Anda di halaman 1dari 10

1

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam usaha menunjang peningkatan devisa non migas melalui peningkatan ekspor hasil
perikanan, pemerintah telah menetapkan udang sebagai komoditas andalan utama. Budidaya udang
windu memiliki prospek yang cerah dengan nilai produksi pada tahun 1998 mencapai 142.116 ton,
tetapi pada tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 128.448 ton. Penurunan ini disebabkan oleh
timbulnya berbagai macam penyakit yang menyerang udang dari stadia larva sampai dewasa
(Maryani, 2002).
Serangan penyakit pada udang windu ini, pada umumnya disebabkan oleh bakteri vibriosis yang
merupakan salah satu penyakit udang yang menyebabkan kerugian cukup besar dan sangat
meresahkan usaha pertambakan udang. Bakteri penghasil cahaya ini bersifat sangat patogen dan akut
sehingga dapat menyebabkan kematian larva udang sampai 100% dalam waktu 1-2 hari. Bakteri ini
juga cukup sulit diberantas atau udang yang terserang tidak dapat disembuhkan. (Taslihan 1991 dalam
Maryani 2002).
Untuk menghindari serangan bakteri tersebut, diperlukan adanya alternatif yang dapat dilakukan
adalah penggunaan anti bakterial lain yang bersifat alami dan efektif untuk membunuh dan
menghambat pertumbuhan bakteri, ramah lingkungan dan mudah terurai di perairan. Salah satu
alternative yang potensial adalah Coulerpa sp. Caulerpa sp merupakan salah satu jenis alga hijau
yang belum banyak dimanfaatkan. Coulerpyne merupakan zat antibakteri yang terdapat dalam
Coulerpa sp. dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi.
Melalui penelitian ini kami bermaksud mengkaji mengenai manfaat dari rumput laut hijau ini,
terutama bahan aktif yang terdapat pada bagian pigmennya untuk aplikasi antibakteri. Pigmen
merupakan zat warna yang selama ini memang telah banyak dilaporkan memiliki aktivitas biologis
seperti antibakteri, antioksidan, antikanker, antifungal, dan lainnya. Hanya saja belum ada penelitian
yang mengkaji mengenai aplikasi dari pigmen alga hijau ini untuk aplikasi antibakteri pada bakteri
yang bersifat patogen pada budidaya udang seperti bakteri Vibrio harveyi.

1.2. Perumusan Masalah
Vibrio merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan penyakit Vibriosis. Upaya
penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah baru dalam pencemaran lingkungan dan
akumulasi antibiotik bagi organisme perairan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana mendapatkan senyawa aktif Coulerpyne?
2. Apakah bahan aktif Coulerpyne hasil ekstraksi dapat digunakan sebagai anti bakteri
Vibrio harveyii?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian ini antara lain untuk :
1. Untuk mengidentifikasi bahan aktif Coulerpa sp. sebagai antibakteri terhadap V. harveyii
2. Mengetahui metode isolasi pigmen Caulerpa sp. dengan menggunakan beberapa pelarut.
3. Untuk mengetahui uji aktivitas ekstrak Caulerpa sp. sebagai antibakteri V. harveyii.
4.
1.4. Luaran yang Diharapkan
Adanya penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan ekstrak kasar Coulerpyne sebagai
produk antibakteri yang mampu menghambat bakteri Vibrio harveyii dari pigmen Caulerpa
sp. Disamping itu diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan
antibiotik sintesis yang penggunaannya kurang aman dan cenderung memiliki efek samping.

1.5. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Pengembangan antibiotik/ antibakteri
2

Dengan adanya inovasi ini diharapkan ditemukan suatu senyawa antibakteri alami
dari pigmen rumput laut hijau yang bisa digunakan untuk menghambat aktivitas bakteri
patogen Vibrio harveyii.
b. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya PKMP ini diharapkan mahasiswa dapat melatih kepekaan untuk turut
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat perikanan.
c. Bagi Masyarakat
Dengan ditemukannya senyawa antibakteri dari pigmen Caulerpa sp. diharapkan
masayarakat dapat dengan mudah mengekstrak atau menggunakan pigmen ini untuk
mengobati ikan/udang yang terserang bakteri Vibrio harveyii.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Caulerpa sp.
Manfaat dari rumput laut sangat beraneka ragam antara lain dapat mengobati atau
mencegah kanker, membantu menurunkan kadar kolesterol dan dapat berfungsi membuang
zat-zat beracun di dalam tubuh. Salah satu jenis rumput laut hijau adalah Caulerpa sp yang
terdiri dari banyak spesies, diantaranya: Caulerpa agardhii, C. articulate, C. brownie, C.
distichophylla, C. falcifolia, C. lentillifera, C. racemosa, C. taxifolia, dan lainnya (Verheij,
1994).
Rumput laut ini biasa disebut anggur laut (sea grape), karena bentuknya seperti anggur.
Menurut Trono and Ganzon-Fortes (1988) Caulerpa memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Phyllum :Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Bryopsidales
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Species : Caulerpa racemosa (Forskaal)
Gambar 1. Rumput Laut Caulerpa sp
2.2. Kandungan Caulerpa sp.
Caulerpa racemosa merupakan salah satu jenis makroalga hijau yang mempunyai
potensi penghasil senyawa bioaktif. Diantaranya sebagai senyawa antibakteri terkandung di
dalam C. racemosa seperti yang dilaporkan oleh Mtolera dan Semesi (1996) dalam
Syahailatuan dan Dangebun (2011) adalah caulerpin atau caulerpein, flexin dan trifarin atau
caulerpanyene. Senyawa ini aktif menghambat staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan
Escherichia coli.
Genus Caulerpa sp. adalah salah satu genus yang memiliki keunggulan penting yaitu
caulerpenyne, suatu zat metabolit sekunder dari dalam tubuh yang dapat berperan sebagai
antineoplastic, antibacterial, dan aktivitas antiproliferatif (Cavas et al., 2006 dalam Kumar
et.al.,2010).

2.3. Bakteri Patogen
a. Vibrio harveyii
Umumnya bakteri Vibrio menyebabkan penyakit pada hewan
perairan laut dan payau dan Vibrio sp. menyerang lebih dari 40
spesies ikan di 16 negara. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal
sebagai patogen seperti V. alginolyticus, V. anguillarum, V.
carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus
(Irianto, 2003).


Gambar 2. Morfologi Bakteri Vibrio sp
3


2.4. Potensi Senyawa Aktif Caulerpa sp.
Menurut Rianida (2007) dalam Singkoh (2011), menunjukkan bahwa ekstrak Caulerpa
racemosa var. uvifera (Turner) Weber Va Bosse mengandung senyawa antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri seperti E. Coli, Staphylococcus aureus dan
Bacillus subtilis.
Usaha pengendalian penyakit bakterial pada budidaya ikan secara umum selama ini
masih tertumpu pada penggunaan bahan kimia dan obat-obatan antibiotik. Penggunaan obat-
obatan atau antibiotik secara terus-menerus akan menimbulkan masalah, yaitu timbulnya
resistensi, adanya residu pada tubuh ikan, dan mencemari lingkungan yang akhirnya
mematikan organisme bukan sasaran. Salah satu alternatif yang dipakai adalah penggunaan
bahan alami yang bersifat ramah lingkungan, yaitu rumput laut Caulerpa racemosa yang
dapat menghasilkan senyawa antibakteri alami (Syahailatuan dan Dangebun, 2011).
3. Metode Pendekatan
Penelitian dilakukan dengan 2 tahapan, yang pertama Uji Rendemen dan Uji Cakram.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam kedua uji tersebut adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yaitu untuk uji rendemen adalah lama
perendaman dan variasi pelarut sedangkan untuk uji cakram adalah variasi dosis dan jenis
pelarut. Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan metode
ANOVA dan dilanjutkan dengan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) signifikasi 5%.
Berikut ini adalah variasi perlakuan yang digunakan :
Tabel 01. Variasi Perlakuan Uji Rendemen
Pelarut Hari (T)
1 2 3
Metanol (K1) K1T1 K1T2 K1T3
Ethyl (K2) K2T1 K2T2 K2T3
N-hexane (K3) K3T1 K3T2 K3T3

Tabel 02. Variasi Perlakuan Uji Cakram
Dosis (ppm) Ulangan (B)
1 2 3
200 (A1) A1B1 A1B2 A1B3
300 (A2) A2B1 A2B2 A2B3
400 (A3) A3B1 A3B2 A3B3
Metode analisia penelitian digunakan berupa analisis LCMS digunakan untuk melihat bahan
aktif yang ada dalam suatu bahan, pengamatan dimulai dengan melarutkan ekstrak dengan metanol
(MeOH) dengn dosis 10.000 ppm, larutan ini disuntikkan pada kolom C18 dari rangkaian alat LCMS
(Liquid Chromatographi Mass Spectrofotometri). Proses fraksinasi dilakukan pada suhu 30
0
C dengan
flowrate 1 ml/ min.

4. Pelaksanaan Penelitian
4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium LSIH Universitas Brawijaya, Laboratorium
Parasit dan Penyakit Ikan dan Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya mulai bulan Maret hingga Juli 2013.
4.2. Jadwal Flaktual Pelaksanaan
Tabel . Jadwal kegiatan Penelitian
No. Uraian Kegiatan Tahun 2013
4

Bulan
I II III IV
1 Pencarian literatur
2 Pengambilan bahan
3 Ekstraksi
4 Pengujian rendemen
5 Pengujian antibakteri
6 Pengujian LCMS
7 Analisis data
8 Pelaporan
4.3. Instrumen Pelaksanaan
4.3.1. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan timbangan, pisau, blender, gelas ukur, beaker glass 1000 ml
dan 500 ml, spatula, timbangan neraca, bola hisap, lemari asam, pipet volume, kain saring,
waterbath, nampan plastik, makroburet, pipet tetes, erlenmeyer, corong, cuvet, nampan dan
kertas dan kain saring, autoclave, laminar flow serta spektofotometer
4.3.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Caulerpa sp. yang diambil dari
perairan Probolinggo, n-hexane, ethyl-acetate, methanol, bakteri patogen (Vibrio harveyii),
standar Mc Farlan (H2SO4 1% 9,5 ml + BaCl 1,175 % 0,5 ml), DMSO, nutrien agar, nutrien
broth, streptomycine, clhoramphenycol, DMSO dan aquadest.

4.3.3. Tahapan Penelitian
Langkah kerja dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Ektraksi
Sebelum diekstraksi, Caulerpa sp terlebih dahulu di bersihkan dengan menggunakan
air. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan dari garam dan parasit yang
menempel. Kemudian dikering-anginkan dan dihaluskan menggunakan blender. Pasta rumput
laut kemudian dimaserasi dengan larutan (n-hexan, etyl-acetate dan methanol) selama 1-2
hari dan diambil filtratnya dengan penyaringan. Hasil saringan diuapkan dalam rotary
vacuum evaporator. Pada akhir proses ini didapatkan ekstrak kasar Caulerpa sp. Ekstrak
diencerkan dengan DMSO (Dimethil Sulfoxide) 10% sesuai dengan konsentrasi yang
diharapkan.

b. Rendemen
Metode pengujian yang digunakan dalah penimbangan secara langsung. Rendemen
adalah persentase berat akhir yang dimiliki oleh suatu produk setelah mengalami proses
pengolahan. Rendemen dapat dihitung sebagai berikut :
% 100 Re
awal Berat
akhir Berat
ndemen

c. Antibakteri (Uji Cakram)

d. LCMS
Analisis LCMS digunakan untuk melihat bahan aktif yang ada dalam suatu bahan,
pengamatan dimulai dengan melarutkan ekstrak dengan metanol (MeOH) dengn dosis 10.000
ppm, larutan ini disuntikkan pada kolom C18 dari rangkaian alat LCMS (Liquid
Chromatographi Mass Spectrofotometri). Proses fraksinasi dilakukan pada suhu 30
0
C dengan
flowrate 1 ml/ min.
5


e. Analisis Data
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
perlakuan (jenis pelarut dan lama ektraksi) diulang sebanyak 3 kali. Metode analisisi data
yang digunakan adalah analisa sidik ragam (ANOVA). Pada perhitungan ANOVA
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Pada data uji antibakteri dianalisis
dengan alat bantu menggunakan Minitab versi 13.0 dan perlakuan terbaik menggunakan
index efektifitas De Garmo (De Garmo, E.D. 1984).

4.3.5. Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya
No Jenis Pengeluaran Satuan Harga/satuan Nominal
1 Dana Awal
Dana talangan tahap 1 Rp 4.500.000
Dana talangan tahap 2
Rp 2.300.000
Dana pinjaman Rp 2.200.000

JUMLAH Rp 9.000.000
2 Perijinan dan Pengujian
Ijin laboratorium
a. Laboratorium LSIH (Masuk/Keluar) Rp 1.067.750
b. Laboratorium Reproduksi Ikan Rp 50.000
c. Laboratorium Parasit dan Penyakit Rp 50.000
Uji rendemen Rp 500.000
Uji LCMS 9 sampel Rp 2.000.000
Evaporasi Rp 300.000
Steroform 2 buah Rp 125.000 Rp 250.000
3 Bahan Penelitian
Caulerpa sp. Rp 500.000
spirtus 1 lt Rp 10.000 Rp 10.000
kertas warp 2 Rp 15.000 Rp 30.000
Ethil asetate (Analist) 3 lt Rp 300.000 Rp 900.000
Ethil asetate (Teknisi)
N-hexane (Analist) 4 lt Rp 75.000 Rp 300.000
N-hexane (Teknisi)
Metanol (Analist) 2 lt Rp 20.000 Rp 40.000
Metanol (Teknisi) 2 lt Rp 20.000 Rp 40.000

Bunsen 1 Rp 18.000 Rp 18.000
Almunium foil 2 Rp 20.000 Rp 40.000
Kawat ose 1 Rp 4.000 Rp 4.000
Kapas 250 gr Rp 15.000 Rp 15.000
Aquabidest Pharmacist 8 lt Rp 7.500 Rp 60.000
Sarung tangan Latex Box 1 Kotak Rp 80.000 Rp 80.000
Almunium foil 1 gulung Rp 40.000 Rp 40.000
Alkohol 96% 3 lt Rp 37.500 Rp 112.500
Rak tabung kayu 1 Rp 22.500 Rp 22.500
6

Venoject tube plain 10 ml RRC 0.06 Rp 900.000 Rp 54.000
Bakteri murni Vibrio harveyi 1 tb. reaksi Rp 75.000 Rp 75.000
Blank disk 3 buah Rp 85.000 Rp 155.000
NB 3.79 gr Rp 4.000 Rp 15.160
NA 64.4 pcs Rp 3.700 Rp 238.280
Blue tipe 110 pcs Rp 250 Rp 27.500
Cakram ampicilin 3 ampul Rp 81.000 Rp 243.000

Es batu 5 kg Rp 2.000 Rp 10.000
Kertas saring 1 paket Rp 120.000 Rp 120.000
Plastik warp 2 Rp 15.000 Rp 30.000
Bahan pembersih 2 sachaet Rp 25.000 Rp 50.000
Botol sampel 54 buah Rp 1.000 Rp 54.000
Plastik tahan panas 1 bungkus Rp 50.000 Rp 50.000
Karet gelang 1 bungkus Rp 5.000 Rp 5.000
Wadah ekstraksi 9 buah Rp 15.000 Rp 135.000
Botol sampel 18 buah Rp 2.000 Rp 36.000
Petridis 10x15mm 5 pcs Rp 18.000 Rp 90.000
Funnel 3 pcs Rp 15.000 Rp 45.000
Masker 1 kotak Rp 135.000 Rp 135.000
Lain-lain

Transportasi Rp 100.000

Dokumentasi Rp 100.000
Akomodasi Rp 100.000
Publikasi Rp 200.000

Konsumsi Rp 250.000
4 ATK Rp 70.000

Kertas HVS 1 rim Rp 30.000 Rp 30.000

Pelaporan dan penggandaan 5 x Rp 20.000 Rp 100.000

JUMLAH Rp 8.947.690

JUMLAH SISA DANA SEMENTARA Rp 52.310

5. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Uji Rendeman
Metode pengujian yang digunakan dalah penimbangan secara langsung. Rendemen
adalah persentase berat akhir yang dimiliki oleh suatu produk setelah mengalami proses
pengolahan. Rendemen dapat dihitung sebagai berikut :
% 100 Re
awal Berat
akhir Berat
ndemen

Hubungan antara Rendemen dengan Jenis Pelarut terdapat pada Tabel Berikut :
7


b. Uji Cakram
Berdasarkan hasil uji antivitas antibakteri ekstrak anggur laut dengan konsentrasi
(Dosis) yang berbeda dan juga dengan pelarut berbeda pula didapatkan hasil seperti pada
tabel di bawah.
o Pelarut Metanol
No.
Konsentrasi Ekstrak Basah
Coulerpa sp. (ppm)
Diameter Zona Hambat,
Milimeter (mm) Ulangan
Rata Rata
Milimeter
(mm) I II III
1
200
10 9 14
11*
2
300
13 9 12 11,33**
3
400
14 14 14 14***
No.
Konsentrasi Ekstrak Kering
Coulerpa sp. (ppm)
Diameter Zona Hambat,
Milimeter (mm) Ulangan
Rata Rata
Milimeter
(mm) I II III
4
200
25 12 10 15,67***
5
300
8 9 11 9,33*
7
400
8 10 10 9,33*
Tabel 03. Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Antibakteri Metode Cakram Dengan Pelarut
Metanol












Gambar 01. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Antibakteri Metode
Cakram Dengan Pelarut Metanol
o Pelarut Ethyl asetat
No.
Konsentrasi Ekstrak Basah
Coulerpa sp. (ppm)
Diameter Zona Hambat,
Milimeter (mm) Ulangan
Rata Rata
Milimeter
(mm) I II III
1
200
10 10 9
9,67*
2
300
11 12 10 11*
3
400
11 11 11 11*
0
0.5
1
1.5
Ekstrak Basah Ekstrak Kering
1.11
0.143
0.8
0.109
0.022
0.052
RENDEMEN
Metanol
Ethyl asetat
N-hexane
0
10
20
30
1 hari 2 Hari 3 Hari
25
12
10
8
9
11
8
10 10
Z
O
N
A

H
A
M
B
A
T

(
M
M
)

LAMA PERENDAMAN
Metanol (EKstrak Kering)
200
300
400
0
5
10
15
1 hari 2 Hari 3 Hari
10
9
11
13
9
12
14 14 14
Z
O
N
A

H
A
M
B
A
T

(
M
M
)

LAMA PERENDAMAN
Metanol (Ekstrak Basah)
200
300
400
8

No.
Konsentrasi Ekstrak Kering
Coulerpa sp. (ppm)
Diameter Zona Hambat,
Milimeter (mm) Ulangan
Rata Rata
Milimeter
(mm) I II III
4
200
11 12 9
10,67*
5
300
11 9 9
9,67*
7
400
12 11 19
14*
Tabel 04. Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Antibakteri Metode Cakram Dengan Pelarut
Metanol











Gambar 02. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Antibakteri Metode
Cakram Dengan Pelarut Ethyl Acetat
o Pelarut N-hexane
No.
Konsentrasi Ekstrak Basah
Coulerpa sp. (ppm)
Diameter Zona Hambat,
Milimeter (mm) Ulangan
Rata Rata
Milimeter
(mm) I II III
1
Konsentrasi
11 12 11
11,33**
No.
Konsentrasi Ekstrak Kering
Coulerpa sp. (ppm)
Diameter Zona Hambat,
Milimeter (mm) Ulangan
Rata Rata
Milimeter
(mm)
I II III
2
200
11 9 8
9,33*
3
300
11 8 10
9,67*
4
400
12 12 11
11,67**
Tabel 05. Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Antibakteri Metode Cakram Dengan Pelarut
Metanol


Gambar 03. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Uji Sensitivitas Antibakteri Metode
Cakram Dengan Pelarut N-hexane
0
5
10
15
1 hari 2 Hari 3 Hari
10 10
9
11
12
10
11 11 11
Z
O
N
A

H
A
M
B
A
T

(
M
M
)

LAMA PERENDAMAN
Ethyl asetat (Ekstrak Basah)
200
300
400
0
5
10
15
20
1 hari 2 Hari 3 Hari
11
12 12
11
9
11
12
9
19
Z
O
N
A

H
A
M
B
A
T

(
M
M
)

LAMA PERENDAMAN
Ethyl asetat (Ekstrak Kering)
200
300
400
10.5
11
11.5
12
11
12
11
Z
O
N
A

H
A
M
B
A
T

(
M
M
)

LAMA PERENDAMAN
N-Hexane(Ekstrak Basah)
1 hari
2 hari
3 hari
0
5
10
15
1 hari 2 Hari 3 Hari
11
9
8
11
8
10
12 12
11
Z
O
N
A

H
A
M
B
A
T

(
M
M
)

LAMA PERENDAMAN
N-Hexane (Ekstrak Kering)
200
300
400
9

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 30.0 32.5 35.0 37.5 min
0
250
500
750
1000
1250
1500
mAbs
ID#1 MaxPlot (1.00)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
3
23
3
3
4
3
5

c. Uji LCMS (Liquid Crhomatographi Mass Specrophotometri)
Identifikasi bahan aktif yang dihasilkan oleh Anggur laut (Coulerpa sp) dilakukan
dengan menggunakan LCMS. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan aktif
yang terdapat pada ekstrak etilasetat (EtOAc) dari kapang meliputi berat molekul dan nilai
UV serta FT-IR. Dengan menggunakan kolom C18 dengan eluaen asetonitril dan air dengan
flow rate 1mL/ menit. Penggunaan LCMS untuk mendeteksi bahan aktif. Jumlah sampel yang
diinjeksikan sebesar 5 uL dengan konsentrasi 10 mg/ml, dilakukan pada tiap perlakuan
sebanyak 30 sampel. Dari hasil pengamatan pada Coulerpa s.p dengan media MEA diketahui
bahwa pengamatan pada minggu ke-2 bahan aktif masih terlihat sedikit dan cenderung mirip
dengan profil spektra media. Hal ini dimungkinkan karena kapang masih mengalami masa
adaptasi dengan media fermentasi. Jumlah bahan aktif bertambah pada minggu ke-4. Profil
bahan aktif pada minggu 4, 6 dan 8 hampir sama hanya intensitas grafik lebih besar seiring
dengan lamanya waktu fermentasi.
Gambar . Spektra Bahan Aktif Kapang Coulerpa sp

6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Melalui hasil penelitian yang telah kami lakukan, maka didapatkan beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Perbedaan lama perendaman dan variasi pelarut serta jenis bahan yang berbeda (basah
dan kering) meliki pengaruh yang signifikan 0.05%.
2. Dari hasil uji cakram tidak ditemukan nilai yang signifikan 0.05%, tetapi nilai zona
hambat yang didapatkan dapat dikatakn bagus berdasarkan standart nilai minimum
zona hambat pertumbuhan bakteri
3. Dari hasil pengamatan pada Coulerpa s.p dengan media MEA diketahui bahwa
pengamatan pada minggu ke-2 bahan aktif masih terlihat sedikit dan cenderung mirip
dengan profil spektra media.
6.2. Saran
Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut tentang formulasi untuk memperoleh sifat
fisikokimia dan organoleptik yang sesuai dengan keju standar.


7. DAFTAR PUSTAKA

De Garmo, E.D. 1984. Engineering Economy. Mac Millan Publishing Company. New York.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
10

Kumar, M., Vishal Gupta, Puja Kumari, C.R.K. Reddy , B. Jha.2011. Assessment Of
Nutrient Composition And Antioxidant Potential Of Caulerpaceae.
Maryani., D.Dana, Sukanada. 2002. Peranan Ekstrak Kelopak dan Buah Mangrove
Sonneratia caseolaris (L) Terhadap I nfeksi Bakteri Vibrio harveyi, Pada Udang
Windu (Penaeus mondon). Akuakultur 1(3):129-139.
Singkoh Marina. F.O. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Alga Laut Caulerpa racemosa dari
Perairan Pulau Nain.Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Vol. VII-3.
Syahailatuan. D.Y dan Dangeubun. J. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Makroalga Laut
(Caulerpa racemosa) Terhadap Bakteri Vibrio harveyii dan Vibrio alginoliticus
Secara In Vitro. Jurnal of Tropical Fisheries (2011) 6 (1): 544 548. ISSN: 1907-
736x. Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR.
Trono, G.C. and Ganzon-Fortes, E.T. 1988. Philippine Seaweed. Manila: National Book

Lampiran Dokumentasi Kegiatan

Gambar 13. Coulerpa sp. Kering dan Basah Gambar 14. Ekstraksi Caulerpa sp.

Gambar 16. Penanaman dan perbanyakan bakteri Vibrio harveyii

Gambar 16. Uji Cakram

Anda mungkin juga menyukai