Anda di halaman 1dari 120

x

Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit


y
1
;
;
1) Ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap Bahwa tidak ada Tuhan selain
Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang
yang zalim. (al-Anbiya [21]: 87)
2) (Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah
Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. (al-anbiya [21]:
83)
3) Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: Cukuplah Allah
bagiKu; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya Aku bertawakkal
dan dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung (at-Taubah [9]: 129)
4) Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung (al-I Imran [3]: 173)
5) Tiada Daya Dan Kekuatan Kecuali Dengan Pertolongan Allah Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung
6) Wahai Yang Maha kekal, Engkaulah Yang Maha kekal.
7) Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.
(Fushilat [41]: 44)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
2
Bagian pertama dari surat ketiga puluh satu ini berisi enam
cahaya. Setiap cahaya menerangkan salah satu dari sekian banyak
cahaya untaian kalimat penuh berkah di atas di mana jika ia dibaca
sebanyak tiga puluh tiga kali pada setiap waktu akan mendatangkan
banyak keutamaan. Terutama jika dibaca antara maghrib dan isya.
* * *
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
3
;
;
;
B
AHAYA
O
ERTAMA
Sesungguhnya munajat Nabi Yunus as.
adalah salah satu munajat paling agung
dan paling indah serta salah satu media paling
ampuh agar doa dikabulkan oleh Allah.
8
uv
8) Diriwayatkan dari Said bin Waqqash, Rasulullah SAW. bersabda, Doa Dzu
Nun ketika berada di dalam perut ikan paus adalah, Laa ilaha illa anta
subhanaka ini kuntu minadzaalimin. Dan setiap muslim yang berdoa
dengannya niscaya akan dikabulkan apa yang diminta. Hadits ini adalah
hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ahmad, Hakim dan yang
lain.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
4
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
5
;
;
DIKISAHKAN bahwa Nabi Yunus as. dilemparkan ke laut
lalu ditelan oleh ikan besar dan diombang-ambingkan ombak.
Malam yang pekat pun menurunkan tirainya. Nabi Yunus pun
ditimpa ketakutan dan terputuslah sebab-sebab pengharapan.
Sirnalah angan-angan, sehingga dengan merendahkan diri beliau
melantunkan doa yang lembut memelas kasih:
Tiada Tuhan selain Engkau maha suci Engkau sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zalim . (al-Anbiya [21]: 87)
Dan doa ini yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya
beliau dari penderitaan.
Rahasia agung dari munajat ini adalah bahwa dalam suasana
yang mencekam dan menakutkan itu sebab-sebab material sepenuh-
nya runtuh sehingga sebab-sebab itu tidak dapat mengubah apa pun
dan tak dapat memberi pengaruh apapun. Hal itu terjadi karena
yang dapat menyelamatkan beliau dari kondisi tersebut hanyalah
yang memiliki kekuasaan terhadap ikan besar, lautan, malam dan
angkasa, karena baik ikan besar, malam yang gelap gulita serta lautan
yang ganas telah sepakat untuk menyerang beliau. Dengan
demikian tidak ada satu sebab pun yang dapat menyelamatkannya,
tak ada seorang pun yang dapat mengakhiri penderitaan beliau dan
mengantarkannya pada pantai keselamatan dan keamanan kecuali
Yang Maha Menguasai malam, ikan besar sekaligus lautannya dan
Yang Mampu menundukkan segala sesuatu dengan perintah-Nya
... hingga kalaupun dalam suasana yang mencekam dan menakutkan
tersebut semua makhluk membantu Nabi Yunus dan siap mematuhi
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
6
beliau maka hal itu tidak akan memberi manfaat apa pun baginya.
Benar ... sebab-sebab itu tidak memberi pengaruh apa pun.
Dengan ainul yaqin, Nabi Yunus memandang bahwa tidak ada lagi
tempat berlindung kecuali ke haribaan Dzat Pencipta sebab. Dan
melalui celah-celah cahaya tauhid yang benderang terbukalah raha-
sia keesaan Allah hingga munajatnya yang ikhlas itu menundukkan
malam, ikan dan lautan secara bersamaan. Bukan hanya itu, bahkan
dengan cahaya tauhid yang murni perut ikan yang gelap berubah
laksana perut kapal selam, lautan yang ganas dengan ombak yang
siap menelan pun berubah bagaikan taman yang penuh keindahan.
Awan gemawan pun berarakan di langit. Bulan menampakkan
wajahnya yang bersinar bak pelita terang yang muncul di atas kepala
beliau. Semuanya karena munajat tersebut.
Demikianlah makhluk-makhluk yang tadinya mengancam
dan menakutkan beliau, sekarang berlalu dengan wajah bersahabat
lalu mendekati dengan kasih dan sayang hingga beliau keluar
menuju pantai keselamatan dan menyaksikan kemurahan Allah
yang Maha Penyayang dari bawah pohon yaktin
9
.
Oleh karena itu hendaklah kita melihat diri kita melalui
perspektif munajat itu. Kita berada pada suatu kondisi yang
menakutkan dan penuh ancaman berkali-kali lipat dari kondisi yang
dialami oleh Nabi Yunus karena:
Malam yang menaungi kita adalah masa depan dan masa
depan kita, jika kita melihatnya dengan pandangan acuh, tampak
gelap dan menakutkan bahkan lebih pekat seratus kali lipat dari
malam yang dilalui oleh Nabi Yunus.
Lautan kita adalah bumi yang setiap ombaknya membawa
beribu jenazah. Karena itu ia adalah lautan yang menakutkan seratus
kali lipat lebih menakutkan daripada lautan tempat Nabi Yunus
dilemparkan.
Ikan besar kita adalah nafsu amarah yang kita bawa. la adalah
ikan yang ingin menelan dan memusnahkan kehidupan akhirat kita.
Ikan ini lebih rakus daripada ikan yang menelan Nabi Yunus karena
ikan yang menelan Nabi Yunus mungkin dapat melenyapkan
9) Sejenis pohon labu. Lihat QS. Ash Shaaffat [37]: 146 (ed.)
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
7
;
;
kehidupan yang lamanya seratus tahun saja sementara nafsu amarah
kita berupaya menghancurkan ratusan juta tahun kehidupan abadi
yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan.
Demikianlah hakikat kondisi kita selamanya oleh karena itu
tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti Nabi kita Yunus as.
berjalan di atas petunjuk-Nya, berpaling dari semua sebab lalu
menghadap secara langsung kepada Allah yang merupakan penye-
bab dari segala sebab. Menghadap kepada-Nya dengan sepenuh jiwa
dan raga kita mengharap pertolongan-Nya dengan doa:
Kita meyakini bahwa masa depan yang menanti kita, dunia
yang menampung kita, nafsu amarah yang ada pada diri kita, karena
kelalaian dan kesesatan kita, telah melakukan persekongkolan
terhadap kita. Kita pun yakin bahwa tidak ada yang dapat meng-
hilangkan ancaman masa depan, menumpas teror dan bencana-
bencana dunia, menjauhkan bahaya nafsu amarah kecuali Dzat yang
menguasai masa depan, mengatur dunia, dan menguasai jiwa kita.
Siapakah selain pencipta langit dan bumi yang mengetahui
gejolak jiwa kita, siapa selain-Nya yang mengetahui rahasia hati kita
dan siapa selain-Nya yang mampu menerangi masa depan dengan
menciptakan akhirat bagi kita? Siapakah selain-Nya yang dapat
menyelamatkan kita dari riak ombak dunia yang penuh dengan
deburan peristiwa? Tidak ... tidak ada yang mampu menjadi
penyelamat kecuali Allah. Dia lah yang jika tidak karena kehendak-
Nya tidak mungkin sesuatu, di manapun dan dalam keadaan
bagaimanapun, mendapatkan pertolongan.
Hakikat keberadaan kita akan terus seperti itu kecuali jika kita
menengadahkan tangan tunduk kepada-Nya, meminta pandangan
kasih sayang-Nya kepada kita, mengikuti rahasia munajat Nabi
Yunus yang mampu mengendalikan ikan besar hingga tunduk
kepada beliau sehingga ikan itu laksana kapal selam yang berlayar
di bawah laut dan menjadikan lautan bagaikan taman yang indah
serta menyelimuti malam dengan pakaian cahaya benderang dengan
bulan yang bersinar. Maka kita panjatkan:
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
8
Kita meminta perhatian kasih Ilahi untuk masa depan kita
dengan ungkapan:
Dengan munajat itu kita peruntukan bagi kehidupan kita
dengan kalimat
Dan dengan untaian: ,kita berharap agar
Dia memandang kita dengan pandangan welas asih agar masa depan
kita dapat penuh cahaya iman dan al-Quran, juga agar malam
mencekam berganti menjadi aman dan menyenangkan agar kita
dapat mengakhiri misi serta tugas kehidupan kita dengan tiba di
pantai keselamatan, masuk dalam pelukan kebenaran Islam. Dengan
kebenaranyang merupakan bahtera yang telah disediakan oleh
al-Quranitu kita berlayar mengarungi gelombang kehidupan di
atas ombak usia serta abad yang membawa jenazah tak terhitung
banyaknya. Dan yang mengantarkan mereka pada kematian,
mengganti kematian dengan kehidupan di dunia kita ini tanpa kenal
lelah. Karena itu mari kita melihat pemandangan yang menakutkan
ini melalui kaca mata Qurani, niscaya pemandangan tersebut
berubah menjadi pemandangan yang segar dan senantiasa baru.
Pembaharuannya yang terus-menerus itu telah menghilangkan
keterasingan yang menakutkan yang muncul dari tiupan badai dan
gempa di lautan untuk kemudian berganti menjadi pandangan yang
penuh hikmah dan pelajaran serta membangkitkan pengamatan dan
pemikiran tentang ciptaan Allah. Maka, kehidupan kita diterangi
dengan keindahan pembaharuan tersebut. Pada saat itu, nafsu
amarah tidak dapat mengalahkan kita bahkan kitalah yang mengua-
sainya dengan rahasia yang diberikan oleh al-Quran. Bahkan dengan
pelajaran Qurani tersebut, kita mampu mengendalikan nafsu amarah
sehingga menjadi tunduk pada kehendak kita dan mendapatkan
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
9
;
;
sarana yang baik dan bermanfaat untuk mendapatkan kesuksesan
di kehidupan yang abadi.
RINGKASAN
Sebagaimana manusia yang terdiri dari substansi yang
lengkap menderita dari demam ringan, begitu juga menderita
dengan goncangan gempa di dunia dan gempa besar yang akan
terjadi ketika hari kiamat. Manusia takut pada bakteri kecil seperti
juga ia takut terhadap meteor-meteor yang muncul di angkasa.
Manusia mencintai rumahnya dan merasa nyaman di dalamnya
sebagaimana ia mencintai dunia yang besar ini. Manusia suka akan
tamannya yang kecil seperti ia merindukan surga abadi dan berharap
untuk menghuninya.
Begitulah selalu kehidupan manusia. Karena itu tidak ada
sesembahan, pencipta, pengatur, pelindung selain Dzat yang di
tangan-Nya rahasia langit dan bumi. Segala sesuatu tunduk pada
aturan-Nya, oleh karena itu manusia pasti sangat butuh untuk
menghadapkan wajah kepada Allah serta menundukkan diri di
hadapan-Nya seperti Nabi Yunus as. dengan munajatnya:
Maha suci Engkau. Tidaklah kami memiliki pengetahuan kecuali
yang Engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah: 32)
***
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
10
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
11
;
;
;
B
AHAYA
J
EDUA
uv
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
12
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
13
;
;
Dan ingatlah kisah Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: ( Ya
Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang .
(Al-Anbiya [21]: 83)
Munajat inilah yang telah dipanjatkan oleh penghulu orang-
orang yang sabar, Nabi Ayyub a.s. Doa ini adalah doa yang mujarrab,
dan sangat efektif. Maka selayaknya bagi kita untuk mengutip dari
nur ayat suci ini (sebagai doa) dan bermunajat:
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang .
Dan kisah nabi Ayyub a.s. kita sebutkan secara ringkas sebagai
berikut:
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, Nabi Ayyub A.S
tetap sabar dan tegar dalam menghadapi penyakit kronis yang
sedang menjangkitinya sampai sekujur tubuhnya penuh dengan
luka borok dengan nanah. Dia tetap bersabar sembari mengharap
pahala dari Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.
Ketika ulat-ulat yang berasal dari luka beliau mulai menyerang
qalbu dan lidahnya yang merupakan tempat zikrullah dan makrifat-
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
14
Nya, dia bersimpuh dihadapan Tuhannya yang Maha Mulia, Allah
SWT, dengan munajat doa yang indah :

Dipanjatkannya munajat tersebut karena dia khawatir ibadah-
nya terganggu, bukan meminta kelonggaran. Oleh karena itu, Allah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa menjawab munajat yang suci
dan tulus tersebut dengan bentuk jawaban yang luar biasa, sekaligus
Dia angkat musibahnya dan menganugerahkannya kesehatan yang
sempurna dan telah memberinya keindahan-keindahan rahmat-Nya
yang sangat luas itu. Dalam Cahaya ini terdapat lima perkara yang
sangat tinggi nilainya :
Poin Pertama
Nabi Ayyub a.s. menderita luka lahir, sedangkan kita men-
derita penyakit batin, rohani dan hati. Seandainya kita balik, yang
batiniah menjadi lahiriah, dan yang lahiriah menjadi batiniah, tentu
kita akan tampak penuh dengan luka-luka yang sangat parah, dan
aneka penyakit yang jauh lebih banyak lagi dari yang dimiliki oleh
Nabi Ayyub a.s. Sebab, semua dosa yang kita lakukan, begitu juga
perkara-perkara syubhat yang menyerang pikiran-pikiran kita,
menyebabkan luka-luka dalam hati kita.
Sesungguhnya luka-luka yang diderita Nabi Ayyub a.s. meng-
ancam keselamatan hidupnya yang singkat di dunia yang fana ini.
Sedangkan luka-luka maknawi yang kita derita sekarang, meng-
ancam keselamatan hidup kita nanti di akhirat kelak yang begitu
panjang. Karena itu, kita membutuhkan doa tersebut jauh lebih besar
ketimbang Nabi Ayyub a.s. sendiri. Sebab, sebagaimana ulat-ulat
yang datang dari luka borok menyerang wilayah hati dan lidah
beliau a.s., keragu-raguan dan kecemasannadzubillhyang
timbul dari luka-luka kita yang disebabkan oleh dosa yang kita
perbuat menyerang inti hati kita yang merupakan tempat iman dan
memporak-porandakannya. Luka-luka tersebut juga menyerang
kelezatan ruhani lidah manusia selaku penerjemah iman manusia
dan menjauhkan lidah manusia dari zikir kepada Allah SWT.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
15
;
;
Memang, dosa telah menerobos masuk ke dalam hati serta
meluaskan cengkeramannya ke seluruh penjuru, dan terus menerus
menyebarkan bintik-bintik hitam hingga iman yang ada di dalamnya
keluar. Dengan demikian, hati tersebut akan tetap gelap dan terasing,
sehingga menjadi kasar dan keras. Sesungguhnya, ada sebuah jalan
menuju kekufuran dalam setiap dosa. Jika dosa tersebut tidak segera
dihapus dengan istighfar, maka ia akan berubah menjadi ular-ular
maknawi yang siap menggigit dan menyakiti hati.
Contoh (pertama): Seseorang yang melakukan dosa secara
sembunyi-sembunyi akan merasa sangat malu jika hal tersebut
diketahui orang lain. Rasa malu tersebut yang menjadikannya
merasa berat atas keberadaan malaikat dan makhluk ghaib lainnya
sehingga ingin mengingkarinya dengan suatu tanda (atau hujjah)
yang kecil.
Contoh (kedua): Seseorang yang melakukan dosa besar akan
mendapatkan siksa neraka, jika ia tidak memohon ampunan dari
Allah. Maka, ketika ia mendengar kabar peringatan tentang kondisi
neraka jahannam beserta kejadian-kejadian dahsyat yang bakal
terjadi di sana, ia berkeinginan keberadaan jahannam ditiadakan.
Dan dengan demikian, akan timbul keberanian dalam dirinya untuk
mengingkari wujud neraka jahannam hanya dengan tanda dan
syubhat yang sederhana dan biasa-biasa saja.
Contoh (ketiga): Seseorang yang tidak melaksanakan shalat
fardhu dan tugas ubudiyah menderita celaan sederhana dari Sang
Pemberi Perintah karena keengganannya melaksanakan kewajiban
yang ringan. Kemalasannya untuk melaksanakan kewajiban yang
diperintahkan Allah SWT secara berulang-ulang, niscaya akan lebih
membuat jiwanya tidak tenang dan menciptakan kegundahan tiada
berkesudahan yang membuatnya berani berkata: Ohhh, andai Dia
(SWT) tidak memerintahkan ibadah tersebut. Keinginan yang seperti ini
akan memicu timbulnya sifat ingkar yang mengandung kebencian
terhadap sifat ketuhanan Allah SWT. Jika syubhat dan keragu-raguan
terhadap keberadaaan Allah SWT ini masuk ke dalam hati, maka
orang tersebut akan cenderung meyakini syubhat tersebut seakan-
akan dalil yang absolut. Maka terbukalah dihadapannya pintu
menuju kerugian dan kehancuran yang teramat besar.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
16
Akan tetapi orang malang ini tidak sadar bahwa keing-
karannya ini telah menjadikan dirinya target kesempitan maknawi
yang jutaan kali lebih dahsyat dari pada kesempitan parsial akibat
rasa malasnya melaksanakan ibadah. Tak ubahnya seperti keluar
dari sarang macan masuk mulut buaya!! Lewat contoh di atas, dapat
dipahami rahasia ayat:
Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin [83]: 14)
Poin Kedua
Seperti yang telah dijelaskan di kalimat ke duapuluh enam,
yang secara khusus membahas masalah takdir: sesungguhnya
manusia tidak berhak mengeluhkan musibah dan penyakit yang
menimpanya karena tiga alasan. Pertama: Allah SWT menjadikan
busana eksistensi yang Dia pakaikan kepada manusia sebagai
petunjuk atas kreasi-Nya. Karena, Dia menciptakan manusia dalam
bentuk model yang dipaparkan pada dirinya pakaian eksistensi,
yang diganti, diukur, digunting, diubah, dan dimodifikasi sebagai
manifestasi Asmul Husna. Contohnya, seperti nama-Nya Al-Syf
(Maha Menyembuhkan) menuntut adanya sakit, begitu juga Al-
Rziq (Maha Pemberi Rizki), menuntut keberadaan sifat lapar.
Allah SWT, Yang Penguasa segala sesuatunya, berbuat apa saja
yang dikehendaki-Nya.
Kedua: Sesungguhnya kehidupan menjadi murni oleh
musibah dan bala, menjadi bersih oleh penyakit dan bencana. Semua
itu menjadikan hidup mencapai kesempurnaan, kuat, meningkat,
produktif, dan mencapai tujuan serta targetnya. Sehingga dengan
demikian kehidupan telah melaksanakanya kewajiban hidupnya.
Sedangkan kehidupan monoton yang hanya berjalan dengan satu
corak, dan berlalu diatas ranjang kenikmatan lebih dekat kepada
ketiadaan yang merupakan keburukan mutlak ketimbang kepada
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
17
;
;
eksistensi yang merupakan kebajikan mutlak, bahkan sudah
mengarah kepada ketiadaan.
Ketiga: Dunia ini merupakan medan ujian dan cobaan. Dunia
adalah tempat beramal dan ibadah, bukan tempat bersenang-senang
dan berleha-leha, dan bukan pula tempat menerima imbalan dan
pahala. Maka selama dunia merupakan tempat beramal dan ber-
ibadah, penyakit dan cobaanselain yang berkaitan dengan agama
dan dengan syarat diterima dengan sabarmenjadi selaras dengan
amal, bahkan amat harmonis dengan ibadah tersebut. Sebab, kedua
hal tersebut menguatkan amal dan mengencangkan ibadah. Dengan
demikian, tidak diperbolehkan mengeluhkannya. Justru kita harus
bersyukur kepada Allah SWT karena penyakit dan musibah men-
transformasi setiap jam dalam kehidupan mereka yang tertimpa
musibah menjadi ibadah satu hari penuh.
Pada dasarnya ibadah terbagi dua bagian: yang aktif dan yang
pasif. Bagian yang pertama seperti yang kita kenal bersama. Sedang-
kan bagian yang kedua, berbagai penyakit dan cobaan membuat
penderitanya merasakan ketidakberdayaan dan kelemahannya
sehingga ia mencari perlindungan kepada Tuhannya yang Maha
Pengasih dan berpaling kepada-Nya. Dengan demikian, ia melak-
sanakan ibadah dengan ikhlas murni dan bebas dari riya. Apabila
penderita tersebut menghiasi dirinya dengan sabar dan memikirkan
pahalanya di sisi Allah dan keindahan imbalan dari-Nya, serta
bersyukur kepada Tuhan-Nya terhadap segala musibah, pada saat
itu setiap jam dari usianya berubah seakan satu hari ibadah. Sehingga
umurnya yang pendek menjadi demikian panjang. Bahkan bagi
sebagian dari mereka, setiap detik dari usianya bernilai ibadah satu
hari penuh.
Saya pernah sangat risau ketika salah seorang saudara seiman
saya, Al-Hafidz Ahmad Muhajir, menderita penyakit yang dahsyat.
Pada saat itu terbetik dalam hati saya, Berikan kabar gembira
kepadanya, ucapkan selamat kepadanya, karena setiap detik dari
usianya berlalau bak ibadah satu hari penuh. Sebab, ia benar-benar
bersyukur kepada Tuhannya yang Maha Pengasih melalui kesabaran
yang indah.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
18
Poin Ketiga
Seperti yang telah kami paparkan dalam al-Kalimt, apabila
seseorang memikirkan masa lalunya, maka akan terbesit dalam
hatinya dan akan terlontar dari mulutnya ohh, alangkah ruginya
atau Segala puji bagi Allah. Artinya, orang tersebut mungkin akan
menyesal dan kecewa, atau memuji dan mensyukuri Tuhannya. Rasa
sedih dan kecewa muncul karena penderitaan jiwa yang bersumber
dari hilang dan keterpisahannya dari berbagai kenikmatan pada
masa sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan hilangnya kenikmatan
merupakan sebuah penderitaan. Bahkan rasa nikmat yang hilang
tersebut dapat mewarisi penderitaan berkesinambungan. Merenung-
kannya akan memeras derita tersebut dan meneteskan rasa sesal
dan duka.
Sedangkan kenikmatan maknawi berkesinambungan dari
hilangnya derita sakit temporer yang dilalui seseorang dalam hidup-
nya, menjadikan lidahnya mengucapkan puja dan puji kepada Allah
SWT. Hal ini bersifat fitrah, dirasakan oleh setiap orang. Disamping
itu, apabila sang penderita mengingat imbalan yang indah dan
ganjaran yang baik, yang disediakan di akhirat; dan merenungkan
umur pendeknya yang memanjang akibat sakit; maka ia tidak hanya
bersabar terhadap derita yang ditimpakan kepadanya, tapi mencapai
derajat syukur kepada Allah. Lidahnya pun akan mensyukuri Tuhan-
nya, Segala puji bagi Allah atas segala sesuatu, kecuali kekufuran
dan kesesatan.
Ada peribahasa yang berbunyi, Betapa panjangnya usia
musibah. Peribahasa tersebut memang benar namun dengan
pengertian yang berbeda dari apa yang dikenal dan diduga banyak
orang. Mereka menganggap musibah itu panjang karena penderitaan
dan kesengsaraan yang ada di dalamnya. Padahal sebetulnya ia
menjadi terbentang panjang sepanjang umur manusia karena
menghasilkan kehidupan yang mulia.
Poin Keempat
Pada bagian pertama dari kalimat kedua puluh satu, kami
telah jelaskan bahwa apabila manusia tidak menceraiberaikan
kekuatan kesabaran yang dianugerahkan kepadanya dan tidak
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
19
;
;
mengamburkannya ketika menghadapi gelombang kecemasan dan
ketakutan, maka kekuatan kesabaran tersebut sudah cukup
membuatnya tegas menghadapi semua musibah dan bencana. Akan
tetapi, keterkungkungan manusia dalam rasa cemas, lalai kepada
Allah, serta tertipunya ia oleh kehidupan dunia fana yang seolah-
olah abadi ini, membuatnya berpaling dari kekuatan kesabarannya,
merobek kekuatan tersebut kepada penderitaan di masa lalu dan
rasa takut terhadap masa depan. Sehingga kesabaran yang di-
anugerahkan Allah kepadanya, tak lagi bisa membuatnya sanggup
dan tegar dalam menghadapi musibah yang ada, dia pun mulai
mengeluh. Seakan-akan dia mengadukan Allah kepada manusia
naudzu billah, karena didasarkan kepada minim bahkan hilang-
nya kesabaran yang menjadikannya bak orang gila.
Padahal, tidak layak baginya untuk gelisah seperti itu. Sebab,
hari-hari yang telah lewatwalaupun dilalui dalam musibahtelah
hilang dan menyisakan kelapangan. Kepenatan dan rasa sakitnya
juga telah sirna, yang tersisa hanya kenikmatan. Tekanan dan
himpitannya telah lenyap, yang masih ada hanyalah ganjarannya.
Dengan demikian, tidak diperkenankan untuk mengeluh. Bahkan
seharusnya bersyukur kepada Allah SWT dengan penuh rasa rindu
dan penyesalan. Dia (manusia) juga tidak diperkenankan untuk
benci dan marah terhadap musibah yang ada. Justru ia harus meng-
ikat rasa cinta kepadanya. Sebab, usia manusia yang telah berlalu
tersebut telah berubah menjadi usia yang berbahagia dan kekal
karena melalui musibah. Karena itu, merupakan kebodohan dan
kedunguan, apabila seseorang masih menceraiberaikan dan menyia-
nyiakan kesabarannya dengan memikirkan rasa sakit di masa lalu.
Adapun masa depan, merupakan kebodohan memikirkan rasa
khawatir tentang musibah dan penyakit yang akan menimpa
manusia pada waktu itu, karena saat itu masih belum tiba dan masih
sama. Sebagaimana merupakan sesuatu yang bodoh apabila
seseorang memakan banyak roti dan meminum banyak air karena
khawatir akan kelaparan dan kehausan keesokan harinya. Demikian
pula dengan orang yang sejak sekarang sudah bersedih dan gelisah
karena khawatir mendapatkan musibah dan penyakit di masa
mendatang. Menampakkan kegelisahan terhadap berbagai musibah
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
20
di masa depan tanpa alasan yang jelas dapat merengut rasa cinta
kasih dalam diri seseorang. Bahkan, dengan demikian ia telah
menganiaya dirinya sendiri.
Kesimpulan
Sebagaimana rasa syukur dapat menambah kenikmatan itu
sendiri, maka keluhan akan menambah musibah tersebut dan bisa
membuat seseorang tidak lagi mengasihi dirinya. Seorang shaleh
dari Erzurum menderita penyakit kronis dan ganas. Hal tersebut
terjadi setahun setelah perang dunia pertama berkobar. Aku pun
pergi mengunjunginya dan ia mengeluh kepadaku,Saudaraku, sejak
seratus hari aku sama sekali belum merasakan lelapnya tidur. Keluhannya
membuatku sedih, akan tetapi pada saat itu aku teringat dan berkata
kepadanya: Saudaraku, sesungguhnya seratus hari yang telah ber-
lalu, pada saat ini menjadi senilai seratus hari yang menyenangkan.
Karena itu, jangan Anda mengingat dan mengeluhkannya. Pandan-
glah hari-hari tersebut, dan bersyukurlah kepada Allah atas segala
hal tersebut.
Untuk hari-hari yang akan datang, karena semuanya belum
lagi tiba, pasrahkan dan sandarkan dirimu kepada Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Jangan menangis jika belum terpukul.
Jangan takut terhadap sesuatu yang tidak ada. Jangan pula mengada-
ada. Karena kekuatan sabar sudah cukup untuk saat ini. Jangan
pernah meniru dan mengikuti jejak pemimpin dungu yang memecah
kekuatan di markasnya ke kiri dan ke kanan. Padahal pada saat itu,
kekuatan musuh yang berada di kiri bergerak ke sisi kanan yang
belum lagi bersiap menyerang. Ketika musuh mengetahui hal ini,
mereka segera menyerang kekuatan kecil yang ada di markas dan
menghabisi mereka.
Saudaraku, jangan seperti pemimpin di atas. Konsentrasikan
semua kekuatan Anda untuk saat ini saja. Pikirkanlah rahmat Allah
yang masih luas dan renungkan pahala di akhirat. Renungkan
transformasi yang dilakukan derita sakit Anda dengan menjadikan
umur fana Anda yang pendek menjadi panjang. Karena itu, ber-
syukurlah kepada Allah SWT sebagai ganti dari berbagai keluhan
ini. Nasehat ini memberikan pencerahan kepada si sakit tersebut
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
21
;
;
sehingga ia berkata, Alhamdulillah, sakitku sudah banyak ber-
kurang.
Poin Kelima
Poin ini terdiri dari tiga masalah: Masalah pertama,
sesungguhnya musibah dan bencana yang hakiki dan dianggap
sangat berbahaya adalah yang menyerang agama. Dan apabila
kondisi tersebut yang terjadi maka manusia harus segera berlindung
kepada Allah SWT, bersimpuh dihadapan-Nya. Adapun musibah
yang tidak menyerang agama bukanlah musibah. Sebab, pada satu
sisi, musibah tersebut merupakan peringatan Ilahi. Bagaikan seorang
gembala yang memperingatkan kambing gembalaannya ketika
keluar dari tempat penggembalaan dengan melemparkan bebatuan.
Sehingga, kambing tersebut menyadari bahwa penggembalanya
memberikan peringatan untuk menghindari perkara yang berbahaya
dengan lemparan batu, dan akhirnya kembali masuk ke daerah
penggembalaannya dengan ridha dan perasaan tenang. Demikian
pula halnya dengan musibah, sesungguhnya sebagian besar dari
musibah itu sendiri adalah peringatan Ilahi dan teguran rahmani
untuk manusia.
Sisi lain dari musibah adalah penghapus dosa. Dimensi lain
dari musibah adalah sebagai berikut: Musibah memberikan
ketenangan kepada manusia dengan menghilangkan kelalaian,
memberitahukan ketidakberdayaan, dan kelemahan manusiawi
kepada manusia.
Adapun musibah yang diderita oleh manusia saat sakit
sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnyasudah dapat
dipastikan bahwa ia bukanlah musibah yang sesungguhnya, akan
tetapi kelembutan rabbani karena ia mensucikan dan membersihkan
daki-daki kejahatan. Sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam
satu hadis sahih, yang maknanya sebagai berikut: Tidaklah seorang
muslim dirundung musibah dan penyakit melainkan Allah menghapus
dosa-dosanya sebagaimana dedaunan pohon yang gugur.
10
10 ) HR Bukhari. Kitab al-Mardh wa at-Thib
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
22
Demikianlah, dalam munajatnya Nabi Ayyub a.s. tidak berdoa
untuk kenyamanan dirinya. Akan tetapi ia memohon kesembuhan
kepada Allah ketika penyakit telah menghalangi lisannya untuk
berzikir dan qalbunya untuk bertafakkur. Ia memohon kesembuhan
agar bisa melakukan tugas-tugas ubudiyah. Oleh karena itu, sudah
seharusnya hal pertama yang menjadi tujuan kita dengan ber-
munajat adalah niat mengharapkan kesembuhan atas luka-luka
rohani kita dan penyakit-penyakit batin akibat melakukan dosa. Dan
kita juga harus memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha
Kuasa ketika penyakit fisik yang kita derita menghalangi kita untuk
beribadah. Saat itu kita berlindung dengan merendahkan diri, dan
memohon pertolongan-Nya tanpa mengeluh dan memprotes.
Karena jika kita ridha akan sifat ketuhanan-Nya (Rububiyyah) yang
menyeluruh, maka selama itu pula kita harus ridha dan menerima
dengan total apa yang diberikan-Nya kepada kita melalui sifat
ketuhanan-Nya.
Adapun keluhan yang mengisyaratkan penolakan dan
keberatan atas qadha dan qadar-Nya, persis seperti kritik terhadap
ketentuan ilahi yang adil dan ketidakpercayaan terhadap kasih
sayang-Nya nan luas. Dan siapa pun yang mengkritik ketetapan-
Nya akan terkapar oleh takdir itu sendiri, dan yang tidak memper-
cayai rahmat Allah akan terhalang dari rahmat itu. Karena, seperti
menggunakan tangan yang patah untuk membalas dendam akan
memperparah kondisinya, demikian pula menghadapi musibah
dengan keluh kesah, kerisauan, penolakan, dan kegelisahan akan
melipatgandakan cobaan tersebut.
Masalah kedua, jika anda membesar-besarkan musibah fisik
maka ia akan menjadi besar. Dan setiap kali anda menyepelekannya,
maka ia akan menjadi kecil. Misalnya, setiap kali seseorang menaruh
perhatian kepada ilusi yang dilihatnya di malam hari, maka ilusi
tersebut akan menjadi besar. Padahal jika diabaikan, ilusi tersebut
akan lenyap. Demikian pula, setiap kali seseorang menghampiri
sarang lebah, maka lebah-lebah tersebut akan memperhebat
serangannya. Akan tetapi jika ditinggalkannya, maka lebah-lebah
tersebut akan berhenti menyerang.
Demikian pula dengan musibah fisik. Ketika seseorang
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
23
;
;
membesar-besarkan musibah tersebut, memfokuskan perhatian
kepadanya serta merisaukannya, maka ia akan menembus jasad dan
menetap di hati. Dan ketika musibah maknawi yang ada dalam hati
tumbuh dan menjadi pendukung musibah fisik, maka musibah fisik
akan berlanjut dan berlangsung lama. Akan tetapi ketika seseorang
dapat menghilangkan kerisauan dan kegelisahan dari akarnya
dengan ridha terhadap qadha Allah, dan dengan bertawakkal
terhadap rahmat-Nya, musibah fisik tersebut akan berangsur pergi
dan menghilang, bagaikan pohon yang layu dan kering dedaunan-
nya akibat terpotong akarnya.
Pada suatu saat, hakikat ini saya ungkapkan dalam untaian
kalimat berikut ini:
Dari keluhan muncullah bencana
Duhai orang miskin, jauhi dan tawakkallah!
Jika Anda arahkan munajatmu pada Tuhan Sang pemberi, pasti
Anda dapat.
Sebab, segala sesuatu adalah anugerah-Nya.
Dan segala sesuatu adalah suci.
Tanpa Allah: engkau akan tersesat dan cemas di dunia ini
Apakah Anda mengeluhkan biji pasir, sedangkan orang lain dapat
musibah sebesar dunia?
Sunggulah keluhan itu hanyalah musibah di atas musibah
Dosa di atas dosa dan derita!
Jika Anda tersenyum di hadapan musibah..
Niscaya ia akan layu dan larut..
Di bawah mentari kebenaran, menjadi butiran-butiran es.
Saat itulah duniamu tersenyum..
Senyuman yang menyiratkan keyakinan..
Senyuman gembira karena pancaran keyakinan..
Senyuman kagum karena rahasia-rahasia keyakinan..
11
Benar, sebagaimana manusia menurunkan tingkat permu-
suhannya dengan menghadapinya dengan wajah ceria dan ter-
senyum, kerasnya permusuhan akan melentur dan api perselisihan
11 ) Terdapat sedikit perubahan dalam terjemah pragraf ini (dari naskah aslinya).
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
24
akan padam. Bahkan kondisinya berubah menjadi sebuah persa-
habatan dan perdamaian. Demikian pula, dampak dari sebuah
musibah akan hilang apabila musibah tersebut dihadapi dengan
bertawakkal kepada Allah SWT.
Masalah ketiga, setiap zaman tentu memiliki aturan dan
ketentuan khusus. Pada masa kelalaian sekarang ini, musibah telah
berubah bentuk. Bagi sebagian orang, musibah tidak selamanya
merupakan musibah, tapi kebajikan Ilahi dan kelembutan dari-Nya.
Saya melihat mereka yang mendapatkan musibah dan bala pada
saat sekarang ini, adalah orang-orang yang beruntung dan bahagia,
selama hal tersebut tidak merusak agamanya. Dalam pandangan
saya, penyakit dan musibah tersebut tidak mengakibatkan bahaya
sehingga harus dilawan dan penderitanya harus dikasihani. Sebab,
aku menyaksikan seorang pemuda yang menderita sakit memiliki
komitmen yang lebih kepada agamanya dibanding pemuda lain
yang sebaya. Dia memiliki keterikatan dengan akhirat.
Hal tersebut membuat saya sadar bahwa sakit dan penderitaan
bagi orang-orang ini bukanlah musibah tapi salah satu nikmat Allah
SWT. Sebab penyakit tersebut memberikan manfaat yang besar bagi
kehidupan ukhrawi penderitanya dan menjadi salah satu bentuk
ibadah, walaupun hal tersebut memberatkan kehidupan dunianya
yang fana. Jika berada dalam kondisi sehat, pemuda ini bisa saja
tidak mengerjakan perintah Ilahi sebagaimana ketika ia menderita
sakit. Bahkan bisa jadi dia akan terbawa arus melakukan berbagai
hal ceroboh, gegabah, dan buruk seperti yang dilakukan para
pemuda pada umumnya.
Penutup
Allah telah menyertakan kelemahan tak terbatas dan kefakiran
tak berujung ke dalam diri manusia, demi menunjukkan kekuasan-
Nya yang mutlak, dan rahmat-Nya yang sangat luas. Allah SWT
juga telah menciptakan manusia dalam bentuk dan penampilan
spesifik, yang mana ia terkadang bersedih dan kadang bergembira,
untuk memperlihatkan gambaran dari nama-nama-Nya yang mulia.
Allah rancang manusia seperti mesin ajaib yang memiliki
ratusan perangkat dan roda. Masing-masing memiliki kesenangan,
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
25
;
;
tugas, upah, dan ganjaran yang berbeda. Seakan-akan nama-nama
Allah yang mulia, yang tampak jelas di alam yang disebut sebagai
makrokosmos ini, sebagian besar tampak pula di dalam diri
manusia yang merupakan alam kecil (mikrokosmos). Di samping
itu, berbagai hal yang bermanfaat seperti kesehatan, keselamatan,
dan kenikmatan yang ada pada diri manusia mendorongnya untuk
bersyukur dan melakukan berbagai kewajiban sehingga manusia
tersebut seakan-akan seperti mesin syukur.
Demikian pula halnya pada berbagai musibah, penyakit,
derita, dan berbagai faktor pengaruh yang menstimulasi dan meng-
gerakkan emosinya, mendorong roda-roda dari mesin tersebut untuk
bekerja dan bergerak. Dari tempat yang tersembunyi, ia rangsang
mesin itu sehingga memancarkan harta kelemahan, ketidak-
mampuan, dan kefakiran yang dalam fitrah kemanusiaan. Musibah
tidak mendorong manusia untuk berlindung kepada Allah dengan
satu lidah saja, tapi dengan seluruh anggota tubuhnya. Segala
musibah, rintangan, dan hambatan tersebut menjadikannya seolah-
olah sebuah pena dengan ribuan mata pena. Ia tuliskan ketentuan-
ketentuan hidupnya dalam lembaran kehidupannya, kemudian
dibentuknya lembaran menakjubkan dari nama Allah yang mulia
hingga menyerupai satu kasidah indah dan sebuah lembaran
pengumuman. Dengan demikian ia telah melaksanakan tugas
fitrahnya.
***
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
26
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
27
;
;
;
B
AHAYA
J
ETIGA
Penjelasan Makna Ya Baqi Anta Al-Baqi
uv
(Pada cahaya yang ketiga ini, unsur emosi dan perasaan terlibat di
dalamnya. Oleh karena itu, kami berharap ia tidak diukur dengan ukuran
logika. Sebab, faktor yang membuat perasaan ini bergejolak seringkali
tidak logis dan tidak rasional).
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
28
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
29
;
;
Segala sesuatu hancur binasa kecuali Dzat-Nya. Segala ketetapan
adalah milik-Nya. Dan kepada-Nya kalian dikembalikan. (al-
Qashash [28]: 88)
Ayat al-Quran di atas ditafsirkan oleh dua kalimat yang
menjelaskan dua hakikat penting yang oleh sekelompok guru
Tarekat Naqsyabandiyah dijadikan sebagai esensi wirid mereka
ketika mereka melakukan khataman al-Quran secara khusus. Bunyi
kedua kalimat tersebut adalah:
Wahai Yang Maha kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal. Wahai
Yang Maha Kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal .
Karena kedua kalimat itu termasuk dalam pengertian makna
Ayat di atas, kami akan menyebutkan beberapa catatan untuk
menjelaskan dua hakikat yang menggambarkan keduanya
1. PENGOSONGAN KALBU DARI SEGALA SESUATU SELAIN
ALLAH
Pengulangan kata Ya Baqi Anta al-Baqi pada bagian yang
pertama adalah untuk mengosongkan kalbu dari segala sesuatu
selain Allah Taala. Dalam hal ini, ia menyerupai sebuah operasi
pembedahan dengan memutuskan kalbu dari segala hal selain Allah.
Jelasnya adalah sebagai berikut:
Dengan substansi komprehensif manusia memiliki beraneka
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
30
macam ikatan dengan sebagian besar entitas. Dalam substansi
tersebut terdapat kecenderungan cinta tak terbatas yang bisa mem-
buat manusia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap entitas
pada umumnya. Ia mencintai dunia yang besar ini sebagaimana ia
mencintai rumahnya. Ia juga mencintai surga yang kekal sebagai-
mana ia mencintai tamannya. Padahal, seluruh entitas yang dicintai
manusia itu tidaklah langgeng. Semuanya akan pudar dan lenyap.
Karena itu, manusia senantiasa merasa tersiksa akibat pedihnya
perpisahan. Dari sinilah kecintaan yang amat sangat itu menjadi
faktor utama yang membuat batinnya begitu tersiksa. Sebab, ia telah
ceroboh dalam menempatkan rasa cintanya itu. Berbagai derita yang
dialaminya bersumber dari kecerobohannya sendiri. Padahal, Allah
sengaja membekali manusia dengan perasaan cinta di atas untuk
diarahkan kepada Pemilik keindahan yang benar-benar abadi
(Allah). Namun manusia justru mengarahkan cintanya pada entitas
yang fana. Akhirnya, ia pun merasakan berbagai penderitaan akibat
pedihnya perpisahan.
Maksud dari pengulangan kalimat Ya Baqi Anta al-Baqi adalah
lepasnya diri si pelantun dari kecerobohan di atas, ia memutuskan
ikatan cinta terhadap sesuatu yang bersifat fana, berpisah dengan
semua yang ia cintai sebelum semua yang dicintainya itu berpisah
dengannya. Selanjutnya, ia hanya mengarahkan perhatian pada
Kekasih yang kekal abadi, yaitu Allah Taala semata.
Pengertian dari ucapan tersebut adalah, Tidak ada yang
benar-benar kekal kecuali Engkau wahai Tuhanku. Segala sesuatu
selain-Mu bersifat fana dan sementara. Sementara sesuatu yang
bersifat sementara tak layak untuk mendapat cinta abadi dan tak
layak untuk diikatkan secara kuat kepada kalbu yang pada dasarnya
telah dicipta untuk kekal abadi. Karena semua entitas yang ada
bersifat fana dan akan meninggalkanku, maka aku akan mening-
galkannya sebelum ia meninggalkanku dengan mengucap Ya Baqi
Anta al-Baqi secara berulang-ulang. Artinya, aku yakin dan percaya
bahwa tidak ada yang kekal kecuali Engkau wahai Tuhanku.
Kekalnya entitas bergantung pada bagaimana Engkau membuatnya
kekal. Dengan demikian, ia hanya boleh dicintai selama tidak keluar
dari cahaya cinta-Mu. Jika tidak, ia tak layak menjadi kaitan kalbu.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
31
;
;
Kondisi di atas akan membuat kalbu bersih dari segala sesuatu
yang tadinya sangat dicintai. Manusia akan menyaksikan bahwa
segala sesuatu yang terlihat indah hanya bersifat sementara. Ketika
itulah, ikatan yang tadinya mengikat kalbu dengan segala entitas
akan terputus. Namun jika kalbunya masih tidak bersih dari sesuatu
yang dicintai, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Berbagai luka,
derita, dan penyesalan akan memancar dari kedalaman kalbu sesuai
dengan kadar entitas fana yang dicintainya.
Lalu kalimat kedua yang berbunyi sama, ya Baqi Anta al-Baqi,
berkedudukan sebagai salep penyembuh dan balsem ampuh, Ia
dioleskan pada operasi bedah yang dilakukan kalimat pertama
terhadap kalbu beserta segala ikatannya. Arti dari kalimat kedua
tersebut, Cukuplah Engkau wahai Tuhanku sebagai Dzat Yang
Maha Kekal. Kekekalan-Mu menggantikan segala sesuatu. Karena
Engkau ada, segala sesuatu pun menjadi ada.
Segala sesuatu yang terlihat baik, bagus, dan sempurna
sehingga dicintai oleh manusiatidak lain merupakan petunjuk
akan kebaikan dan kesempurnaan Dzat Yang Maha Kekal. Kebaikan
dan kesempurnaan tersebut adalah pancaran lembut dari-Nya yang
menembus dari balik tirai yang tebal. Bahkan ia merupakan
pancaran dari manifestasi nama-nama Allah yang mulia.
2. FITRAH MANUSIA YANG MENGINGINKAN
KEABADIAN
Dalam fitrah manusia ada keinginan yang sangat kuat
terhadap keabadian. Sampai-sampai ia berangan-angan agar semua
yang ia cintai bersifat abadi. Bahkan, ia hanya mau mencintai sesuatu
yang disangkanya abadi. Akan tetapi, ketika ia menyadari bahwa
apa yang dicintainya hanya bersifat sementara atau ia menyaksikan
bahwa apa yang dicintainya itu musnah, ia akan segera mengalami
kesedihan yang mendalam. Ya, semua ratapan yang muncul akibat
adanya perpisahan adalah merupakan ungkapan tangisan yang
bersumber dari kecintaan terhadap keabadian. Seandainya manusia
tidak menghayalkan adanya keabadian, ia tidak akan mencintai
sesuatu.
Bahkan bisa dikatakan bahwa yang menjadi salah satu sebab
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
32
adanya alam keabadian dan surga yang kekal adalah karena
kecintaan yang sangat kuat terhadap keabadian yang tertanam pada
fitrah manusia, serta karena doanya yang umum dan menyeluruh
untuk bisa kekal. Maka, Allah Yang Maha Kekal mengabulkan
keinginan dan doa tersebut. Allah menciptakan bagi manusia yang
fana sebuah alam yang kekal dan abadi.
Sebab, mana mungkin Sang Pencipta Yang Maha Pemurah dan
Maha Pengasih mengabulkan doa perut yang berukuran kecil saja
yang dipanjatkan lewat lisanul hal (perbuatan) dengan menciptakan
untuknya beragam makanan lezat yang tak terhingga, sementara
tidak mengabulkan doa yang dipanjatkan manusia dengan ucapan,
lisanul hal, dengan terus-menerus dan kulli (secara utuh), keinginan
kuat yang bersumber dari kebutuhan fitrinya? Naudzu Billah,
Karena itu, sangat mustahil Allah mengabaikan doa manusia. Sebab,
sikap mengabaikan doa tidak sesuai dengan kebijaksanaan, keadilan,
rahmat, kekuasaan-Nya.
Selama manusia sangat mencintai keabadian, pastilah semua
kesempurnaan dan perasaannya tergantung pada keabadian itu.
Selama kekekalan tersebut menjadi sifat istimewa Dzat Yang Maha
Kekal Yang Memiliki Keagungan, maka seluruh nama-Nya yang
mulia juga ikut kekal. Semua cermin yang memantulkan manifestasi
nama-nama tersebut diwarnai keabadian dan mengambil hukum-
nya. Maksudnya, semua nama tersebut juga memperoleh sejenis
keabadian. Maka itu, yang paling utama untuk dilakukan manusia
serta tugas paling agung yang dimiliki manusia adalah menguatkan
ikatan dan hubungan dengan Dzat Yang Maha Kekal Dan Agung
serta berpegang dengan nama-nama-Nya yang mulia. Sebab, apa
yang dikorbankan di jalan Dzat Yang Maha Kekal, juga akan
menerima sejenis sifat kekal.
Hakikat ini dijelaskan oleh kalimat kedua, ya Baqi Anta al-Baqi.
Dia tidak hanya menyembuhkan luka maknawi manusia yang
tak terhingga, tetapi juga memenuhi keinginan kuatnya untuk bisa
kekal seperti yang tertanam dalam fitrahnya.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
33
;
;
3. PERBEDAAN PENGARUH WAKTU TERHADAP
MUSNAHNYA SESUATU DAN PERUBAHAN UMUR
YANG FANA KEPADA KEKAL
Dalam kehidupan dunia ini, pengaruh waktu terhadap
musnahnya segala sesuatu berbeda-beda. Walaupun semua entitas,
antara yang satu dengan lainnya, saling mengitari seperti lingkaran
yang saling bersambung, namun dilihat dari kemusnahannya ada
perbedaan yang sangat mencolok.
Sebagaimana pergerakan jarum detik, menit, dan jam berbeda
kecepatan meskipun bentuk lahiriahnya sama, demikian pula
dengan kondisi manusia. Pengaruh waktu terhadap kondisi jasmani,
jiwa, kalbu, dan ruh manusia berbeda-beda. Anda menyaksikan
bahwa kehidupan, keabadian, dan keberadaan wujud jasmani hanya
terbatas pada hari atau pada saat ia hidup. la terputus dari masa
lalu dan masa depan. Lalu Anda menyaksikan bahwa kehidupan
dan domain keberadaan kalbu membentang-luas hingga mencakup
beberapa hari sebelum dan sesudahnya. Bahkan kehidupan dan
domain ruh jauh lebih besar dan jauh lebih luas. Ia mencakup
beberapa tahun sebelumnya dan sesudahnya.
Demikianlah, atas dasar itu, sesungguhnya disamping umur
manusia yang fana terdapat umur lain yang bersifat kekal ditinjau
dari sisi kehidupan kalbu dan rohaninya. Keduanya akan terus
hidup lewat adanya pengenalan terhadap Tuhan, kecintaan pada-
Nya, pengabdian kepada-Nya, serta keridhoan-Nya. Bahkan, umur
kekal ini akan mengantar kepada alam yang abadi. Sehingga umur
yang fana tadi akan berkedudukan seperti umur yang kekal abadi.
Ya, satu detik yang dihabiskan manusia di jalan Dzat Yang
Maha Kekal, di jalan cinta-Nya, di jalan makrifah-Nya, dan dalam
rangka mencari ridho-Nya, akan terhitung satu tahun penuh. Bahkan
ia akan abadi tak pernah musnah. Sementara waktu satu tahun yang
tidak dipergunakan di jalan-Nya, terhitung satu detik. Maka, seratus
tahun usia orang-orang yang lalai tidak lebih dari satu detik dari
sisi dunia.
Ada sebuah ungkapan terkenal yang menjelaskan hakikat
tersebut. Bunyinya, Berpisah sekejap seolah-olah satu tahun,
sementara satu tahun bersua seolah-olah sekejap. Artinya, berpisah
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
34
satu detik saja terasa sangat lama sehingga seolah-olah satu tahun.
Sedangkan bersua selama satu tahun terasa sangat singkat seolah-
olah hanya satu detik.
Hanya saja, aku mempunyai pandangan berbeda dengan
ungkapan di atas. Menurutku, satu detik yang dipergunakan
manusia dalam sesuatu yang diridhoi Allah Taala, serta di jalan
Dzat Yang Maha Kekal dan Agungyaitu satu detik perjumpaan
tidak hanya seperti satu tahun. Tetapi ia seperti sebuah jendela
perjumpaan yang kekal abadi. Adapun perpisahan yang bersumber
dari kelalaian dan kesesatan, tidak hanya membuat waktu satu tahun
menjadi seperti satu detik. Bahkan ribuan tahun pun menjadi seperti
satu detik.
Ada lagi pepatah yang lebih terkenal daripada sebelumnya
yang memperkuat penjelasan di atas. Makna dari pepatah tersebut
adalah, Tanah lapang jika bersama musuh seolah seluas cangkir.
Sementara lobang jarum jika bersama kekasih seolah seperti
lapangan.
Jika kita ingin menjelaskan sisi kebenaran dari pepatah di atas
adalah sebagai berikut:
Perjumpaan segala entitas fana sangatlah singkat sebab ia
bersifat fana. Betapapun lamanya, ia hanya berlangsung sekilas lalu
berubah menjadi kenangan menyedihkan dan mimpi yang menye-
babkan duka. Kalbu manusia yang merindukan keabadian hanya
menikmati kelezatan yang hanya seukuran satu detik saja dalam
satu tahun perjumpaan dengan entitas tersebut. Sementara saat
perpisahan dengannya terasa sangat panjang dan luas. Satu detik
mencakup berbagai macam perpisahan selama satu tahun bahkan
selama bertahun-tahun. Kalbu yang rindu pada keabadian akan
merasa sakit ketika berpisah satu detik saja seolah-olah ia diterpa
oleh berbagai derita akibat perpisahan selama bertahun-tahun.
Sebab, perpisahan tersebut mengingatkannya pada aneka macam
perpisahan yang tak terhitung banyaknya. Demikianlah, masa lalu
dan masa depan dari semua bentuk kecintaan terhadap materi penuh
dengan aneka macam perpisahan.
Terkait dengan hal itu, kami ingin bertanya, Wahai manusia,
apakah engkau ingin mengubah umurmu yang singkat menjadi
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
35
;
;
umur yang kekal, panjang, bermanfaat dan menghasilkan
keuntungan?
Jika jawabannya ya, berarti sesuai dengan fitrah manusia.
Kalau begitu, pergunakanlah umurmu di jalan Allah Yang Maha
Kekal. Sebab, apa saja yang mengarah pada Dzat Yang Maha Kekal
akan memperoleh bagian dari manifestasi-Nya yang kekal.
Ketika manusia sangat menginginkan umur yang panjang dan
rindu pada keabadian, sementara ada sebuah sarana di hadapannya
untuk mengubah umur yang fana menjadi umur yang kekal. Selama
sifat manusiawinya masih ada, ia pasti akan mencari sarana tersebut.
Ia akan segera berusaha mengubah apa yang tersembunyi itu
menjadi sebuah perbuatan konkret dan bergerak sesuai dengan
tujuan tersebut.
Karena itu, pergunakanlah sarana tersebut! Berbuatlah untuk
Allah, bersualah demi Allah, serta berusahalah karena Allah. Jadikan
semua gerakanmu dalam naungan ridho Allah (Untuk Allah, demi
Allah, dan karena Allah). Dari situ engkau akan menyaksikan bahwa
menit per menit dari umurmu yang singkat menjadi senilai tahunan.
Hakikat ini ditunjukkan oleh Laylatul Qadri. Meskipun ia hanya satu
malam, tetapi ia lebih baik daripada seribu bulan sesuai dengan
bunyi ayat al-Quran. Artinya ia senilai delapan puluh tahun lebih.
Petunjuk lainnya adalah sebuah kaidah yang telah ditetapkan
oleh para wali dan ahli hakikat. Yaitu masalah pengerutan waktu
yang ditunjukkan secara nyata oleh peristiwa Miraj Nabi SAW. Da-
lam peristiwa tersebut, hitungan detik dikerutkan menjadi hitungan
tahun. Apalagi dengan hitungan jamnya, ia menjadi begitu luas dan
panjang seukuran ribuan tahun. Sebab, dengan peristiwa Miraj
tersebut, Nabi SAW. telah memasuki alam baka (keabadian). Bebe-
rapa menit dari alarn keabadian senilai ribuan tahun ukuran dunia.
Adanya pembentangan waktu tersebut juga diperkuat oleh
berbagai peristiwa yang pernah dialami oleh para wali yang saleh.
Ada di antara mereka yang melakukan amal-amal perbuatan satu
hari hanya dalam satu detik. Ada lagi yang menyelesaikan tugas
dan kewajiban satu tahun hanya dalam satu jam. Serta ada pula di
antara mereka yang mengkhatamkan al-Quran hanya dalam satu
menit.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
36
Demikianlah, berbagai riwayat di atas dan yang sejenisnya,
tidak diragukan lagi adanya. Sebab, para penyampai riwayat
tersebut adalah orang-orang yang jujur dan saleh. Mereka tak
memiliki sifat bohong. Apalagi peristiwanya sudah mutawatir dan
seringkali terjadi. Mereka menyampaikan riwayat tersebut seolah-
olah menyaksikan secara langsung. Tak ada yang diragukan.
Pengerutan waktu tersebut merupakan sebuah kenyataan tak
terbantahkan
12
. Pengerutan waktu dapat terlihat pada mimpi yang
dibenarkan oleh semua orang. Bisa jadi dalam satu menit mimpi
saja, ia dapat mengalami berbagai kondisi, bisa berbincang-bincang,
merasakan aneka kenikmatan, serta merasakan siksa yang dalam
waktu sadar membutuhkan waktu satu hari, atau bahkan mem-
butuhkan waktu berhari-hari.
Sebagai kesimpulan, pada dasarnya manusia adalah makhluk
yang fana. Hanya saja ia kemudian diciptakan kekal abadi. Allah,
Sang Pencipta Yang Maha Mulia, menciptakan manusia dalam
kondisi seperti cermin yang memantulkan manifestasi-Nya yang
kekal. Allah juga membebaninya dengan berbagai kewajiban yang
membuahkan hasil yang kekal, serta membentuknya dalam bentuk
yang paling baik agar bisa menjadi tempat dituliskannya berbagai
manifestasi dari nama-nama-Nya yang mulia dan kekal. Karena itu,
kebahagiaan dan kewajiban manusia yang paling mendasar adalah
terletak pada bagaimana ia menghadapkan wajah kepada Dzat Yang
12) Allah Taala berfirman:
Salah seorang dari mereka bertanya, Sudah berapa lama kamu berada di
sini? (al-Kahfi [18]: 19).
Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun
lagi. (al-Kahfi [18]: 25)
Dua ayat di atas menunjukkan adanya pelipatan waktu sebagaimana ayat
berikut ini menunjukkan pembentangan waktu.
Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitunganmu. (al-Hajj [22]: 47)
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
37
;
;
Maha Kekal dengan segenap upaya, raga, dan seluruh potensi
fitrahnya, berjalan melangkah di jalan keabadian. Sebagaimana
lisannya mengucapkan Ya Baqi Anta al-Baqi, begitu juga seluruh
inderanya berupa kalbu, ruh, dan akal mengucapkan
Dialah Yang Maha Kekal. Dialah Yang Maha Azali dan Abadi.
Dialah Yang Tak pernah berakhir. Dialah Yang Maha Permanen.
Dialah Yang Maha Diminta. Dialah Yang Maha Dicinta. Dialah
Yang Maha Dituju. Serta Dialah Yang Maha Disembah.
Maha Suci Engkau. Tak ada yang kami ketahui kecuali yang
Engkau ajarkan pada kami. Engkaulah Yang Maha Mengetahui
dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah [2]: 32)
Wahai Tuhan kami, janganlah Kau hukum kami jika kami lupa
atau salah. (al-Baqarah [2]: 286)
***
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
38
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
39
;
;
;
B
AHAYA
J
EEMPAT
Konsep as-Sunnah
uv
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
40
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
41
;
;
MESKIPUN persoalan imamah merupakan persoalan yang
bersifat furu (cabang) namun karena sering menjadi perhatian, ia
kemudian dimasukkan ke dalam salah satu kajian keimanan dalam
buku-buku ilmu kalam dan ushuluddin. Dari sisi ini ia memiliki
korelasi dengan tugas pokok kita untuk mengabdikan diri pada al-
Quran dan masalah iman. Karena itu, di sini saya juga sedikit
membahasnya.
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri. la merasa sakit dengan penderitaanmu, begitu perhatian
terhadapmu, serta amat kasih dan sayang terhadap orang-orang
mukmin. Jika mereka berpaling, katakanlah, Cukuplah Allah
bagiku. Tidak ada Tuhan selain-Nya. Hanya kepada-Nya aku
bertawakkal. Dia adalah Tuhan Pemilik arasy yang agung. (At-
Taubah [9]: 128-129)
Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas
seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan . (Asy-Syura [42]:
23)
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
42
Kami akan menunjukkan sejumlah hakikat agung yang
tersimpul dalam ayat-ayat mulia di atas dalam dua bagian.
A. BAGIAN KESATU
Bagian ini memuat empat catatan:
1. Catatan Pertama
Ayat di atas menggambarkan sifat Rasul SAW. yang begitu
pengasih dan penyayang terhadap umatnya. Ya, memang ada
beberapa riwayat sahih yang menjelaskan sifat kasih sayang beliau
yang sempurna terhadap umatnya. Contohnya adalah pada saat
seluruh manusia dibangkitkan nanti, ketika itu beliau menyeru
dengan berkata, Umatku, umatku
13
Padahal di saat tersebut setiap
orang, bahkan para nabi sekalipun, menyeru dengan ungkapan,
Diriku, diriku. Mereka mengucapkan hal tersebut karena situasi
yang mencekam dan menakutkan. Dalam riwayat lain, di saat
kelahirannya, ibu beliau juga mendengar beliau mengucapkan,
Umatku, umatku. Riwayat ini dibenarkan oleh para waliyullah
yang telah mencapai tingkat kasyaf. Demikianlah, keseluruhan
perjalanan hidup beliau yang harum semerbak yang memancarkan
keluhuran akhlak bermahkotakan kasih sayang menjelaskan kepada
kita tentang kecintaan dan kasih sayang beliau yang sangat
sempurna. Selain itu, beliau memperlihatkan rasa cinta yang begitu
besar tadi dengan menampakkan rasa butuh beliau yang tak
terhingga terhadap kiriman salawat dari umatnya. Salawat tersebut
menggambarkan sebegitu besar ikatan kasih beliau terhadap mereka
semua.
Maka itu, sikap berpaling dari sunnah beliau yang mulia betul-
betul merupakan satu bentuk kekufuran yang sangat besar, bahkan
hal itu menjadi indikasi atas matinya hati nurani seseorang.
13) Ini adalah potongan dari hadits panjang yang berbicara tentang syafaat.
Penulis sengaja menyebutkan bagian dari hadits tersebut dengan maknanya.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari nomor 3340, 3361, dan
4712. Juga ia diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan nomor 194,
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan nomor 2551. At-Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits tersebut hasan sahih. Semuanya berasal dari hadits Abu Hurairah
ra. dengan konteks yang beragam.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
43
;
;
2. Catatan Kedua
Rasul SAW. telah memperlihatkan rasa cintanya yang besar
terhadap sesuatu yang remeh dan bersifat khusus, padahal misi
kenabian yang beliau bawa bersifat umum dan komprehensif. Secara
lahiriah, kelihatannya rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesuatu
yang remeh dan bersifat khusus itu tidak sesuai dengan tugas
kenabian beliau yang agung. Namun sebenarnya, unsur yang
kelihatannya remeh dan khusus tersebut menggambarkan satu tepi
dari sebuah rangkaian yang pada masa selanjutnya akan meng-
emban seluruh misi kenabian.
Contohnya adalah sikap Rasul SAW. yang menunjukkan rasa
cinta dan perhatiannya yang besar kepada Imam Hasan dan Husein
di saat mereka masih muda belia bukan semata-mata karena naluri
kasih sayang dan rasa cinta yang muncul dari adanya hubungan
keluarga. Akan tetapi karena keduanya (Hasan dan Husein) merupa-
kan pangkal dari rangkaian cahaya yang membawa salah satu misi
kenabian beliau yang agung. Keduanya menjadi sumber dari sebuah
komunitas agung yang mewarisi kenabian, serta menjadi cermin
dan teladan kenabian.
Ya, sikap Rasul SAW. yang memeluk Hasan ra. serta mencium
kepalanya dengan penuh kasih disebabkan oleh karena banyak
sekali para pewaris kenabian, pembawa syariat agung, yang berasal
dari anak cucu Hasan serta bersumber dari keturunannya yang
bersinar dan penuh berkah itu. Di antara mereka adalah Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani
14
. Dengan penglihatan kenabian, Rasul SAW.
telah menyaksikan tugas suci yang diemban oleh orang-orang itu
di masa mendatang. Sehingga beliau menghargai dan menghormati
jasa dan pengabdian mereka. Beliau mencium kepala Hasan ra.
sebagai bentuk penghormatan dan sokongan.
14 ) Syaikh Abdul Qadir adalah putra dari Abu Saleh, Abu Muhammad al-Jili. la
dilahirkan pada tahun 470 H. la tinggal di Baghdad dan di sanalah ia belajar
hadits. ia berguru pada Abu Said al-Makhrami al-Hambali yang termasuk
salah satu guru besar kala itu. Di antara tulisan Abdul Qadir adalah Kitab al-
Ghuniyah, Futuh al-Ghaib, dan al-Fathur- Rabbaniy. la Meninggal dunia pada
usia 90 tahun dan dikebumikan di madrasahnya tahun 561 H. Lihat kitab al-
Bidayah wan Nihayah 12: 252, Kasyfu adz-Dzunun 1211 dan 1240, Tabaqat
al-Kubra 1: 126, serta al-Alam 4: 47
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
44
Lalu, ketika Rasul SAW. memberikan perhatian dan cinta yang
begitu mendalam terhadap Husein ra. sebetulnya hal itu diper-
untukkan bagi keturunannya. Yaitu para imam agung yang berposisi
sebagai pewaris kenabian yang hakiki seperti Zainal Abidin dan
Jafar ash-Shodiq. Ya, beliau telah mencium leher Husein ra., serta
beliau telah memperlihatkan kasih sayang dan perhatian yang besar
kepadanya demi orang-orang nurani bagaikan mahdi yang akan
meninggikan panji Islam dan mengemban tugas kerasulan sesudah
beliau.
Dengan kalbu beliau yang mengetahui hal gaib, Rasul SAW.
dapat menyaksikan padang mahsyar padahal beliau masih berada
di dunia. Beliau bisa menyaksikan surga di langit yang tinggi serta
menyaksikan malaikat yang terdapat nun jauh di sana padahal beliau
berada di bumi. Beliau juga bisa melihat berbagai peristiwa yang
tertutup tirai masa lalu yang gelap sejak zaman Nabi Adam as.
Bahkan penglihatan beliau dapat menyaksikan Allah Taala. Dengan
begitu tidak aneh kalau kemudian penglihatan beliau yang bersinar
serta mata batin beliau yang menembus masa depan bisa menyaksi-
kan para tokoh agung dan para imam pewaris kenabian yang berasal
dari keturunan Hasan dan Husein. Atas dasar itulah, beliau mencium
kepala keduanya atas nama mereka semua. Ya, dalam ciuman Rasul
SAW. terhadap Hasan ra. terdapat bagian besar yang dimiliki oleh
Syaikh Abul Qadir al-Jailani.
3. Catatan Ketiga
Pengertian dari firman Allah yang berbunyi,
(kecuali kasih sayang terhadap keluarga), menurut sebuah pendapat
adalah dalam mengemban misi kerasulan, Nabi SAW. tidak pernah
meminta upah dari seseorang. Yang beliau minta hanyalah kecintaan
terhadap keluarganya.
Barangkali ada yang bertanya-tanya bahwa dalam pengertian
ayat di atas upah diberikan atas dasar kedekatan keturunan.
Sementara, ayat al-Quran berikut ini:
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
45
;
;
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Al-Hujurat [49]: 13)
Menunjukkan bahwa tugas kerasulan terus berlangsung
berdasarkan kedekatan seseorang kepada Allah, bukan berdasarkan
kedekatan keturunan.
Jawaban terhadap pendapat di atas adalah sebagai berikut.
Rasul SAW., dengan pandangan kenabian yang menembus alam
gaib, mengetahui bahwa keturunannya akan berkedudukan seperti
pohon yang bersinar terang dan besar di seluruh dunia Islam.
Mereka yang mengantarkan berbagai lapisan masyarakat muslim
kepada petunjuk dan kebaikan serta yang menjadi contoh pribadi
manusia sempurna, sebagian besarnya akan berasal dari keluarga
beliau.
Beliau juga mengetahui pengabulan doa umatnya yang terkait
dengan ahlul bait seperti terdapat dalam tasyahhud berikut ini:
Ya Allah limpahkan salawat atas Muhammad dan atas keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan salawat
atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Artinya, sebagaimana sebagian besar para pembimbing dan
pemberi petunjuk atas agama Ibrahim itu terdiri dari para nabi yang
berasal dari keturunan dan keluarganya, demikian pula para tokoh
ahlul bait berposisi seperti para nabi Bani Israil bagi umat
Muhammad. Mereka melaksanakan tugas agung dengan mengabdi
kepada Islam dalam berbagai aspek. Karena itu, Rasul SAW. diper-
intahkan untuk berkata, Katakan, Aku tidak meminta kepadamu upah
apa pun atas dakwahku kecuali kasih sayang terhadap keluarga. la
meminta kepada umat ini agar mencintai keluarga beliau (ahlul bait).
Hal ini didukung oleh beberapa riwayat lain. Nabi SAW. pernah
bersabda, Wahai manusia, aku telah meninggalkan untuk kalian
sesuatu yang jika kalian berpegang padanya kalian takkan tersesat.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
46
Yaitu kitabullah (al-Quran) dan keturunanku (ahlul bait)
15
. Sebab,
ahlul bait merupakan sumber dari Sunnah Nabi yang mulia
sekaligus pemelihara dan pihak pertama yang harus komitmen
padanya.
Dengan demikian hakikat hadits di atas menjadi jelas. Yaitu
ia berisi perintah untuk mengikuti al-Quran dan as-Sunnah yang
mulia. Jadi, yang dimaksud dengan ahlul bait di siniditinjau dari
sisi tugas kerasulanadalah mengikuti sunnah Nabi SAW. Dengan
demikian, orang yang meninggalkan sunnah yang mulia sebenarnya
tidak termasuk ahlul bait. Ia juga tidak termasuk pengikut ahlul
bait yang hakiki.
Kemudian hikmah yang bisa dipetik dari keinginan Nabi SAW.
untuk mengumpulkan seluruh umatnya di sekitar ahlul bait adalah
karena beliau mengetahuidengan izin Tuhanbahwa keturunan
ahlul bait akan bertambah banyak seiring perjalanan waktu, semen-
tara Islam akan kembali melemah. Dengan kondisi semacam itu,
harus ada komunitas yang saling mendukung dan saling menopang
dalam jumlah dan kekuatan besar guna menjadi pusat dan sentral
dunia Islam secara moral. Rasul SAW. telah mengetahui hal itu.
Maka, beliau menginginkan umatnya berkumpul di sekitar
keturunannya.
Meskipun ada individu-individu dari kalangan ahlul bait yang
tidak lebih unggul dari lainnya dalam masalah iman dan keyakinan.
Namun mereka adalah orang-orang yang jauh lebih dulu tunduk,
berkomitmen, dan mendukung Islam. Sebab secara fitrah, secara
tabiat, dan keturunan, mereka memang telah loyal terhadap Islam,
Loyalitas alamiah tersebut tak pernah hilang walaupun berada
dalam kondisi lemah, tak dikenal, atau bahkan walaupun berada
dalam kebatilan. Jika demikian, bagaimana dengan loyalitas
terhadap sebuah hakikat yang dimiliki oleh nenek moyang mereka,
yang demi hakikat tersebut mereka rela mengorbankan jiwanya
hingga memperoleh kemuliaan. Hakikat tersebut benar-benar
15 ) Hadits sahih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan nomor 3786, at-Thabrani
dalam kitab al-Kabir nomor 2680. Hadits ini memiliki banyak penguat. Lihat
al-Ahadits as-Sahihah nomor 1761.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
47
;
;
berada dalam puncak kekuatan, kemuliaan, dan di atas kebenaran.
Maka, mungkinkah orang yang secara spontan merasakan
kebenaran loyalitas alamiah tersebut akan meninggalkannya?
Dengan komitmen fitri mereka yang sangat kuat terhadap
Islam, ahlul bait memandang sebuah petunjuk Islam yang sederhana
sekalipun sebagai bukti yang kuat. Sebab mereka memang telah
memiliki loyalitas fitri terhadap Islam. Adapun orang lain, mereka
baru memberikan komitmen setelah adanya bukti yang kuat.
4. Catatan Keempat
Terkait dengan catatan ketiga di atas ada sebuah isyarat
singkat yang mengarah pada masalah yang sangat besar sampai-
sampai ia masuk ke dalam pembahasan buku-buku akidah dan
termuat bersama pokok-pokok keimanan. la adalah masalah yang
memicu perselisihan antara kalangan Ahlu Sunnah dan Syiah.
Masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Kalangan Ahlu Sunnah berpendapat bahwa Imam Ali ra.
merupakan khalifah yang keempat di antara para Khulafa ar-Rasyidin.
Abu Bakar ash-Shiddiq ra. lebih utama dan paling berhak terhadap
kekhalifahan. Karena itu, dialah yang pertama-tama menerima
tongkat kekhalifahan.
Namun menurut kalangan Syiah, Hak kekhalifahan tersebut
berada di tangan Ali ra. Hanya saja ia kemudian dizalimi. Ali lah
yang paling utama dari semua khalifah yang ada. Kesimpulan dari
keseluruhan argumen mereka adalah bahwa banyak sekali hadits
yang menyebutkan keutamaan Sayyidina Ali ra. Ia merupakan
rujukan bagi sebagian besar wali dan jalan-jalan sufi sehingga ia
disebut sebagai Sultanul awliya (pemimpin para wali). Selain itu, ia
memiliki berbagai kemuliaan baik dalam hal pengetahuan, kebe-
ranian, dan ibadah. Terlebih lagi, Rasul SAW. telah memperlihatkan
hubungan yang sangat kuat dengannya dan dengan ahlul bait yang
berasal dari keturunannya. Semua itu menjadi petunjuk bahwa Ali
ra. adalah yang paling utama. Jadi, kekhalifahan merupakan haknya,
hanya saja kekhalifahan itu kemudian dirampas darinya.
Jawaban dari pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
Pengakuan berulang kali yang diberikan oleh Sayyidina Ali ra. dan
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
48
para pengikutnya terhadap tiga khalifah sebelumnya, pengangkatan
dirinya sebagai Syaikhul qudhot (Hakim Tertinggi) selama 20 tahun
lebih, merupakan kenyataan yang membantah klaim kalangan Syiah.
Apalagi berbagai kemenangan Islam dan perjuangan melawan para
musuh berlangsung di masa tiga khalifah sebelumnya. Sementara
pada masa kekhalifahan Ali ra. terjadi banyak fitnah. Hal ini tentu
juga membantah klaim Syiah dari sisi kekhalifahan. Artinya, klaim
yang diberikan oleh kalangan Ahlu Sunnah adalah benar.
Barangkali ada yang berpendapat bahwa golongan Syiah
(pendukung dan pengikut Ali ra.) terbagi dua: Ada Syiah wilayah
(yang menempatkan Ali sebagai rujukan para wali) dan ada pula
Syiah khilafah (yang meyakini Ali sebagai orang yang paling layak
sebagai khalifah). Salahnya golongan kedua karena tercampurnya
antara politik dan kepentingan-kepentingan tertentu dalam klaim
mereka. Golongan pertama, yang justru terbebas dari percampuran
tersebut. Anggaplah golongan yang kedua ini bersalah karena
masalah politik dan kepentingan telah bercampur dalam klaim
mereka. Akan tetapi pada golongan pertama tidak terdapat
kepentingan atau keinginan politis apa pun. Tapi pada gilirannya,
Syiah wilayah juga tercampur dengan kelompok Syiah khilafah.
Maksudnya, segolongan wali yang mengarungi jalan sufi meman-
dang bahwa Sayyidina Ali ra. sebagai orang yang paling utama.
Sehingga mereka juga membenarkan klaim Syiah khilafah yang
memasuki wilayah politik.
Jawaban atas pendapat tersebut adalah bahwa Imam Ali ra.
harus dilihat dari dua sisi: Yang pertama, sisi kepribadian beliau
yang mulia dan kedudukan pribadi beliau yang tinggi. Sedangkan
yang kedua adalah sisi keadaan beliau sebagai cerminan dari sosok
ahlul bait. Tentu saja sebagai sosok ahlul bait ia memantulkan
substansi Rasul SAW.
Dilihat dari sisi yang pertama, semua ahli hakikattermasuk
Imam Ali ra. sendiri yang berada di garda terdepantelah memulia-
kan Abu Bakar ra. dan Umar ra. Mereka menganggap keduanya
sebagai orang yang lebih utama dalam pengabdian mereka terhadap
Islam dan kedekatan mereka kepada Ilahi.
Lalu dilihat dari sisi yang kedua di mana Imam Ali ra.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
49
;
;
dipandang sebagai cerminan sosok ahlul bait
16
. Sebagai sosok ahlul
bait yang mencerminkan hakikat Muhammad SAW., ia sama sekali
tak bisa dibandingkan dengan siapapun. Dan jika ditinjau dari sisi
yang kedua ini telah banyak hadits-hadits Nabi SAW. yang isinya
memuji Imam Ali ra. serta menjelaskan berbagai keutamaannya. Di
antaranya adalah hadits sahih yang berbunyi, Keturunan setiap
nabi berasal darinya (Adam as.), sementara keturunanku berasal
dari Ali
17
.
Adapun berbagai riwayat yang terkait dengan kepribadian
Ali ra. dan pujian terhadapnya yang jumlahnya lebih banyak
daripada khalifah-khalifah lainnya hal itu disebabkan oleh karena
kalangan ahlu sunnah telah menyebarkan berbagai riwayat yang
terkait dengan Imam Ali ra. guna menghadapi serangan dan celaan
kaum Umayyah dan kaum Khawarij yang ditujukan kepadanya.
Sementara para khulafa ar-Rasyidin lainnya tidak mengalami kritikan
dan celaan seperti itu. Dengan begitu, tidak ada alasan yang
mendorong mereka untuk menyebarkan hadits-hadits yang terkait
dengan keutamaan para khalifah lainnya.
16) Dalam kitab Manaqib al-imam Ahmad, di halaman 163 Ibn ]auzi berbicara
tentang orang-orang yang lebih utama. Di situ Abdullah ibn Ahmad ibn
Hambal bertanya kepada ayahnya, Wahai Ayahku, bagaimana menurutmu
tentang tafdhil (orang yang lebih utama)? la menjawab, Dalam hal
kekhalifahan, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Abdullah bertanya lagi, Lalu
bagaimana dengan Ali ibn Abi Thalib? Ayahnya menjawab, Wahai anakku,
Ali ibn Abi Thalib termasuk ahlul bait. Ia tidak bisa diukur dengan siapapun.
17) Hadits tersebut berbunyi, Allah Taala menjadikan keturunan setiap anak
Adam berasal darinya, sementara Dia menjadikan keturunanku berasal dari
Ali ibn Abi Thalib. Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan nomor
2630 dari Jabir ra. Dalam sanadnya terdapat Yahya tukang pembohong. Adz-
Dzahabi memuat hadits tersebut dalam buku al-Mizan, 4: 398. Demikian
pula dengan al-Haitsami dalam al-Majma 10: 333. Di dalam periwayatannya
ada Yahya ibn al-Ala yang hadisnya ditinggalkan. Selain itu hadis tersebut
diriwayatkan oleh al-Khatib dalam at-Tarikh dari Ibn Abbas ra. Ibn Jauzi
berpendapat hadits tersebut tidak sahih karena di dalamnya ada al-Mirzabani
yang menurut al-Katib dikenal sebagai pembohong. Lalu sesudah ia sampai
kepada al-Mansur, para perawi hadisnya antara tidak dikenal dan tidak bisa
dipercaya. Dalam al-Mizan 2: 586, adz-Dzahabi berkata bahwa identitas
Abdurrahman ibn Muhammad al-Hasib tidak diketahui. Menurut al-Khatib,
berita yang berasal darinya bohong lalu ia menyebutkan hadits di atas. Lihat
pula Faidhul Qadir, 2: 223-224 dan Dhoif al-jami ash-Shaghir nomor 1589.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
50
Kemudian, Rasul SAW. melihat dengan kacamata kenabian
bahwa Sayyidina Ali ra. akan menghadapi berbagai peristiwa
menyakitkan dan berbagai fitnah internal. Karena itu, beliau
menghibur Ali ra. sekaligus mengajarkan umat Islam dengan hadits-
hadits yang mulia. Misalnya, Siapa yang aku sebagai walinya, maka
Ali juga walinya.
18
Hal ini untuk menolong Ali ra. dari keputus-
asaan, serta untuk menyelamatkan umat ini agar jangan sampai
mempunyai prasangka buruk terhadapnya.
Kecintaan berlebih yang ditampakkan oleh golongan Syiah
wilayah kepada Sayyidina Ali ra. dan sikap mereka yang meng-
utamakan Ali ra. atas yang lain dari sisi tarekat tidak menjadikan
mereka memikul pertanggungjawaban yang sama besarnya dengan
yang dipikul oleh golongan syiah khilafah. Sebab, para wali tersebut
memandang Ali ra. dengan pandangan cinta seorang murid
terhadap mursyidnya. Dan biasanya orang yang sedang mabuk cinta
mempunyai sikap yang berlebihan dengan memandang kekasihnya.
Begitulah sebenarnya pandangan mereka. Gejolak cinta berlebihan
yang ditunjukkan oleh para wali itu masih berpeluang untuk
dimaafkan dengan syarat sikap mereka yang lebih memuliakan
Imam Ali ra. tersebut tidak sampai ke tingkat mencela dan memu-
suhi para Khulafa ar-Rasyidin lainnya. Serta, tidak sampai keluar dari
prinsip-prinsip dasar Islam.
Adapun golongan Syiah khilafah, karena sudah bergelut
dengan kepentingan politis, mereka tidak mungkin lepas dari sikap
permusuhan dan kepentingan pribadi sehingga tidak mendapat hak
untuk ditoleransi. Bahkan mereka justru menunjukkan sikap
dendamnya terhadap Umar ra. yang dibungkus dalam bentuk
18 ) Hadits sahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4: 368, 370, dan 382. Juga
oleh at-Tirmidzi dengan nomor 3797, oleh Ahmad dalam Fadhail ash-
Shahabah dengan nomor 959, 1007,1021, 1048, 1167, dan 1206. Hadits
tersebut diperkuat oleh sepuluh sahabat. Lihatlah penjelasan hal itu dalam
al-Ahadits ash-Shahihah dengan nomor 1750. Menurut Ibn Hajar, hadits ini
memiliki banyak jalur periwayatan sebagaimana yang dirangkum oleh Ibn
Uqdah dalam satu bab, ada yang sahih dan ada pula yang hasan. Lihat dalam
al-Faidh 6: 219. Walaupun hadits ini telah mencapai derajat mutawatir, Ibn
Hazam dan Ibn Taimiyyah tetap mengatakannya sebagai hadits yang dhoif
(lemah).
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
51
;
;
kecintaan terhadap Ali ra. Sebabnya, bangsa Iran merasa telah
disakiti oleh Umar ra. Sampai-sampai sikap mereka itu sesuai
dengan sebuah ungkapan yang berbunyi, Sebetulnya bukan karena
cinta pada Ali, tetapi karena benci pada Umar. Tindakan Amru ibn
al-Ash yang melawan Ali ra., serta tindakan Amru ibn Saad yang
memerangi Sayyidina Husein ra dalam perang yang memilukan dan
menyakitkan telah mewariskan kebencian dan permusuhan yang
sangat hebat bagi kalangan Syiah terhadap nama yang berbau Umar
dan sejenisnya.
Sementara golongan Syiah willayah mereka tidak pernah
mengkritik kalangan Ahlu Sunnah. Sebab, kalangan Ahlu Sunnah
tidak merendahkan kedudukan Ali ra. bahkan mereka secara tulus
sangat mencintainya. Hanya saja mereka menghindarkan sikap cinta
berlebihan sebab hal itu berbahaya seperti yang disebutkan dalam
hadits. Adapun pujian Nabi SAW. terhadap kelompok pengikut Ali
ra. sebagaimana yang terdapat dalam beberapa hadits, sebetulnya
hal itu mengarah kepada kalangan Ahlu Sunnah. Sebab, mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Sayyidina Ali ra. secara konsis-
ten. Karena itu, mereka juga disebut sebagai Syiah (pengikut) Imam
Ali ra.
Ada sebuah hadits yang secara tegas menjelaskan bahwa sikap
berlebihan dalam mencintai Sayyidina Ali ra. sangat berbahaya sama
seperti bahaya yang menimpa orang-orang Nasrani ketika mereka
berlebihan dalam mencintai Isa as.
19
Apabila golongan Syiah wilayah berpendapat bahwa jika
Imam Ali ra. telah diakui mempunyai keutamaan yang luar biasa
19 ) Bunyi hadits tersebut yaitu, Imam Ali ra. berkata bahwa Rasulullah SAW.
telah bersabda, Wahai Ali dalam dirimu ada yang sama dengan Isa. Bangsa
Yahudi sangat membencinya sampai-sampai mereka menyebarkan
kebohongan tentang ibunya. Sebaliknya bangsa Nasrani sangat mencintainya
sampai-sampai mereka memposisikan Isa tidak pada tempatnya. Ali berkata,
Ada dua orang yang binasa karenaku. Yang pertama, orang yang keterlaluan
dalam mencintaiku dan orang yang keterlaluan dalam membenciku. Ini
diriwayatkan oleh Abdullah dalam Ziyadat al-Musnad 10:160, an-Nasai
dalam al-Khashais 27, Ibn Jauzi dalam al-llal al-Mutanahiyah 1: 223, oleh
al-Bukhari dalam at-Tarikh 2: 1: 257, Ahmad dalam kitab Fadhoil ash-
Shahabah dengan nomor 1087, 1221-1222. Sanadnya lemah karena ada al-
Hakam ibn Abdul Malik al-Qurasyi. Lihat biografinya dalam al-Mizan 1: 577
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
52
maka sikap yang melebihkan Abu Bakar ra. di atas Ali ra. tidak bisa
diterima, pernyataan tersebut dapat dijawab sebagai berikut:
Apabila keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar ra., dan
jasa-jasa mereka berdua yang begitu agung dalam mewarisi kenabi-
an diletakkan dalam sebuah sisi timbangan. Lalu keistimewaan Ali
ra. yang luar biasa
,
kerja kerasnya memimpin kekhalifahan, berbagai
peperangan internal berdarah-darah yang terpaksa dilakukannya,
serta prasangka buruk yang diterima sebagai akibatnya, diletakkan
di sisi timbangan lainnya, pastilah timbangan Abu Bakar ash-Shiddiq
ra., timbangan Umar ibn al-Khattab, atau timbangan Dzun-Nurain
Utsman ibn Affan ra. akan lebih berat. Inilah yang diakui oleh
kalangan Ahlu Sunnah dan ini pula yang menyebabkan mereka
melebihkan ketiganya.
Seperti yang telah kami sebutkan dalam kalimat ketiga belas
dan kedua puluh empat pada buku al-Kalimat, martabat kenabian
jauh lebih mulia dan lebih tinggi daripada derajat kewalian bahwa
satu gram kenabian lebih berat daripada satu kilo kewalian. Dari
sisi ini, bagian yang dimiliki oleh Abu Bakar dan Umar ra. dalam
mewarisi kenabian dan menegakkan hukum-hukum Islam lebih
besar. Kedamaian yang terjadi pada masa kekhalifahan mereka bagi
kalangan Ahlu Sunnah menjadi buktinya. Keutamaan pribadi Ali
ra. tidak membuat jatuh kedudukan mereka itu. Imam Ali ra. telah
menjadi Syaikhul Qudhot (Hakim Tertinggi) bagi kedua tokoh ter-
sebut di masa kekhalifahan mereka. Dan ia menghormati keduanya.
Bagaimana mungkin kelompok yang benar, yaitu kalangan
Ahlu Sunnah, yang mencintai dan menghormati Sayyidina Ali ra.,
tidak akan mencintai dua orang yang dicintai dan dihormati oleh
Sayyidina Ali ra.?
dan al-Tahdzib 2: 431. Tetapi menurut al-Hakim dalam al-Mustatdrak,
sanadnya sahih. Adz-Dzahabiy berkomentar bahwa menurut Ibn Main, al-
Hakam lemah. Hadits tersebut disebutkan oleh al-Haitsami dalam al-Majma
9: 133. Menurutnya hadits itu diriwayatkan oleh Abdullah dan al-Bazzar
dengan disingkat lalu dilengkapi oleh Abu Yala. Dalam sanad Abdullah dan
Abu Yala terdapat nama al-Hakam ibn Abdul Malik. la adalah orang yang
lemah. Sementara dalam sanad yang berasal dari al-Bazzar terdapat nama
Muhammad ibn Katsir yang juga dikenal lemah.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
53
;
;
Kami akan memperjelas masalah ini dengan sebuah contoh.
Seorang yang sangat kaya membagi-bagikan warisan dan hartanya
yang berlimpah kepada para anaknya. Salah satu dari anaknya itu
diberi dua puluh pound perak dan empat pound emas. Sementara
yang kedua diberi lima pound perak dan lima pound emas. Lalu
yang ketiga diberi tiga pound perak dan lima pound emas. Tentu
saja, meskipun kuantitas atau jumlah yang didapatkan oleh dua anak
yang terakhir lebih sedikit dari yang pertama, tetapi dari segi kualitas
apa yang mereka dapatkan lebih berharga.
Dengan contoh di atas, maka sedikit kelebihan yang dimiliki
oleh Abu Bakar dan Umar yang berupa emas hakikat kedekatan
Ilahi yang berasal dari pewarisan kenabian dan penegakan hukum-
hukum Islam lebih berat jika dibandingkan dengan banyaknya
keutamaan pribadi, essensi kewalian, dan kedekatan ilahi yang
dimiliki oleh Ali ra. Karena itu, dalam menimbang dan memberikan
.penilaian, hendaknya sisi ini harus diperhatikan. Namun, gambaran
tentang hakikat tersebut akan berubah manakala penilaiannya hanya
terbatas pada sisi keberanian dan pengetahuan pribadi, serta hanya
terbatas pada sisi kewalian. Selanjutnya, sebagai cerminan sosok
ahlul bait yang tampak dalam kepribadiannya, dari sisi pewarisan
kenabian, kedudukan Sayyidina Ali ra. tidak bisa ditandingi oleh
siapapun. Sebab, rahasia agung yang dimiliki oleh Rasul SAW.
terletak pada sisi ini.
Adapun golongan Syiah khilafah, sepantasnya mereka malu
terhadap kalangan Ahlu Sunnah. Sebab sebenarnya mereka telah
merendahkan kedudukan Sayyidina Ali ra. dengan pengakuan
mereka yang berlebihan dalam mencintainya dan memberikan
gambaran yang buruk tentang akhlak Ali ra. Mereka berkata,
Sayyidina Ali ra. senantiasa mengikuti Abu Bakar ash-Shiddiq ra.
dan Umar al-Faruq meskipun keduanya salah. la selalu menjaga diri
dari sesuatu yang ia takuti dari keduanya. Sikap inilah yang oleh
kelompok disebut dengan istilah taqiyyah. Artinya, Sayyidina Ali
ra. takut kepada ke duanya (Abu Bakar dan Umar) serta selalu
bersikap riya terhadap keduanya dalam beramal. Demikianlah
gambaran yang mereka berikan terhadap pahlawan Islam yang
agung yang bergelar Singa Allah yang telah menjadi pemimpin
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
54
bagi prajurit ash-Shiddiq dan telah menjadi menteri bagi keduanya.
Menurutku, tindakan mereka yang telah menggambarkan Sayyidina
Ali ra. sebagai orang yang bersikap riya, takut, pura-pura cinta pada
orang yang sebenarnya tak dicintainya, serta taat dan tunduk kepada
dua tokoh yang berbuat salah selama lebih dari dua puluh tahun
karena rasa takut sama sekali bukanlah bagian dari cinta. Sayyidina
Ali ra. berlepas diri dari kecintaan yang semacam itu.
Sementara itu, kelompok al-haq (Ahlu Sunnah) tidak pernah
merendahkan martabat Sayyidina Ali ra. dari sisi mana pun pula.
Mereka juga tidak memberikan tuduhan yang buruk terhadapnya,
serta tidak pernah menggambarkan sang pahlawan pemberani itu
sebagai penakut. Mereka berpendapat, Seandainya Sayyidina Ali
ra. tidak melihat kebenaran pada Khulafa ar-Rasyidin semenit pun ia
tidak akan memberikan loyalitasnya kepada mereka. Dan tak
mungkin ia akan tunduk pada pemerintahan mereka. Artinya, Ali
ra. telah mengetahui bahwa mereka (Khulafa ar-Rasyidin) berada di
atas kebenaran. Ia juga mengakui kemuliaan mereka sehingga mau
mengorbankan keberaniannya yang luar biasa karena cinta pada
kebenaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ekstrim
dan berlebihan dalam hal apapun juga tidaklah baik. Sikap istiqamah
adalah sikap pertengahan yang dipilih oleh kalangan Ahlu Sunnah.
Akan tetapi sayang sekali, sebagaimana beberapa pemikiran
kelompok Khawarij dan Wahabiah dibungkus dengan lebel Ahlu
Sunnah, segolongan orang yang tertarik dengan politik dan
segolongan orang yang menyimpang mengkritik Sayyidina Ali ra.
dengan berkata, Ia (Ali ra.) sama sekali tidak tepat untuk memimpin
kekhalifahan sebab ia bodoh dalam masalah politik. Karena itu, ia
tidak bisa memimpin umat di masanya.
Tuduhan batil semacam itu tentu saja membangkitkan
kemarahan dan ketidaksenangan kalangan Syiah terhadap kalangan
Ahlu Sunnah. Padahal prinsip dan landasan pendirian Ahlu Sunnah
tidak seperti itu bahkan sebaliknya, Karena itu, Ahlu Sunnah tak
bisa dirusak dengan memasukkan pemikiran-pemikiran yang
bersumber dari kalangan Khawarij dan orang-orang yang menyim-
pang itu. Bahkan, kalangan Ahlu Sunnah merupakan orang-orang
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
55
;
;
yang lebih loyal dan lebih cinta terhadap Sayyidina Ali ra. dibanding-
kan dengan kalangan Syiah. Dalam setiap ceramah dan dakwahnya,
mereka selalu menyebutkan pujian dan kemuliaan yang pantas di-
miliki oleh Sayyidina Ali ra. Apalagi para wali dan para sufi sebagian
besarnya berasal dari kalangan Ahlu Sunnah. Mereka menjadikan
Sayyidina Ali ra. sebagai mursyid dan pemimpin mereka. Karena
itu, sepantasnya kalangan Syiah meninggalkan kaum Khawarij dan
kelompok sempalan yang sebenarnya merupakan musuh Syiah dan
sekaligus Ahlu Sunnah dan tidak beroposisi dengan kalangan Ahlu
Sunnah. Sampai-sampai ada sebagian dari kalangan Syiah yang
sengaja meninggalkan sunnah Nabi SAW. karena benci terhadap
Ahlu Sunnah.
Bagaimanapun, kami telah membahas masalah ini secara
panjang lebar. Masalah tersebut juga telah banyak dikaji di antara
para ulama.
Wahai kelompok al-haq, yaitu kalangan Ahlu Sunnah wal Jama ah!
Wahai kalangan Syiah yang telah menjadikan kecintaan pada
ahlul bait sebagai jalan kalian!
Buanglah segera konflik yang tak ada artinya, batil dan
berbahaya antara kalian. Jika kalian tidak membuang konflik
tersebut, maka kaum kafir yang saat ini berkuasa secara kuat akan
menyibukkan kalian dengan saling bertengkar antara yang satu
dengan yang lain. Serta, mereka juga akan mempergunakan salah
satu di antara kalian sebagai alat untuk membinasakan lainnya.
Setelah kelompok tadi binasa, alat itupun akan ikut hancur binasa.
Karena itu, kalian harus cepat-cepat membuang hal-hal sepele
yang bisa menimbulkan konflik. Sebab kalian adalah ahli tauhid.
Pada kalian ada ratusan ikatan suci yang bisa menjadi faktor
pendorong bagi terwujudnya persaudaraan dan persatuan.
B. BAGIANKEDUA
Bagian kedua
20
ini akan dikhususkan untuk menjelaskan ayat
al-Quran yang berbunyi:
20) Bagian ini telah ditulis dalam bagian tersendiri. Yaitu dalam cahaya yang
kesebelas.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
56
Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah, Cukuplah
Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain-Nya. Hanya kepadaNya aku
bertawakkal. Dia adalah Tuhan yang memiliki arasy yang agung .
(at-Taubah [9]: 129)
* * *
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
57
;
;
;
B
AHAYA
J
ELIMA
uv
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
58
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
59
;
;
BAGIAN ini akan menjadi sebuah tulisan yang menjelaskan
hakikat agung dari firman Allah yang berbunyi:
Cukuplah Allah sebagai penolong kami. Dan Allah adalah sebaik-
baik wali (pelindung). (Ali Imran [3]: 173)
Sebagai salah satu dari lima belas bagian yang ada. Hanya
saja, saat ini penulisannya sengaja ditangguhkan karena ia lebih
relevan dengan persoalan kontemplasi dan zikir dibandingkan
dengan persoalan ilmu dan hakikat. Begitulah penulisannya dalam
bahasa Arab
21
.
21) la dimasukkan ke dalam Cahaya Kedua Puluh Sembilan edisi bahasa Arab,
Penulis telah menuliskannya dengan bahasa Turki setelah bagian keempat
dari penjelasan tentang seluruh bab tersebut.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
60
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
61
;
;
;
B
AHAYA
J
EENAM
uv
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
62
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
63
;
;
BAGIAN ini membahas kalimat la haula wa la quwwata illa billah
(Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.) yang
menjelaskan tentang hakikat agung yang bersumber dari banyak
ayat al-Quran. Hakikat tersebut dijelaskan oleh bagian ini dalam
beberapa sub pemikiran yang kira-kira berjumlah 20 bagian. Kalimat
itulah yang kurasakan dan kusaksikan dalam perjalanan rohaniku
di tengah-tengah proses zikir dan kontemplasi sebagaimana pada
Cahaya Kelima. Bahkan, karena ia lebih mempunyai korelasi dengan
perasaan rohani dan kondisi kalbu dibandingkan dengan ilmu dan
hakikat, muncul ide untuk menempatkannya di akhir kitab, bukan
di awal.
22
22 ) ia diletakkan sebagai bagian dari Cahaya Kedua Puluh Sembilan edisi bahasa
Arab.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
64
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
65
;
;
;
B
AHAYA
J
ETUJUH
Dikhususkan untuk Menjelaskan 7 Macam Kabar
Ghaib yang terdapat pada Akhir Surah al-Fath
uv
(Bagian ini secara khusus membicarakan tujuh macam berita al-Quran
yang terdapat dalam penutup surat al-Fath)
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
66
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
67
;
;
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya
tentang kebenaran mimpinya. Yaitu bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
68
aman dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya,
tanpa merasa takut. Allah mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui dan sebelum itu Dia memberikan kemenangan yang
dekat. Dialah yang mengirim Rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan agama yang hak agar agama tersebut dimenangkan
terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersama
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, dan kasih sayang
terhadap sesama mereka. Kamu saksikan mereka ruku dan sujud
mencari karunia Allah dan ridho-Nya. Tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
yang terdapat dalam Taurat dan sifat-sifat mereka yang terdapat
dalam Injil. Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya.
Maka tunas itu menjadikan tanaman tersebut kuat lalu besarlah
dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan
hati para penanamnya karena Allah hendak membuat jengkel hati
orang-orang yang kafir (dengan kekuatan orang mukmin). Kepada
orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh Allah men-
janjikan ampunan dan pahala yang besar. (al-Fath [48]: 27-29)
Tiga ayat yang terdapat dalam surat al-Fath tersebut mengan-
dung berbagai aspek kemukjizatan.
Sepuluh aspek kemukjizatan al-Quran di antaranya terkait
dengan pemberitaan tentang hal gaib yang pada ayat-ayat di atas
memperlihatkan tujuh atau delapan hal. Yaitu:
PERTAMA
Firman Allah Taala yang berbunyi:
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya
tentang kebenaran mimpinya. Yaitu bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan
aman
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
69
;
;
Ayat ini memberitahukan penaklukan Mekkah dengan pasti
sebelum peristiwa itu terjadi. Dan ternyata dua tahun berikutnya
peristiwa tersebut benar-benar terjadi seperti yang diberitakan ayat
di atas.
KEDUA
Firman Allah Taala yang berbunyi:
Dan sebelum itu Dia memberikan kemenangan yang dekat.
Menjelaskan bahwa meskipun kelihatan perjanjian
Hudaibiyah tidak menguntungkan kaum muslimin dan relatif
menguntungkan bangsa Quraisy, namun ia akan menjadi layaknya
sebuah kemenangan yang nyata dan menjadi kunci pembuka bagi
berbagai kemenangan lainnya. Walaupun secara realitas pedang-
pedang mereka telah masuk ke dalam sarungnya, namun al-Quran
yang mulia telah menghunus pedang berlian yang bersinar terang,
membuka kalbu dan akal manusia. Sebab, dengan adanya perjanjian
tersebut para kabilah itu berbaur. Sifat keras kepala mereka itupun
lenyap oleh kemuliaan Islam dan tirai fanatisme kesukuan yang
tercela hancur oleh cahaya al-Quran.
Contohnya tokoh ahli perang, Khalid ibn al-Walid dan
politikus ulung, Amru ibn al-Ash, yang tidak pernah mau menyerah,
ternyata mereka dikalahkan oleh pedang al-Quran yang bersinar
yang terjelma melalui perjanjian Hudaibiyah. Sehingga kedua tokoh
tersebut mau berjalan bersama menuju Madinah al-Munawwarah
serta keduanya menyatakan masuk Islam. Mereka masuk ke dalam
Islam dengan penuh ketundukan dan kepatuhan sampai kemudian
Khalid ibn al-Walid menjadi Pedang Allah yang terhunus serta
pedang penaklukan Islam.
Ada sebuah pertanyaan, Para sahabat Rasul SAW. telah
dikalahkan oleh kaum musyrikin dalam akhir Perang Uhud dan
permulaan perang Hunain. Apa hikmah di balik itu semua?
Jawabannya, sebab ketika itu di kalangan kaum musyrikin banyak
orang-orang seperti Khalid ibn al-Walid yang pada masa selanjutnya
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
70
akan menjadi sahabat Nabi SAW. Agar kehormatan mereka tidak
tercoreng, maka dengan kebijaksanaan-Nya, Allah memberikan
balasan yang cepat mendahului kebaikan mereka di masa men-
datang. Artinya, para sahabat generasi masa lalu dikalahkan oleh
para sahabat generasi mendatang agar para sahabat generasi
mendatang itu tidak masuk Islam karena takut pada kilatan pedang,
namun karena rindu pada kebenaran. Serta, agar sifat kesatria
mereka itu tidak menjadi lemah dan hina.
KETIGA
Dengan ungkapan ( ) tanpa merasa takut ayat tersebut
menjelaskan bahwa kalian akan memasuki Masjidil Haram dan akan
bertawaf di seputar Kabah dengan sangat aman. Padahal seperti
yang diketahui, sebagian besar kabilah yang tinggal di Jazirah Arab,
orang-orang yang berada di sekitar Mekkah, serta mayoritas bangsa
Quraisy, semuanya merupakan musuh-musuh Islam. Namun infor-
masi tadi menegaskan bahwa sebentar lagi kalian akan memasuki
Masjidil Haram dan bertawaf tanpa rasa takut sedikitpun. Sementara
itu, mereka yang tinggal di Jazirah Arab akan tunduk padamu secara
sukarela, bangsa Quraisy juga akan masuk ke dalam bangunan
Islam, serta keselamatan dan keamanan itu pun tersebar. Semua itu
terwujud sesuai dengan informasi ayat di atas.
KEEMPAT
Firman Allah yang berbunyi:
Dialah yang mengirim Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang hak agar agama tersebut dimenangkan terhadap
semua agama.
Secara tegas menjelaskan bahwa agama yang dibawa oleh
Rasul SAW. akan mengalahkan semua agama. Padahal, seperti yang
diketahui, pada masa itu agama Nasrani, Yahudi, dan Majusi yang
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
71
;
;
dianut oleh ratusan juta orang merupakan agama resmi bagi Negara
Cina, Iran, Romawi. Sementara di sisi lain Rasul SAW. dalam
kabilahnya sendiri saja belum menonjol benar. Namun ayat di atas
menginformasikan bahwa agamanya akan mengungguli semua
agama dan semua bangsa. Bahkan secara tegas dan meyakinkan,
ayat tersebut menginformasikan semua itu sebagai sesuatu yang
pasti terjadi. Ternyata masa selanjutnya membenarkan informasi
yang bersifat gaib tersebut dengan terbentangnya pedang Islam,
mulai dari Samudera Atlantik sampai Samudera Pasifik.
KELIMA
Allah berfirman:
Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersama
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, dan kasih sayang
terhadap sesama mereka. Kamu saksikan mereka ruku dan sujud
mencari karunia Allah dan ridho-Nya. Tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud.
Makna ayat tersebut dengan sangat jelas memberitahukan sifat
mulia dan akhlak yang luhur yang menyebabkan para sahabat
merupakan manusia-manusia yang paling mulia setelah para nabi.
Pada waktu yang bersamaan, ayat di atas juga menjelaskan berbagai
karakter istimewa yang secara khusus dimiliki oleh para sahabat di
waktu yang akan datang. Juga, bagi para ahli hakikat ayat itu
menerangkan dengan makna isyari (secara implisit) urutan para
khalifah yang akan menggantikan kedudukan Nabi SAW. setelah
beliau wafat. Lebih dari itu, ia menjelaskan sifat paling menonjol
yang dimiliki oleh masing-masing mereka sehingga dengan itu
mereka dikenal.
Misalnya, firman Allah Taala yang berbunyi, ( ) Orang-
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
72
orang yang bersama dia mengarah pada Sayyidina Abu Bakar ash-
Shiddiq ra. sebagai sosok yang secara khusus mendampingi beliau
dan menjadi sahabat istimewa beliau.
Lalu firman Allah yang berbunyi, ( ) (Mereka)
keras terhadap orang-orang kafir mengarah pada Sayyidina Umar ra.
yang akan menghancurkan dan membuat takut berbagai negara
dengan berbagai pendudukannya, serta yang dengan keadilannya
terhadap kaum zalim akan dikenal seperti halilintar.
Kemudian ungkapan, ( ) Dan kasih sayang terhadap
sesama mereka menginformasikan tentang Sayyidina Utsman ra. yang
tidak rela dengan adanya pertumpahan darah antara kaum muslimin
ketika fitnah terbesar dalam sejarah siap terjadi. Dengan sifat kasih
dan sayangnya, ia korbankan jiwanya serta ia serahkan dirinya
menuju kematian. Ia pun lalu menjadi syahid secara teraniaya di
saat sedang membaca al-Quran al-Karim.
Lalu firman Allah yang berbunyi:
Kamu saksikan mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah
dan ridho-Nya.
Mengarah pada kondisi Sayyidina Ali ra. bahwa meskipun
beliau menggenggam tugas kekhalifahan dengan layak dan
sempurna, namun beliau adalah seorang yang zuhud, ahli ibadah,
fakir, dan memilih untuk terus bersujud dan ruku sebagaimana ia
dipercaya oleh banyak orang. Selain itu, ayat di atas juga meng-
informasikan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas berbagai
peperangan yang terjadi di masa kekhalifahannya nanti. Yang ia cari
darinya hanyalah karunia dan ridho Allah Taala.
KEENAM
Firman Allah yang berbunyi,
Demikianlah sifat-sifat mer eka yang terdapat dalam Taurat.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
73
;
;
Memberikan informasi gaib dalam dua sisi:
Yang pertama, ia memberitahukan tentang sifat-sifat sahabat
yang terdapat dalam Taurat. Tentu saja hal itu termasuk berita gaib
bagi seorang rasul yang ummi. Sebagimana dijelaskan pada risalah
kesembilan belas bahwa dalam kitab Taurat terdapat keterangan
mengenai sifat para sahabat Rasul yang akan tiba di akhir zaman.
Bunyinya adalah, orang-orang suci pegang bendera. Artinya, para
sahabat Nabi SAW. tersebut adalah orang-orang yang taat, ahli
ibadah, saleh, dan wali Allah. Sampai-sampai mereka dilukiskan
sebagai orang yang suci.
Meskipun Taurat yang ada telah mengalami berbagai penyim-
pangan akibat banyaknva penerjemahan ke dalam beragam bahasa,
namun ia masih tetap membenarkan banyak ayat al-Quran. Di
antaranya, ayat terakhir dari surat al-Fath ini, ( )
Demikianlah sifat-sifat mereka yang terdapat dalam Taurat.
Yang kedua, ayat tersebut juga menginformasikan bahwa para
sahabat yang mulia dan para tabiin akan mencapai suatu tahap
ibadah di mana cahaya yang terdapat dalam jiwa mereka memancar
ke wajah mereka dan terlihat pada dahi mereka sebagai tanda
dihasilkan dari banyaknya bersujud kepada Allah Taala.
Ya, secara tegas dan jelas, perjalanan waktu kemudian
membuktikan hal itu. Zainal Abidin ra. yang telah melakukan shalat
seribu rakaat dalam sehari semalam, juga Thawus al-Yamani ra. yang
telah melakukan shalat Subuh dengan wudhu Shalat Isya selama
empat puluh tahun di tengah-tengah banyaknya perubahan politik
dan situasi yang tak menentu, serta banyak lagi orang-orang seperti
mereka telah menjelaskan salah satu rahasia dari ayat ini, Demikian-
lah sifat-sifat mereka yang terdapat dalam Taurat.
KETUJUH
Allah berfirman:
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
74
Dan sifat-sifat mer eka yang terdapat dalam Injil. Yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadi-
kan tanaman tersebut kuat lalu besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati para penanam-
nya karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang yang
kafir.
Bagian ini juga menerangkan beberapa informasi gaib dalam
dua aspek:
Pertama, berbagai informasi tentang sifat-sifat sahabat yang
terdapat dalam kitab Injil, tergolong masalah gaib (tersembunyi) bagi
Rasul SAW.
Ya, ada beberapa ayat dalam kitab Injil yang menggambarkan
kondisi Rasul yang akan datang di akhir zaman. Misalnya, Bersama
beliau ada sepotong besi. Demikian pula dengan umatnya. Artinya,
beliau berpedang dan menyuruh berjihad. Demikian pula dengan
kondisi para sahabat beliau. Mereka adalah orang-orang yang
berpedang dan diperintah untuk berjihad. Tidak seperti Isa as. yang
tidak berpedang. Selain itu, sosok Nabi SAW. yang digambarkan
mempunyai sebatang besi, menunjukkan bahwa beliau nantinya
akan menjadi pemimpin alam. Sebab ada sebuah ayat dalam kitab
Injil yang berbunyi, Saya akan pergi agar datang seorang pemimpin
dunia.
Dari dua ungkapan kitab Injil di atas kita dapat memahami
bahwa meskipun pada mulanya para sahabat sangat lemah dan
sedikit. Namun mereka akan tumbuh seperti benih. Mereka akan
tumbuh tinggi dan kuat. Ketika kaum kafir pun benci pada mereka,
para sahabat itu akan menundukkan dunia dengan pedang-pedang
mereka. Dengan itu, mereka memantapkan kedudukan pimpinan
mereka, Rasul SAW., sebagai pemimpin dunia. Makna yang
dikandung oleh ayat Injil di atas sejalan dengan makna ayat terakhir
dari Surat al-Fath.
Kedua, bagian ini juga memberikan pengertian bahwa
meskipun para sahabat telah menerima perjanjian Hudaibiyah
karena kondisi mereka yang ketika itu berjumlah sedikit dan lemah,
namun tidak lama kemudian dengan cepat mereka bisa memperoleh
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
75
;
;
kekuatan dan kemuliaan. Umat manusia yang ditumbuhkan oleh
Tangan kekuasaan Ilahi dalam sebuah ladang bumi, bulirnya
sangat pendek dan lemah. Akibat kelalaian, mereka binasa di
hadapan bulir yang tinggi, besar, kuat, berbuah, dan penuh berkah.
Sehingga bulir-bulir itulah yang kemudian menjadi kuat dan banyak
yang membuat negara-negara besar benci dan dengki kepadanya.
Ya, perjalanan waktu telah membuktikan kebenaran informasi
tersebut dengan sangat jelas. Dalam informasi gaib itu, terselip
sebuah pengertian yang samar. Yaitu: .
Ketika Allah memuji para sahabat karena mereka memiliki
perangai yang mulia, hal itu membuat mereka layak untuk mem-
peroleh janji Allah berupa pahala yang besar dan ganjaran yang
mulia. Namun adanya kata maghfirah (ampunan) menunjukkan
bahwa mereka juga akan jatuh pada berbagai kesalahan dengan
fitnah yang terjadi di antara sahabat. Di sini, kata maghfirah menun-
jukkan pada adanya kelalaian dalam suatu hal sehingga dalam
kondisi tersebut permintaan yang paling agung dan pemberian yang
paling mulia adalah maghfirah. Sebab, ganjaran yang terbesar adalah
maaf Allah dan selamat dari hukuman-Nya.
Lalu, sebagaimana kata maghfirah mengarah pada yang
pengertiannya halus tersebut, ia juga memiliki korelasi dengan
permulaan surat al-Fath,
Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu
yang telah lalu dan yang akan datang. (al-Fath [48]: 2)
Ampunan yang dimaksudkan di sini bukanlah ampunan
terhadap dosa dalam pengertian sebenarnya. Sebab, Nabi mem-
punyai sifat ishmah (terpelihara dari kesalahan) sehingga tidak
pernah ada dosa baginya. Namun, yang dimaksud dengan ampunan
di sini adalah ampunan yang sesuai dengan kedudukan kenabian.
Kabar gembira bagi para sahabat bahwa mereka akan mendapat
ampunan Allah seperti yang terdapat di penghujung surat tersebut
mengandung isyarat halus lain selain pengertian di atas.
Demikianlah, sepuluh aspek kemukjizatan yang terdapat pada
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
76
tiga ayat di penghujung surat al-Fath tersebut baru kami bahas dari
sisi pemberitaan gaibnya. Bahkan kami baru membahas tujuh sisi
dari banyak sisi informasi di dalamnya.
Sekilas tentang masalah kemukjizatan al-Quran dijelaskan
dalam pembahasan mengenai penempatan huruf-huruf ayat terakhir
itu di penutup kalimat kedua puluh enam (dari kitab al-Kalimat)
yang secara khusus terkait dengan masalah qadar dan ikhtiyar. Ayat
tersebut secara global dan rinci berbicara mengenai kondisi para
sahabat Nabi SAW. Sebagaimana dengan lafal-Iafalnya, ayat tersebut
menjelaskan karakter para sahabat, dengan huruf-huruf dan
pengulangan bilangannya ia juga menunjukkan kepada para sahabat
yang ikut dalam perang Badar, dalam perang Uhud, dalam perang
Hunein, para sahabat ahlu Suffah, para sahabat yang melakukan baiat
di ar-Ridwan, serta para sahabat lainnya. Selain itu, ia menjelaskan
banyak rahasia huruf abjad yang ada dan menerangkan adanya
kesesuaian yang mencerminkan satu bentuk ilmu (ilmu cifr).
Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Kau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah [2]:
32)
Informasi tentang hal gaib yang disampaikan oleh beberapa
ayat terakhir dari surat al-Fath di atas dengan makna implisit, juga
disampaikan oleh ayat berikut ini dengan makna yang sama. Karena
itu, di sini kami akan menyinggungnya.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
77
;
;
Pasti Kami tunjuki mereka ke jalan yang lurus. Barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama dengan orang-
orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Yaitu para nabi, para
shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang
saleh. Dan mereka itulah sebaik- baik teman. (an-Nisa [4]: 68-
69)
Kami hanya akan menyampaikan dua hal dari ribuan
persoalan yang terkait dengan ayat al-Quran di atas:
Pertama
Disamping menjelaskan berbagai hakikat dengan berbagai
indikasi dan eksplisitas teks gaya bahasa yang dipergunakannya,
al-Quran juga mengungkapkan makna eksplisit di balik ayat-
ayatnya. Setiap ayat memiliki banyak lapisan makna. Dan karena
al-Quran al-Karim turun dengan pengetahuan yang bersifat
komprehensif, semua maknanya dapat dibenarkan. Sebab, makna
yang dikandung oleh al-Quran tidak terbatas pada satu atau dua
pengertian. la tidak seperti ucapan manusia yang bersifat terbatas
karena ucapan tersebut dihasilkan oleh keinginan dan pemikiran
pribadi yang bersifat parsial dan terbatas.
Atas dasar itulah, para ahli tafsir menjelaskan berbagai hakikat
yang tak terhingga dari ayat-ayat al-Quran. Ada banyak sekali
hakikat yang belum dijelaskan oleh para ahli tafsir. Khususnya
huruf-huruf dan isyarat al-Quran mengandung berbagai penge-
tahuan penting disamping makna eksplisitnya.
Kedua
Potongan ayat berikut,
Yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik
teman,
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
78
Menjelaskan bahwa yang benar-benar berada di atas shirat al-
mustaqim dan mereka yang diberi karunia Tuhan adalah para nabi,
kelompok shiddiqin, golongan syahid, kaum yang saleh, serta para
tabiin. Selain menjelaskan hakikat tersebut, ayat di atas secara tegas
juga menerangkan siapa saja orang-orang yang berada dalam lima
golongan itu dalam dunia Islam, serta menunjukkan para imam dari
lima golongan tersebut dengan menyebutkan karakter istimewa
mereka. Selanjutnya, dengan cahaya kemukjizatan, ayat tersebut
menentukan para imam dari masing-masing golongan itu di masa
yang akan datang beserta posisi mereka dalam bentuk informasi
yang bersifat gaib.
Ya, sebagaimana ungkapan para nabi secara jelas mengarah
pada Rasul SAW., ungkapan para shiddiqin mengarah pada Abu Bakar
ash Shiddiq. Hal itu sebagai isyarat bahwa ia adalah sosok kedua
sesudah Rasul SAW. sekaligus sebagai khalifah pertama yang meng-
gantikan beliau. Kata ash-Shiddiq merupakan simbol istimewa yang
menjadi gelar beliau dan nama tersebut sudah dikenal oleh semua
umat Islam. Ia akan menjadi pimpinan bagi orang-orang yang
shiddiq.
Kemudian ungkapan orang-orang yang mati syahid mengarah
pada Umar, Utsman, dan Ali ra. Sebagai informasi yang bersifat gaib,
ayat tersebut menjelaskan bahwa ketiga orang tadi akan mendapat-
kan posisi kekhalifahan setelah ash-Shiddiq ra. dan bahwa mereka
akan mati syahid sehingga kemuliaan mereka bertambah.
Selanjutnya ungkapan orang-orang yang saleh mengarah pada
para sahabat ahlu Suffah (yang tinggal di beranda Masjid Nabawi),
para sahabat yang ikut dalam perang Badar, serta para sahabat yang
melakukan Baiatu ar-Ridwan. Sementara ungkapan dan mereka itulah
sebaik-baik teman secara jelas mengarah pada para pengikut mereka
sekaligus menerangkan keindahan dan kebaikan sikap tabiin yang
mengikuti golongan sebelumnya. Secara implisit, ungkapan itu juga
tertuju pada Hasan ra. sebagai khalifah kelima dan membenarkan
keterangan hadits yang berbunyi, Kekhalifahan sesudahku berada
tangan umatku selama tiga puluh tahun
23
Meskipun masa kekha-
23) Hadits tersebut sahih. Rasulullah SAW. bersabda, Kekhalifahan sesudahku
berada di tangan umatku selama tiga puluh tahun. Kemudian setelah itu
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
79
;
;
lifahannya singkat, namun nilainya sangat besar.
Kesimpulannya, jika ayat terakhir dari surat al-Fath mengarah
pada khalifah yang empat sementara ayat ini mengarah pada masa
depan posisi mereka, yang diperkuat oleh informasi yang bersifat
gaib. Informasi tentang sesuatu yang gaib, sebagai salah satu sisi
kemukjizatan al-Quran mempunyai cahaya kemukjizatan yang
sangat banyak hingga tak terhitung dan tak terbatas. Karena itu,
sikap ulama zhohiri (yang berpegang pada lahiriah nash) yang
membatasi informasi gaib pada empat puluh atau lima puluh ayat
saja bersumber dari pengamatan lahiriah mereka. Padahal
sebenarnya jumlahnya lebih dari seribu. Bahkan satu ayat saja bisa
mengandung empat atau lima informasi gaib.
Wahai Tuhan kami, janganlah Kau hukum kami jika kami lupa
atau salah (al-Baqarah [2]: 286]
Maha Suci Engkau. Tak ada yang kami ketahui kecuali yang
Engkau ajarkan pada kami. Engkaulah Yang Maha Mengetahui
dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah [2]: 32)
***
dipegang oleh raja. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, Abu
Yala dalam Musnadnya., serta Ibn Hibban dalam (Sahih al-Jami ash-Shaghir
nomor 3336. Menurut pentahqiqnya, hadits tersebut sahih) (al-Fathu ar-
Rabbaniy oleh as-Saatiy 23: 10). Ia juga terdapat dalam Silsilah al-Ahadits
as- Sahihah 460 dengan beragam konteks.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
80
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
81
;
;
;
B
AHAYA
J
EDELAPAN
uv
Bagian ini akan kami terbitkan sebagai bagian dari kumpulan tulisan
lainnya insya Allah.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
82
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
83
;
;
;
B
AHAYA
J
ESEMBILAN
uv
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
84
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
85
;
;
JANGAN semua orang membaca risalah ini. Tidak semua
orang bisa mengetahui kekurangan-kekurangan paham wahdatul
wujud secara detil. Juga tidak semua orang membutuhkannya.
Wahai saudaraku yang mulia, setia, ikhlas, dan tulus!
Alasan mengapa aku tidak mengirimkan sebuah risalah
tersendiri untuk saudara kami, Abdul Majid,
25
adalah karena risalah-
risalah yang kukirimkan padamu mempunyai sebuah tujuan. Abdul
Majid adalah seorang sosok yang memiliki kompetensi dan pencari
kemuliaan setelah Hulusi
26
. Aku selalu mengingat namanya dalam
24) Ungkapan yang dipakai oleh Ustadz Said Nursi pada awal surat-surat yang
ia tulis. Artinya Dengan nama-Nya Yang Maha Suci, Tidak ada sesuatu pun
melainkan bertasbih dengan memuji-Nya (Al-Isra [17]: 44)
25) Abdul Majid adalah saudara termuda Ustadz Nursi. la telah menerjemahkan
banyak risalah beliau ke dalam bahasa Arab. Hanya saja, ketika itu risalah-
risalah tersebut diterbitkan dalam ruang lingkup yang sempit. Lalu tulisan-
tulisan Ustadz yang berbahasa Arab (Isyaratul Ijaz dan al-Matsnawi al-Arabi)
ia terjemahkan ke dalam bahasa Turki. Abdul Majid adalah seorang guru
bahasa Arab, seorang Mufti, dan seorang guru ilmu-ilmu keislaman di sebuah
Lembaga Pendidikan untuk para imam dan khatib serta di lembaga pendidikan
Islam di Konya. Ia meninggal dunia pada tahun 1968 M. Yaitu pada usia 83
tahun. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas kepadanya.
26 ) Ia adalah Hulusi Yahyagil. Termasuk generasi pertama yang belajar pada
Ustadz Nursi di Barla. Ketika itu ia adalah seorang pimpinan berpangkat
kapten. la telah mengirim beberapa pertanyaan dan berbagai persoalan yang
terkait dengan masalah keimanan kepada gurunya. Jawaban atas semua
pertanyaan tersebut kemudian dikumpulkan di bawah arahan Ustadz langsung
dengan diberi judul Maktubat. Ia meninggal dunia pada tahun 1986. Yaitu
pada usia 91 tahun. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas kepadanya.
24
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
86
doa-doaku di setiap pagi dan petang bersama Hulusi, serta kadang-
kala sebelumnya. Lalu Shabri dan Hakki Affandi adalah dua orang
yang banyak mengambil pelajaran dari risalah-risalahku. Jadi, tak
ada perlunya bagiku untuk mengirimkan risalah tersendiri untuk
mereka. Allah telah memberikan karunia kepadamu dan telah
menjadikanmu sebagai saudara yang penuh berkah bagi keduanya.
Karena itu, lakukanlah korespondensi dengan Abdul Majid sebagai
gantiku. Buatlah ia tenteram agar tidak gelisah. Aku selalu memikir-
kannya setelah Hulusi.
PERTANYAAN PERTAMA
Yaitu yang secara khusus terkait dengan penggunaan nama
as-Sayyid Muhammad (Maksudnya sebagai bagian dari ahlul bait).
Wahai saudaraku!
Terhadap pertanyaan ini aku tidak mempunyai jawaban yang
dibangun atas dasar pengetahuan, pembuktian, dan kasyaf. Namun
aku telah berkata kepada para sahabatku, Hulusi tidaklah seperti
orang-orang Turki saat ini dan juga tidak seperti orang-orang Kurdi.
Aku melihat ada sesuatu yang istimewa pada dirinya. Mereka pun
mengakui ucapanku tersebut. Menurut kami, kemuliaan dan
kebaikan yang ada pada pribadi Hulusi menunjukkan bahwa ia telah
diberi karunia Tuhan. Sebab ada sebuah kaidah yang berbunyi,
Karunia Ilahi tak diberikan atas dasar golongan seseorang
Yang kuketahui secara pasti, Rasul SAW. mempunyai dua jenis
keluarga:
Pertama, keluarganya yang berdasarkan nasab (hubungan
darah).
Kedua, keluarganya yang dilihat dari sosok kepribadiannya
yang bersinar. Yaitu dari sisi kerasulan.
Tentu saja Anda termasuk dalam jenis keluarga yang kedua,
selain termasuk jenis keluarga yang pertama seperti keyakinanku
yang tidak berdasarkan dalil. Jadi, penggunaan nama as-sayyid oleh
kakekmu bukanlah sesuatu yang sia-sia atau percuma.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
87
;
;
RINGKASAN DARI PERTANYAANMU YANG KEDUA
Wahai saudaraku yang mulia!
Muhyiddin ibn Arabi
27
berpendapat, Kemakhlukan ruh
merupakan penjelasan dari ketampakannya. Wahai saudaraku,
dengan pertanyaan ini, engkau telah memaksaku untuk memasuki
sebuah kancah perdebatan padahal aku sangat lemah dalam meng-
hadapi sesuatu yang berada di luar hakikat dan dalam menghadapi
ahli ilmu rahasia, Muhyiddin ibn Arabi. Namun, karena dalam
pembahasan aku berpegang pada nash-nash al-Quran al-Karim,
maka aku akan bisa terbang lebih tinggi dari elang tersebut meskipun
aku hanyalah seekor lalat.
Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Muhyiddin ibn Arabi
tidaklah menipu, namun ia tertipu. Ia adalah orang yang mendapat
petunjuk namun tak bisa memberi petunjuk kepada orang lain dalam
setiap tulisannya. Apa yang dilihatnya sebagai sesuatu yang benar,
sebenarnya bukan seperti yang tampak.
Kalimat kedua puluh sembilan (dalam kitab al-Kalimat) yang
berbicara tentang ruh telah menjelaskan hakikat di seputar pertanya-
anmu itu.
Ya, dilihat dari segi essensi, ruh merupakan kode amr
(perintah) namun telah dibungkus oleh wujud eksternal. Jadi ia
merupakan hukum yang hidup yang sekaligus memiliki wujud
eksternal. Syaikh Muhyiddin melihat ruh hanya dari sisi essensinya
semata dan ia menggambarkan segala sesuatu merupakan imajinasi
sesuai dengan paham Wahdatul Wujud. Sebagai pemilik mazhab
penting sekaligus sosok yang telah menyelami dan menyaksikan
sesuatu yang luar biasa, Syaikh Ibn Arabi mempergunakan berbagai
interpretasi yang lemah, lalu cenderung memaksakan diri dan
mencari pembenaran dalam menerapkan ayat-ayat al-Quran sesuai
27 ) Muhyiddin Ibn Arabi adalah Muhammad ibn Arabi Abu Abdillah ath-Thoiy
al-Andalusiy yang terkenal dengan nama Ibn Arabi dan dikenal sebagai
Syaikhul Akbar. Ia lahir di al-Andalusia tahun 560 H dan wafat di Damaskus
tahun 638 H. Di antara tulisannya adalah Tushus al-Hikam dan al-Futuhat
al-Makkiyyah. Lihat al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibn Katsir 13: 1156, Kasyf
adz-Dzunun 1238 dan 1261, Hidayatul Arifin 2: 114, al-Ilam 6: 281, Mizan
al-Itidal 3: l08, Jami Karamat al-Awaliya 1:118, ath-Thabaqat al-Kubra 1:
188
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
88
dengan pendirian dan penyaksiannya, sehingga menodai makna
lahiriah al-Quran.
Dalam risalah-risalah yang lain, kami telah menjelaskan
metode al-Quran dan metode kalangan Ahlu sunnah yang lurus.
Secara pribadi, Syaikh Ibn Arabi mempunyai kedudukan yang
istimewa. Ia termasuk tokoh yang bisa diterima. Hanya saja, dengan
berbagai pengalaman batinnya yang tanpa kontrol, ia telah melam-
paui batas dan berseberangan dengan mayoritas ulama dalam
banyak hal. Karena itu, tarekatnya nyaris hanya terbatas untuk masa
yang sangat singkat, hanya sampai masa Shadruddin al-Qunawi
28
.
Jarang sekali ada orang yang secara konsisten mengambil manfaat
dari jejak warisannya. Padahal ia adalah seorang syaikh besar yang
mempunyai derajat tinggi dan seorang tokoh yang luar biasa
kharismatik pada masanya. Bahkan banyak di antara ulama hakikat
yang tidak menganjurkan untuk membaca peninggalannya yang
berharga itu. Lebih dari itu, ada sebagian mereka yang melarang
untuk membacanya.
Untuk menjelaskan perbedaan mendasar antara mazhab
Syaikh Muhyiddin ibn Arabi dan ulama ahli hakikat serta untuk
menjelaskan perbedaan sumber acuan keduanya membutuhkan
sebuah studi yang mendalam, pengkajian yang teliti, serta penelitian
yang luas.
Ya, perbedaannya sangat tipis dan sangat mendalam. Semen-
tara sumbernya sangat tinggi dan mulia. Sehingga Syaikh Ibn Arabi
tidak dituntut atas kesalahannya. Ia tetap diterima oleh para ulama.
Kalau memang perbedaan dan sumber penyaksiannya benar-benar
berbeda secara keilmuwan, pemikiran dan kasyaf, tentu Ibn Arabi
28 ) Shadruddin al-Qunawi adalah Muhammad ibn Ishak ibn Muhammad ibn
Yusuf al-Qunawiy ar-Rumi. Ia termasuk murid Muhyiddin ibn Arabi yang
senior. Ibunya telah dinikahi oleh Ibn Arabi dan ia sendiri diasuh olehnya. Di
antara tulisannya adalah an-Nushus fi Tahqtq ath-Thouri al-Makhsus dalam
bidang tasawwuf, serta tafsir surat al-Fatihah yang diberi judul Ijazul Bayan
fi Tafsir Ummil Quran. Lihat dalam al-Alam oleh az-Zarkili oleh 6:30,
Thabaqat al-Mufassirin oleh ad-Dawudiy 2: 103, Tadzkiratul Huffadz oleh
adz-Dzahabiy 1491, Hadiyyatul Arifin oleh Ismail Pasya 2: 130, Tabaqatul
Awliya 467, Kasfu adz-Dzunun oleh Haji Khalifah 455, dan Thabaqat al-
Kubra oleh as-Syarani 1: 202
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
89
;
;
aku menuai banyak kecaman dan dinyatakan bersalah. Namun
karena perbedaannya sangat tipis, kami akan berusaha menjelaskan
kesalahan Syaikh Ibn Arabi dalam masalah tersebut saja. Kami akan
menjelaskan perbedaan dan sumber yang ada secara sangat singkat
dalam sebuah contoh.
Misalnya ketika matahari terlihat dalam sebuah cermin, maka
cermin tersebut akan memuat gambar dan bentuk matahari
sekaligus sifat-sifatnya. Artinya, dari satu sisi, gambar matahari ada
dalam cermin dan dari sisi lain ia menghiasi cermin sehingga dengan
begitu cermin tersebut menjadi bersinar dan terang.
Lalu apabila cermin tersebut adalah lensa sebuah kamera,
maka ia akan memindahkan gambar matahari itu ke atas sebuah
kertas dalam bentuk permanen. Dalam kondisi ini, maka matahari
yang terlihat di kamera tadi, serta essensi dan sifatnya yang
tergambar di atas kertas, juga bagaimana cermin tersebut terhiasi
olehnya sehingga seolah-olah memiliki sifat mataharisebetulnya
bukan matahari yang sebenarnya. Ia bukanlah matahari. Tetapi ia
hanyalah manifestasi matahari yang tampak dalam wujud lain.
Adapun wujud matahari yang terlihat dalam cermin tersebut,
meskipun bukan wujud matahari sebenarnya yang berada di luar,
namun ia tetap dipersepsikan sebagai wujud matahari itu sendiri
karena terkait dengannya dan menjadi petunjuk atasnya.
Dengan demikian, pendapat yang mengatakan bahwa yang
ada di cermin adalah matahari yang sebenarnya bisa dikatakan
benar jika cermin tadi dianggap sebagai wadahnya saja dan jika yang
maksud dari matahari yang ada di cermin adalah wujudnya yang
berada di luar. Namun jika dikatakan bahwa gambar matahari yang
terpampang dalam cerminyang kemudian menjadi sifat cermin
tersebutdan gambar yang terpindah ke kertas dianggap sebagai
matahari, pernyataan tersebut tentu saja salah. Artinya ungkapan
bahwa yang ada di cermin hanyalah matahari akan menjadi
ungkapan yang salah. Sebab, ada gambar matahari yang tampak
dalam cermin dan ada pula gambar matahari yang tercetak di atas
sebuah kertas. Masing-masing mempunyai wujud yang spesifik.
Meskipun keduanya merupakan manifestasi dari matahari, namun
keduanya bukanlah matahari itu sendiri.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
90
Demikian pula dengan otak dan imajinasi manusia. Keduanya
merupakan dua hal yang mirip seperti cermin tadi. Berbagai infor-
masi yang ada di cermin pikiran manusia mempunyai dua sisi:
pengetahuan dan obyek pengetahuan. Apabila kita menganggap
otak sebagai wadah bagi objek pengetahuan, berarti objek penge-
tahuan tersebut merupakan sesuatu yang bersifat mentalitas.
Sementara keberadaannya sendiri adalah sesuatu yang lain. Lalu
apabila kita menganggap otak tersifati oleh sesuatu yang masuk ke
dalamnya, berarti sesuatu yang masuk itu menjadi sifat otak. Ketika
itulah otak akan menjadi pengetahuan yang mempunyai wujud
eksternal (luar). Bahkan kalaupun objek pengetahuan tersebut
mempunyai wujud dan essensi, maka ia tetap bersifat eksternal.
Berdasarkan dua contoh di atas, alam ini pun merupakan
cermin. Essensi dari segala yang ada juga merupakan cermin.
Cermin-cermin tersebut tercipta oleh Tuhan dengan kekuasaan-Nya
yang bersifat abadi. Dilihat dari satu sisi, setiap yang ada merupakan
cermin bagi salah satu nama Allah yang menjelaskan salah satu
goresan-Nya.
Para pengikut paham Syaikh ibn Arabi menganggap alam
yang merupakan cermin, wadah, dan bentuk representatif yang ada
dalam cermin, serta merupakan pantulan dari gambar entitas yang
masuk ke dalam cermin tersebut sebagai entitas itu sendiri. Menurut
mereka, Yang ada hanyalah Dia. Mereka tak pernah berpikir lewat
fase atau tahapan lainnya. Akhirnya mereka melakukan kekeliruan
sampai pada tahap di mana mereka mengingkari suatu kaidah pokok
yang sudah populer bahwa, Hakikat dari segala sesuatu bersifat
permanen.
Adapun para ahli hakikat, lewat rahasia kenabian serta lewat
kesucian al-Quran dan ayat-ayatnya, mereka berpendapat bahwa
berbagai goresan yang terdapat dalam cerminberkat kekuasaan
dan iradah-Nyamerupakan bagian dari jejak Allah Taala. Setiap
yang ada berasal dari Allah Taala. Dialah yang menciptakannya.
Dan tidak setiap yang ada adalah Dia sehingga tidak benar pendapat
yang mengatakan, Yang ada hanyalah Dia. Sebab, tiap sesuatu
mempunyai wujud sendiri-sendiri yang sampai batas-batas tertentu
bersifat permanen. Meskipun wujudnya bersitat lemah hingga
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
91
;
;
seolah-olah hanya sebatas ilusi dan khayalan jika dibandingkan
dengan wujud Allah Taala, namun ia tetap ada berkat penciptaan,
iradah, dan kekuasaan Dzat Yang Maha Kuasa dan Kekal.
Matahari yang terlihat dalam cermin tadi mempunyai wujud
yang menyerupainya selain wujudnya yang hakiki. Ia mempunyai
wujud lain yang menghiasi cermin sehingga bentuk wujudnya
terpampang di atas cermin tersebut. Selain itu, ia juga mempunyai
wujud lain lagi yang sampai batas tertentu bersifat permanen. Yaitu
wujud yang tercetak di atas sebuah kertas di balik lensa.
Sebagaimana matahari mempunyai beragam wujud seperti
di atas, demikian pula dengan cermin alami dan cermin esensi segala
sesuatu. Gambar dari seluruh ciptaan yang tampak lewat manifestasi
nama-nama Tuhan yang mulia yang terwujud atas kehendak,
ketentuan, dan kekuasaan Ilahi mempunyai wujud yang bersifat
hadits (baru) dengan wujud Sang Wajibul Wujud (Allah). Allah Yang
Maha Kuasa telah memberikan sedikit sifat permanen pada wujud
ciptaan-Nya, Namun apabila ikatan itu terputus, semuanya akan
segera hancur dan musnah. Karena itu, untuk bisa kekal, segala
sesuatu membutuhkan pengekalan dari Sang Pencipta. Walaupun
hakikat dari segala sesuatu bersifat permanen, namun sifat per-
manen itu diperoleh setelah Allah Taala membuatnya permanen.
Demikianlah, sehingga perkataan Ibn Arabi bahwa, Ruh
bukanlah makhluk (yang diciptakan). Tetapi ia merupakan hakikat
yang datang dari alam perintah dan sifat iradah bertentangan
dengan banyak nash. Ia mengalami kerancuan dalam memahami
berbagai hakikat yang baru saja dijelaskan. Mustahil al-Khallaq (Maha
Pencipta) dan ar-Razzaq (Maha Pemberi rizki) sebagai bagian dari
nama-nama Tuhan yang mulia hanya ada dalam ilusi dan khayalan.
Selama nama-nama tersehut mempunyai hakikat, pasti wujudnya
juga tampak dalam kenyataan lahiriah.
PERTANYAAN KETIGA
Ini adalah pertanyaan Umar Affandi, imam masjid jami, bukan
pertanyaanmu. Bunyi pertanyaan tersebut adalah:
Seorang dokter malang beranggapan kalau Isa as. mempunyai
ayah. Menurutnya, hal itu dibuktikan oleh ayat-ayat al-Quran yang
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
92
ia interpretasikan secara serampangan.
29
Pribadi yang lemah tersebut sebelumnya juga telah berusaha
membuat sistem tulisan baru dengan huruf-huruf terputus. Bahkan
dalam hal ini ia begitu bersemangat. Ketika itu, aku mengetahui
bahwa orang tersebut merasakan adanya perkembangan dan aksi-
aksi kaum zindiq yang berusaha menghapus dan menggeser huruf-
huruf Islam. Dalam hal ini, seolah-olah ia hendak menghalangi
gelombang bencana itu, namun tidak berhasil.
Sekarang, terkait dengan masalah tersebut dan masalah yang
kedua, ia merasakan adanya serangan kuat kaum zindiq terhadap
beberapa prinsip dasar Islam. Aku kira ia sedang berusaha membuka
jalan bagi terciptanya sebuah kerukunan dan kedamaian lewat
interpretasi yang lemah dan naif semacam itu.
Isa as. tidak mempunyai ayah. Hal ini sebagaimana yang
ditegaskan oleh al-Quran,
Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah sebagaimana
Adam. (Ali Imran [3]: 59)
Dan sebagaimana yang ditegaskan oleh nash-nash lainnya.
Karena itu, pernyataan yang ingin mengubah hakikat yang kuat dan
kokoh ini tidak patut untuk dipertimbangkan, bahkan tak bernilai
dan tak berhak untuk diperhatikan sama sekali. Ia menganggap
bahwa penyimpangan terhadap hukum reproduksi adalah sesuatu
yang mustahil. Karena itu ia kemudian bersandar pada berbagai
29) Sosok yang memimpin seperempat umat manusia, lalu dari satu sisi berpindah
dari jenis manusia ke jenis malaikat, kemudian meninggalkan bumi untuk
tinggal di langit. Sosok manusia istimewa itu dengan kondisi yang demikian,
mengharuskannya keluar dari hukum reproduksi yang ada. Sangat tidak tepat
kalau ia dimasukkan ke dalam bagian dari hukum tersebut lewat sebuah
interpretasi yang meragukan, bodoh, dan menyimpang. Interpretasi tersebut
sama sekali tak diperlukan. Selain itu, al-Quran yang jelas dan suci tidak
membutuhkan interpretasi semacam itu. Sungguh aneh, apakah hukum-
hukum yang sudah paten dan kokoh yang tidak bisa disimpangkanseperti
hukum spesies malaikat dan hukum ayat al-Quran yang suciakan
diruntuhkan demi untuk membangun kembali hukum reproduksi yang jelas-
jelas robek dan terkoyak lewat seratus satu sisinya?
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
93
;
;
interpretasi yang rapuh. Pada setiap hukum tentu ada pengecualian
dan pengkhususan. Tidak ada sebuah kaidah umum yang tidak
memiliki pengecualian terhadap beberapa individu yang luar biasa.
Tidak mungkin semua orang sejak zaman Nabi Adam as. diber-
lakukan sama tanpa ada pengecualian sedikitpun.
Pertama-tama, dilihat dari awal kemunculannya, yaitu
kemunculan sekitar dua ratus ribu jenis makhluk hidup, telah ada
penyimpangan terhadap hukum reproduksi. Artinya, seluruh induk
makhluk hidup yang pertama itu berposisi seperti Adam. Mereka
telah keluar dari hukum reproduksi. Kedua ratus ribu induk tersebut
hadir tanpa ayah dan ibu. Tetapi mereka diberi wujud yang berada
di luar hukum tadi.
Kemudian pada setiap musim semi kita bisa menyaksikan
dengan penglihatan kita bahwa bagian terbesar dari seratus ribu
makhluk hidup serta berbagai entitas yang tak terhitung banyaknya
tercipta di luar hukum tersebut, hukum reproduksi. Mereka dicipta-
kan di atas dedaunan dan di atas bahan yang telah busuk.
Tampak bahwa sebuah hukum selalu diwarnai oleh adanya
penyimpangan dalam jumlah yang sangat banyak, pada awal
kemunculan bahkan pada setiap tahun. Kemudian datanglah
seseorang yang akalnya tak bisa menerima terjadinya penyimpangan
hukum pada seorang manusia selama 1900 tahun. Sehingga, ia pun
mulai melakukan interpretasi bodoh terhadap ayat-ayat al-Quran
yang bersifat qathi (tegas). Betapa dungunya sikap tersebut! Perlu
diketahui bahwa apa yang mereka sebut dengan hukum alam
sebenarnya adalah hukum-hukum kebiasaan Allah yang merupakan
wujud manifestasi total dari perintah Ilahi. Bisa saja Allah mengubah
kebiasaan tersebut karena hikmah tertentu. Sekaligus, untuk
menunjukkan dominasi kehendak-Nya atas segala sesuatu dan atas
segala hukum yang ada, Dia buat sesuatu yang luar biasa pada
beberapa individu yang istimewa. Firman Allah yang berbunyi,
Sesungguhnya perumpamnan Isa di sisi Allah seperti Adam men-
jelaskan hakikat tersebut.
Pertanyaan kedua dari Umar Affandi adalah yang secara
khusus terkait dengan dokter tersebut.
Sang dokter dalam masalah ini telah bersikap sangat bodoh.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
94
Karena itu, ia tidak layak didengar dan tidak layak untuk diper-
hatikan. Selain itu, pertanyaannya tak perlu dijawab. Sebab, dokter
malang tersebut hanya ingin menampilkan sikap pertengahan,
antara kufur dan iman.
Saya hanya akan memberikan jawaban atas pertanyaan Umar
Affandi, bukan atas pernyataan bodoh yang dilontarkan sang dokter
tadi.
Sebab utama dari adanya perintah dan larangan syariat adalah
perintah dan larangan Ilahi. Adapun kemaslahatan dan hikmah di
balik itu semua merupakan penguat yang bisa menjadi motif
tambahan yang terkait dengan perintah dan larangan Ilahi dilihat
dari nama-Nya sebagai Dzat Yang Maha Bijaksana.
Misalnya ketika seorang musafir mengqashar shalatnya. Tentu
saja, shalat qashar tersebut mempunyai sebab dan hikmah tertentu.
Sebabnya adalah perjalanan itu sendiri, sementara hikmahnya
adalah adanya kesulitan. Maka, ketika seseorang berada dalam
perjalanan, shalat qashar sudah bisa ia lakukan walaupun perjalanan
tersebut tidak menyulitkan. Sebaliknya, apabila ada seratus kesulitan
di dalam rumah, shalat qashar tetap tak bisa dilakukan tanpa ada
perjalanan. Jadi, adanya kesulitan dalam semua perjalanan sudah
cukup untuk menjadi hikmah qashar shalat. Selain itu, ia juga cukup
untuk menjadikan perjalanan tadi sebagai penyebab qashar.
Dengan kaidah semacam itu, hukum-hukum syariat tak bisa
berubah karena perubahan hikmah. Tetapi ia hanya bisa berubah
karena sebab-sebab yang hakiki. Daging babi, seperti yang dikatakan
oleh dokter tadi, adalah berbahaya dengan alasan, Siapa yang
memakan daging babi ia akan berkarakter babi.
30
Padahal di dalam-
nya ada bahaya dan penyakit yang tidak diketahuinya. Binatang
30 ) Walaupun negara Eropa jauh lebih unggul dan lebih maju dalam hal
peradaban, ilmu-ilmu modern, dan humaniora, namun mereka tersesat seperti
babi dalam gelapnya filsafat materialisme dan berkelak-keloknya alam. Hal
ini tentu saja sangat berlawanan dengan kemajuan, keunggulan, dan ilmu
mereka. Aku pun bertanya-tanya, apakah hal itu akibat pengaruh memakan
daging babi? Dalil bahwa temperamen dan sifat manusia dipengaruhi oleh
apa yang di makan dinyatakan oleh sebuah pepatah yang berbunyi, Siapa
yang terus-menerus memakan daging selama empat puluh hari, kalbunya
akan mengeras.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
95
;
;
tersebut tidak seperti binatang piaraan lain yang bermanfaat yang
tidak berbahaya. Memakan daging babi akan lebih banyak mem-
berikan bahaya daripada memberikan manfaat. Selain lemak kuat
yang terdapat di dagingnya, secara medis babi juga berbahaya bagi
kesehatan di negara Eropa yang beriklim dingin. Bahkan telah ter-
bukti ia memberikan dampak buruk terhadap mental dan kejiwaan.
Semua itu menjadi hikmah bagi pengharaman babi dan
adanya larangan Ilahi. Hikmah tersebut tentu saja tidak harus ada
pada setiap individu dan setiap waktu. Sebab utamanya tidak
berubah oleh karena perubahan hikmah tersebut. Selanjutnya, jika
sebab utamanya tidak berubah, hukumnya juga takkan berubah.
Dengan kaidah ini, tampaklah sejauh mana ucapan sang dokter
bodoh tadi telah keluar dari landasan syariat. Karena itu, menurut
kacamata syariah ucapannya tak perlu diacuhkan. Sang Pencipta
memang mempunyai banyak hewan tak berakal berwujud para
filosof.
Lanjutan Pertanyaan di Seputar Ibn Arabi
Bunyi pertanyaan tersebut adalah bahwa Ibn Arabi meng-
anggap wahdatul wujud sebagai tingkat tertinggi keimanan. Sehingga
segolongan wali besar pencinta Tuhan mengikuti jalan rohani yang
ditempuhnya. Namun Anda mengatakan bahwa jalan rohani
tersebut bukanlah tingkatan iman yang paling tinggi. Ia juga bukan
merupakan jalan rohani yang sebenarnya. Ia hanyalah kecende-
rungan yang dimiliki oleh orang-orang yang mabuk dan tenggelam
bersama Tuhan, serta kecenderungan para sufi yang rindu dan cinta
pada-Nya. Jika demikian keadaannya, tolong jelaskan secara singkat
apa tingkatan tauhid tertinggi yang diterangkan oleh sunnah Nabi
SAW. dan ayat-ayat al-Quran yang suci.
Jawaban terhadap pertanyaan di atas adalah sebagai berikut:
Dengan pikiran orang lemah sepertiku tidak mungkin akan
menembus seluk-beluk berbagai tingkatan yang tinggi dan mulia
itu. Tentu saja hal itu berada jauh di luar jangkauannya. Namun
disini aku hanya akan menyebutkan secara sangat singkat dua hal
saja yang berasal dari limpahan karunia al-Quran al-Karim yang
masuk mengalir ke dalam kalbu. Semoga dalam pembahasan
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
96
mengenai kedua hal tersebut ada manfaat yang dapat diraih.
Pertama
Ada banyak faktor yang membuat seseorang tertarik kepada
paham wahdatul wujud. Secara ringkas, saya akan menjelaskan dua
faktor saja:
Sebab yang pertama, mereka tidak bisa memahami penciptaan
dari rububiyah Tuhan dalam tingkat yang paling agung. Mereka tidak
mampu meyakini secara utuh bahwa Allah Taaladengan keesaan-
Nyaadalah Dzat Yang Maha Memiliki di mana segala sesuatu
berada dalam genggaman rububiyah-Nya, serta bahwa segala sesuatu
diciptakan lewat kekuasaan, kehendak, dan kemauan-Nya. Karena
mereka tidak mampu mengetahui hal itu, mereka terpaksa menga-
takan bahwa segala sesuatu adalah Dia (Allah Taala). Dengan kata
lain, tidak ada yang maujud (eksis). Yang maujud hanyalah khayalan.
Atau, manifestasi dan wujud lahiriahnya saja.
Sebab kedua, tabiat dari sebuah cinta adalah tak ingin
berpisah. Perpisahan tersebut sangat dihindari. Syaraf-syaraf sang
pencinta menjadi terguncang manakala mendengar kata perpisahan.
Ia sangat mencemaskan adanya kepergian seperti kecemasannya
terhadap api neraka. Ia akan berlari dari kemusnahan. Sebaliknya,
ia sangat mencintai adanya hubungan seperti kecintaannya terha-
dap ruh dan jiwanya. Serta, dengan rasa rindu yang tak terhingga
sebagaimana kerinduannya pada surgaia ingin dekat kepada
Tuhan. Karena itu, dengan keyakinan bahwa manifestasi kedekatan
Tuhan terwujud dalam segala sesuatu, maka perpisahan dan
kepergian tersebut seolah-olah tak pernah ada. Yang dirasakan
hanyalah perjumpaan dan pertemuan terus-menerus lewat
ungkapan, Tak ada yang eksis kecuali Dia.
Dengan kondisi mabuk cinta serta akibat rasa rindu untuk
tetap eksis, berjumpa, dan bersua dengan-Nya, mereka beranggapan
bahwa lewat paham wahdatul wujud kecenderungan mereka terse-
but bisa segera terpenuhi. Karena itu, mereka menjadikan wahdatul
wujud sebagai pelarian agar bisa terbebas dari perpisahan yang
menakutkan.
Artinya, sebab pertama di atas berasal dari ketidak mampuan
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
97
;
;
akal untuk memahami sebagian dari hakikat keimanan yang sangat
luas dan agung itu, serta berasal dari ketidak berdayaannya untuk
mengetahui masalah tersebut. Adapun sebab kedua berasal dari
munculnya perasaan kalbu yang berlebihan akibat pengaruh rasa
rindu dan cinta yang luar biasa.
Sementara, dengan penjelasan al-Quran tingkatan tauhid
paling agung yang dilihat oleh para wali dan ulama besar yakni
orang-orang pewaris kenabianmerupakan tingkatan tauhid yang
sangat tinggi dan mulia. Sebab, ia menempatkan rububiyah Tuhan
dalam posisi agung, serta menjelaskan bahwa seluruh nama-Nya
yang mulia bersifat hakiki. Ia memelihara prinsip-prinsip dasar yang
ada tanpa menyimpang dari keseimbangan kaidah rububiyah-Nya.
Sebab menurut mereka Allah sebagai Dzat Yang Maha Esa
dan tidak terikat oleh tempat, pengetahuan-Nya meliputi segala
sesuatu. Kemudian dengan pengetahuan-Nya Dia menentukan. Lalu
lewat kehendak-Nya, Dia memilih dan mengistimewakan. Dan
dengan kekuasaan-Nya, Dia mencipta dan memelihara. Allah Taala
menghadirkan dan mencipta semua makhluk lalu mengatur
urusannya seperti halnya ketika Dia mencipta dan menghendaki
sebuah benda. Maka, sebagaimana Dia menciptakan bunga dengan
mudah, Dia pun menciptakan musim semi yang agung dengan sama
mudahnya. Tidak ada sesuatu yang bisa menghalangi lainnya. Tidak
ada keterpilahan dalam orientasi-Nya. Dengan tindakan, kekuasaan,
dan pengetahuan-Nya, Dia berada dalam segala sesuatu dan dalam
setiap waktu. Tidak ada keterpisahan dalam tindakan-Nya.
Kami telah menjelaskan dan menetapkan masalah ini dalam
kalimat keenam belas dan dalam kalimat ketiga puluh dua (dari
kitab al-Kalimat, ed.). Di sini aku akan mengetengahkan sebuah
contoh yang menunjukkan banyak kekurangan agar perbedaan
antara dua paham di atas dapat dipahami.
Bayangkan ada sebuah burung merak yang luar biasa tiada
bandingannya. Bentuknya sangat besar, sangat indah, serta ia dapat
terbang dari timur ke barat dalam sekejap mata. Ia mempunyai
kemampuan untuk membentangkan kedua sayapnya yang meman-
jang dari utara ke selatan dan merapatkannya lagi dalam waktu yang
bersamaan. Pada tubuhnya ada ratusan ribu goresan yang indah.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
98
Bahkan pada setiap bulu yang terdapat di kedua sayapnya terdapat
kreasi dan akurasi yang betul-betul indah dan mengagumkan.
Sekarang bayangkan ada dua orang manusia sedang menyak-
sikan burung merak yang mengagumkan itu. Mereka ingin untuk
bisa terbang tinggi dengan sayap akal dan sayap kalbu menuju
kepada kedudukan yang tinggi milik burung tadi, serta ingin
mencapai keindahannya yang luar biasa.
Orang yang pertama mulai memperhatikan kondisi burung
merak tersebut beserta bentuknya, dan berbagai goresan menakjub-
kan yang terdapat pada setiap bulunya. Tidak lama kemudian,
muncul dalam dirinya kecintaan dan kerinduan terhadap burung
tersebut. Ia terus memikirkannya dilandasi oleh rasa cinta yang kuat.
Hanya saja, ia kemudian melihat bahwa berbagai goresan yang
disenanginya itu hari demi hari mengalami perubahan. Bahkan,
semua yang dicintainya itu berangsur-angsur memudar dan lenyap.
Seharusnya ia berkata, Goresan rapi ini hanyalah milik Dzat Maha
Pencipta Yang Satu. Dialah yang memiliki hak rububiyah secara
mutlak dalam keesaan-Nya yang hakiki. Hanya saja, ia tak bisa
memahami dan mengenali kenyataan tersebut. Alih-alih meng-
ucapkan hal itu, ia malah mulai menghibur diri dengan berkata:
Ruh milik burung merak tersebut adalah ruh yang tinggi di mana
Sang Penciptanya berada di dalamnya. Dengan kata lain, burung
tersebut adalah Tuhan itu sendiri. Ruh yang tinggi tadi telah
menyatu dengan fisik burung merak. Karena fisik burung
bercampur dengan bentuk lahiriahnya, maka kesempurnaan ruh
dan ketinggian fisik itulah yang kemudian memperlihatkan
tampilan dalam bentuk yang sangat indah seperti ini. Sampai-
sampai pada setiap menit muncul goresan yang baru dan indah.
Jadi ia bukan penciptaan lewat kehendak yang hakiki. Tetapi
hanyalah manifestasi dan wujud lahiriahnya saja .
Adapun orang yang kedua berkata, Goresan-goresan yang
tertata rapi dan indah itu pasti terwujud karena adanya kehendak
dan kesengajaan. Tak mungkin ia menjadi sebuah tampilan tanpa
ada kehendak. Dan tak mungkin pula ia menjadi wujud lahiriah
tanpa ada kesengajaan. Betul bahwa esensi atau hakikat burung
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
99
;
;
merak tersebut indah dan menakjubkan. Namun demikian bukan
ia penciptanya. Ia hanyalah objek yang tak mungkin menyatu
dengan si pencipta. Betul bahwa ruh burung tersebut tinggi. Namun
bukan ia yang mencipta dan bertindak. Ia hanyalah tampilan dan
wujud lahiriahnya semata. Sebab, tampak pada setiap bulunya ada
sebuah kerapian yang terwujud berkat sebuah kebijaksanaan yang
bersifat mutlak, serta ada goresan indah yang tercipta berkat
kekuasaan yang bersifat mutlak pula.
Semua ini sama sekali tak mungkin terjadi tanpa adanya
kehendak dan kesengajaan. Berbagai ciptaan yang indah itu yang
mencerminkan kesempurnaan kebijaksanaan dalam kekuasaan-
Nya yang sempurna, serta yang mencerminkan kesempurnaan
rububiyyah dan kasih sayang dalam kehendak-Nya yang sempurna,
tak mungkin merupakan hasil dari manifestasi lahiriah atau yang
sejenisnya. Sang penulis yang menuliskan beberapa kalimat emas
dalam catatannya tak mungkin berwujud dalam catatannya itu dan
tak mungkin pula ia menyatu di dalamnya. Catatan tersebut
hanyalah hasil sentuhan dari ujung pena sang penulis. Karena itu,
keindahan burung merak yang mewakili alam hanyalah risalah dari
pena Sang Penciptanya.
Sekarang perhatikanlah merak alam ini dan bacalah risalah
tersebut. Lalu ucapkanlah untuk Sang Penulisnya: Masya Allah!
Tabara-kallah! Subhanallah!
Orang yang menganggap risalah tersebut sebagai Penulisnya
sendiri, atau ia berkhayal bahwa si Penulis berada dalam tulisannya
itu, atau ia beranggapan bahwa risalah tersebut sebetulnya hanyalah
ilusi, berarti orang tersebut telah menutup akalnya dengan tirai cinta.
Ia tidak melihat bentuk yang hakiki sebagai sebuah hakikat.
Sisi terpenting dari jenis cinta yang membuat seseorang
cenderung kepada paham wahdatul wujud adalah kecintaan terhadap
dunia. Sebab, ketika kecintaan terhadap dunia yang bersifat majazi
itu berubah menjadi kecintaan hakiki, ketika itulah ia menjadi paham
wahdatul wujud.
Ketika seseorang mencintai sosok manusia secara majazi,
manakala ia menyaksikan orang yang dicintainya itu meninggal,
kalbunya sulit untuk menerima. Maka, engkau pun akan menyaksi-
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
100
kan orang tadi memberikan cinta yang hakiki pada kekasihnya. Ia
berpegang pada sebuah hakikat guna menghibur diri. Yaitu dengan
melekatkan sifat keabadian pada kekasihnya lewat kecintaan yang
hakiki sehingga ia berkata, Ia adalah cermin keindahan Tuhan dan
Kekasih hakiki.
Demikianlah kondisi yang ada pada orang yang mencintai
dunia yang besar ini serta menjadikan alam sebagai kekasihnya.
Ketika kecintaan majazi tersebut berubah menjadi sebuah kecintaan
hakiki dengan adanya cambuk kemusnahan dan perpisahan yang
menimpa sang kekasih, sang pencipta itupun akan menempuh jalan
wahdatul wujud untuk menyelamatkan kekasih agungnya dari
kemusnahan dan perpisahan.
Jikalau ia memiliki iman yang tinggi dan kuat, maka paham
dan pendirian tersebut baginya merupakan tingkatan kedudukan
yang bersinar terang dan dapat diterima sebagaimana yang ada pada
Ibn Arabi dan orang-orang semisalnya. Namun jika tidak, bisa jadi
ia jatuh pada rentetan kesulitan, terjerumus dalam kubangan materi,
dan tenggelam dalam berbagai sebab.
Adapun wahdatu asy-syuhud (bahwa Tuhan terlihat pada
semua benda) tidaklah berbahaya. Ia merupakan jalan mulia milik
orang-orang yang sadar dan mendapat hidayah.
Ya Allah perlihatkan kepada kami bahwa yang benar itu benar
serta berikan karunia kepada kami untuk bisa mengikutinya.
Maha suci Engkau. Tidaklah kami memiliki pengetahuan kecuali
yang Engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah [2]: 32)
***
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
101
;
;
;
B
AHAYA
J
ESEPULUH
Risalah Tamparan Kasih Sayang
uv
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
102
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
103
;
;
Pada hari ketika tiap-tiap jiwa mendapati segala kebajikan
dihadirkan di depannya demikian pula dengan kejahatan yang
telah dilakukannya. la ingin andai antara ia dan hari itu ada masa
yang jauh. Dan Allah mengingatkanmu tentang diri-Nya. Allah
sangat kasih terhadap para hamba-Nya. (Ali Imran [3]: 30)
Cahaya kesepuluh ini menjelaskan salah satu rahasia ayat al-
Quran di atas. Yaitu dengan menyebutkan tamparan sayang berupa
pendidikan dan tempelengan kasih berupa pelajaran yang diterima
oleh saudara-saudaraku tercinta yang telah bekerja dalam rangka
mengabdi kepada al-Quran al-Karim. Tamparan dan tempelengan
itu terjadi akibat kesalahan dan kelalaian mereka sebagai seorang
manusia.
Bahasan ini juga akan menjelaskan berbagai karomah
(kemuliaan) yang Allah Taala berikan ketika seseorang mengabdi
pada Quran-Nya yang agung disertai penjelasan mengenai salah
satu jenis kemuliaan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang telah
melengkapi pengabdian suci tersebut dengan doa dan perhatiannya
sekaligus mengawasinya dengan izin Allah.
Sengaja kami menerangkan tentang berbagai kemuliaan
tersebut agar mereka yang mengabdi di jalan al-Quran bertambah
teguh, bertambah berani, bertambah gigih, dan bertambah ikhlas.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
104
Ya, karomah pengabdian yang suci terdiri dari tiga macam:
1. Menyiapkan berbagai sarana amal dan pengabdian, serta meng-
ajak yang lain untuk melakukan pengabdian terhadapnya.
2. Melenyapkan segala penghalang di seputarnya, menangkal
segala bahaya darinya, mendidik orang-orang yang tak
mampu berjalan di atasnya dengan turunnya hukuman pada
mereka. Ada banyak sekali peristiwa di seputar dua masalah
ini serta pembicaraan tentang keduanya cukup panjang.
31
Karena itu, kami menunda pembicaraan tentang hal tersebut
untuk dibahas pada waktu yang lain karena khawatir mem-
bosankan. Kami akan langsung membahas masalah ketiga,
yaitu yang paling ringan dan paling sederhana untuk bisa
dipahami.
3. Yaitu ketika para pengabdi al-Quran yang tulus, mengalami
lemah semangat dan sikap lalai dalam beramal, mereka men-
dapatkan tamparan bernuansa kasih sayang. Lalu setelah itu
mereka sadar dari kelalaian dan kembali bersegera untuk
mengabdi secara sungguh-sungguh. Berbagai kejadian yang
terkait dengan masalah ini jumlahnya lebih dari seratus,
namun saya hanya akan menyebutkan sekitar dua puluh keja-
dian yang menimpa saudara-saudara kita. Dua puluh lebih
dari mereka mendapat tamparan kasih sayang. Sementara
enam atau tujuh dari mereka menerima tamparan yang sangat
keras.
Yang pertama adalah Said yang tak berdaya ini. Kapan saja
aku tidak sungguh-sungguh dalam pengabdian, atau ketika asyik
dengan urusan-urusan pribadiku dan aku berkata, Mengapa aku
sibuk memikirkan orang lain?, ketika itu pula datanglah tamparan
kepadaku. Aku pun menjadi yakin bahwa hukuman ini tidak turun
kecuali sebagai akibat dari kelalaian dan kemalasanku dalam meng-
abdi kepada al-Quran. Sebab, aku menerima tamparan itu sebagai
teguran untuk kembali dari apa yang membawaku pada kelalaian.
31) Contohnya, mereka yang menyiksa, menghinakan, dan bersikap keras
terhadap murid-murid Nur telah mendapatkan hukuman yang setimpal bahkan
lebih keras lagi.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
105
;
;
Lalu setelah itu aku bersama saudara-saudaraku yang tulus lainnya
mulai mempelajari berbagai kejadian tersebut seraya memper-
hatikan berbagai peringatan Tuhan dan tamparan yang menerpa
saudaraku-saudaraku lainnya. Kami terus mengamati hal tersebut
serta mengkaji peristiwa demi peristiwa. Karena mereka lalai dalam
pengabdian dengan maksud tertentu, maka mereka mendapatkan
tamparan seperti yang terjadi padaku. Karena itu, kami betul-betul
merasa lega karena semua kejadian dan hukuman tersebut merupa-
kan salah satu kemuliaan mengabdi kepada al-Quran.
Misalnya apa yang terjadi padaku, Said yang tak berdaya.
Ketika aku sibuk menyampaikan pelajaran di seputar hakikat al-
Quran kepada murid-muridku di kota Van, aksi-aksi Syaikh Said
32
merisaukan pihak-pihak yang bertanggung jawab di pemerintah.
Meskipun mereka mencurigai setiap orang, namun mereka tidak
memperlakukanku secara buruk. Mereka tidak menemukan alasan
untuk melakukan hal itu sepanjang aku mengabdi kepada al-Quran.
Namun ketika aku hanya memikirkan diri sendiri dan pergi
menyingkir ke gunung Erek untuk berkhalwat di gua-guanya yang
telah runtuh sekaligus untuk menyelamatkan diriku di akhirat nanti,
ketika itulah mereka mengambilku dari gua tersebut dan mengasing-
kanku dari wilayah Timur ke wilayah Barat, yaitu ke daerah Burdur.
Pihak yang bertanggung jawab di kota itu melakukan peng-
awasan yang sangat ketat terhadap orang-orang dalam pengasingan.
Mereka harus melaporkan keberadaan mereka dengan hadir pada
setiap sore ke kepolisian. Hanya saja, aku dan murid-muridku yang
diperkecualikan untuk tidak melakukan hal tersebut ketika aku
mengabdi pada al-Quran. Aku tidak pernah melaporkan kehadiran-
ku dan aku tidak mengenali seorangpun dari pihak yang bertang-
gung jawab di sana. Sampai-sampai sang walikota mengadukan
32 ) Dia adalah Syaikh Said yang terkenal dengan Chiran Kurdi, salah satu syaikh
dalam tarekat Naqsyabandiyah. Kakek termasuk salah satu wakil Maulana
Khalid asy-Syahrazwari. Ia memimpin revolusi di wilayah timur Turki melawan
pemerintah yang sedang berkuasa karena sikapnya yang melawan agama.
Revolusi yang ia lakukan terjadi pada tanggal 1-2-1925. Namun berhasil
ditumpas pada tanggal 15-4-1925. Syaikh tersebut akhirnya dibawa ke
Mahkamah Revolusi ia beserta 47 orang teman dekatnya divonis hukuman
mati. Eksekusi tersebut dilakukan di Diyarbakir tanggal 29-2-1925.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
106
perbuatanku kepada Fauzi Pasya ketika ia datang ke kota tersebut.
Namun ia malah berkata, Hormatilah ia, jangan sekali-kali meng-
ganggunya!. Tentu yang membuatnya berbicara seperti ini adalah
kesucian mengabdi kepada al-Quran. Namun ketika muncul
keinginanku untuk menyelamatkan diri sendiri dan memperbaiki
urusan akhirat, lalu untuk sementara aku malas mengabdi pada al-
Quran, segera saja datang hukuman yang menarikku kembali dari
keinginan tadi. Yaitu, aku diasingkan lagi dari kota Burdur ke tempat
pengasingan lainnya, Isparta.
Di sana, aku kembali mengajarkan al-Quran. Namun setelah
dua puluh hari berlalu, datang peringatan dari beberapa orang yang
cemas dan takut. Mereka berkata, Pihak yang bertanggung jawab
di daerah sini sepertinya tidak senang terhadap perbuatanmu!!
Mengapa tidak menunggu dulu?. Aku pun kemudian memperhati-
kan diri dan nasibku sendiri. Kuwasiatkan kepada beberapa teman
untuk tidak menemuiku dan aku menyingkir dari medan amal.
Maka, lagi-lagi aku diasingkan. Aku dibuang ke tempat pengasingan
yang ketiga. Yaitu ke Barla.
Di sana aku terasa malas untuk mengabdi pada al-Quran. Aku
hanya berpikir tentang kondisi diriku sendiri dan bagaimana
memperbaiki akhiratku. Akhirnya salah satu ular ahli dunia
mencengkeramku dan seorang munafik menentangku. Sebetulnya
saat ini aku siap untuk menceritakan kepada kalian sekitar delapan
puluh kisah sejenis yang kualami selama delapan tahun berada di
Desa Barla. Namun karena khawatir akan membosankan, aku batasi
pada apa yang telah kuterangkan di atas.
Wahai saudara-saudaraku, aku telah menceritakan kepada
kalian berbagai tamparan kasih sayang yang pernah menimpaku.
Jika diizinkan, aku juga ingin menceritakan tamparan kasih yang
pernah kalian terima. Aku akan menyebutkannya di sini. Aku harap
kalian tidak keberatan. Kalaupun ada di antara kalian yang tak ingin
disebutkan, akan kusembunyikan namanya.
Contoh yang kedua adalah saudaraku, Abdul Majid. Dia
termasuk muridku yang aktif, tulus, dan mau berkorban. Ia memiliki
sebuah rumah yang sangat bagus dan indah di kota Van. Kondisi
hidupnya juga berkecukupan. Selain itu, ia mempunyai pekerjaan
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
107
;
;
mengajar. Ketika pengabdian terhadap al-Quran mengharuskanku
untuk pergi ke tempat yang jauh dari kota, yaitu di tepi batas kota,
aku ingin ia menyertaiku. Namun ia tidak setuju. Seolah menurutnya
lebih baik aku tidak pergi. Padahal, ketika itu tugas mengabdi ter-
hadap al-Quran telah bercampur oleh persoalan politik dan ia pun
menghadapi kemungkinan diasingkan. Namun, ia tetap memilih
tidak pergi dan tidak ikut bersama kami. Ketika itulah tamparan
kasih yang tidak diharapkan tiba-tiba menerpanya. Ia dikeluarkan
dari kota, dibuang dari rumahnya yang indah, dan dipaksa untuk
pergi ke daerah Ergani.
33
Yang ketiga adalah Hulusi. Ia termasuk tokoh penting yang
mengabdi kepada al-Quran. Ketika ia pergi dari Egridir ke kam-
pungnya, ia mendapat kesempatan untuk menikmati berbagai
kesenangan duniawi. Hal itulah yang membuatnya sedikit meng-
alami futur (lemah semangat) dalam mengabdi kepada al-Quran. Ia
berjumpa dengan kedua orang tuanya yang telah ditinggalkan sejak
lama sekali. Ia pun tinggal di kotanya dengan pakaian militer
lengkap dan dengan pangkat tinggi. Dunia begitu manis dan hijau
baginya.
Ya, mereka yang aktif mengabdi pada al-Quran memiliki dua
kemungkinan, entah ia yang berpaling dari dunia atau dunia yang
berpaling dari mereka. Hal itu agar mereka bisa bangkit bekerja
secara sungguh-sungguh, penuh semangat, dan ikhlas. Begitulah,
walaupun Hulusi mempunyai kalbu yang mantap dan jiwa yang
tegar, kesenangan dan keindahan itu membawanya pada kondisi
lemah semangat ketika itulah tamparan kasih menerpanya. Selama
dua tahun bertutut-turut ia dihadapkan pada sejumlah orang
munafik. Mereka tidak memberikan kesempatan padanya untuk
menikmati dunia. Bahkan mereka membuatnya jauh dari dunia,
sementara dunia pun menghindar dan menjauh darinya. Pada saat
itulah, ia berbalik ke arah panji pengabdian terhadap al-Quran serta
berpegang padanya dengan sungguh-sungguh dan semangat.
Keempat adalah al-Hafidz Ahmad Muhajir. Ia akan mencerita-
kan sendiri kepada kalian tentang apa yang telah menimpanya:
33) Kota yang berjarak dari kota Wan sekitar 500 km ke arah barat.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
108
Ya, aku telah salah berijtihad dalam mengabdi terhadap al-
Quran. Sebab, aku hanya berpikir bagaimana menyelamatkan
akhiratku sendiri. Aku ada sebuah keinginan yang melemahkan
semangat pengabdianku. Saat itulah datang tamparan kasih
kepadaku, meskipun sangat kuat dan keras. Semoga Allah Taala
menjadikan hal itu sebagai penebus kelalaianku. Kejadiannya adalah
sebagai berikut:
Ustadz Nursi tak pernah setuju terhadap munculnya berbagai
bidah.
34
Masjid Jami tempat aku melaksanakan shalat berjamaah
bertempat di samping rumah al-Ustadz. Sementara bulan-bulan
yang penuh berkahRajab, Syaban, dan Ramadhantelah tiba.
Lalu aku pun bergumam seperti ini:
Jika aku tidak melakukan shalat dalam bentuk yang ber-
campur dengan bidah, aku akan dilarang melakukan tugasku.
Kemudian jika aku tinggalkan masjid ini dan tidak lagi menjadi
imam shalat, hilanglah kesempatan bagiku mendapatkan pahala
yang besar, terutama di bulan-bulan yang penuh berkah tersebut.
Selain itu, penduduk setempat akan terbiasa meninggalkan shalat
berjamaah. Sehingga muncullah harapan dalam diriku seandainya
saja Ustadzsebagai orang yang lebih kucintai dari diriku sendiri
meninggalkan kampung Barla ini. Untuk sementara waktu ia pergi
ke kampung lain agar aku bisa melaksanakan shalat sesuai dengan
bidah yang ada. Jika seandainya Ustadz pergi meninggalkan
kampung ini, pengabdianku terhadap al-Quran akan menjadi lemah
meskipun hanya sementara waktu. Ketika itulah datang tamparan
kepadaku. Tamparan tersebut keras sekali namun di dalamnya ada
belaian kasih sayang. Karena sangat keras, sampai-sampai aku tidak
bisa bangun selama tiga bulan.
Maka, aku sangat mengharap rahmat Allah yang luas agar
Dia menjadikan setiap menit dari musibah yang menimpaku senilai
ibadah satu hari penuh seperti ucapan Ustad berdasarkan ilham
yang Allah berikan padanya. Sebab, kesalahan tersebut bukan
berasal dari dorongan pribadi, tetapi merupakan kesalahan ijtihadku
34 ) Yaitu melakukan iqamat dan mengeraskan azan dengan bahasa Turki, serta
sejenisnya sebagai bagian dari bidah yang muncul sejak 1920-an dan terus
berlangsung hingga tahun 1950.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
109
;
;
dalam berpikir. Ia adalah akibat dari sikapku yang hanya memikir-
kan akhiratku semata.
Yang kelima adalah Haqqi Afandi. Karena ia tidak hadir
bersama kami, aku akan mewakilinya seperti ketika bercerita tentang
Hulusi. Kisahnya adalah sebagai berikut:
Ketika Haqqi Afandi memenuhi tugasnya dalam mengabdi
terhadap al-Quran, ditunjuk seorang bupati yang berakhlak bejat.
Haqqi Afandi sempat berpikir untuk menyembunyikan berbagai
risalah yang ada padanya karena khawatir ia dan gurunya akan
diperlakukan buruk oleh orang tadi. Maka, untuk sementara waktu
ia pergi meninggalkan tugasnya. Namun seketika datanglah
tamparan kasih sayang kepadanya. Ia terkena tuntutan yang nyaris
membuatnya harus membayar seribu lira untuk bisa bebas dari
tuntutan tersebut. Akhirnya ia harus berada dalam tekanan
intimidasi selama setahun penuh sampai ia datang kepada kami
kembali ke tugas semula untuk mengabdi pada al-Quran. Maka
Allah menyelamatkannya dari bencana tersebut dan ia terbebas dari
hukuman tadi.
Lalu ketika di hadapan murid-murid terbuka peluang amal
baru, yaitu menyalin al-Quran dengan tulisan indah dan model baru,
Haqqi Afandi juga diberi bagian untuk menyalinnya. Ia kerjakan
tugas tersebut secara baik. Ia menulis satu juz al-Quran al-Karim
dengan tulisan yang bagus. Namun karena ia melihat dirinya berada
dalam kondisi yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia pun
melamar kerja di kantor kejaksaan tanpa sepengetahuan kami. Saat
itulah ia kembali mendapat tamparan kasih sayang, jari yang ia
pergunakan untuk menuliskan al-Quran patah. Karena kami tidak
mengetahui kesibukannya dalam pekerjaan itu, kami pun bingung
melihat musibah yang menimpa jarinya hingga tidak bisa menerus-
kan pekerjaan menulis al-Quran. Kemudian kami sadar bahwa
pengabdian suci ini tidak rela kalau jari-jari suci tersebut bergelut
dalam berbagai urusan yang lain. Seolah-olah jari yang patah itu
berkata, Kamu tidak boleh menyelimutiku dengan cahaya al-Quran
kemudian melibatkanku dalam perkara pengadilan.
Namun bagaimanapun, di sini aku hanya mewakili Hulusi.
Aku berbicara sebagai wakil darinya. Sama seperti yang aku lakukan
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
110
terhadap Haqqi Afandi. Jika ia tidak senang dengan hal ini, ia bisa
menulis sendiri tentang tamparan yang pernah ia alami.
Yang keenam adalah Bekir Afandi.
35
Karena ia tidak hadir
bersama kami, maka aku akan berbicara atas namanya sebagaimana
aku berbicara atas nama saudaraku, Abdul Majid. Aku mewakilinya
dengan melihat pada keikhlasan, kesetiaan, persahabatannya yang
tulus, serta keteguhannya dalam beramal. Dalam hal ini aku
bersandar pada apa yang diriwayatkan oleh Sulaiman Afandi,
36
al-
Hafidz Taufiq asy-Syami,
37
serta saudara-saudara tercinta lainnya.
Bekir Afandi telah mencetak kalimat kesepuluh (risalah
tentang kebangkitan di akhirat, ed.) di Istambul. Maka, kami pun
ingin mencetak tulisan tentang Risalah al-Mukjizat al-Quraniyyah di
sana pula sebelum pemakaian huruf latin baru. Aku kirimkan sebuah
surat kepadanya yang berbunyi, Kami akan mengirimkan kepada-
mu biaya pencetakan risalah ini bersama risalah sebelumnya.
Namun ketika ia mengetahui bahwa pencetakan tersebut akan
memakan biaya empat ratus lira sementara ia mengetahui kondisiku
yang miskin, ia pun ingin menutup biaya tersebut dari koceknya
sendiri. Terbesit dalam benaknya bahwa aku tidak menyukai hal
itu. Maka, ia tertipu oleh dirinya sendiri dengan tidak segera
mencetaknya. Akibat dari pertimbangannya tersebut, tugas itupun
terlunta-lunta. Dua bulan berikutnya uangnya sebesar sembilan
ratus lira dicuri orang. Hal itu merupakan tamparan kasih yang
sangat keras kepadanya Kami berharap semoga Allah menjadikan
uang yang hilang itu sebagai sedekah darinya.
35) Bekir Affandi. Ia adalah salah satu murid pertama an-Nur. Ia lahir tahun 1898
M di Barla dan meninggal dunia pada tahun 1954 di kota Istambul. Semoga
Allah memberikan rahmat padanya,
36) Dialah yang melayani Ustadz Nursi ketika berada dalam pembuangannya di
Barla selama delapan tahun. Ia adalah teladan dalam kejujuran, kesetiaan,
dan keikhlasan. Ia meninggal dunia pada tahun 1965. Semoga Allah
memberikan rahmat yang luas kepadanya.
37) al-Hafidz Taufiq (1887-1965 M) termasuk murid dan juru tulis pertama an-
Nur. Ia diberi gelar al-Hafidz karena hafal al-Quran al-Karim, dan diberi gelar
asy-Syami karena tinggal lama di negeri Syam untuk menyertai ayahnya yang
menjadi panglima di sana. Ia dikenal sebagai orang yang saleh, berilmu dan
bertakwa. Ia senantiasa menyertai al-Ustadz baik ketika di Barla maupun
ketika berada di penjara Eskisyehir, dan Denizli. Semoga Allah memberikan
rahmat padanya.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
111
;
;
Yang ketujuh adalah al-Hafidz Taufiq asy-Syami. Ia akan
menceritakan sendiri kisahnya sebagai berikut:
Ya, aku telah melakukan berbagai pekerjaan yang membuatku
terdampar pada kefuturan (kelemahan semangat dalam mengabdi).
Maka, aku pun mendapatkan sebuah tamparan peringatan. Aku
yakin sekali bahwa tamparan tersebut pasti berasal dari sana. Yaitu
akibat kesalahanku dalam berpikir dan akibat kebodohanku dalam
memberi keputusan.
Tamparan pertama adalah ketika Ustadz membagi-bagikan
beberapa juz al-Quran kepada kami. Aku mendapat tugas menulis
tiga juz. Allah memberikan anugerah kepadaku berupa kemampuan
menulis huruf Arab secara baik seperti tulisan al-Quran al-Karim.
Kecintaan menuliskan al-Quran membuatku sedikit malas dalam
menuliskan rancangan dan salinan dari beberapa risalah. Selain itu,
muncul kesombongan dalam diri ini dengan menganggap diriku
lebih unggul dari teman-temanku dalam melakukan tugas tadi.
Sebab aku merasa mempunyai kemampuan menulis tulisan Arab
dengan baik. Bahkan ketika Ustadz ingin memberikan arahan yang
terkait dengan tulisan Arab, aku berkata padanya dengan sedikit
sombong, Ini adalah pekerjaanku. Aku tahu tentang hal ini. Karena
itu, aku tak membutuhkan arahan. Akibat kesalahanku tersebut,
aku mendapatkan tamparan kasih sayang. Yaitu aku tak mampu
mengejar teman-temanku dalam hal penulisan. Tulisan mereka lebih
baik daripada tulisanku. Akupun terheran-heran, mengapa aku bisa
kalah dari mereka padahal aku dikenal hebat? Sekaranglah aku sadar
bahwa hal itu merupakan tamparan.
Tamparan kedua kudapatkan akibat dua kondisi yang
menodai ketulusanku dalam mengabdi terhadap al-Quran. Akibat
dari dua kondisi tersebut aku mendapat tamparan yang sangat keras.
Kedua kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Aku merasa diriku terasing dari masyarakat. Bahkan aku
merasa betul-betul asing. Untuk menghilangkan perasaan tersebut,
akhirnya aku duduk dengan orang-orang yang terlena oleh dunia.
Dari mereka aku belajar sikap riya dan ingin dipuji. Selain itu, tanpa
mengeluh sedikitpun aku pun memiliki kondisi kepribadian yang
buruk. Aku tidak lagi memperhatikan aturan penting Ustadz untuk
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
112
berhemat dan bersikap qanaah. Padahal Ustadz sudah mengingatkan
dan menyadarkanku atas kondisi ini. Bahkan tidak jarang ia juga
mencelaku. Namun sayang sekali, aku tidak bisa menyelamatkan
diri dari bencana ini. Semoga Allah memberikan maaf dan ampunan-
Nya. Padahal syetan jin dan manusia memanfaatkan kondisiku ini
yang bertentangan dengan ruh pengabdian pada al-Quran dan
melemahkan semangat untuk mengabdi pada al-Quran. Aku pun
menerima tamparan keras. Namun aku tahu bahwa itu adalah
tamparan kasih sayang. Aku sangat yakin tanpa ada keraguan
sedikitpun bahwa tamparan ini berasal dari kondisi tadi. Bentuk
tamparannya adalah sebagai berikut:
Meskipun aku telah menjadi murid Ustadz serta telah menjadi
penulis draf dan salinan risalah-risalahnya selama delapan tahun,
namun sayang sekali aku tidak memperoleh cahaya risalah tersebut
yang telah mengalir kepada orang lain dalam delapan bulan. Aku
dan Ustadz merasa bingung dengan kondisi tersebut. Kami ber-
tanya-tanya, mengapa? Yakni, mengapa cahaya hakikat kebenaran
al-Quran tidak bisa masuk ke dalam relung-relung kalbuku? Kami
terus mencari sebab-sebabnya. Sampai aku dapatkan hal itu sekarang
bahwa hakikat tersebut adalah sinar dan cahaya. Cahaya tak
mungkin bisa berkumpul dengan gelapnya riya, sikap kepura-
puraan, dan basa-basi terhadap orang. Hal itulah yang menyebabkan
makna hakikat cahaya tersebut menjauh dariku sehingga seolah-
olah asing dariku. Aku bermohon kepada Allah Taala agar meng-
anugerahkan kepadaku keikhlasan yang sempurna yang sejalan
dengan pengabdian ini, serta agar menyelamatkanku dari sikap riya
dan sikap merendahkan diri di hadapan ahli dunia
38
. Aku juga
berharap agar kalian semuaterutama Ustadzmendoakanku
secara sungguh-sungguh.
Hamba-Nya yang lalai,
al-Hafidz Taufiq asy-Syami
38) Istilah ahli dunia dipakai oleh Ustadz Nursi bagi orang-orang yang meng-
agungkan dunia dan melupakan akhirat serta memusuhi Islam (Ed.)
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
113
;
;
Yang kedelapan adalah Sayrani. Ia adalah saudara kandung
Husrev.
39
Termasuk orang yang tertarik kepada Risalah Nur. Ia salah
satu muridku yang cerdas dan bersemangat.
Suatu hari aku ingin mengetahui pendapat para murid Isparta
tentang adanya koherensi yang dianggap sebagai kunci penting
dalam menyingkap rahasia al-Quran dan ilmu huruf. Semua murid
dengan semangat ikut serta dalam diskusi tersebut, kecuali orang
ini. Ia tidak hanya absen dalam diskusi tersebut, tetapi juga ingin
memalingkanku dari hakikat kebenaran yang kuketahui secara
yakin. Ia mempunyai perhatian terhadap urusan lain. Kemudian ia
mengirim surat yang sangat menyakitkan hati. Aku pun berkata,
Aduh alangkah sayangnya! Aku telah kehilangan muridku ini.
Meskipun aku telah berusaha memberikan penjelasan kepadanya,
namun ada hal lain yang mencampurinya. Akhirnya ia mendapatkan
tamparan kasih. Ia masuk penjara selama kira-kira satu tahun.
Yang kesembilan adalah al-Hafidz Buyuk Zuhdu. Ia bertugas
mengawasi pekerjaan para murid Nur di daerah Aghrus. Namun
sepertinya ia tidak merasa cukup dengan kedudukan yang tinggi
dan mulia itu di mana murid-murid Nur lainnya menikmati hal
tersebut karena mereka mengikuti as-Sunnah dan menghindari
bidah. Maka, ia pun kemudian berusaha mendapatkan kedudukan
dari ahli dunia. Ia menerima tugas untuk mengajar bidah. Ia benar-
benar melakukan sebuah kesalahan dengan melanggar jalan kami,
jalan as-Sunnah. Akhirnya ia mendapat tamparan yang sangat
menakutkan. Yaitu ia dihadapkan pada sebuah insiden yang nyaris
melenyapkan kehormatannya dan kehormatan keluarganya. Sangat
disayangkan, insiden tersebut juga menimpa al-Hafidz Kucuk
Zuhdu, padahal ia tidak berhak mendapatkan tamparan itu. Semoga
Allah menjadikan insiden yang menyakitkan tersebut layaknya
39) Husrev adalah termasuk orang pertama yang menyalin dan menyebarkan
ratusan risalah dalam situasi yang paling buruk. Ia habiskan sebagian besar
hidupnya bersama Ustadz di penjara Eskisyehir, Denizli, dan Afyon. Dialah
yang menulis sebuah mushaf di bawah bimbingan Ustadz Nursi. Mushaf
tersebut ditulis untuk memperlihatkan kemukjizatan al-Quran dilihat dari
adanya konherensi yang sangat halus pada nama al-Jalalah. Ia lahir di Isparta
tahun 1899 dan meninggal dunia di Istambul pada tahun 1977 M. Semoga
Allah memberikan rahmat yang luas kepadanya.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
114
operasi pembedahan yang bisa memalingkan kalbunya dari dunia
dan mengembalikannya untuk mau mengabdi pada al-Quran.
Yang kesepuluh adalah al-Hafidz Ahmad. Ia adalah orang yang
menyalin beberapa risalah sekaligus mereguk cahayanya selama tiga
tahun. Ia adalah orang yang tekun dan gemar beramal. Namun
kemudian ia berinteraksi dengan ahli dunia dengan harapan bisa
menangkal perbuatan buruk mereka dan bisa menyampaikan
dakwah kepada mereka sehingga mendapat tempat di hati mereka.
Pada waktu yang sama, dengan begitu ia juga ingin agar hidupnya
yang sulit menjadi lapang. Akan tetapi, perhatiannya mulai
berkurang dan mereka membuatnya sibuk dengan urusan ini. Ketika
itulah, semangatnya dalam mengabdi kepada al-Quran melemah
sehingga ia terkena dua tamparan sekaligus, yaitu:
Pertama, keluarganya bertambah lima orang padahal
kehidupannya sudah sempit sehingga ia betul-betul berada dalam
kesulitan.
Kedua, meskipun ia orang yang sangat sensitif dan tidak bisa
bersabar dalam menerima ucapan seseorang, namun secara tidak
disadari ia telah menjadi mediator bagi orang yang licik, sehingga
ia kehilangan kehormatan sembilan puluh persen. Banyak orang
yang pergi meninggalkannya. Mereka memutuskan persahabatan
dengannya bahkan memusuhinya. Namun demikian, kami berharap
semoga Allah memberikan ampunan kepadanya. Kami juga
berharap semoga ia diberi taufik untuk bisa sadar dari kelalaiannya
serta kembali kepada tugasnya dalam mengabdi kepada al-Quran.
Yang kesebelas tidak ditulis. Barangkali orangnya tidak rela.
Yang kedua belas adalah Muallim Ghalib.
40
Dengan tulus dan
jujur, ia telah mengabdi dengan menyalin risalah-risalah yang ada.
Ia tak pernah terlihat lemah dalam menghadapi kesulitan sebesar
apa pun. Ia menghadiri sebagian besar pelajaran dengan penuh
perhatian dan kecintaan. Ia juga menyalin berbagai risalah untuk
40 ) Muallim Ahmad Ghalib adalah termasuk murid pertama an-Nur. Ia merupakan
seorang khattath (ahli membuat tulisan indah) sekaligus penyair. Ia memillki
sebuah kumpulan syair yang ditulis dengan tulisan indah. Lahir di Yalwaj
tahun 1900 dan meninggal dunia pada tahun 1940 M. Semoga Allah
memberikan rahmat yang luas kepadanya.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
115
;
;
dirinya sendiri. Sampai-sampai ia menyalin sendiri al-Kalimat dan
al-Maktubat dengan ongkos senilai tiga puluh lira. Penyalinan
tersebut sengaja dilakukan untuk menyebarluaskan risalah-risalah
tersebut di kotanya sekaligus untuk membimbing teman-temannya.
Namun setelah itu, ia mulai patah semangat. Ia tidak lagi menyebar-
luaskan risalah seperti biasanya. Hal itu disebabkan oleh berbagai
lintasan pikiran yang ada dalam dirinya. Akhirnya cahaya risalah
tadi tidak lagi tampak. Di saat alpa itulah ia mengalami sebuah
insiden yang sangat pedih. Dengan adanya insiden tersebut ia men-
dapat berbagai kerisauan selama satu tahun penuh. Ia menghadapi
banyak sekali musuh yang zalim sebagai ganti dari segelintir
pegawai yang memusuhinya ketika ia menyebarluaskan risalah. Ia
pun kehilangan teman-teman yang ia cintai.
Yang ketiga belas adalah al-Hafidz Khalid.
41
Ia akan mencerita-
kan sendiri kejadian yang dialaminya sebagai berikut:
Ketika dengan semangat aku menuliskan rancangan Risalah Nur,
ada sebuah lowongan pekerjaan yaitu menjadi imam masjid di
tempat kami. Ketika itu aku sangat berminat untuk mengenakan
jubah dan serban intelektualku. Selama beberapa saat aku malas
untuk melakukan tugas yang ada. Perhatian dan kecenderungan-
ku untuk mengabdi kepada al-Quran mulai berkurang. Akibat
kebodohanku, akhirnya kutinggalkan pekerjaan tersebut. Namun
tiba-tiba aku mendapat tamparan kasih sayang. Meskipun mufti
sudah seringkali berjanji dan menjalani tugas tersebut sejak
kurang lebih sembilan bulan, namun aku tetap tak bisa mengena-
kan jubah dan serban itu. Ketika itulah aku yakin bahwa tamparan
tersebut diakibatkan oleh kelalaianku dalam mengabdi pada al-
Quran. Padahal, ketika itu Ustadz sedang mengajarku dan aku
sendiri sedang memiliki tugas menulis rancangan risalah jadi,
41) Nama lengkap dari al-Hafidz Khalid adalah Khalid Umar Luthfi Afandi. Ia
termasuk murid pertama an-Nur dan penulis risalah. Lahir tahun 1891 di
Barla dan wafat tahun 1946 di Istambul. Ia bertugas mengajar kemudian
tugas tersebut ditinggalkan. Ia menjadi imam di salah satu masjid di Barla.
Ustadz pernah mengirimkan risalah kepadanya yang berisi belasungkawa
atas kematian anaknya, Anwar di tahun 1930 setelah terkena penyakit batuk
rejan di saat umurnya mendekati delapan tahun. Risalah tersebut dimasukkan
ke dalam al-Maktubat. Tepatnya surat ketujuh belas.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
116
berhentinya aku dari pengabdian tersebut terutama dari menulis
rancangan risalah telah menyulitkan mereka. Namun demikian,
kami bersyukur kepada Allah yang telah membuat kami benar-
benar memahami kelalaian kami serta membuat kami menge-
tahui mulianya pengabdian tersebut. Kami pun mempercayai
guru mursyid seperti Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai
pembantu kami layaknya malaikat penjaga.
Hamba-Nya yang paling lemah
al-Hafidz Khalid
Keempat belas, ada tiga tamparan kasih berskala kecil yang
menimpa tiga orang yang semuanya bernama Mustafa.
Pertama adalah Mustafa Cavus.
42
Ia bertugas mengabdi pada
masjid kecil kami, menyediakan minyak untuk pemanas ruangan-
nya, bahkan ia pula yang memberikan sekotak korek api untuk
Masjid.
Ia mengabdi selama delapan tahun. Semua urusan di atas ia
biayai dari hartanya sendiri sebagaimana kita ketahui kemudian. Ia
tidak pernah absen dalam shalat-shalat berjamaah. Apalagi di
malam-malam yang penuh berkah, kecuali jika sangat terpaksa
karena ada pekerjaan yang sangat penting. Kemudian ahli dunia
memanfaatkan kebersihan kalbunya dan mereka berkata:
Sampaikan kepada al-Hafidz yang termasuk penulis Risalah
Nuruntuk melepaskan jubahnya sebelum ia disakiti dan dipaksa
untuk melepaskannya. Juga, beritahukan kepada para jamaah agar
mereka meninggalkan azan sirr.
43
Orang tadi tidak mengetahui
bahwa sangat berat bagi sosok seperti Mustafa Cavus yang memiliki
42) Nama sebenarnya dari Mustafa Cavus adalah Hulusi Mustafa. Ia lahir pada
tahun 1886. Kemudian mengabdi pada Ustadz Nursi di Barla dan pada tahun
1939 meninggal dunia dalam usia 57 tahun. Semoga Allah menyelimuti beliau
dengan rahmat-Nya.
43) Biasanya mereka melakukan azan yang sesuai syariat dengan suara sirr
(rendah) dan mereka melakukan azan bidah (dengan bahasa Turki) dengan
suara keras.
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
117
;
;
tingkat spiritual tinggi untuk menyampaikan berita tersebut. Namun
ia sampaikan berita itu kepada sahabatnya.
Pada malam itulah, tatkala tidur aku bermimpi menyaksikan
tangan Mustafa Cavus bernoda sementara ia berjalan di belakang
seorang pejabat tinggi setempat. Mereka berdua bersama-sama
memasuki kamarku. Pada hari berikutnya, aku berkata padanya,
Wahai saudaraku, Mustafa, siapa yang kau temui hari ini? Dalam
mimpi aku melihat tanganmu bernoda seraya berjalan di belakang
pejabat tinggi setempat. Mendengar hal tersebut ia berkata,
Sungguh aku sangat menyesal. Ia telah memberiku sebuah berita
yang kemudian aku sampaikan kepada al-Hafidz. Aku sama sekali
tidak mengetahui kalau di balik itu ada rekayasa.
Selanjutnya pada hari itu pula, ia membawa minyak tanah ke
masjid. Tapi tidak seperti biasanya, pintu masjid itu terus terbuka
sehingga seekor kambing betina yang masih kecil bisa masuk ke
dalam masjid dan mengotori satu tempat yang dekat dengan
sajadahku. Lalu seseorang datang. Ia ingin membersihkan tempat
yang kotor tadi. Di situ yang ia temukan hanyalah sebuah wadah
minyak yang ia kira berisi air sehingga tanpa pikir panjang ia mulai
menuangkan isi tempat tadi ke pojok masjid. Anehnya, ia sama sekali
tidak mencium baunya. Seolah-olah masjid itu berkata kepada
Mustafa Cavus Kami tidak lagi membutuhkan minyakmu. Engkau
telah melakukan kesalahan besar. Hal ini ditunjukkan oleh tidak
terciumnya bau minyak, bahkan oleh ketidak hadiran Mustafa dalam
shalat berjamaah pada sepanjang hari itu dan pada malam Jumat
yang penuh berkah padahal ia telah berupaya keras untuk hadir.
Maka, ia pun menyatakan penyesalannya yang tulus kepada Allah.
Ia terus meminta ampun kepada-Nya sehingga alhamdulillah,
kalbunya kembali bersih.
Dua sosok lainnya sama-sama bernama Mustafa.
Pertama adalah Mustafa yang berasal dari desa Kuleonu. Ia
termasuk murid yang sungguh-sungguh dan penting. Sementara
yang satunya lagi adalah teman setianya yaitu al-Hafidz Mustafa
yang setia dan penuh pengorbanan.
Aku telah memberitahu semua muridku untuk tidak datang
mengunjungiku segera sesudah shalat Ied. Hal itu dimaksudkan
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
118
agar pengabdian mereka pada al-Quran tidak melemah karena
adanya pengawasan dan gangguan ahli dunia. Kecuali jika mereka
datang sendiri-sendiri. Namun tiba-tiba aku dikagetkan oleh tiga
orang yang datang mengunjungiku secara bersamaan di malam hari.
Mereka memutuskan untuk pergi sebelum fajar tiba. Melihat kondisi
yang ada, aku pun mengizinkan mereka untuk pergi. Namun aku,
Sulaiman, dan Mustafa Cavus tidak membuat siasat apapun. Kami
semua lupa karena masing-masing melepas tanggung jawab pada
yang lain. Akhirnya, mereka pun meninggalkan kami sebelum fajar
tiba. Tidak lama kemudian topan yang sangat keras menerpa mereka.
Kami tak pernah melihat topan sekeras itu pada musim dingin ini.
Dua jam telah berlalu. Kami sangat gelisah terhadap mereka.
Menurut kami, mereka tidak akan selamat. Aku sangat sedih dengan
apa yang menimpa mereka. Tak pernah aku sesedih itu sebelumnya.
Kemudian, aku ingin mengutus Sulaimankarena ia telah tidak
berhati-hatiuntuk mencari informasi tentang mereka seraya
menginformasikan kepada kami tentang keselamatan dan sampai
tidaknya mereka. Namun Mustafa Cavus berkata, Jika Sulaiman
pergi, ia juga akan tertahan di sana tanpa bisa kembali. Aku pun
demikian, dan Abdullah Cavus juga akan mengikuti jejakku,
Karena itu, kami pun menyerahkan urusan tersebut kepada Allah
Yang Maha Tinggi Dan Kuasa seraya berkata, Kami tawakkal
kepada Allah dan kami serahkan urusan tersebut kepada-Nya.
PERTANYAAN
Engkau menganggap semua musibah yang menimpa saudara
dan teman-temanmu sebagai peringatan Tuhan dan tamparan
teguran atas sikap futur (patah semangat) mereka dalam mengabdi
pada al-Quran. Sementara, orang-orang yang menentang peng-
abdian tersebut dan memusuhi kalian bisa hidup dengan tenang
dan aman. Mengapa para sahabat al-Quran mengalami tamparan
sedangkan musuhnya tidak?
JAWABAN
Sebuah pepatah bijak berbunyi, Kezaliman tidak akan abadi,
sementara kekufuran pasti abadi. Dalam hal ini, kesalahan yang
x
Al-Lama at: Menikmati Hidangan Langit
y
119
;
;
dilakukan oleh orang-orang yang mengabdikan diri pada al-Quran
berasal dari sikap zalim mereka terhadap pengabdian tersebut.
Karena itu, mereka dengan cepat mendapatkan hukuman dan
peringatan Tuhan. Mereka sadar, jika memiliki akal sehat.
Adapun tindakan musuh yang menjadi penghalang dari al-
Quran dan menentang usaha pengabdian terhadap al-Quranentah
itu disadari atau tidakberasal dari sikap kufur mereka. Dan karena
kekufuran itu abadi, mereka tidak mendapatkan tamparan yang
bersifat kontan dan cepat. Sama halnya dengan orang yang
melakukan kesalahan kecil akan dihukum di daerah setempat.
Sementara orang yang melakukan kejahatan besar akan dihukum
pengadilan tertinggi. Demikian pula dengan kesalahan kecil yang
dilakukan oleh orang beriman dan sahabat al-Quran, mereka akan
mendapatkan hukumannya di dunia untuk menghapus dan
membersihkan kesalahan tadi. Sementara kejahatan kaum yang sesat
sangatlah besar sehingga hukumannya tidak cukup kalau dilakukan
di dunia yang singkat ini. Mereka ditunda ke alam baka dan dibawa
ke pengadilan tertinggi di sana untuk mendapat hukuman dari
Tuhan Yang Maha Adil. Karena itu, pada umumnya mereka tidak
menerima hukuman di dunia.
Dalam hadits Nabi SAW. disebutkan, Dunia merupakan
penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.
44
Ini
menjadi petunjuk atas hakikat yang baru saja kami jelaskan. Yaitu
bahwa orang mukmin mendapatkan bagian hukuman dari hasil
kesalahannya di dunia, sehingga dunia merupakan tempat hukuman
bagi mereka. Jadi, dunia ini bagaikan penjara dan neraka bagi orang
mukmin dibandingkan dengan akhirat mereka yang bahagia.
Adapun orang-orang kafir, karena mereka akan kekal di neraka,
maka dunia bagi mereka bagaikan tempat yang sangat nikmat.
Sebab, di sana mereka akan mendapatkan siksa akhirat. Selanjutnya,
di dunia ini orang mukmin mendapatkan kenikmatan batin yang
tidak didapat oleh manusia yang paling bahagia sekalipun. Pada
hakikatnya, ia jauh lebih bahagia ketimbang orang kafir. Seolah-olah
44 ) HR, Muslim (nomor 2959), Ibnu Majah (4113), at-Tirmidzi (2324), dan Ahmad
dalam kitab Musnad-nya (2: 480). Semua berasal dari Abu Hurairah.
x
Bediuzzaman Said Nursi
y
;
;
120
keimanan orang mukmin sama seperti surga batini yang terdapat
dalam jiwanya. Sedangkan kekufuran orang kafir sama seperti
neraka jahim.
Maha Suci Engkau. Tak ada yang kami ketahui kecuali yang
Engkau ajarkan pada kami. Engkaulah Yang Maha Mengetahui
dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah [2]: 32)
***

Anda mungkin juga menyukai