui bagian morfologi, fisiologi, dan keanekaragaman
jangkrik (Gryllus sp).
c. Untuk mengetahui peranan jangkrik (Gryllus sp) dalam kehidupan.

1.3 Manfaat
a. Dapat mengetahui lebih jauh mengenai serangga jangkrik (Gryllus sp).
b. Dapat mengetahui bagian morfologi, fisiologi, dan keanekaragaman
jangkrik (Gryllus sp).
c. Dapat mengetahui peranan jangkrik (Gryllus sp) dalam kehidupan.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serangga (I nsecta)
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat
tinggi. Serangga mempunyai warna tubuh yang menarik dan bervariasi atau tidak
menarik sama sekali. Mereka merupakan hewan berdarah dingin. Beberapa
serangga dapat bertahan hidup dengan periode pendek dengan suhu beku. Tetapi
ada yang dapat bertahan hidup dalam periode panjang (Odum, 1993). Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Kajian
mengenai peri kehidupan serangga disebut Entomologi (Campbell, 2003).
Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, thoraks dan
abdomen. Kutikula dibangun oleh lapisan epikutikula, eksokutila dan
endokutikula. Kepala dibangun oleh cranium di mana terletak mulut, antena dan
mata. Thoraks terdiri dari tiga segmen prothoraks; mesothoraks, dan metathoraks.
Pasangan struktur organ reproduksi terdapat pada bagian abdomen. Serta untuk
mendukung proses kehidupannya, serangga memerlukan kesetimbangan dalam
makan dan pencernaan, pernafasan, peredaran, ekskresi, syaraf dan reproduksi.
Saluran makanan serangga terdiri dari foregut, midgut dan hindgut. Zat
makanan yang diperlukan serangga adalah karbohidrat, asam amino, lemak,
vitamin, air dan mineral. Organ ekskresi serangga yang penting adalah tubulus
Malpighi dan rektum. Serangga mempunyai sistem peredaran darah terbuka, darah
mengalir, dalam homosol. Untuk berespirasi, serangga menggunakan sistem
trakea yang berhubungandengan spirakel.

2.2 Ordo Othoptera
Othoptera berarti bersayap lurus, serangga yang tergolong dalam ordo ini
melipatkan sayapnya pada saat istirahat secara lurus di atas tubuhnya. Ukuran
tubuh sedang sampai besar. Banyak diantaranya yang menjadi hama tanaman
pertanian, ada pula yang bersifat sebagai predator.
Rahayu (2004), menyatakan bahwa ortoptera berasal dari kata Orto = lurus
dan ptera = sayap. Ordo ini membawahi kelompok insekta yang mempunyai sayap
3

lurus. Habitat hidup di rerumputan dan tempat kering misalnya, batu-batuan, tanah
kering dll.mata majemuk atau sederhana, antena cukup panjang. Femur kaki
belakang besar bertipe mulut menggigit dan mengunyah. Sayap depan lurus dan
kuat biasanya untuk melindungi pasangan sayap yang lebih besar dan tipis seperti
membran. Pasangan sayap belakang ini saat istirahat dilipat dibawah sayap depan
dan ketika terbang berkembang seperti membran. Hewan ini mempunyai tipe
pertumbuhan metabolisme tidak sempurna. Cara jalan dengan meloncat dan
dibantu dengan terbang pendek (jaraknya). Contoh Disostura atau belalang,
Gryllus sp atau jangkrik.
Bentuk tubuh bulat panjang dengan kepala hypognathus. Mata majemuk
jelas dan besar dengan dua atau tiga mata tunggal (ocelli) atau juga tanpa mata
tunggal. Antena relatif panjang dan banyak spesies yang antenanya melebihi
panjang tubuhnya dengan ruas yang banyak. Mulut bertipe penggigit pengunyah.
Dada mengalami pengerasan yang kuat. Pada Orthoptera, serangganya ada yang
bersayap ada juga yang tidak bersayap. Serangga yang bersayap terdiri dua pasang
sayap. Sayap depan memanjang mempunyai jejari (vena) sayap yang banyak dan
teksturnya menebal agak kaku disebut tegmina. Tekstur sayap belakang seperti
selaput dan lebar dengan banyak jejari. Tungkai belakang lebih besar dan panjang
daripada kedua tungkai yang depan. Tungkai tersebut dengan femur yang besar
untuk meloncat (tipe saltatorial). Terdapat pula dengan jenis dengan tungkai besar
dan lebar berfungsi untuk menggali (tipe fossorial) pada Gryllotalpidae.
Abdomen umumnya terdiri atas banyak ruas. Pada Orthoptera yang
menghasailkan suara biasanya terdapat timpana pada ruas abdomen pertama
(misal belakang). Ovipositor pada beberapa jenis bentuknya panjang seperti
jarum, tetapi pada beberapa jenis yang lain pendek dan tersembunyi. Ada pula
yang bentuknya seperti pedang. Perkembangbiakannya secara perkawinan dan
mengalami metamorfosis sederhana. Serangga muda dan dewasa mempunyai
habitat dan makanan yang sama. Umumnya fitofag dan beberapa zoofag dan
bahkan ada yang bersifat kanibal. (Sukmanyakub 2011).
Ordo Orthoptera dibagi menjadi 6 subordo yaitu subordo Caelifera,
Ensifera, Mantodae, Phasmatodae, Blattodae dan Grylloblattodae. Sebagian
anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya
4

yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini
umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap
belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap
belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu
istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata
facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap
serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen
terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang
merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun
thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen
terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-
bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing
terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.

















5

BAB III
JANGKRIK (Gryllus sp)

3.1 Deskripsi
Jangkrik berasal dari familia Gryllidae yang merupakan serangga liar yang
banyak hidup dihutan, diarea persawahan dan ditanah-tanah lapang yang
ditumbuhi banyak rerumputan. Memiliki keterkaitan dekat dengan belalang dan di
dunia ada sekitar 900 spesies jangkrik yang diketahui.
Jangkrik termasuk ke dalam golongan herbivora, namun dalam kondisi
tertentu bisa menjadi omnivora bahkan bisa memakan sesama. Mereka memiliki
tubuh agak pipih dengan panjang antenna, mereka cenderung beraktivitas di
malam hari dan memiliki struktur tubuh dengan tipe kaki melompat.

3.2 Bentuk Morfologi
Jangkrik adalah salah satu serangga bermata tiga. Dua matanya adalah
majemuk, sedangkan mata yang paling kecil digunakan untuk mendeteksi cahaya.
Sepasang cerci di perut bawah (abdomen) dipergunakan sebagai peraba gerak.
Dengan adanya alat ini, jangkrik dapat mendeteksi gerakan dari jarak jauh.
Bersifat hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna), mulutnya tipe
pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas
dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat
seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap
hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap.
Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,dan
abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata
majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan tungkai
3 pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran
timpanum, spirakel, dan alat kelamin Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat
dari samping (lateral) dapat ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput,
alat mulut, mata majemuk, mata tunggal (ocelli), postgena, dan antena. Sedangkan
toraks terdiri dari protoraks, mesotoraks, dan metatoraks beserta embelan-
embelannya. Dibagian ini ditemukan letak tungkai dengan ruas- ruasnya seperti
6

coxa, throchanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus. Sayap dengan letak pembuluh
membujur dan melintang, notum pleuron,sternum, pescutum, scutum, dan
postscutellum. Abdomen serangga jangkrik berruas-ruas dengan embelan-
embelan, serta alat kelamin. Letak tergum, pleural membran, sternum, spirakel,
epiproct, cercus, paraproct, valvula 1,2,3 dan valviler 1 & 2 dan ovipositor.











Gambar 1. Morfologi Jangkrik

3.3 Bentuk Fisiologi
3.3.1 Otot dan Pergerakan
Kekuatan untuk pergerakan berasal dari otot, yang bekerja dengan cara
bertumpu pada sistem skeleton baik berupa eksoskeleton yang kokoh maupun
skeleton hidrostatik. Gerakan meloncat dimungkinkan karena adanya kaki
belakang yang termodifikasi (femur) dengan otot-otot. Cara pergerakan diawali
dari distorsi atau sendi femoro-tibial yang berbentuk pegas dengan jaringan
panjang pengikat pada metatibia. Kemudian tekanan pada elastik resilin pada coxa
menyebakan bisa melompat.
Dibanding crustacea dan myriapoda, serangga mempunyai lebih sedikit
kaki yang terletak lebih ke ventral dan berdekatan satu sama lain pada dada
memungkinkan konsentrasi otot-otot pergerakan baik untuk berjalan maupun
terbang. Hal ini menghasilkan pergerakan yang lebih efisien dan lebih mudah
terkontrol. Ketika serangga berjalan, pergantian pertumpuan tripod dari kaki
7

depan dan kaki belakang pada satu sisi dan kaki tengah pada sisi yang lain
mendorong ke belakang sedangkan kaki-kaki yang lain diangkat ke depan
sehingga menghasilkan gerakan maju. Dengan tripod, pergerakan menjadi stabil
karena titik berat tubuh berada di antara tiga kaki.










Gambar 2. Otot Kaki Pada Serangga

3.3.2 Sistem Pernafasan
Serangga bernafas dengan trakea. Trakea adalah suatu sistem alat
pernafasan yang terdiri atas pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang ke
seluruh tubuh. Cabang-cabang ini bermuara di stigma (spirakel). Stigma
merupakan lubang keluar masuknya udara. Pada trakea terdapat kantong udara
kantong hawa, yang berfungsi menyimpan udara yang masuk untuk sementara
waktu.
Mekanisme Pernafasan
Mekanisme respirasi diawali ketika pembuluh trakea bermuara pada
lubang kecil yang ada dikerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel.
Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, yang terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai tutup yang dikontrol
oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur.
Umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan menutup saat
beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dan
spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea
8

bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus, sehingga dapat
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis
kitin, terisi cairan dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas
terjadi antara trakeolus dengan sel sel tubuh.







Gambar 3. Mekanisme Pernafasan Pada Serangga

3.3.3 Sistem Pencernaan
Proses pencernaan makanan terutama terjadi di dalam abdomen di mana
sel-sel epitelium menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan juga menyerap
makanan yang sudah dicerna. Pada serangga juga memiliki adanya fat body yang
mempunyai berbagai fungsi metabolik yaitu untuk metabolisme karbohidrat, lipid
dan senyawa-senyawa N.
Selain itu, fat body juga berfungsi sebagai tempat penimbunan glikogen,
lipid dan protein, serta sintesis pengaturan gula darah dan haemolymph protein
(haemoglobins, vitellogenins). Fat body mampu merubah aktivitasnya sebagai
response terhadap isyarat yang bersifat nutrisional dan hormonal dalam mencakup
kebutuhan pertumbuhan, metarmorfosis dan reproduksi. Sel-sel di dalam fat body
mempunyai tipe yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya:
tropocytes untuk penimbunan zat dan metabolisme.
urocytes untuk menyimpan sementara dan mendaur-ulang asam urat.
mycetocytes mengandung bakteria simbiotik.

3.3.4 Sistem Reproduksi
Perkawinan akan berlangsung, ketika jangkrik jantan merayap dari
belakang ke bawah jangkrik betina, kemudian meletakkan kantong berisi sperma.
9

Ketika mereka sudah tepat untuk berkopulasi, sperma tersebut akan masuk dan
disimpan di bawah andomen jangkrik betina untuk bertemu dengan sel telur yang
akan membuahi telurnya (Hasegawa dan Kubo. 1996). Setelah terjadi pembuahan,
jangkrik betina akan hamil dan bertelur secara bertahap. Jumlah tersebut mungkin
lebih banyak lagi tergantung spesiesnya (Sridadi dan Rahmanto. 1999).








Gambar 4. Perbedaan Jantan betina serta jangkrik yang sedang berkopulasi

3.4 Metamorfosis
Jangkrik adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap,
yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan
imago tidak jauh berbeda. Siklus hidup jangkrik dari Telur sampai Imago
membutuhkan waktu sekitar 41-60 hari, biasanya jangkrik meletakkan telurnya di
tanah. Kemudian setelah bertelur ia mati (Siregar 2007).









Gambar 5. Sikus Hidup Jangkrik
Waktu Bertelur 1 - 3 Hari
Telur menetas 13 - 14 Hari
Nimfa 1 - 20 Hari
Jangkrik Muda 21 - 40 Hari
Jangkrik Dewasa 41 - 60 Hari
Birahi 61 - 80 Hari
Mulai Bertelur 81 - 83 Hari
10

3.5 Penghasilan Bunyi
Jangkrik yang memiliki cricket kicau hanya jangkrik jantan. Vena besar di
sepanjang bagian bawah setiap sayap memiliki "gigi," seperti sisir. Suara kicau
dibuat dengan menjalankan bagian atas salah satu sayap sepanjang gigi di bagian
bawah sayap yang lain. Ketika ia melakukan hal ini, jangkrik juga memegang
sayap dan terbuka, sehingga selaput sayap dapat bertindak sebagai layar akustik.
Ada empat jenis cricket lagu :
1. Lagu panggilan : menarik betina dan laki-laki lain, dan cukup keras.
2. Lagu pacaran : digunakan ketika seorang jangkrik wanita sudah dekat, dan
merupakan lagu yang sangat sepi.
3. Lagu agresif : dipicu oleh chemoreceptors pada antena jangkrik yang
mendeteksi kehadiran orang lain yang mendekat si jangkrik jantan.
4. Lagu senggama : dihasilkan untuk jangka waktu singkat setelah berhasil
deposisi sperma pada telur betina.
Jangkrik mengerik dengan kecepatan yang berbeda tergantung pada
spesies dan suhu dari lingkungan. Kebanyakan spesies berkicau di tingkat yang
lebih tinggi semakin tinggi suhu (kira-kira 62 celetuk satu menit pada 13 C
dalam satu spesies umum; setiap spesies memiliki tingkat sendiri).Hubungan
antara suhu dan tingkat kicau dikenal sebagai Hukum Dolbear.
Dengan menggunakan hukum ini adalah mungkin untuk menghitung suhu dalam
Fahrenheit dengan menambahkan 40 hingga jumlah celetuk diproduksi dalam 14
detik. Jangkrik, seperti semua serangga lain, adalah hewan berdarah dingin.
Mereka mengambil suhu lingkungan mereka (Wigiman. 2003).

3.6 Keanekaragaman
Gryllus rubens
Dikenal sebagai jangkrik lapangan tenggara. Salah satu dari banyak
spesies kriket dikenal sebagai kriket lapangan. Hal ini terjadi di sebagian besar
Amerika Serikat Tenggara. Kisaran utaranya membentang dari Delaware selatan
ke sudut tenggara ekstrim Kansas, dengan kisaran selatan membentang dari
Florida ke Texas timur. G. rubens memiliki lagu panggilan lebih lambat dan
memiliki venasi yang lebih pucat dari latar belakang bidang lateral.
11

Gryllus bimaculatus
Gryllus bimaculatus adalah salah satu dari banyak spesies kriket dikenal
sebagai kriket Field. Dikenal juga sebagai Afrika atau Mediterania kriket lapangan
atau sebagai kriket dua tutul, dapat dibedakan dari spesies lain. Ini spesies kriket
populer untuk digunakan sebagai sumber makanan bagi hewan pemakan serangga
seperti laba-laba dan reptil. Mereka tidak memerlukan terlalu lama untuk
menyelesaikan siklus hidup mereka.
Gryllus bryanti
Gryllus bryanti adalah salah satu spesies yang lebih besar dari jangkrik
lapangan . Warna tubuh gelap coklat dengan coklat kemerahan di sekitar kepala,
dada dan kaki. Khas dari banyak jangkrik lapangan, dapat ditemukan hidup di
celah atau lubang di tanah di daerah yang terganggu (misalnya di dekat jalan) dan
di sekitar tempat tinggal manusia .
Gryllus campestris
Gryllus campestris adalah salah satu dari banyak jangkrik yang dikenal
sebagai kriket Field. Ini terbang serangga berwarna gelap yang relatif besar,
sedangkan laki-laki berkisar 19-23 mm dan betina 17-22 mm. Gryllus campestris
suka lokasi cerah kering dengan vegetasi pendek, seperti padang rumput kering
dan dibatasi untuk padang rumput oligotrophik di tepi jangkauan utara. Mereka
terbang dan tidak mampu bermigrasi jarak jauh.
Gryllus pennsylvanicus
Gryllus pennsylvanicus adalah salah satu dari banyak spesies kriket
dikenal sebagai kriket lapangan. Hal ini terjadi di seluruh bagian timur Amerika
Utara, termasuk Kanada bagian selatan. Pada saat dewasa mencapai 15-25
milimeter (0,6-1,0 in) dan rentang warna dari hitam gelap sampai coklat tua.
Beberapa spesimen menunjukkan warna kemerahan sedikit, antena hitam
cenderung lebih lama dari rentang tubuh spesies.

3.7 Peranan Jangkrik Dalam Kehidupan
Jangkrik adalah serangga yang dapat menjaga kelangsungan hidup tanaman
atau sebagai hama tanaman, rantai makanan yang sangat penting memberikan
manfaat dari berbagai konsumen diantaranya adalah :
12

Bisa di gunakan sebagai bahan kuliner
Jangkrik mempunyai rasa yang sangat lezat, biasanya binatang jangkrik di
gunakan untuk makanan sejenis gorengan.
Dapat membantu menghilangkan sakit akibat datang bulan
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jangkrik mengandung kadar protein
3 kali lebih banyak dari pada ayam yang dapat menghilangkan rasa sakit ketika
datang bulan.
Dapat di jual atau di panen
Dengan menggunakan bibit jangkrik, harga jangkrik di jual per 1 kg 50 ribu.
Sebagai penakluk tikus di rumah
Konon suara nyaring yang dihasilkan jangkrik dapat mengusir tikus sebagai
hewan jengkel dalam rumah anda.
Sebagai Peluang Usaha Budidaya Jangkrik
Usaha Meraup Rupiah dengan Budidaya Jangkrik cukup bagus, contohnya
perkembangan budidaya jangkrik (Gryllus Bimaculatus) di berbagai wilayah di
Indonesia dewasa ini skalanya cukup besar, Budidaya jangkrik banyak dilakukan
mengingat waktu yang dibutuhkan, untuk produksi telur yang akan
diperdagangkan hanya memerlukan waktu 2-4 minggu.

Dalam berbagai kasus jangkrik juga diketahui membawa sejumlah besar
penyakit, di antaranya dapat menyebabkan luka pada kulit yang menyakitkan.
Mereka tidak fatal bagi manusia, penyakit dapat ditularkan melalui kotoran
mereka, menggigit, atau kontak fisik, tetapi sebenarnya jangkrik tidak agresif
terhadap manusia dan jarang menyerang.








13

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah yang berjudul Jangkrik (gryllus sp), dapat di
peroleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Jangkrik terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,dan abdomen).
Bersifat hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna), dengan mulut tipe
pengunyah, dan tipe kaki meloncat. memilki 2 pasang sayap, sayap depan
lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap
belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah
sayap depan.
2. Kekuatan untuk pergerakan berasal dari otot, yang bekerja dengan cara
bertumpu pada sistem skeleton baik berupa eksoskeleton yang kokoh
maupun skeleton hidrostatik. Gerakan meloncat dimungkinkan karena
adanya kaki belakang yang termodifikasi (femur) dengan otot-otot. Cara
pergerakan diawali dari distorsi atau sendi femoro-tibial yang berbentuk
pegas dengan jaringan panjang pengikat pada metatibia. Kemudian tekanan
pada elastik resilin pada coxa menyebakan bisa melompat.
3. Ada empat jenis cricket lagu :
Lagu panggilan : menarik betina dan laki-laki lain, dan cukup keras. Lagu
pacaran : digunakan ketika seorang jangkrik wanita sudah dekat, dan
merupakan lagu yang sangat sepi. Lagu agresif : dipicu oleh
chemoreceptors pada antena jangkrik yang mendeteksi kehadiran orang lain
yang mendekat si jangkrik jantan. Lagu senggama : dihasilkan untuk
jangka waktu singkat setelah berhasil deposisi sperma pada telur betina.

4.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif
demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih disempurnakan dengan lebih
baik lagi.
14

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Borror, et al. 2005. Study Of Insect. Ed-7. Amerika: Thomson Rook/Cole.
Campbell N.A, J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi Edisi Kelima
Jilid ke 2. Jakarta: Erlangga.
Hasegawa dan Kubo. 1996. Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Odum, E., 1993. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan) Tjahyono Samingan
Dari Fundamental Ecology. Gajah Mada University Press-Yogyakarta.
Rahayu, Tuti. 2004. Sistematika Hewan Invertebrata. Surakarta: UMS
Press.
Siregar, Amelia, Zuliyanti. 2007. Hama-hama Tanaman Padi. Sumatra:
USU Press.
Sridadi dan Rahmanto. 1999. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta:
Kanisius.
Sukmanyakub. 2011. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Palembang:
Sriwijaya University.
Wigiman. 2003. Hama Tanaman: Cermin Morfologi, Biologi dan Gejala
Serangan. Yogyakarta : Gajah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai