Anda di halaman 1dari 27

II.

1

BAB. II
MANAJEMEN KAWASAN

A. TUJUAN
Adapun tujuan dalam dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan
manajemen kawasan yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat memahami peta kerja yang ada didalamnya
berisi batas-batas kawasan hutan dan batas petak secara lengkap,
2. Agar mahasiswa dapat merekomendasikan batas petak,
3. Dan agar mahasiswa dapat mengenal tanda-tanda batas kawasan
hutan dan batas petak dilapangan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen Kawasan Hutan
Manajemen adalah menyelesaikan segala sesuatu dengan
melalui suatu tim (Atmosudirdjo,1975). Tim merupakan sekelompok
orang yang dipersatukan untuk bekerja sama menurut suatu kode
peraturan tertentu. Menurut Follet dalam Handoko (1991) manajemen
adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain,
sedangkan Stoner (1982) dalam Handoko (1991) mendefinisikan
manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lairmya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Terry (1977)
dalam Adikoesoemah (1987) mendefinisikan manajemen sebagai
sesuatu yang berbeda yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan yang dilakukan
untuk menetapkan dan memenuhi tujuan yang telah ditentukan
dengan menggunakan tenaga kerja manusia dan sumber-sumber
II. 2

lainnya. Atas dasar uraian di atas bisa disimpulkan bahwa
manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi- fungsinya.
Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 pengertian
kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap. Jadi Manajemen Kawasan Hutan mempunyai
pengertian sebagai proses merencanakan kawasan hutan, proses
memanfaatkan kawasan hutan dan proses mengawasi kawasan
hutan untuk tujuan pertumbuhan kawasan dengan memperhatikan
daya dukung kawasan dan keseimbangan (dependency) dengan
kawasan lainnya (Santoso, 2009).
2. Pal Batas
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
339/Kpts-II/1990, pal batas dibuat dari bahan beton bertulang atau
dari kayu kelas awet I/II dan bila pal batas tidak dapat dibuat dari
bahan tersebut maka dapat digunakan tanda batas lainnya sesuai
dengan keadaan lapang. Pada Perhutani, pal dibuat dari bahan beton
berkerangka atau dari batu andesit, sesuai dengan Surat Keputusan
Direksi Perum Perhutani Nomor 353/Kpts/DIR/1985. Pal beton
digunakan pada kawasan hutan yang rawan atau sulit mendapat
bahan pembuatan pal batu, sedangkan pal batu digunakan pada
kawasan hutan yang tidak rawan dan mudah mendapatkan batu.
Dengan perkembangan saat ini, pal kayu dan tanda batas gundukan
tanah yang berbentuk kerucut terpancung tidak digunakan lagi.
Pal batas digunakan untuk membatasi wilayah dengan
bermacam-macam tujuan dengan

II. 3

ukuran-ukuran tertentu. Pada Perum Perhutani terdapat
beberapa macam pal (SK. Direksi Perum Perhutani Nomor
353/Kpts/DIR/1985), antara lain :
a. Pal tanda batas hutan, yang terdiri dari :
(1). Pal B
Digunakan untuk membatasi tanah desa dengan tanah
Perwn Perhutani.Pal dipasang menghadap keluar kawasan
hutan atau menghadap jalan umwn bila pal dipasang
sepanjang jalan umum, dengan jarak antar pal berkisar
antara 15- 100m, selama masih bisa terlihat dari pal lainnya
dan pada setiap belokan dipasang sebuah pal. Pal
berbentuk silinder, ujung membulat dan panjang 130 cm
dengan diameter 12 cm. Berat pal 22 -35 kilogram dan pal
ditanam sedalam 70 cm.
(2). Pal Enclave (Pal E)
Membatasi kawasan hutan dengan tanah milik (kawasan
penduduk) yang berada dalam kawasan hutan. Bentuk dan
ukuran sama dengan pal B, hanya letter pada pal yang
berbeda. Pal enclave bertuliskan huruf E pada permukaan
pal, sedangkan pal B bertuliskan huruf B pada permukaan
pal. Pemasangan diawali dari arah barat laut searah jarum
jam mengelilingi tanah desa, dan pal dipasang menghadap
ke tanah desa.
(3). Pal DK (Djawatan Kehutanan)
Untuk membatasi tanah milik Perum Perhutani yang
berada di luar kawasan hutan dibuat pal DK. Bentuk dan
ukuran sama dengan pal B. Pemasangan diawali pada arah
barat laut searah jarum jam mengelilingi tanah milik
kehutanan.
II. 4

(4). Pal LDTI (Lapangan Dengan Tujuan Istimewa)
Pal yang digunakan untuk membatasi areal bukan untuk
produksi yang dimanfaatkan bagi tujuan lain, seperti Wana
Wisata (WW), Kawasan Mata Air (MA), Cagar Alam ( CA),
Tambang (TB), Waduk (WD), Areal Pemakaman (KB) dan
lain-lain. Pal ini dipasang mengelilingi areal LDTI ini.
(5). Pal batas antar KPH
Pal ini membatasi wilayah antar KPH yang
berdampingan, dengan bentuk dan ukuran sama dengan pal
B.
b. Pal Hektometer (Hm).
Digunakan untuk tanda batas jarak suatu alur dalam
hektometer yang dipasang setiap jarak 200 meter yang
dipancang sepanjang tepi alur disebelah kanan. Pemasangan pal
Hm dimulai dari dalam hutan keluar hutan, mengikuti akses
eksploitasi. Penomoran pal Hm menunjukkan angka genap dan
dipasang setiap 200 meter. Panjang pal Hm 100 cm, dengan
diameter 10 cm dan berat 20-25 kg. Pal ditanam sedalam 50 cm.
c. Pal Petak.
Berfungsi sebagai pembatas antar petak yang terbuat dari
beton dengan panjang 130 cm, diameter 12 cm dengan berat 22-
35 kilogram. Pal ditanam sedalam 70 cm. Pal ini dipasang di
setiap pertemuan antar alur atau dengan anak alur.

3. Proses Perencanaan, Pelaksanaan Pemasangan dan Pengendalian
Pal
a. Perencanaan
Untuk suatu wilayah yang baru ditunjuk sebagai wilayah
hutan berdasarkan Keputusan Menteri Nomor P.44/Menhut-
II. 5

lI/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan. Pengukuhan hutan
adalah rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas dan
penetapam kawasan hutan yang bertujuan untuk memperoleh
kepastian hukum mengenai status dan batas kawasan hutan
tersebut.
b. Pemasangan Pal
Pemasangan pal dilaksanakan oleh Seksi Perencanaan
Hutan (SPH) dengan mengikuti hasil rekonstruksi yang
dilaksanakan oleh Seksi Pengukuran, Perpetaan, dan
Pengukuran Prasarana Hutan (SP4H). Tujuan dari pemasangan
pal ini adalah supaya masyarakat umum mengetahui dengan
jelas batas kawasan hutan dengan tanah milik orang lain atau
instansi lain sehingga dapat menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan seperti penyerobotan tanah (Perum Perhutani, 1984).
Banyaknya pal yang akan dipasang mengacu pada basil
orientasi di lapangan atau laporan dari KPH, berapa pal yang
harus diperbaiki atau diganti. Lokasi pal telah ditetapkan dalam
peta dengan pengertian bahwa petugas lapangan (KRPH) tidak
boleh merubah lokasi pal. Dalam Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 399/1990, telah ditetapkan bahwa jarak antara pal yang
satu dengan yang lain sebesar antara 25 - 150 meter dengan
catatan harus dapat terlihat satu sama lain. Pelaksanaan
penggantian pal atau register kemajuan pekerjaan dibuat Berita
Acara Serah Terima Pemeliharaan Pal dari SPH kepada KPH
dilengkapi dengan peta kemajuan pal skala 1:10.000. Menurut
Kementrian Kehutanan (1986) peta dibuat untuk memantapkan
kedudukan batas-batas kawasan hutan, mengetahui batas-batas
hutan secara jelas dan tepat untuk memperoleh kepastian
hukum.
II. 6

c. Pengendalian Pal
Pengendalian pal batas merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk menjaga keadaan pal tetap baik. Dalam Petunjuk Kerja
Perencanaan dan Penataan Hutan (Biro Perencanaan, 1985),
kegiatan pegendalian ini meliputi kegiatan pemeliharaan pal
seperti penjagaan keamanan, pemeriksaan triwulan yaitu
pemeriksaan kondisi pal di lapangan yang kemudian dibuat
Laporan Triwulan Pemeriksaan Pal Batas dan pal-pal hilang,
rusak, atau cat nomomya sudah tidak jelas, sehingga perlu
diperbaharui dengan pengecatan kembali atau pemasangan pal
baru. Pemeriksaan triwulan ini dibuat untuk mengetahui berapa
pal yang masih dalam kondisi baik, perlu diganti dan perlu
dipindah lokasinya. Penjagaan keamanan pal ini dilaksanakan
oleh petugas yang telah ditunjuk yaitu Polisi Hutan Tenurial
(Polhuter) yang meliputi KKPH/Adm, KBKPH/Asper, KRPH dan
Polhutan.
Pemeriksaan pal secara periodik akan mengakibatkan efek
yang baik (Biro Perencanaan,1985). Dengan pemeriksaan pal ini
dapat diketahui sampai di mana diperlukan pemeliharaan, dapat
diketahui keadaan pal - pal batas pada waktu itu dan petugas
pengelolaan diharuskan untuk mengadakan pemeriksaan pal
secara periodik dan membuat Berita Acara Triwulan.
II. 7


Gambar.II.1 Bentuk Ukuran dan Letter Pada Pal Batas

Gambar.II.2 Pal petak dan pal HM







II. 8

C. ALAT DAN BAHAN
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) tahun 2014 studi
manajemen kawasan ini perlu dipersiapkan bahan dan peralatan dalam
hal pelaksanaan teknis dilapangan. Adapun bahan dan alat yang
dipersiapkan yaitu :
Bahan :
1. Peta kerja RPH
2. Buku tallysheet
3. Kertas kalkil
Alat :
1. Kompas
2. Meteran/tali
3. Rol/busur derajat
4. Alat tulis















II. 9


D. PROSEDUR KERJA
Berdasarkan buku petunjuk praktek kerja lapangan tahun 2014
mengenai manajemen kawasan prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan peta kerja pada masing-masing wilayah praktek
2. Mencermati dan memahami isi dari peta kerja tersebut,
3. Mencetak ulang peta kerja tersebut ke dalam kertas kalkil serta
memberi informasi dan keterangan yang termuat pada peta kerja
tersebut.
4. Menelaah masing-masing petak/anak petak pada peta kerja tersebut
lalu memberi informasi terhadap gangguan maupun perubahan-
perubahan pada peta kerja tersebut yang berakibat pada perubahan
sifat tetap dari kawasan tersebut.
5. Melakukan pengecekan pada petak terpilih bersama-sama dengan
petugas pendamping dari Perhutani lalu mendiskripsikan apa saja
yang terdapat pada petak tersebut baik itu mengenai pal batas
maupun batas-batas alam dan buatan.
6. Membuat salinan pada kertas kalkil petak terpilih tersebut dilengkapi
dengan legendanya.
7. Membuat rute perjalanan mulai dari tempat pemondokan sampai
dengan tempat dimana dilakukan pengamatan pada petak tersebut.
8. Membuat dokumentasi.
9. Mengukur jarak antar pal yang dilalui pada rute perjalanan menuju
petak terpilih.
10. Mencatat kode yang tertera pada pal tersebut dan mengukur lebar
alur induk/alur cabang yang dilalui pada 3 (tiga) titik yang berbeda.
11. Mencocokkan ukuran kondisi lapangan dengan situasi di peta kerja.
12. Mengamati pada petak terpilih yaitu batas anak petak maupun sub
anak petak.
II. 10


E. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan pada wilayah kerja RPH Sambirejo pada
petak 103. Keadaan petak tersebut merupakan Areal Perbanyakan Benih
(APB) yang ditanam sejak tahun 1971.Pada petak tersebut terdapat pos
Patroli Tunggal Mandiri (PTM) dan warung. Dalam pelaksanaan
pengecekan pal batas maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel.II. 1 Pengukuran luas dan kondisi petak dan anak petak 103
No
Petak/anak
petak
Luas
(Ha)
Jenis
Tanaman
Tahun
Tanam
Kelas
Hutan
Bonita Keterangan
1 103 a 16.5 Jati 1971 KU V 4 APB
2 103 b 4.7 Jati 2010 KU I 4 JPP
3 103 c-1 2.5 Jati 2012 KU I 4 JPP
4 103 c-2 1.9 Jati 2008 KU I 4 JPP

Tabel.II. 2 Hasil pengecekan pal batas dan pal alur/anak alur petak 103
No. JENIS & NO Pal
HASIL ONDERZOEK
KET
BULAN: APRIL



1 Pal 103/104/94 Kondisi baik
2 Pal 103/104/105 Kondisi baik
3 Pal 103/105/102 Kondisi baik
4 Pal 103/102/86 tanda cat mulai pudar

5 Pal alur E 22 Kondisi baik
6 Pal alur E 24 Kondisi baik
II. 11

7 Pal alur E 26 Kondisi baik
8 Pal alur E 28 Kondisi baik
9 Pal alur E 30

10 Pal alur FC 2 Kondisi baik
11 Pal alur FC 4 Tidak diketemukan

12 Pal alur FA 2 Tidak diketemukan
13 Pal alur FA 4

tanda cat mulai pudar
14 Pal alur FA 6

Tidak diketemukan
15 Pal alur FA 8 Kondisi baik

16 Pal alur F 2 Kondisi baik
Keterangan :
: Pal baik
: Pal perlu dibetulkan
: Pal rusak
: Pal hilang





II. 12




Gambar II.3. Peta rute perjalanan menuju petak pengamatan
II. 13



Gambar II.4. Peta petak pengamatan











II. 14



Gambar II.5. Pal Batas yang letaknya persimpangan antar alur


Gambar II.6. Pal Alur (Hm)

Alur FA
Nomor alur
Garis yang menunjukkan batas
alur
Nomor petak
Alur FC
Alur FA
II. 15


Gambar II.7. Kondisi Pal Alur (Hm)
yang tidak terawat



Gambar II.8. Batas alam/batas anak petak


II. 16


Gambar II.9. Kondisi Alur F


Gambar II.10. Kondisi Alur FA

II. 17


Gambar II.11. Kondisi Alur E


Gambar II.12. Pos Penjagaan pada
petak 103a







II. 18

F. PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktek kerja lapangan ini, adapun pelaksanaan
kegiatan yang dibimbing oleh Kepala Resort Pemangkuan Hutan (RPH)
Sambirejo yaitu melakukan pengecekan pal petak 103 dan pal alur (Hm)
pada RPH Sambirejo BKPH Bubulan. Pada petak 103 berbatasan
langsung dengan :
a. Bagian utara berbatasan dengan RPH Pradok BKPH Pradok yaitu
petak 94,
b. Bagian selatan berbatasan dengan petak 105 dan dibatasi oleh alur
FA,
c. Bagian timur berbatasan dengan petak 104A dan dibatasi oleh alur
FC,
d. Bagian barat berbatasan dengan RPH Lambangan BKPH
Lambangan yaitu petak 102 dan dibatasi alur F.
1. Pemeriksaan Batas (Ondcrzoek)
Onderzoek adalah orientasi di lapangan untuk melihat keadaan
pal B, E dan pal lainnya selain pal Hm dan pal petak. Onderzoek atau
pemeriksaan batas dilakukan tiga tahun sebelum penataan kembali
RPKH yang habis jangka waktunya (T-3) atau satu tahun sebelum
pemasangan pal dan dilaksanakan per kelompok hutan yang
penomorannya searah jarum jam. Jarak lokasi pengamatan petak
103 dengan tempat penginapan + 1.690 meter dimulai dari rumah
KRPH Clebung sampai dengan pal petak 103/104/94.
Sebelum pelaksanaan di lapangan, titik ikat harus ditentukan dulu
dengan berpedoman pada sebuah peta. Titik ikat di sini adalah
sebuah pal yang mudah direkonstruksi kembali baik azimuthnya
ataupun jaraknya karena pal tersebut dekat dengan sesuatu yang
bersifat tetap seperti jalan, belokan sungai atau jurang. Pal yang
digunakan sebagai titik ikat adalah pal petak nomor 103/104/94,
II. 19

karena pertimbangan pal tersebut dekat dengan jalan dan mudah
untuk diketemukan.
Dalam hal pelaksanaan onderzoek/pemeriksaan pal ada
beberapa kriteria yang perlu dijadikan acuan yaitu :
a. Ada dan baik yaitu bila pal masih dalam kondisi yang baik,
meliputi kondisi fisik pal yang memungkinkan masih bisa dipakai
umuk sepuluh tahun yang akan datang, titik pemasangannya
benar dan tertanam dengan sempurna. Dalam Onderzoek ini
terdapat 4 (empat) batang pal petak yaitu pal 103/104/94, pal
103/104/105, pal 103/105/102 dan pal 103/102/86 dan 8
(delapan) pal Hm/alur dalam kondisi ini yaitu pal Hm nomor alur
E 22, E 24, E 26, E 28, alur FC 2 , alur FA 4, alur FA 8 dan alur F
2. Pal dengan kondisi ini hanya memerlukan pemeliharaan
berupa pengecatan dan letter/penomoran pal.
b. Ada tetapi harus diperbaiki yaitu pal yang kondisi fisiknya masih
baik dan masih bias digunakan lagi tetapi penanamannya tidak
sempuma. seperti pemasangannya terlalu dalam atau kurang
dalam. atau pal tersebut terpasang miring, sehingga perlu
perbaikan yaitu cabut tanam. Hasil pemeriksaan tidak diperoleh
pal tersebut.
c. Ada tetapi harus diganti yaitu pal tersebut sudah tidak bisa
dipakai lagi: karena pal itu rusak. Untuk itu pal harus diganti
dengan yang baru. Hasil pemeriksaan tidak diperoleh pal
tersebut.
d. Tidak ada tempat tidak terang yaitu pal tersebut tidak dapat
ditemukan karena lokasi pal tersebut tertutup rumpun atau
belukar sehingga menutupi lokasi pal. Pal harus diganti dengan
yang baru. Dalam Onderzoek ini terdapat 2 (dua) batang pal Hm
yaitu pal Hm/alur FA 2 dan alur FA 6.
II. 20

e. Tidak ada tempat terang yaitu pal tidak diketemukan di lokasi
pemasangan, sehingga pal harus diganti. Terdapat satu pal
dalam kondisi ini yaitu pal Hm/alur FC 4
f. Ada tapi harus dipindah yaitu pal dengan kondisi yang masih
bagus, tapi posisinya bergeser dari tempat pemasangan
sehingga azimut maupun jarak berubah. Untuk pal dalam kondisi
ini harus dilakukan mencabut dan menananmya pada titik
pasang yang benar. Dari hasil pemeriksaan tidak terdapat pal
dengan kondisi ini.
g. Ada tapi tak cocok dengan peta yaitu pal yang jaraknya dengan
pal lain berubah, tapi azimuthnya benar. Dari hasil pemeriksaan
tidak terdapat pal dengan kondisi ini.
2. Penataan Kawasan Hutan
Pada kegiatan penataan batas kawasan dilaksanakan untuk
memastikan batas hutan yang definitif yang sesuai dengan dasar
hukumnya. Tujuan penataan batas kawasan adalah untuk
mengembalikan kondisi garis batas kawasan ke posisi semula (batas
yang tertera dalam dokumen penguasaan kawasan hutan). Selain itu
penataan batas kawasan dilaksanakan dalam rangka pemantapan
kawasan hutan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya perubahan
garis batas dan perubahan karena pengukuhan hutan yang terjadi
dalam jangka perusahaan yang lalu. Kegiatan penataan batas
kawasan di Perum Perhutani khususnya pada BKPH Bubulan RPH
Sambirejo dilakukan oleh Seksi Perencanaan Hutan I Bojonegoro.
Penataan batas kawasan terdiri atas dua hal, yaitu penetapan
status kawasan hutan dan rekonstruksi batas (penataan ulang
kawasan hutan). Penetapan status kawasan hutan dilaksanakan
untuk tujuan pengukuhan kawasan hutan, sedangkan rekonstruksi
batas dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan.
II. 21

Rekonstruksi batas merupakan kegiatan monitoring, evaluasi dan
penegasan ulang terhadap batas-batas kawasan hutan di lapangan
yang telah ditetapkan berdasarkan Berita Acara Tata Batas (BATB).
Rekonstruksi batas dilaksanakan langsung oleh SPH 1 Bojonegoro
setiap lima tahun sekali. Sebelum rekonstruksi batas dilaksanakan,
dilakukan pengukuran kawasan hutan dari suatu kelas perusahaan
oleh Seksi Pengukuran, Perpetaan, dan Pengukuran Prasarana
Hutan (SP4H) dan pemasangan patok bernomor sebagai titik-titik
batas kawasan. Rekonstruksi batas dilaksanakan melalui beberapa
tahap, yaitu pengadaan pal, angkut pikul, tanam, cat, dan letter.
Batas-batas kawasan hutan ditandai dengan tanda batas yang
disebut dengan pal batas. Pal batas terbuat dari rangka besi dan cor
semen dengan berat 30-35 kg. Bentuk pal yang dipakai Perum
Perhutani berbeda dengan bentuk pal Taman Nasional yaitu
berbentuk silinder dan ditanam setinggi 70 cm.
Kegiatan penataan batas yang telah dilaksanakan oleh Perum
Perhutani telah sesuai dengan keadaan yang tertuang pada peta
kerja RPH Sambirejo skala 1:10.000 dan pelaksanaan rekontruksi
tata batas telah dilaksanakan oleh Seksi Perencanaan Hutan 1
Bojonegoro pada tahun 2012 dan pada tahun ke-2 setelah
pelaksanaan tata batas keadaan pal batas terutama pal alur (pal Hm)
banyak yang tidak diketemukan selain itu juga kondisi alur sudah
dipenuhi semak belukar sehingga pada saat pengecekan pal batas
sulit untuk diketemukan dikarenakan belum adanya kegiatan babat
jalur.
Pada petak 103 bagian barat yang dibatasi oleh alur F
merupakan jalan kecamatan yang lebarnya 5 meter dan batas antar
BKPH Bubulan dan BKPH Lambangan sedangkan pada bagian utara
merupakan batas antara BKPH Bubulan dan BKPH Pradok yang
II. 22

masih wilayah Administrasi KPH Bojonegoro yang dibatasi oleh alur
E dan merupakan jalan kecamatan yang menghubungkan
Kecamatan Bubulan dan Kecamatan Ngasem. Bagian timur dari
petak 103 adalah petak 104 dibatasi oleh alur FC dan juga akses
menuju ke Dukuh Sambirejo sedangkan bagian selatan berbatasan
dengan alur FA dan petak 105.
3. Pembagian Hutan
Pembagian hutan bertujuan untuk penataan kawasan hutan
antara lain untuk pelaksanaan rehabilitasi kawasan hutan dan untuk
pelaksanaan eksploitasi. Pembagian blok atau peta kerja digunakan
untuk membagi areal sesuai dengan kesesuaian lahannya. Kawasan
hutan Perum Perhutani dibagi ke dalam beberapa satuan unit
pengelolaan secara berjenjang yakni bagian hutan, petak, anak petak
dan sub anak petak. Antara petak yang satu dengan yang lain
dipisahkan oleh alur induk atau anak alur, sedangkan antara anak
petak dipisahkan oleh tanda markir pada pohon batas atau juga
tanda alam lainnya.
Penandaan Pal alur pada batas antar BKPH ditandai dengan alur
yang menggunakan huruf atau letter tunggal sedangkan batas antar
petak ditandai dengan alur dengan huruf atau letter lebih dari 1
(satu).
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pembagian hutan, antara
lain:
a. Orientasi lapangan, yaitu pembuatan peta proyeksi keadaan
lapangan.
b. Trase alur yaitu melakukan pengukuran di lapangan.
c. Babat alur,
II. 23

Untuk alur induk dibabat selebar 5 meter, sedangkan anak alur
dibabat selebar 3 meter. Alur yang membatasi antar KPH dibabat
selebar 7 meter.
d. Pemancangan pal HM dan pal petak
Kegiatan pemancangan pal HM dan pal petak pada prinsipnya
sama dengan kegiatan pemancangan pal batas hanya pal
Hm/alur ditanam setinggi 50 cm dan dipasang setiap 200 meter
sedangkan pal petak ditanam setinggi 70 cm dan dipasang pada
setiap pertemuan antar alur atau dengan anak alur.. Namun
ukuran dan teknik letternya berbeda
e. Pengecatan, peleteran dan penomoran pal HM dan pal petak.


















II. 24

G. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kegiatan dalam mengelola pal meliputi :
a. Kegiatan pemeriksaan batas (onderzoek) yang terdiri dari
kegiatan pembagian kerja antar petugas pemeriksa pal,
perjalanan menuju lokasi pemeriksaan batas, persiapan tenaga
kerja, menentukan titik ikat dan pelaksanaan di lapangan.
b. Pengadaan pal pembuatan pal yang dilaksanakan oleh rekanan
Perhutani atau pihak ketiga yang terpilih dalam kegiatan
pelelangan.
c. Pemeliharaan pal dilaksanakan 10 tahun sekali bersamaan
dengan kegiatan pemasangan pal.
d. Pemeliharaan pal ini mencakup kegiatan cabut tanam pal baru,
penggalian pal yang terlalu dalam penanamannya, perbaikan
posisi pal yang terpasang miring dan cat pal.
e. Pemasangan pal batas untuk pal batas petak dipasang pada
setiap pembagian batas petak dan tidak ditentukan dengan jarak
tertentu yang bertujuan memberikan informasi masing-masing
petak
f. Pemasangan pal alur/Hm dibuat dengan jarak setiap 200 meter
dan diberi tanda letter pada setiap pal dengan kelipatan 2 yang
menandakan jarak pal tersebut adalah 200 meter dan berlaku
kelipatannya dan pal alur/Hm berfungsi sebagai batas petak.
g. Batas anak petak dan sub anak petak tidak diberi tanda pal tetapi
hanya ditandai dengan batas alam berupa jaln pemeriksaan atau
juga batas tahun tanam yang ditunjukkan dengan perbedaan
pertumbuhan tanaman jati.

II. 25

h. Peletteran atau penomoran pal adalah kegiatan akhir pekerjaan
pemasangan pal yang bertujuan untuk memberikan identitas pal
sesuai dengan fungsinya.
2. Pembagian Unit Manajemen
a. Pembagian kelas hutan untuk kelas perusahaan jati dibagi atas 2
yaitu untuk produksi dan bukan untuk produksi.
b. Pemisahan petak dan anak petak berdasarkan atas :
(1). Jenis tegakan/permudaan
(2). Tahun tanam tegakan
(3). Penggunaan dan keadaan alam
(4). Keluasan
(5). Volume
(6). Bonita
(7). KBD
(8). Fungsi
(9). Pengelolaan
3. Pemeliharaan Batas
Kegiatan pencegahan yang dilaksanakan Perum Perhutani untuk
mencegah pal yang rusak atau hilang adalah kegiatan pemeriksaan
dan pelaporan triwulan, yang dilaksanakan di tingkat KPH.









II. 26

H. SARAN
Dalam hal pelaksanaan manajemen kawasan di BKPH Bubulan RPH
Sambirejo terutama dalam hal pelaksanaan rekontruksi batas sudah
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan hanya saja perlu dilakukan
pengecekan terus menerus sehingga dan penyampaian data posisi
koordinat masing-masing batas sehingga pelaksana dilapangan mudah
untuk melakukan pemantauan.






















II. 27

I. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai