Bab Iv Tusus

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

EVALUASI TERAPI

A. Evaluasi Ketepatan Diagnosis Berdasarkan Data Klinis Penderita
1. Pasien 1 (Tn. Moh Kurdi)
Pasien seorang laki-laki berusia 69 tahun masuk RSPAD tanggal 26 Maret
2014 dengan surat rujukan dari RS SUKMUL SISMA MEDIKA dengan
hipertensi berat dengan CVD. Siang hari pasien tak sadarkan diri setelah
mengendarai motor, setelah sadar pasien mengeluh pusing dan mual disertai
deviasi bibir kiri, paresi extremis kanan atas-bawah, pasien sulit berbicara
dan tidak jelas. Riwayat penyakit pasien memiliki hipertensi selama 10
tahun tanpa ada pengobatan.
Dilakukan CT scan, foto thorax dan EKG. Hasil CT scan dengan kesan
pendarahan intra parenkim basal ganglia kiri dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami stroke hemoragic.
Hari ke 16 Visite dokter Sholihul dan menambah pengobatan menggunkan
Lovofloxacine tab 500 mg, karena berdasarkan hasil laboratorium pada
tanggal 9 April 2014 diduga pasien mengalami infeksi. Pemilihan
levofloxacine karena bakteri pada peta sensitive terhaadap levofloxacine.
yang lainnya.
2. Pasien 2 ( Tn. Suhartono )
Pasien laki-laki usia 55 tahun dari IGD tiba di unit stroke dengan kesadaran
CM infus RL 2 dts/m. Pasien sudah melakukan EKG, cek laaboratorium
Foto thorax dan CT scan, dan kesa dari hasil CT scan infark dibasal ganlia
kanan, kapsula interna kiri periventike lateralis kiri. Pengobatan yang
diberikan antara lain untuk IVFD perdipine 0,5 t (10,5 cc/jam) dengan target
tekanan darah mencapai 180/80, lalu inject citicoline 500 mg/8jam,
ondansentron/8jam, ceftriakson 1mg/12jam, dan untuk obat oral pasien
diberikan Ascardia 80mg/24jam, dan plavix 75mg/24jam.
Hari ke 2 ascardia di stop setelah konsul dengan dokter Sholihuln kemudian
pengobatan ditambahkan menggunakan amlodipine 5 mg/24 jam dan
captopril 25mg/12 jam. Hari ke 7 dokter Sholihul melakukan visite dan
menambahkan pengobatan menggunakan herbesser 1x, dosis captopril
menjadi 3x sehari, dan citicoline diganti menjadi oral. Dokter Sholihul juga
menghentikan penggunaan ceftriaxone dan perdipine.
Sampai hari ke 7 pengamatan tidak ada interaksi obat yang diberikan dokter
dan tidak ada kesalahan dalam penggunaan dan pemberian obat pada pasien.



B. Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat
1. Pasien 1 (Tn. Moh Kurdi)
a. Pemilihan Obat
1) Untuk upaya terapi pasien yang mengalami gangguan kognitif/motorik karena
kerusakan/ganguan syaraf, dibutuhkan neuro protektor sehingga pasien diberikan
citicolin dan Neurobion 5000 untuk meningkatkan rehabilitasi kerusakan syaraf
tersebut.
2) Pasien diberikan antibiotik Levofloxacin, karena berdasarkan hasil laboratorium
tanggal 9 April 2014 pasien positif mengalami infeksi saluran kemih. Pemilihan
levofloxacin berdasarkan peta kuman yang ada di unit stroke yang sensitif
terhadap Levofloxacin.
3) Untuk pengobatan darah tinggi, pasien diberikan amlodipin 5 mg.
4) Untuk mengobati demam dan pusing yang kadang terjadi pada pasien diberikan
paracetamol, dan diminum hanya pada saat terjadi demam ata pusing.
Dari semua poin di atas dapat disimpulkan secara keseluruhan pemilihan obat pada
pasien ini sudah tepat.




b. Dosis dan Cara Pemberian

Secara keseluruhan dosis dan cara pemberian pada kasus ini sudah tepat untuk
diberikan pada pasien stroke

Rute Dosis (literatur) Dosis Pasien Keterangan
Levofloxacin
500 mg
i.v
Pasien dg fungsi ginjal normal 500
mg/hr. Lama terapi Eksaserbasi akut
dr bronkitis kronik 7 hr. Pneumonia
yg didapat 7-14 hr. Sinusitis
maksilaris akut 10-14 hr. Infeksi
kulit 7-10 hr. ISK dg komplikasi &
pyelonefritis akut 250 mg/hr selama
10 hr. Pasien dg ggn fungsi ginjal
Bersihan kreatinin 20-49 mL/mnt
Awal 500 mg dilanjutkan dg 250
mg/hr. Bersihan kreatinin 10-19
mL/mnt Awal 500 mg dilanjutkan dg
250 mg tiap 48 jam. Hemodialisa
Awal 500 mg dilanjutkan dg 250 mg
tiap 2 hari. CAPD Awal 250 mg,
diikuti 250 mg tiap 2 hr.
500mg/24jam Sesuai
Citicolin
500mg p.o
Tab/Kapl/Bubuk 1000-2000 mg/hr
dlm dosis terbagi. Tab dispersibel
oral 500 mg 2 x/hr.
1 tab/24 jam Sesuai
Neurobion
5000
p.o
1 tab/hr atau menurut petunjuk
dokter.
500 mg/ 12
jam
Sesuai
Amlodipin
5mg
p.o
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5
mg satu kali sehari, dengan dosis
maksimum 10 mg satu kali sehari.
Untuk melakukan titrasi dosis,
diperlukan waktu 7-14 hari. Pada
pasien usia lanjut atau dengan
kelainan fungsi hati, dosis yang
dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg
satu kali sehari. Bila amlodipine
diberikan dalam kombinasi dengan
antihipertensi lain, dosis awal yang
digunakan adalah 2,5 mg.

5 mg/24 jam Sesuai
Paracetamol
p.o
Dewasa: 500-1000 mg setiap 4-6 jam,
Max:4g sehari.
Dosis 1x: (51 kg/68) x (500-1000)mg
:375-750 mg
Dosis 1hr :(375-750)mg x(4-6)
: 1.500-4.500 mg
1 tab 500
mg/6 jam
Sesuai
c. Lama Terapi
Secara keseluruhan lama terapi pengobatan yang diberikan pada kasus ini sudah
tepat.

d. Efek samping dan Pengobatannya
Levofloxacin : Mual, muntah, nyeri perut, dispepsia; sakit kepala, pusing, ruam
kulit, artlagia, peningkatan kreatinin serum atau urea darah, gangguan
hematologi seperti trombositopenia, leukopeni
Citicolin 500mg : Hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.
Amlodipine : Edema, Sakit kepala. Apabila terjadi sakit kepala diberikan
paracetamol.
Paracetamol : Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit,
kelainan darah, pankreatitis akut pernahdilaporkan setelah penggunaan jangka
panjang.
e. Kombinasi terapi dan Interaksi Obat
Seluruh obat yang dikonsumsi oleh pasien tidak ditemukan adanya interaksi antar
obat.
f. Drug Related Problem (DRP)
Tidak ditemukan adanya DRP
e. Rasionalitas Biaya Pengobatan
Obat-obat yang diresepkan, merupakan obat-obat yang terdaftar dalam formularium
rumah sakit. Tn.Moh Kurdi berobat dengan ikut serta dalam program Badan
Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) sehingga pasien cukup terbantu dalam hal
pembiayaan perawatan dan pengobatan selama di rumah sakit, dengan adanya subsidi
dari pemerintah, maka obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dapat dinyatakan
rasional.


2. Pasien 2 (Tn. Suhartono)
a. Pemilihan Obat
1) Untuk upaya terapi pasien yang mengalami gangguan kognitif/motorik karena
kerusakan/ganguan syaraf, dibutuhkan neuro protektor sehingga pasien diberikan
citicolin untuk meningkatkan rehabilitasi kerusakan syaraf tersebut.
2) Untuk pengobatan darah tinggi, pasien diberikan infus perdipine. Lalu untuk obat
p.o pasien diberikan Captopril 25 mg dan Amlodipin 5 mg.
3) Pasien mengalami stroke non-hemoragic, pasien diberikan plavix 75mg dan
ascardia 80 mg sebagai antiplatelet.
4) Pasien diberikan antibiotik ceftriakson untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri,
pemilihan ceftriakson berdasarkan peta kuman yang ada di unite stroke yang
sensitif terhadap ceftriakson.
Dari semua poin di atas dapat disimpulkan secara keseluruhan pemilihan obat pada
pasien ini sudah tepat.
b. Dosis dan Cara Pemberian
Nama Obat
Rute Dosis Literatur
Dosis Pasien
Keterangan
Perdipin
i.v 0,5-6 mcg/kgBB/menit
0,5t
(10,5cc/jam)

Citicolin
500mg
p.o
Tab/Kapl/Bubuk 1000-2000 mg/hr dlm
dosis terbagi. Tab dispersibel oral 500 mg 2
x/hr.
500
mg/8jam
Sesuai
Ondasentron
8 mg
p.o
8 mg, tablet diberikan 1 jam sebelum
pembiusan dilanjutkan pemberian 2 dosis
berikutnya 8 mg tablet dengan interval
waktu masing-masing 8 jam atau 4 mg
injeksi i.m. sebagai dosis tunggal atau
injeksi i.v. secara perlahan.
8 mg /8jam
Sesuai
Ceftriaxon
1g
p.o 1 - 2 gram satu kali sehari. 1g /12jam
Sesuai
Ascardia
80mg
p.o
80-160 mg/hari. Untuk infark miokard :
sampai dengan 300 mg/hari
80mg/24jam
Sesuai
Plavix 75mg
p.o
1 kali sehari 75 mg. Angina tidak stabil : 300
mg, lalu lanjutkan dengan dosis 1 kali sehari
75 mg
75mg/24jam
Sesuai
Amlodipin
5mg
p.o
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg
satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10
mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi
dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada
pasien usia lanjut atau dengan kelainan
fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada
awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila
amlodipine diberikan dalam kombinasi
dengan antihipertensi lain, dosis awal yang
digunakan adalah 2,5 mg.

5mg/24jam
Sesuai
Captopril
25mg
p.o
12,5-25mg/dosis diberikan setiap 6-12 jam.
Dosis maksimum 450 mg/hari
25mg/12jam
Sesuai

Secara keseluruhan dosis dan cara pemberian pada kasus ini sudah tepat untuk
diberikan pada pasien stroke

c. Lama Terapi
Secara keseluruhan lama terapi pengobatan yang diberikan pada kasus ini sudah
tepat.

d. Efek samping dan Pengobatannya
a. Perdipine : Sakit kepala, rasa hangat dan kemerahan pada wajah, palpitasi, mual, ,
ileus paralitik, hipoksemia, angina, dispnea, trombositopenia, gangguan fungsi hati,
ikterus, takikardi, rasa tidak nyaman yang menyeluruh, peningkatan BUN atau
kreatinin, muntah, demam, penurunan volume urin, ketakutan, nyeri punggung,
peningkatan kadar K serum.
b. Citicolin : Hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.
c. Ondansetron : Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada kepala dan epigastrum,
sedasi dan diare.
d. Ceftriakson : Gangguan GI, reaksi kulit, hematologi, sakit kepala, pusing, reaksi
anafilaktik, nyeri di tempat suntik (IM), flebitis (IV). Reversibel.
e. Ascardia : Iritasi saluran cerna, hipoprotrombinemia dan reaksi hipersensitivitas.
f. Plavix : Sakit kepala, pusing, parestesia, gangguan GI, gangguan hematologik, ruam
kulit, pruritus
g. Amlodipine : Edema, Sakit kepala
h. Captopril : Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin, Idiosinkrasi, rash,
terutama pruritus, Neutropenia, anemia, trombositopenia, hipotensi.
e. Kombinasi terapi dan Interaksi Obat
Adanya interaksi antara :
Plavix (Clopidogrel) dan Ascardia (Asam Asetil Salisilat)
Resiko pendarahan apabila obat digunakan bersamaan, cara mengatasinya yaitu
dengan menghentikan penggunaan salah satu obat tersebut, atau memberi jarak
waktu penggunaan.
Captopril dan Ascardia (Asam Asetil Salisilat)
Efek dari captopril dapat berkurang. Cara manajemen adalah dengan mengirangi
dosis ascardia atau menghentikan penggunaan ascardia atau memberi jarak
waktu penggunaan keduanya.
f. Drug Related Problem (DRP)
Tidak ada indikasi terjadinya DRP

g. Rasionalitas Biaya Pengobatan
Obat-obat yang diresepkan, merupakan obat-obat yang terdaftar dalam formularium
rumah sakit. Tn.Suhartono berobat dengan ikut serta dalam program Badan
Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) sehingga pasien cukup terbantu dalam hal
pembiayaan perawatan dan pengobatan selama di rumah sakit, dengan adanya subsidi
dari pemerintah, maka obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dapat dinyatakan

Anda mungkin juga menyukai