y i ; ; x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; ii x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y iii ; ; Dari Koleksi Risalah Nur AL-LAMAAT Menikmati Hidangan LANGIT BEDIUZZAMAN SAID NURSI x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; iv Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Nursi, Bediuzzaman Said Nursi Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit/Bediuzzaman Said Nursi, Penj.: Fauzy Bahreisy, Joko Prayitno., Peny.: Zaprulkhan, M.S.I, Cet. 1 Jakar ta: Robbani Press, 2010. xxxii, 769 hlm.; 23,5 cm ISBN : 979-3304-97-9 1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun penjara dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). UU RI No. 7 tahun 1987 tentang Hak Cipta Judul Asli Al-Lama at Penulis Bediuzzaman Said Nursi Penerbit Sozler Publications Istanbul, Turki 1993 M. Judul Terjemahan Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit Penerjemah Fauzy Bahreisy Joko Prayitno Penyunting Zaprulkhan, M.S.I Perwajahan Isi Rasyid Desain Sampul Robbani Adv. (Sugeng) Penerbit ROBBANI PRESS Jl. Raya Condet No. 27B Batuampar, Jakarta 13520 Telp. (021) 87780250, 98238998 Fax. (021) 87780251 E-mail: pemasaran@robbanipress.co.id Cetakan Pertama, Rabi ul Awwal 1431 H/Maret 2010 M ' All Rights Reser ved (Hak Terjemahan Dilindungi) ANGGOTA IKAPI website: www.risalahnur.com | email: info@risalahnur.com x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y v ; ; KATA PENGANTAR Prof. Dr. Andi Faisal Bakti (Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) PERTAMA-TAMA saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Robbani Press yang mempercayakan saya menulis kata pengantar ini. Hal ini merupakan kehormatan bagi saya. Saya pun senang melakukannya, kendati bacaan saya atas karya-karya Said Nursi baru mulai pada tahun 2007, di salah satu seminar yang digagas oleh STAIN Kediri. Waktu itu, Prof. Dr. Fauzan Saleh, MA., yang bertindak sebagai convener symposium itu, mengajak saya untuk membawakan makalah dengan topik Said Nursi dan Multikulturalisme dalam Islam. Sebagai yang berlatar belakang IAIN, studi Islam sudah menjadi perhatian utama dalam kajian yang saya lakukan. Begitu pun soal multikulturalisme, yang memang menjadi diskursus penting dalam studi ilmu komunikasi, suatu ilmu yang menjadi interest saya sejak 1991 di Montreal, Kanada, saat saya mengambil Studi Islam dengan konsentrasi Pembangunan Dunia Islam dengan pendekatan komunikasi antarbudaya pada tingkat Master di McGill University. Saya pun menulis tesis Master yang berjudul Islam and Nation-Formation in Indonesia yang kemudian diterbitkan oleh Logos, 2000, dengan judul: Islam and Nation Formation in Indonesia: From Communitarian to Organizational Approach to Communication. Buku tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Churia Press (2007) dengan judul: Nation Building: Kontribusi Komunikasi Lintas Agama dan Budaya dalam Penyatuan Indonesia. Buku ini memang menuntut saya untuk menelusuri bagaimana negeri yang sangat berbilang kaum ini (421 suku, bahasa, dan budaya) berhasil menjadi satu Negara yang x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; vi kemudian disebut dengan Republik Indonesia (RI), yang belakangan menjadi NKRI. Cukup mencengangkan bagi banyak kalangan, termasuk Benedict Anderson, yang kemudian menjadikannya sebuah contoh komunitas yang terbayangkan (Imagined Communities, 1992). Berbeda dari Anderson, saya mencoba menggunakan pendekatan komunikasi lintas agama dan budaya (Inter- atau Cross- cultural and religious communications), khususnya konsep komuni- tarianisme dan multikulturalisme, yang dilihat oleh Ferdinand de Tonnies, sebagai sesuatu yang antagonistik dengan konsep organi- sasional. Yang pertama mengarah kepada Gemeinschaft (komunitas atau paguyuban), dan kedua adalah Gesellschaft (sosiatas atau patembayan). Ternyata, penelitian itu membuktikan bahwa awalnya memang masyarakat Muslim Indonesia, bahkan Malaysia yang waktu itu, masih secara umum termasuk bagian dari Masyarakat Nusantara Melayu Raya. Tetapi kemudian masyarakat itu sebelum mendapatkan sentuhan modernitas, menggunakan model komu- nikasi lintas budaya dan agama dengan tokohnya adalah ulama pengembara yang merantau kemana-mana, dari kota ke kota, ke pelosok desa-desa, ke pulau besar dan terpencil. Karya-karya mereka pun ikut tersebar ke seluruh wilayah Nusantara, baik bentuk aslinya maupun terjemahan ke dalam bahasa lokal masing-masing. Ulasan lokalitas atas karya-karya itu pun tak terhindarkan. Pintu-pintu dan jendela-jendela komunitas kemudian terbuka lebar menerima suku- suku lain, ide lain, ajaran lain, termasuk dalam hal ini Islam, yang kemudian, menjadi High Culture yang dominan di Nusantara. Masyarakat Islam Dunia Melayu pun terbentuk seiring dengan menyebarnya Islam di seantero Nusantara ini. Tak ada keraguan bahwa komunikasi antarbudaya dan agama berjalan damai dan mulus. Dengan demikian, ketika nilai-nilai modern ikut diper- kenalkan di wilayah ini, seperti pembentukan organisasi, percetakan, surat kabar, Latinisasi huruf Arab Melayu (Jawi), dan lain-lain segera mendapat tempat yang baik. Maka lahirlah organiasi Islam seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian menjadi Sarekat Islam (SI), dan akhirnya Persatuan Syarikat Islam Indonesia (PSSI). Juga lahirlah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), al-Irsyad al- x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y vii ; ; Islamiyah, Joung Islamieen Bond (JIB), Persatuan Tarbiyah Islamiah (PERTI), Persatuan Muslim Indonesia (PERMI), Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI), dan MAJELIS Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI). Ini semua bersifat nasional, tetapi juga organisasi yang bersifat lokal cukup banyak yang berdiri pada waktu itu. Apakah itu pesantren atau madrasah, maupun asosiasi kemasyarakatan, semuanya dijiwai oleh semangat keislaman. Semuanya ini ikut mem- perkuat lahirnya Indonesia baru; bukan lagi imagined (dihayalkan), tetap sudah riil. Pengenalan saya pada kondisi riil masyarakat Islam Nusan- tara ini, membuat saya merasa enak dan mudah memasuki diskursus komunitarianisme dan Said Nursi. Saya pun mulai membaca karya Said Nursi, yang kebetulan sering juga diminta ikut symposium tentang Said Nursi akhir-akhir ini, seperti di Turki, Jepang, Filipina, dan tentunya Indonesia dan di Negara-negara Dunia Melayu Islam, lainnya. Karena itu, ketika saya diminta menulis kata pengantar untuk karya lain Said Nursi: Al-Matsnawi, saya pun senang melakukannya. Al-Matsnawi ini merupakan summarial atas semua karyanya, karena itu saya jelaskan pada kata pengantar itu tentang asal usul lahirnya karya-karya monumental penulisnya, yang pada umumnya terekspresi ketika ustadz ini sedang berada dalam berbagai buih, yang kurang lebih 25 tahun lamanya. Di sana, saya pun menjelaskan mengapa pemikiran ustadz ini kurang populer di kalangan pembaca di Nusantara. Salah satu alasan lain karena karyanya belum diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia/Malaysia. Besar kemungkinan dengan bertambahnya terjemahan Bahasa Indonesia atas karya-karya Said Nursi, maka jaringan komunitarian dan organsasional Islam yang sudah terbangun di Nusantara atau Dunia Islam Melayu yang meliputi Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, Kamboja, Vietnam, bahkan Timor Leste dan Myanmar, yang dikenal dengan sepuluh negara ASEAN, dapat segera terakses oleh anggota masyarakatnya. Bukankah bahasa Indonesia dapat dimengerti oleh hampir 300 juta penduduk yang mendiami wilayah ini. Ulama, madrasah, santri, dan mobilitas kitab x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; viii yang tak pernah putus sejak Hamzah Fansuri, akan semakin mem- perkaya ketersambungan jaringannya dengan bertambahnya khazanah literatur karya Said Nursi. Untuk kesempatan kali ini, saya tentunya tak perlu meng- ulangi atau mengelaborasi lebih jauh soal ini lagi, apalagi biografi intelektual Said Nursi dapat dilihat pada karya Sukran Vahide, tetapi saya akan mencoba melihat pertama mengapa Said Nursi ini menamai buku koleksinya dengan Risalah Nur, dan kenapa beberapa buku kecilnya atau bab-babnya banyak menggunakan kata cahaya dengan segala derivasinya: an-Nur, al-Lamaat, asy-Syuaat. Sekali pun tak ada judul adh-Dhau (kemilau), Said Nursi banyak menyinggung soal kemilau ini dalam berbagai penjelasannya, terutama pada al- Matsnawi. Memang Said Nursi telah menjelaskan kenapa beliau menggunakan judul bukunya dengan Risalah Nur. Menurutnya: Beberapa kalangan mempertanyakan satu hal perihal penamaan kitabnya dengan Risalah Nur. Mereka mengatakan bahwa mereka hanya melihat tak ada seorang pun yg bernama Nur di antara murid-muridnya. Padahal, katanya, dalam salah satu footnotenya atas jawaban suratnya itu disebutkan nama Nuri Benli dan Kureli Nuri si pembuat jam yang menjadi orang yang sangat berjasa dalam penulisan Risalah Nur ini. Jadi mereka tak bisa mengkritisi soal penamaan ini dengan alasan dan dugaan serta hal-hal yang tak berlandasan kuat itu. Lebih jauh Said Nursi menjelaskan alasan penamaan ini. Sepanjang hidup saya nama Nur (Cahaya) tidak pernah lepas dari diri saya. Umpamanya, kampung tempat kelahiran saya bernama Nurs; almarhumah Ibu saya bernama Nuriye; guru tasawuf Naqsy saya bernama Sayyid Nur Muhammad; salah seorang guru tasawuf Qadiri saya bernama Nuruddin; salah seorang guru mengaji saya bernama Nuri; dan murid-murid saya yang paling dekat dengan saya banyak memiliki nama Nur. Dan siapa yang paling banyak membantu saya keluar dari kesulitan dalam memperjuangkan kebenaran keilahian adalah juga nama Nur, yang berasal dari nama Tuhan Yang Paling Indah. Dan pemimpin khusus saya, yang penuh entusiasme dan tak pernah mengenal lelah demi al-Quran, meng- x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y ix ; ; arahkan saya, padahal pengabdian saya kepadanya sangat terbatas, adalah Uthman Dhil Nurayn (semoga Allah memberkatinya). Namun penjelasan di atas kiranya bersifat luaran saja yang mungkin terpantul dari sifat kerendahhatian Said Nursi. Karena boleh jadi malah yang dimaksudkan adalah makna dalaman yang lebih berhikmah dan lebih dari sekedar cahaya itu, serta jauh lebih filosofis. Tidak mustahil makna Nur itu adalah Pencerahan bagi umat manusia, terutama bagi umat Islam yang sudah dianggapnya hidup dalam suasana gelap gulita, tidur lelap, linglung dan bingung. Seakan berfungsi sebagaimana firman Allah: Yukhrijuhu min al- zulumat ila al-nur. Karena itu, kata-kata yang sepadan dengan al- Nur digunakan juga, seperti al-Lamaat (Penerangan), al-Syuaat (Sinar). Kata-kata seperti al-Maktubat, Muhakamat, al-Kalimat, al- Isyarat, al-Matsnawi, Malahik, Saikal Islam, dll., sekalipun tidak langsung berkaitan dengan cahaya atau sinar atau kemilau; namun, hukum, kalimat, petunjuk/tanda, petuah, tambahan, saika, dll., sangat mampu membuat pencerahan kepada manusia bila mereka memahami dan melaksanakan sebuah ungkapan yang penuh kearifan dan kefilsafatan. Buku yang ada di tangan pembaca ini disebut dengan al- Lamaat (Penerangan) ternyata memang penuh dengan hal-hal yang menerangkan makna cerita pendek tentang karakter/tokoh yang disebutkan dalam Al-Quran, yang sempat menjadi penerang soal ajaran ketauhidan, keshalehan, ketauladanan, pada masanya. Buku ini juga memuat jawaban-jawaban Said Nursi atas pertanyaan murid-muridnya yang waktu memerlukan penjalasan yang men- cerahkan. Namun, beberapa bagian yang tidak dielaborasi, karena ditempatkan pada buku Said Nursi lainnya, seperti Cahaya ke-5, 6, 8, 15, 18, 27, 31, 32, dan 33 tidak termasuk dalam al-Lamaat ini. Penerangan atau Cahaya pertama adalah cerpen tentang Nabi Yunus AS yang digambarkan sebagi tokoh yang sangat tangguh keimanan dan ketauhidannya. Beliau ditantang dengan kondisi alam yang amat mencekam. Beliau tak gentar mencabar kesulitan hidup saat ditelan ikan yang perutnya gelap gulita. Kondisinya jauh lebih sulit dari penjara, karena tentu sirkulasi udara dan baunya sangat menyengat. Bahkan Yunus a.s. menerima cobaan itu dengan tenang, x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; x sembari berdoa dengan penuh kesadaran betapa tak berdayanya manusia tanpa pertolongan Tuhan: La ilaha illa Anta, subhanaka inni kuntu min al-dzalimin, sehingga ikan yang menelannya pun dengan izin-Nya berubah menjadi bagaikan kapal selam, bulan menjadi penerang, ombak menjadi pendorong untuk sampai ke pantai. Yunus a.s. pun tercerahkan dan mencerahkan kita semua. Cerpen ke 2, yang sekaligus menjadi Cahaya ke 2, adalah mengenai Nabi Ayub AS. Beliau diserang penyakit, sehingga sekujur tubuhnya bengkak dan busuk, serta dikerumuni lalat dan ulat. Tetapi beliau tetap sabar menerima nikmat musibah ini. Bahkan lalat dan ulat itu dianggapnya sebagai binatang yang melakukan ibadah kepada Tuhan, bersama dengan dirinya. Nabi Allah ini tegar meng- hadapi tantangan ini, karena sadar betul kemahakuasaan dan kasih sayang Allah SWT: Anni massani al-dhurru wa anta arhamu al-rahimin. Beliau pun lulus dari nikmat musibah ini, dan semakin tercerahkan setelah berakhirnya penderitaan itu. Para pembaca pun semoga dapat memperoleh pencerahan dengan cerita ini. Cahaya ke 3, bukan tentang cerpen lagi, tetap sebuah konsep akidah mengenai eksistensi Tuhan. Salah satu sifat Tuhan adalah Baqa. Said Nursi terutama menjelaskan tentang makna Ya Baqi Anta al-Baqi dan ayat Kullu syaiin halikun, illa wajh Allah. Ini barangkali dimaksudkan untuk menolak sekaligus untuk menjelaskan tentang pendapat sebagian ahli filsafat bahwa alam itu tak berpermulaan dan tak perpengakhiran sebagaimana halnya dengan Tuhan. Dalam hal ini, Said Nursi sependapat dengan Hujjatu al-Islam Imam al- Gahazali, yang menolak pendapat filosof sebelumnya yang meng- anut faham bahwa alam juga baqa dan qadim. Bagi Said Nursi, tak ada yang kekal kecuali Allah SWT. Semua yang lainnya akan hancur. Setelah berbicara tentang ketuhanan, Cahaya berikutnya (ke- 4) adalah mengenai imamah dan khilafah. Said Nursi berusaha mempertemukan kedua sekte Islam yang berbeda agar tidak terjerumus kepada permusuhan. Di satu sisi, Said Nursi memuji Imam Ali ra., tetapi di sisi lain mengkritisi keyakinan Syiah dengan argumentasi berimbang. Salah satu ungkapannya: Kecintaan kepada Ali ra. janganlah menjadi kebencian terhadap Abu Bakar, Umar, dan Usman. Ali ra. adalah sosok sahabat yang memang luar biasa x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xi ; ; kepandaian dan keshalehannya yang patut menjadi panutan, yang sering mendapat pujian Nabi SAW. Namun, tiga khalifah sebelum- nya juga masing-masing mempunyai kelebihan-kelebihan. Pencerahan yang ingin disampaikan oleh Said Nursi di sini adalah: umat Islam hendaklah bersatu padu membangun diri dalam rangka berkompetisi secara sehat dengan umat lainnya. Setelah bicara tentang hubungan kemanusiaan, Said Nursi kembali lagi bicara soal ketuhanan yang berkaitan dengan kemanu- siaan. Cahaya ke-7 ini, dijelaskan tentang ayat laqad shadaqa rasulahu bi al-ruya yang mana ada tujuh prediksi yang digambarkan Allah kepada Nabi SAW dan sahabatnya yang akan dialami umat Islam di masa yang akan datang. Antara lain adalah: 1. Umat Islam akan masuk kota Mekah dengan damai; 2. Susunan khalifah (Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali); 3. Karakteristik sahabat; 4. Maghfirah dan ganjaran bagi sahabat; 5. Gambaran bahwa akan ada perselisihan antara sahabat Nabi SAW, yang menurut Said Nursi, kedua kelom- pok yang berselisih itu karena akibat ijtihad; 6. Kedua kelompok sahabat yang berselisih itu sama-sama ada benarnya; dan 7. Kedua golongan yang meninggal semuanya adalah syuhada. Pencerahan yang agaknya diinginkan oleh Said Nursi di sini adalah bahwa kita tak usah mempermasalahkan apa yang sudah terjadi antara sahabat itu, karena yang utama adalah menghidupkan ijtihadnya, bukan perselisihannya. Dengan melupakan perselisihan ini, maka umat Islam hendaknya bersatu. Pada cahaya berikutnya (ke-9) adalah penjelasan tentang ajaran wahdatul wujud Ibn Arabi. Bagi Said Nursi, ungkapan- ungkapan Ibn Arabi saat beliau dalam keadaan kasyaf harus dibedakan dari ungkapannya saat beliau sadar. Ungkapan kasyafnya yang tidak sesuai dengan akidah Islam mestinya dimaafkan. Karena bagi Said Nursi, wujud alam semesta ini memang tidak bisa ditolak, karena kedudukannya sebagai alat untuk mengingat Tuhan. Pence- rahan yang disampaikan Said Nursi dalam hal ini adalah kesatuan alam dengan Tuhan dapat dijelaskan secara akidah dan rasionalitas. Ungkapan kasyafnya Ibn Arabi jangan menjadi pedoman, karena tidak rasional, dan tidak sesuai dengan akidah Islam; namun, alam semesta dan Tuhan bukan entitas yang bertentangan. Lagi-lagi x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xii persatuan umatlah yang diutamakan. Demi persatuan itu, maka Said Nursi pada Cahaya ke-10 menekankan pentingnya rasa kasih sayang antara manusia. Beliau memberikan contoh-contoh dalam kehidupannya sendiri, di mana saat beliau kurang memperhatikan hal ini, dia sering mendapat peringatan, berupa kesulitan dalam hidup ini. Pencerahan yang disampaikan di sini adalah manusia mesti selalu menebarkan kasih sayang, kepada siapa pun. Setelah membahas soal kasih sayang antara manusia, kembali lagi Said Nursi menekankan pentingnya Sunnah Nabi SAW, pada Cahaya yang ke-11 ini. Ada 11 poin mengapa sunnah rasul itu penting, yaitu untuk: melawan bidah, menjadi sarana kekasih Tuhan yang sebenarnya, melakukan perjalanan rohani, melaksanakan perenungan terhadap kematian, mencapai kecintaan kepada Allah, mengetahui dan mengamalkan jenis-jenis sunnah, beradab yang agung, mencapai kebahagiaan, melakukan pencaharian cahaya, menjalin kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya, dan memaknai pesoalan fondasi, akhlak, dan kemoderatan. Pada Cahaya yang ke-12, Said Nursi mencoba menjelaskan kepada pembaca betapa kemahakuasaan Allah Sang Pencipta alam ini. Ada tujuh lapis langit, dan ada tujuh lapis bumi, yang semuanya berkaitan dengan rizki Allah dan kemahakuasaan-Nya kepada manusia. Namun di balik kemahakuasaan Allah itu, ada makhluk-Nya yang mempunyai wewenang untuk menggoda manusia, yang dijelaskan pada Cahaya ke-13. Makhluk itu bernama Iblis atau syaitan, yang diberikan kepiawaian dan keahlian mempengaruhi sikap mental dan prilaku manusia agar terjerumus pada perbuatan yang melanggar aturan Tuhan. Namun bila berhasil melawannya, maka manusia berhasil juga meningkatkan derajat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Dengan demikian ada peran syaitan dalam peningkatan kualitas iman dan amal manusia. Pen- dapat ini memperkuat pendapat ahli tafsir lainnya seperti Ibn Katsir, bahwa Iblis itu awalnya adalah malaikat, namun berubah menjadi syaitan yang bertugas memengaruhi dan menggoda manusia. Kalau pada buku Said Nursi yang ke-8 (Saika al- Islam) terdapat x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xiii ; ; penjelasan tentang Al-Muhakamat (risalah Tuhan yang bersifat hukum pasti), maka pada Cahaya ke-14 dari kitab al-Lamaat ini membahas soal al-Mutasyabihat (risalah yang memerlukan penje- lasan), khususnya dalam hadits. Beliau tidak menerima ramalan- ramalan zodiac atau perbintangan; namun, beliau juga menjelaskan bahwa dia menerima penjelasan soal bentuk bumi yang bisa seperti ikan dan bisa seperti sapi. Said Nursi juga menjelaskan makna Bismillah al-rahman al-rahim. Setelah soal bumi, Said Nursi melanjutkan penjelasannya, pada Cahaya ke-16, mengenai ciptaan Tuhan seperti hujan, jenis kelamin, yang masuk kategori al-mughayyabat al-khamsah (lima peristiwa gaib, yang belum diketahui secara pasti). Namun, Said Nursi juga mengaitkannya dengan cerita tentang Zulkarnain. Apa prestasinya? Said Nursi mengatakan bahwa ada kemungkinan tembok Cina itu adalah karya atau bangunan Zulkarnain. Sebagai- mana umum dipahami bahwa Zulkarnain adalah seorang tokoh yang mempunyai kekuasaan di Timur dan di Barat. Dan bila jejaknya di Timur terlihat dengan tembok ini, maka seakan Said Nursi ingin menjelaskan, bahwa jejaknya di Barat juga ada, karena pada Cahaya berikutnya (ke-17) Said Nursi menjelaskan panjang lebar tentang Barat (Eropa). Cerita tentang Eropa ini dikaitkannya dengan kesuksesan materil, karena mereka berhasil melakukan penghematan. Oleh karena itu, pada Cahaya ke-19, Said Nursi menjelaskan betapa pentingnya umat manusia memiliki sifat hemat dan sederhana. Makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Selain sifat hemat, Said Nursi juga menekankan pentingnya sifat ikhlas dalam berbuat dan bekerja. Mencari keridhaan Allah SWT adalah kunci sukses. Bukanlah karena banyaknya pengikut seorang pemimpin dikatakan sukses, tetapi justru kualitas umat pengikutnyalah yang menjadi ukuran. Mereka mampu bersatu padu, karena sifat Ikhlas yang dimiliki pemimpinnya sehingga mampu meredam perselisihan antarumat. Sifat ikhlas adalah salah satu kunci untuk mencapai kualitas kepemimpinan ini. Namun ikhlas harus disertai dengan ketekunan. Said Nursi menjelaskan bahwa kenapa kaum sesat ada yang sukses, karena mereka fokus dalam bekerja untuk dunia, ada x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xiv pembagian tugas yang cermat, serta mereka tekun bekerja. Lebih jauh lagi, cahaya ke-21, Said Nursi masih tentang pentingnya ikhlas ini, dengan mengemukakan aspek-aspek yang menjadi penghalang utama berbuat ikhlas: tidak fokus pada keridhaan Allah SWT, bangga dengan pengabdiannya, meleburkan diri pada saudara sehingga cenderung bersifat nepotistik. Said Nursi juga dalam al-Lamaat ini kerap mengajukan pertanyaan kepada muridnya, lalu beliau sendiri menjawabnya. Ini mirip dengan metode dakwah Rasulullah SAW juga yang sering bertanya kepada sahabatnya. Kemuadian beliau sendiri menjawab- nya. Jadi bertanya hanyalah untuk menarik perhatian pendengar. Atau sering juga Said Nursi menjawab pertanyaan muridnya, kendati murid tersebut tidak ada lagi ketika Said Nursi menulis risalah ini. Kembali Said Nursi pada Cahaya ke-23 ini menjelaskan tentang makhluk besar seperti alam, lebih khusus tentang tabiatnya. Ada 3 kritikannya tentang pemahaman sarjana lain tentang ini: Said Nursi menolak pandangan bahwa segala sesuatu yang terjadi atau tercipta di alam ini karena sebab akibat: benda atau peristiwa ini ada karena ada yang lain memengaruhinya; 2. Beliau juga menolak pandangan bahwa semuanya terjadi karena tuntunan alam itu sendiri; 3. Terakhir penolakannya adalah keyakinan bahwa semua yang terjadi di alam ini tercipta dengan sendirinya. Baginya, semua yang tiga ini salah. Yang benar adalah bahwa semua yang terjadi dan wujud di alam ini karena ciptaan Allah SWT. Bagi Said Nursi, Creatio ex nihilo (Menciptakan sesuatu dari yang tiada) itu bagi Tuhan tak ada masalah. Hanya dengan perintah: Kun Fayakun maka jadilah dan terciptalah dengan segala perangkat dan hukum alamnya. Bahkan penciptaan itu wujudnya tak pernah berhenti, sehingga setiap tahun muncul ratusan spesies baru di alam mini. Setelah soal makro ini, pada cahaya ke-24, Said Nursi kembali lagi ke soal mikro: soal pakaian, soal hikmah dan manfaat hijab bagi wanita Muslimah, dan soal hubungan suami istri. Pentingnya membangun kepercaan antara pasangan suami istri, demi menjalin hubungan keharmonisan dan kestabilan hidup keluarga yang pada gilirannya menjadi inti pembentukan masyarakat berkeadaban x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xv ; ; sangat ditekankan oleh Said Nursi. Masih tentang hal mikro, Said Nursi menjelaskan tentang risalah sakit dan penyakit pada Cahaya ke-25. Hikmah dan manfaat sakit, serta menjelaskan mengenai 25 macam obat penyakit. Namun, katanya, ketuaan (al-syuyukh) tidak bisa dihindari, seperti yg dijelaskan pada Cahaya ke-26. Pada Cahaya ke-28, Said Nursi kembali lagi berbicara soal makro, seperti penciptaan Allah atas isi alam, seperti besi, ternak, dll. Kata anzala digunakan dalam al-Quran untuk menjelaskan kedua hal ini, karena selain hikmah keduanya diturunkan oleh sang Khalik yang Maha Kuasa, tetapi juga menjelaskan bahwa benda- benda berat seperti ini memang turun karena grafitas, ketimbang benda gas yang selalu menguap ke atas. Said Nursi mendorong muridnya dan pembacanya untuk selalu bertafakkur atas kebesaran Allah swt, yang disebutnya sebagai tafakkur ilmiah dan imani, seperti pada Cahaya ke-29. Ciptaan Tuhan yang demikian kaya raya dan terhampar luas itu, seharusnya diinternalisasi oleh manusia ke dalam kesadaran ilmiah dan imaniahnya, yang pada gilirannya dapat melahirkan pencerahan hidup. Said Nursi menutup risalah al-Lamaat ini dengan penjelasan tentang nama-nama Tuhan yang paling mulia di antara al-Asma al- Husna itu. Baginya, ada enam nama-Nya yg masuk ketegori ini: Quddus, Adl, Hakim, Fard, Hayy dan Qayyum. Nampaknya, Said Nursi ingin mengatakan, bahwa bila manusia ingin mendapatkan pencerahan, maka pada hakikatnya cukup dengan enam sifat ini seseorang perlu miliki terlebih dahulu. Quddus berkaitan dengan keikhlasan, karena itu seseorang hendaklah selalu ikhlas dalam perbuatannya. Selain itu, seseorang juga harus selalu adil dan jujur (Hakim), karena Allah SWT adalah satu-satunya (Fard) yang memoni- tor segala tindak tanduk kita, yang maha tegas (Qayyum). Dapat juga dijelaskan, bahwa pergantian dari penjelasan soal mikro ke soal makro dan vice versa, atau dari isu iman ke isu amal dan vice versa, semuanya berkisar pada lima sifat Tuhan ini. Bicara soal perbuatan atau amal, maka soal keiklasan, keadilan, ketegasan, dan keyakinan akan adanya kekuatan Tuhan yang selalu memonitor kita menjadi sangat penting. Begitu pula soal iman, semuanya tak x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xvi lepas dari lima sifat Tuhan yang paling mulia ini, yang menjelaskan tentang kemahakuasaan Tuhan dalam menciptaan alam raya yang super makro nan luas ini, tetapi juga alam nurani, jiwa, dan roh manusia yang super mikro nan rinci ini. Pendekatan inilah yang nampaknya digunakan oleh Said Nursi dalam bukunya ini, dalam rangka membantu para pembaca mencapai pencerahan jasmani dan rohani, serta rasa dan rasio. Semoga para pembaca yang budiman dapat tercerahkan dengan buku al-Lamaat ini. Amin. Subhanaka la ilma lana illa ma allamtana, innaka anta al-alim al- hakim. Jakarta 14 Februari 2010 Andi Faisal Bakti Referensi: Anderson, B. 1992. Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. London: Verso, second Edition Bakti, A.F. 2000. Islam and Nation Formation in Indonesia: from Communitarian to Organizational Communications. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Bakti, A.F. 2006. Nation Building: Kontribusi Komunikasi Lintas Agama dan Budaya terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia. Jakarta: Churia Press Tonnies, F. 1994. Community and Society (Gemeinschaft und Gesellschaft). Translated by Charles P. Loomis. Michigan: The Michigan State University Press. Vahide, Sukran. 2007. Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki. Diterjemah- kan oleh Sugeng Hariyanto dan Sukono. Jakarta: Anatolia. x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xvii ; ; DAFTAR ISI CAHAYA PERTAMA (3-9) O Munajat Yunus a.s. dan penjelasan betapa dibutuhkannya munajat tersebut oleh setiap manusia CAHAYA KEDUA (11-25) O Munajat Ayub a.s. dan 5 penjelasan betapa dibutuhkannya munajat tersebut bagi kita: a. Dalam setiap dosa terdapat jalan menuju kekafiran b. Tidak ada hak manusia untuk mengeluh atas bala yang menimpanya c. Memikirkan pahala bagi orang yang tertimpa musibah dapat mencapai derajat syukur d. Penjelasan mengenai kekuatan sabar dalam diri manusia e. Terdapat 3 permasalahan: 1. Musibah hakiki yang menyerang agama dan penjelasan solusinya 2. Semakin dibesar-besarkan, semakin besar musibah tersebut solusinya 3. Sakit bagi seorang pemuda pada zaman ini adalah kenikmatan Penutup CAHAYA KETIGA (27-37) O Penjelasan mengenai hakikat kalimat, ya baaqi anta baaqi (Wahai Yang Maha Kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal). a. Mensucikan hati dari segala sesuatu selain Allah b. Rindu akan keabadian yang tertanam dalam fitrah x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xviii manusia c. Perbedaan waktu terhadap kehancuran sesuatu dan proses perubahan umur yang fana kepada yang abadi. CAHAYA KEEMPAT (39-56) O Risalah Minhaj As-Sunnah (Konsep Sunnah) Catatan Pertama: Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah SAW. terhadap umatnya Catatan Kedua: Keharmonisan antara tugas kerasulan SAW. dengan persoalan-persoalan sekunder Catatan Ketiga: Tafsir Firman Allah, kecuali kasih sayang terhadap keluarga Catatan Keempat: Kekhalifahan, antara Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah dan Syiah CAHAYA KELIMA (57) CAHAYA KEENAM (61) CAHAYA KETUJUH (65) O Dikhususkan untuk menjelaskan 7 macam kabar ghaib yang terdapat pada akhir surat Al-Fath O Lanjutan: Informasi ghaib yang terdapat dalam firman Allah, Dan pasti kami tunjuki mereka ke jalan yang lurus (QS An-Nisa: 68-69) CAHAYA KEDELAPAN (81) CAHAYA KESEMBILAN (83-100) O Pertanyaan Pertama: Sekitar penisbatan Hulusi kepada Ahlu Bait O Pertanyaan Kedua: Studi kritis atas paham Wahdatul Wujud O Pertanyaan Ketiga: Jawaban terhadap klaim adanya ayah bagi Isa a.s. Serta penjelasan seputar yang boleh dan tidak boleh dalam syariat O Lanjutan pertanyaan seputar Ibnu Arabi x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xix ; ; CAHAYA KESEPULUH (101-120) Risalah Tamparan Kasih Sayang O Penjelasan mengenai tamparan yang diterima oleh para pengabdi al-Quran karena kesalahan mereka pada saat pengabdian mereka kepada al-Quran CAHAYA KESEBELAS (121-145) Risalah Derajat Sunnah dan Obat Penyakit Bidah 1. Urgensi mengikuti as-Sunnah terutama di saat tersebarnya Bidah 2. Siapa yang berpegang pada as-Sunnah layak unutk digolongkan sebagai kekasih-Nya 3. Penjelasan mengenai urgensi berpegang pada as-Sunnah dalam meniti perjalanan rohani 4. Kondisi rohani yang bersumber dari perenungan terhadap mati 5. Kecintaan kepada Allah harus diikuti oleh sikap mengikuti as-Sunnah yang suci 6. Penjelasan mengenai jenis-jenis Sunnah 7. as-sunnah merupakan adab yang agung 8. Kebahagiaan didapat dengan mengikuti as-Sunnah Nabi SAW. 9. Sunnah Nabi SAW. sudah mencukupi bagi mereka yang sedang mencari cahaya 10. Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya 11. Berisi tiga persoalan a. Pondasi Sunnah b. Akhlak beliau adalah Al-Quran (Al-Hadits) c. Kemoderatan Rasulullah dalam segala hal CAHAYA KEDUA BELAS (147-162) O Jawaban atas 2 persoalan: Persoalan Pertama (Mengandung 2 hal) 1. Dua jenis rizki 2. Tiga jenis kemungkinan Persoalan Kedua (Mengandung 2 masalah penting) x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xx Masalah Pertama: Berkaitan dengan bumi yang memiliki 7 tingkatan seperti langit Masalah Kedua: Berkaitan dengan 7 lapis langit CAHAYA KETIGA BELAS (163-198) Risalah Hikmah Al-Istiadzah O Isyarat Pertama: Rahasia ber-istiadzah dari setan O Isyarah Kedua: Hikmah penciptaan setan O Isyarat Ketiga: Mengapa kekafiran dianggap melanggar hak para makhluk? O Isyarat Keempat: Eksistensi (Al-Wujud) merupakan kebaikan murni dan ketiadaan (Al-Adam) merupakan kejelekan murni O Isyarat Kelima: Mengapa orang yang beriman dapat dikalahkan oleh setan yang lemah? O Isyarat Keenam: Mengobati was-was O Isyarat Ketujuh: Bagaimana seorang mukmin menghindari dosa besar O Isyarat Kedelapan: 2 jenis kekafiran-perbedaan antara keduanya- Mengapa banyak orang yang memilih jalan kekafiran- Sisi kasih sayang al-Quran terhadap orang kafir O Isyarat Kesembilan: Kekalahan ahlu Hidayah terhadap ahl Dhalalah (Kesesatan)-Perjalanan alam menuju kesempurnaan sesuai dengan hukum transformasi dan perubahan-Mengapa Rasulullah tidak mengandalkan mukjizat dalam setiap perbuatan dan perkataannya O Isyarat Kesepuluh: Pembuktian eksistensi setan O Isyarat Kesebelas: Penjelasan mengenai esensi kekafiran dan kemarahan alam terhadap mereka O Isyarat Kedua Belas: 4 pertanyaan dan jawabannya O Isyarat Ketiga Belas: 3 poin mengenai tipu daya syetan CAHAYA KEEMPAT BELAS (199-222) O Penjelasan Mengenai Dua Persoalan Persoalan Pertama: jawaban atas permasalahan sapi jantan dan ikan serta landasannya x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xxi ; ; Landasan Pertama: Kesalahan para tokoh bani Israil kembali kepada mereka, bukan kepada Islam Landasan Kedua: Setia kali permisalan dan majaz ditransfer kepada orang awam, hal tersebut menjadi sesuatu yang nyata Landasan Ketiga: Memahami hadis-hadis mutasyabbihat Aspek Pertama: Para malaikat bertugas mengawasi kekuatan rububiyyah-Nya Aspek Kedua: Hakikat majaz dalam jawaban terhadap Rasulullah SAW. Aspek Ketiga: Penjelasan mengenai masalah tersebut dalam perspektif ilmu astronomi modern Permasalah Kedua: Terkait dengan Ahlu Aba (Mereka yang berada dalam naungan surban nabi SAW) Persoalan Kedua: Bagian ini berisi enam rahasia dari ribuan rahasia Bismillahirrahmaanirrahiim CAHAYA KELIMA BELAS (223) O Daftar isi seluruh Risalah Nur: al-Kalimat, al-Maktubat, dan al-Lamaat yaitu sampai ke lamah (cahaya) empat belas CAHAYA KEENAM BELAS (225-245) O Pertanyaan Pertama: Bagaimana mungkin para wali memberikan informasi yang bertentangan dengan realita? O Pertanyaan kedua: Mengapa anda tidak mengarang siasat kaum mubtadi? O Pertanyaan Ketiga: Mengapa anda sangat menolak peperangan? O Pertanyaan Keempat: Yang ada di tangan anda adalah cahaya mengapa anda masih memerintahkan para sahabat anda untuk waspada? O Penutup: Seputar janggut rasullah SAW O Pertanyaan pertama: Makna firman Allah, Hingga apabila dia (dzulqarnain) telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, ia mendapati matahari tersebut terbenam pada air yang keruh (QS al-Kahfi: 86) x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xxii O Pertanyaan Kedua: Di mana letak dinding dzulkarnain? O Siapakah Yajuj dan Majuj? O Pertanyaan seputar 5 persoalan ghaib O Pertanyaan seputas 10 lathifah CAHAYA KETUJUH BELAS (247-295) Mengenal Tuhan: Kumpulan memoar O Memoar Pertama : Bisikan kepada diri O Memoar Kedua : Jangan menganggap segala sesuatu lebih besar dari Allah atau dirimu lebih besar dari segala sesuatu O Memoar Ketiga : Dunia itu fana O Memoar Keempat : Setiap manusia dikembalikan ke bentuknya semula pada hari kiamat O Memoar Kelima : Dialog imajiner dengan seorang Eropa- 2 Eropa- Pandangan Eropa dan Qurani terhadap hidup- Argumentasi lemah dan keliru yang menjadi rujukan Eropa. Studi komperatif antara murid Eropa dan murid al-Quran O Memoar Keenam : Kuantitas kaum kafir tidak bernilai O Memoar Ketujuh : Pernyataan bagi mereka yang mendorong kaum muslim untuk mengikuti Eropa O Memoar Kedelapan : Bekerja berarti kesejahteraan dan kebahagiaan, malas berarti kesenangan dan penderitaan- Balasan dalam beramal, semuanya menunjukkan kepada Keesaan Allah. O Memoar Kesembilan : Kenabian: puncak kesempurnaan O Memoar Kesepuluh : 3 Macam cahaya marifah Ilahi O Memoar Kesebelas : Keluasan rahmat al-Quran tercermin dalam perhatiannya terhadap pemahaman awam O Memoar Kedua Belas : Sebuah Munajat O Memoar Ketiga Belas : 5 permasalahan yang kurang dipahami Pertama : Menimpa para penyeru kebenaran: Tidak membedakan antara yang merupakan kewajiban seorang hamba dengan yang merupakan urusan Allah Kedua : Menimpa para ahli wirid: tidak mereka dapatkan keuntungan duniawi seperti yang didapat oleh x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xxiii ; ; para shalaf as-Shalih. Ketiga : Menimpa para salik (para pengamal tasawuf): ketidaktahuan akan kapasitas dirinya Keempat : Menimpa orang banyak: Menganggap sesuatu sebagai sebab bagi yang lain ketika keduanya muncul secara berbarengan- Penjelasan perbedaan antara sebab dan keterkaitan dan standar untuk mengetahui syirk khafi. Kelima : Menimpa jamaah: menyandarkan keberhasilan amal kepada para mursyid mereka dan hanya melihat kepadanya seakan-akan dia sumber (perbuatan) O Memoar Keempat belas: 4 petunjuk tauhid Petunjuk pertama : Hanya Yang memerintah langit dan bumi yang layak disembah oleh manusia Petunjuk Kedua : Kecenderungan terhadap keabadian yang ada fitrah merupakan manifestasi nama Allah Baqa Petunjuk Ketiga : Waspadai tenggelamnya perangkat halus karena makanan dan ucapan Petunjuk Keempat : Dunia adalah kuburan, tinggalkan dan pindahan ke kehidupan yang lebih luas. O Memoar Kelima Belas: Permasalahan pertama: Manifestasi nama Allah Al-Hafidz. CAHAYA KEDELAPAN BELAS (297) CAHAYA KESEMBILAN BELAS (299-316) Risalah Iqtishad (Hemat dan sederhana) O Catatan Pertama : Hemat berarti syukur nikmat, boros berarti mengecilkan nikmat O Catatan Pertama : Hemat sesuai dengan hikmah Ilahi, boros bertentangan dengannya O Catatan Ketiga : Mengecap kenikmatan sebagai manifestasi syukur O Catatan Keempat : Hemat pangkal kejayaan O Catatan Kelima : Hemat pangkal berkah dan kesajahteraan x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xxiv O Catatan Keenam : Tidak ada hubungan antara hemat dan pelit O Catatan Ketujuh : Qanaah merupakan harta karun abadi dan kekikiran merupakan sebab terhalangnya nikmat. CAHAYA KEDUA PULUH O Risalah Ikhlas (1) O Pertanyaan: Mengapa ahlu Haq saling berselisih pendapat sedangkan orang-orang sesat selalu sepakat? O Faktor Pertama : Luasnya tugas ulama dan tidak jelasnya upah mereka-Obatnya: keikhlasan O Faktor Kedua : Para ahl haq tidak menemukan adanya tuntunan untuk bersatu- 9 hal untuk mengobati semua itu. O Faktor Ketiga : Persaingan yang mengarah kepada perpecahan-Obatnya: pengetahuan bahwa ridho Allah diraih dengan bukan dengan banyaknya pengikut O Faktor Keempat : Ketidakmampuan istiqamah-Obatnya : mengikat cinta kepada para salik dan membuang keinginan untuk memimpin mereka O Faktor Kelima : Tidak adanya perasaan kuat untuk bersatu- Obatnya berativitas berdasarkan konsep tolong-menolong, pengetahuan akan bahaya perpecahan O Faktor Keenam : Selalu berpolemik dalam masalah-masalah yang penting-obatnya: toleransi terhadap pendapat orang lain. Ajakan untuk meninggalkan polemik. O Faktor Ketujuh : Tidak menjaga keutamaan berbagai konsep al-haq dan ketidakmampuan mengimplementasikan apa yang terdapat dalam berbagai dialog CAHAYA KEDUA PULUH SATU (337-354) Risalah Ikhlas (II) O Pentingnya Keikhlasan O Prinsip Keikhlasan: Prinsip pertama : Mencari ridho Allah dalam beramal Prinsip kedua : Tidak mengkritik saudara-saudaramu yang mendakwahkan al-Quran x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xxv ; ; Prinsip Ketiga : Kekuatan pada Keiklasan dan Kebenaran Prinsip Keempat :Bangga dengan keistimewaan para saudara seagama O Sarana mencapai keikhlasan: Pertama : Rabithatul maut (selalu mengingat mati) Kedua : Merenungi makhluk O Penghalang Keihklasan: Pertama : Rasa dengki yang muncul dari keuntungan yang bersifat materi Kedua : Cinta kedudukan Ketiga : Takut dan Tamak CAHAYA KEDUA PULUH DUA (355-368) Risalah Isyarah Ats-Tsalatsah (Tiga petunjuk) O Petunjuk pertama : Mengapa ahli dunia selalu mencampuri urusan akhiratmu? O Petunjuk kedua : Mengapa engkau tidak memprotes kami dan mengeluh? O Petunjuk ketiga : Engkau harus mengikuti undang-undang republik O Penutup : Serangan mengherankan yang harus disyukuri CAHAYA KEDUA PULUH TIGA (369-403) Risalah Thabiah (Risalah Tentang Alam) O Peringatan : Penjelasan mengenai hakikat pemahaman kaum naturalis O Pendahuluan : 3 kalimat menghamburkan bau busuk kekafiran yang diucapkan oleh manusia O Pertama : Pendapat mereka mengenai sesuatu,sebab-sebab alam yang menyebabkan terbentuknya segala sesuatu. Kemustahilan pertama : Obat yang ada di apotik merupakan suatu kebetulan Kemustahilan kedua: Berkumpulnya sebab-sebab yang saling bertentangan secara sangat teratur dengan ukuran yang sangat akurat Kemustahilan ketiga: Menisbatkan entitas kepada sebab x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xxvi O Kedua : Pernyataan mereka, segala sesuatu terbentuk dengan sendirinya Kemustahilan pertama: Keharusan menerima pernyataan bahwa segala sesuatu terdapat dalam atom Kemustahilan kedua: Atom-atom berfungsi sebagai penguasa dan yang dikuasai pada waktu yang sama. Kemustahilan ketiga: Keharusan adanya cetakan alam sebanyak ribuan konstruksi yang sedang bekerja di tubuhmu O Ketiga : Pernyataan segala sesuatu merupakan tuntutan alam. Kemustahilan pertama: Alam harus menghadirkan cetakan dengan jumlah tak terbatas dalam selaga sesuatu Kemustahilan kedua: Alam harus menyediakan pabrik dengan jumlah tak terbatas dalam segenggam tanah Kemustahilan ketiga: Dijelaskan dengan 2 contoh: 1. Badui masuk istana 2. Orang primitif yang masuk ke dalam kemah militer atau masjid Aya Shofia O Kesimpulan : Alam merupakan kumpulan konsep bukan yang menentukan konsep O Penutup : Pertanyaan pertama : Apa yang Allah butuhkan dari ibadah kita? Pertanyaan kedua : Dimana rahasia hikmah dari kemudahan penciptaan? Pertanyaan ketiga : Apa yang dimaksud dengan pernyataan para filosof, creation ex nihilo (Segala sesuatu tidak berasal dari ketiadaan) CAHAYA KEDUA PULUH EMPAT (405-422) Risalah Hijab O Hikmah pertama : Hijab adalah fitrah wanita sedangkan Tabarruj (berlebih-lebihan dalam berhias) bertentangan dengan fitrah O Hikmah kedua : Wanita merupakan pendamping suaminya x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xxvii ; ; di kehidupan akhirat O Hikmah ketiga : Keharmonisan rumah tangga didapat dengan saling mempercayai antara suami-istri dan tabarruj menghancurkan itu semua O Hikmah keempat : Fitnah wanita di akhir zaman O Persoalan penting yang tiba-tiba terlintas di benak O Dialog dengan para perempuan beriman, para saudaraku di akhirat Catatan pertama : Wanita adalah pahlawan kasih sayang Catatan kedua : Peran beberapa lembaga dalam menyesatkan wanita dan obatnya Catatan ketiga : Berkaitan dengan kenikmatan yang keluar dari batasan syariah CAHAYA KEDUA PULUH LIMA (423-456) O Obat pertama : Sakit mendatangkan keuntungan yang banyak O Obat kedua : Sakit mentransformasikan setiap menit dari umur menjadi berjam-jam O Obat ketiga : Sakit merupakan petunjuk yang bijak O Obat keempat : Sakit mengenalkanmu kepada nama Allah O Obat kelima : Sakit merupakan kebaikan Ilahi O Obat keenam : Sakit merupakan peringatan akan ketidakkekalan anda di dunia O Obat ketujuh : Sakit menjadikan anda dapat merasakan kenikmatan O Obat kedelapan : Sakit menghapus dosa O Obat kesembilan : Maut bukanlah sesuatu yang harus ditaati O Obat kesepuluh : Memikirkan pahala menghilangkan keraguan O Obat kesebelas : Sakit memberikan kenikmatan maknawi O Obat kedua belas : Sakit menyebabkan doa yang tulus O Obat ketiga belas : Yang didapat seorang hamba ketika sakit melebihi amalnya ketika sehat O Obat keempat belas : Mata Maknawi x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xxviii O Obat kelima belas : Orang-orang yang mendapatkan bala paling berat O Obat keenam belas : Sakit menyelamatkan si sakit dari ketergantungannya kepada orang lain O Obat ketujuh belas : Menjenguk orang sakit merupakan sunnah nabi O Obat kedelapan belas : Lihatlah kepada orang yang mendapatkan musibah lebih berat darimu O Obat kesembilan belas : Sakit menjernihkan hidup O Obat kedua puluh : Obat sakit yang hakiki dan imajiner O Obat kedua puluh satu: Kelezatan maknawi mengelilingi sakit O Obat kedua puluh dua : Mengapa kelumpuhan akibat sesuatu penyakit dapat dianggap sebagai berkah O Obat kedua puluh tiga: Pandangan kasih sayang Ilahi kepada si sakit O Obat kedua puluh empat: Sakit anak-anak dan perawatan manula O Obat kedua puluh lima: Penyembuhan Ilahi CAHAYA KEDUA PULUH ENAM (457-540) Risalah untuk Para Lansia O Perhatian O Harapan pertama : Harapan bersumber dari iman O Harapan kedua : Manifestasi rahmat Allah mentransformasi penderitaan penuh rasa sakit dalam masa tua menjadi sebuah kebahagiaan O Harapan ketiga : Tersingkapnya cahaya Rasulullah SAW, dan syafaatnya merupakan obat mujarab O Harapan keempat : Pertolongan al-Quran menghilangkan keputusan O Harapan kelima : Iman kepada hari akhir memberikan cahaya dan harapan abadi O Harapan keenam : Iman kepada Allah dan malaikat memberikan kenikmatan O Harapan ketujuh : Cahaya keimanan menyingkap x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xxix ; ; kegelapan dari segala arah O Harapan kedelapan : Kabar gembira dari al-Quran menggiring untuk mendapatkan obat dalam rasa sakit sendiri O Harapan kesembilan : kelemahan dan ketidakmampuan dalam ketuaan merupakan 2 syafaat bagi pintu rahmat Ilahi O Harapan kesepuluh : Cahaya al-Quran mengubah kesedihan menjadi kegembiraan O Harapan kesebelas : Dengan bantuan hikmah al-Quran, hati dapat mengalahkan filsafat O Harapan kedua belas : Cahaya yang muncul dari firman Allah, Segala sesuatu akan binasa kecuali Dzat-Nya O Harapan ketiga belas : Peristiwa menyakitkian di kota Wan dan manifestasi dari firman Allah, Semua makhluk di langit dan di bumi telah bertasbih mengagungkan nama-Nya O Harapan keempat belas: Dari firman Allah, Cukuplah Allah bagi kami. Dialah sebaik-baik Pelindung CAHAYA KEDUA PULUH TUJUH (541) CAHAYA KEDUA PULUH DELAPAN (543-595) Sebuah dialog singkat O Huruf-huruf al-Quran O Kalimat-kalimat Ilahi O Penurunan Besi O Penurunan binatang ternak O Sebuah catatan yang ditulis di penjara Eskisyehir O Dua cerita ringan O Dua persoalan: Persoalan pertama: Balasan kontan terhadap kebaikan- kebaikan dan keburukan-keburukan Persoalan kedua: Penjelasan sisi mukjizat dari firman Allah, Aku tidak menuntut rizki dari mereka O Pertanyaan seputar firman Allah, Atau saat mereka tidur di siang hari O Sebuah lintasan pikiran yang indah x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xxx O Seputar wahdatul wujud dan bahayanya pada zaman ini O Jawaban atas sebuah pertanyaan O Renungkan dibalik jendela penjara O Musuh yang paling hebat adalah nafsumu O Bagaimana mungkin kekekalan dalam neraka merupakan keadilan? O Kesesuaian yang lembut dan bermakna O Dilontarkan para jin yang memata-matai langit CAHAYA KEDUA PULUH SEMBILAN (597-659) Risalah Tafakkur Imani O Bab pertama mengenai Subhanallah O Bab kedua mengenai Alhamdulillah O Bab ketiga mengenai Allahu Akbar O Bab keempat: Pertama : Derajat mengetahui Allah dan meng-Esakan- Nya Kedua : Tahmid dan Tadzim Berkenaan dengan syahadah Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah O Bab kelima mengenai kedudukan kalimat Hasbunallah wa nimal wakiil O Bab keenam mengenai dengan kalimat, Laa haula wala quwata ila billah CAHAYA KETIGA PULUH (661-756) O Pertama : Berkenaan dengan nama Allah, Al-Quddus O Kedua : Berkenaan dengan nama Allah, Al-Adl O Ketiga : Berkenaan dengan nama Allah, Al-Hakim Poin pertama : Kitab alam semesta Poin kedua : Dua masalah: - Pertama : Keindahan dan kesempurnaan mengundangkan pandangan - Kedua : Tidak ada tempat bagi kemusyrikan Poin ketiga : Pengetahuan yang diperlukan untuk mengenal nama Allah Al-Hakiim x Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit y xxxi ; ; Poin keempat : Hikmah-hikmah yang ada mengindikasikan adanya akhirat Poin kelima : Terdapat 2 masalah - Pertama : Boros bukanlah bagian dari fitrah - Kedua : Nama Allah al-Hakam mengindikasikan kenabian Muhammad SAW. O Keempat : Berkenaan dengan nama Allah, Al-Fard (Tunggal) Petunjuk pertama : Tanda Tauhid - Stempel pertama : Keharmonisan kosmos - Stempel kedua : Siklus kehidupan di bumi - Stempel ketiga : Ekspresi manusia Petunjuk kedua : Ketunggalan hukum Petunjuk ketiga : Risalah Shamdaniah Petunjuk keempat : Tauhid merupakan sesuatu yang fitri dan syirik merupakan kemustahilan - Poin pertama : Kekuatan tempat bersandar dan meminta pertolongan - Poin kedua : Tauhid menyebabkan kemudahan penciptaan - Poin ketiga : Menyandarkan penciptaan kepada Yang Satu menjadikannya sesuatu yang mudah Petunjuk kelima : Independen dan sendiri Petunjuk keenam : Obat mujarab Petunjuk ketujuh : Sirajun Munir (lentera bercahaya) O Kelima : Berkenaan dengan nama Allah, Al-Hay (yang Maha Hidup) Rumus pertama : Hakikat dan derajat kehidupan Rumus kedua : Peran para malaikat dalam kehidupan Rumus ketiga : Produksi kehidupan syukur dan ibadah Rumus keempat : Hidup mengokohkan sendi-sendi keimanan Rumus kelima : Hidup merupakan manifestasi nama- nama Allah O Keenam : Berkenaan dengan nama Allah Al-Qayyum (Yang Berdiri Sendiri) Perhatikan dan permohonan maaf x Bediuzzaman Said Nursi y ; ; xxxii Kilau Cahaya Pertama : Sang Pencipta yang Maha Independen dan Abadi Kilau Cahaya Kedua : 2 masalah - Masalah pertama : Pengetahuan tentang keindependenan Allah SWT. - Masalah kedua : Hikmah dan rahasia segala sesuatu berkaitan dengan ke Maha Independenan Allah Kilau Cahaya Ketiga : Rahasia keindependenan dan rahasia keabadian aktivitas-Nya Kilau Cahaya Keempat : Cabang ketiga dari rahasia keabadian aktivitas Allah Kilau Cahaya Kelima : 2 masalah - Masalah pertama : Merenungi kosmos merupakan menifestasi terbesar dari Ismul Adzam (Nama Agung) - Masalah kedua : Manusia dan rahasia ke-Maha Independen Allah CAHAYA KETIGA PULUH SATU (757) CAHAYA KETIGA PULUH DUA (759) CAHAYA KETIGA PULUH TIGA (761)