Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Muhammadiyah mulai masuk di daerah Lamongan sekitar pada tahun 1926
M yang dibawa oleh H. Sadullah tepatnya di Desa Blimbing Kecamatan Paciran.
Beliau dibantu juga oleh seorang wanita Islam yang bernama Zainab atau lebih
dikenal dengan sebutan Siti Lambah. Mereka berdualah yang banyak
memperjuangkan Muhammadiyah di wilayah sekitarnya. Namun dalam
perkembangan selanjutnya Muhammadiyah tengah juga mengalami degradasi
generasi yang diakibatkan para tokoh-tokohnya banyak yang masuk pada partai
Masyumi pada waktu itu, bahkan aktivitasnya pun terkadang sering terbengkalai
bahkan nyaris lenyap dari aktivitasnya.
Setelah partai Masyumi bubar dari partai politik, para tokoh
Muhammadiyah mulai kembali pada organisasi semula dan timbul greget untuk
memikirkan gerakan keagamaan yang lebih efektif dan efisien. Berbagai lontaran
pendapatpun mulai muncul dan gagasan yang konstruktif pada waktu itu adalah
membentuk majelis Hikmah yang diketuai oleh Muhammad Yasin. Majelis ini
didirikan bertujuan sebagai wadah yang mampu menampung para aktivis
Muhammadiyah yang frustasi dari Masyumi tersebut, dan sekaligus sebagai
wahana dakwah untuk melangsungkan gerakan dan cita-cita persyarikatan
Muhammadiyah.

B. Maksud dan tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maksud dan tujuannya adalah
mengetahui sejarah, perkembangan, amal usaha dan potensi dari PCM Lamongan
serta program pengembangan dan rekomendasi yang sesuai.

C. Manfaat
Mendorong kita agar menciptakan ide-ide untuk memperluas jaringan
kemuhammadiyaan agar tidak tersingkir dari kehidupan masyarakat

BAB II
ISI

PWM JAWA TIMUR, PDM LAMONGAN, PCM LAMONGAN
A. Sejarah Muhammadiyah di Kecamatan Lamongan
Gerak Muhammadiyah pada awal berdirinya sungguh amat terbatas, yaitu
masih di Kauman Yogyakarta sampai tahun 1917. Setelah mendapat kesempatan
untuk memperluas ruang geraknya, maka Muhammadiyah mulai menjangkau
daerah-daerah sekitarnya yang sebelumnya sudah mengidamkan keberadaannya.
Tetap lestari dan berkembangnya gerakan Muhammadiyah tidak terlepas
dari pendirian organisasi ini untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis di
Indonesia. Kegiatan politik praktis merupakan godaan berat selama perjalanan
sejarah Muhammadiyah. Sikap tegas Muhammadiyah itulah agaknya menjadikan
Muhammadiyah seperti tanaman yang subur dan dapat berkembang besar
menyebar di Indonesia.
Pada tanggal 1 November 1921 Muhammadiyah berdiri di Surabaya dengan
status cabang, diketuai oleh H. Mas Mansur dibantu oleh K. Usman, H. Ashari
Rawi, dan H. Ismail. Di antaranya dari Surabaya inilah Muhammadiyah
berpengaruh ke Lamongan. Tiga poros penting yang selanjutnya menjadi sentral
penyebaran Muhammadiyah di Lamongan adalah Bagian Pesisir di Desa Blimbing
(Paciran), Bagian Tengah di Desa Pangkatrejo (Kecamatan Sekaran) dan Bagian
selatan di Kota Lamongan (Kecamatan Lamongan).
Seperti halnya tipe proses menyebarnya pengaruh Muhammadiyah di lain
daerah yang kebanyakan dibawa oleh kaum pedagang, guru, pegawai pemerintah,
dan muncul pada komunitas perkotaan, Muhammadiyah di Lamongan juga
demikian. Akan tetapi ada satu hal yang menarik untuk dicatat bahwa
Muhammadiyah di Lamongan lahir dari komunitas pedesaan, kemudian menjalar
ke perkotaan. Kalau dianalisis kenyataan ini cukup beralasan bahwa lahirnya
Muhammadiyah selalu didahului oleh tantangan yang ada sebelumnya. Besar dan
kecilnya tantangan juga dapat menentukan frekuensi gerakan, disamping juga perlu
diperhatikan aktor penggerak dan pendukungnya.
Muhammadiyah mulai masuk di daerah Lamongan sekitar padatahun 1926
M yang dibawa oleh H. Sadullah tepatnya di Desa Blimbing Kecamatan Paciran.
Beliau dibantu juga oleh seorang wanita Islam yang bernama Zainab atau lebih
dikenal dengan sebutan Siti Lambah. Mereka berdualah yang banyak
memperjuangkan Muhammadiyah di wilayah sekitarnya. Namun dalam
perkembangan selanjutnya Muhammadiyah tengah juga mengalami degradasi
generasi yang diakibatkan para tokoh-tokohnya banyak yang masuk pada partai
Masyumi pada waktu itu, bahkan aktivitasnya pun terkadang sering terbengkalai
bahkan nyaris lenyap dari aktivitasnya.
Setelah partai Masyumi bubar dari partai politik, para tokoh
Muhammadiyah mulai kembali pada organisasi semula dan timbul greget untuk
memikirkan gerakan keagamaan yang lebih efektif dan efisien. Berbagai lontaran
pendapatpun muali muncul dan gagasan yang konstruktif pada waktu itu adalah
membentuk majelis Hikmah yang diketuai oleh Muhammad Yasin. Majelis ini
didirikan bertujuan sebagai wadah yang mampu menampung para aktivis
Muhammadiyah yang frustasi dari Masyumi tersebut, dan sekaligus sebagai
wahana dakwah untuk melangsungkan gerakan dan cita-cita persyarikatan
Muhammadiyah.
Dengan dibentuknya majelis hikmah ini maka pada waktu yang tidak lama
kemudian terbentuk cabang Muhammadiyah di bawah pimpinan Zahri.
Perkembangan dan gerakannya pun semakin lancar dan mendapat banyak sambutan
dari masyarakat khususnya di wilayah pesisir atau pantai, dimana yang sampai
sekarang menjadi basisnya yang terkuat dan sekaligus sebagai parameter
Muhammadiyah di wilayah Jawa Timur.
Pengembangan dan penyiaran dapat berjalan dengan dinamis dan cepat
setelah mempunyai banyak tokoh-tokoh yang mumpuni dalam bidang keagamaan
yang biasanya lebih banyak memberi atau diminta untuk mengisi pengajian-
pengajian di kota dan di desa. Melalui pengajian-pengajian tersebut, para tokoh itu
mulai memperkenalkan Muhammadiyah yang kemudian sedikit banyak membuat
massa tertarik yang pada akhirnya masuk sebagai warga Muhammadiyah. Adapun
basis mayoritas Muhammadiyah yang kental adalah di Paciran.
Muhammadiyah Kabupaten Lamongan berkembang di wilayah Tengah
tepatnya di Desa Pangkatrejo. Sebelumnya perlu diketahui bahwa sejak tahun 1950
sampai 1960-an Desa Pangkatrejo merupakan hasil kain tenun ikat terbesar di
Kabupaten Lamongan, ketenarannya mulai surut menjelang pemberontakan PKI
tahun 1965, karena PKI mematikan saluran perdagangan dan umumnya di
Indonesia pada masa itu terjadi krisis ekonomi. Keberadaan industri tenun inilah
yang menjadikan sebagian masyarakat desa itu memilki mobilitas tinggi, ialah
sebagai pedagang. Beberapa orang ternama diantaranya adalah Mastur, Suhari, M.
Thohir, H. Masud. Orang-orang itulah yang memotori berdirinya Muhammadiyah
di Desa Pangkatrejo.
Di Bagian Selatan, sebetulnya sekitar tahun 1930-an faham Muhammadiyah
sudah berpengaruh di Lamongan secara informal, artinya faham Muhammadiyah
mulai diterima, dipahami, dan diamalkan oleh beberapa orang dibeberapa wilayah
yang ada di Lamongan. Sudah berpengaruhnya Muhammadiyah pada masa itu,
karena banyak ulama Lamongan yang ikut aktif dalam kegiatan organisasi besar,
seperti Sarekat Islam (SI), dan dari sinilah mereka mengetahui adanya aliran
pembaharuan yang dimotori oleh Muhammadiyah.
Beberapa ulama yang sudah berfaham Muhammadiyah pada saat itu
diantaranya K.H. Syofyan Abdullah (Pangkatrejo), K.H. Sadullah (Blimbing
Kecamatan Paciran), dan K. Khozin Jali (Kota Lamongan). Walaupun demikian
mereka tidak bisa mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi, karena tantangan
dari kelompok Islam tradisional sangat besar dan perlu dipelajari terlebih dahulu.
Masyarakat Islam tradisional pada saat itu sudah mendapat pengayoman dari
organisasi Nahdhatul Ulama (NU) yang sudah berkembang pesat. Tokoh NU di
Kota Lamongan masa itu adalah K.H. Mastur Asnawi (dia adalah ayah dari
Muchtar Mastur salah seorang tokoh Muhammadiyah di Kota Lamongan),
sedangkan Pangkatrejo sudah dikuasai oleh NU yang dimotori oleh H. Abu Ali (dia
adalah saudara dari K.H. Syofyan Abdullah yang berfaham Muhammadiyah).
Hal yang cukup penting untuk diketahui bahwa NU di Lamongan lahir dari
komunitas perkotaan, lalu merembet ke pedesaan, sebaliknya Muhammadiyah
terbentuk dari komunitas pedesaan, baru merembet ke perkotaan.
Sebelum berdirinya Muhammadiyah di Desa Pangkatrejo, faham ini sudah
diterima oleh beberapa orang di desa itu. Seperti yang dinyatakan oleh M. Thohir
dan diperkuat oleh Mangun bahwa pada tahun 1940-an di Pangkatrejo sudah ada
kelompok belajar keagamaan yang sudah condong pada Muhammadiyah,
kelompok ini diasuh oleh K.H. Syofyan Abdullah. Kelompok belajar ini selain
diasuh oleh guru-guru setempat, juga mendatangkan guru dari Yogyakarta seperti,
R. Hadiwinoto yang bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat umum.
Pada tahun 1948 kelompok belajar tersebut diberi nama Madrasah Al
Abdaliyah dan mulai menggunakan model klasikal. Kesadaran mulai muncul dari
pembaharu saat itu, ialah sebuah gagasan akan arti pentingnya berjuang dan
berdakwah melalui organisasi. Untuk itu empat orang atas nama kelompok
pembaharu, antara lain Suhari, Mastur, Bayinah dan M. Thohir dikirim ke Gresik
untuk berkonsultasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik pada awal
tahun 1950 berkenaan dengan akan didirikannya organisasi Muhammadiyah di
Desa Pangkatrejo. Dari sinilah kemudian terbentuk organisasi Muhammadiyah
Ranting Pangkatrejo pada tahun 1953 diketuai oleh Abdul hamid, dibantu oleh
M.Thohir, Bayinah, Mastur, dan H. Mansur, yang masih berada dalam pengawasan
Cabang Muhammadiyah Gresik.
Pengaruh Muhammadiyah di Kota Lamongan seperti telah tersebut sudah
ada sejak tahun 1937, tetapi secara organisasi belum dapat didirikan. Pada tahun itu
ada usaha untuk mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi oleh H. Khozin
Jali, sayang sekali sampai dia meninggal dunia usaha itu belum terealisasi. Usaha
selanjutnya dilakukan oleh Hasan Buya pada zaman Jepang, usaha itu juga sia-sia,
karena mendapat tekanan dari Jepang sebagaimana yang terjadi pada organisasi
Muhammadiyah secara umum pada masa itu. Akhirnya usaha mendirikan
organisasi Muhammadiyah tidak terlihat lagi sampai pada akhir revolusi fisik tahun
1949.
Pada tahun 1950 kegiatan pemerintahan di Kabupaten Lamongan mulai
normal kembali setelah pada masa sebelumnya terganggu akibat Agresi Militer
Belanda. Urusan keagamaan Kabupaten pada saat itu diperankan oleh personil-
personil dari Kantor Urusan Agama (KUA) yang sekarang sudah berubah menjadi
Departemen Agama (Depag). Ialah H. Mahmud salah seorang pegawai kantor itu
(berasal dari Pangkatrejo) yang berfaham Muhammadiyah memberikan pengaruh
pada sesama pegawai yang ada, dan berhasil mendirikan kelompok pengajian
Muhammadiyah di kantor. Kelompok itu diketuai oleh H. Mahmud dibantu oleh H.
Shaleh. Oleh karena kedua orang ini sering mengalami sakit, maka roda
perkumpulan itu berjalan tidak normal. Bahkan ketika H. Shaleh dipindah ke
Situbondo, kelompok itu benar-benar tidak terlihat lagi aktivitasnya. Akan tetapi di
luar kantor (Kota Lamongan) sudah dapat didirikan kepanduan Hizbul Wathan
pada tahun 1951 dipelopori oleh Abdul Hamid. Muchtar Mastur, dan Yasin Fathul
dengan merekrut murid dari SMP PGRI Lamongan sebagai anggota. Dari Hizbul
Wathan inilah dapat terbentuk pendidikan Muhammadiyah yang pertama kali di
Kota Lamongan tahun 1952. Pendidikan itu antara lain Taman Kanak-Kanak
diselenggarakan di rumah H. Shaleh, diasuh oleh Masrifah. Pada tahun itu juga
didirikan SD dan SMP Muhammadiyah dengan meminjam gedung Madrasah
Qomarul Wathan.
Dorongan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah diberikan pada
Muchtar Mastur dan kawan-kawannya. Akhirnya setelah dorongan itu
diperbincangkan, dapatlah dibentuk organisasi Muhammadiyah di Kota Lamongan
pada tahun 1953 dengan susunan pengurus yang sangat sederhana. Organisasi ini
diketuai oleh Muchtar Mastur dibantu oleh Yasin Fathul sebagai sekretaris, dan
Muhammad Asyid sebagai bendahara. Pada awal berdirinya ini Muhammadiyah
didukung oleh sekitar 50 simpatisan (belum berkartu anggota Muhammadiyah).
Perlu diketahui bahwa pada saat itu Muchtar Mastur juga seorang pengurus Besar
NU bagian Syuriah, dan keterlibatannya dalam PBNU berakhir pada tahun 1964.
Suatu hal yang sangat mengherankan, bagaimana seorang PB NU juga telah
memimpin Muhammadiyah. Perlu diketahui, walaupun Muchtar Mastur seorang
pengurus NU, namun jiwa keagamaannya sudah tidak sefaham lagi dengan
organisasi itu. Dia merasa bahwa NU yang lebih condong menyuburkan
masyarakat Islam tradisional tidak dapat dibenarkan. Muchtar disebut oleh orang-
orang Muhammadiyah sebagai sangat keras dalam memberikan ceramah-ceramah
keagamaan, bahkan tidak segan-segan mengkafirkan orang-orang yang tidak
sefaham dengan Muhammadiyah. Masih ikut sertanya Muchtar Mastur dalam
kepengurusan NU memberikan kemudahan baginya untuk menyampaikan
pengajian-pengajian di tengah-tengah masyarakat NU, dan itu baginya merupakan
kesempatan untuk memasukkan ide-ide pembaharuan. Pada perkembangan
selanjutnya masyarakat mengetahui dari ketidakjelasan Muchtar itu, dan
menyimpulkan bahwa Muchtar benar-benar telah ber-Muhammadiyah. Hal itu
terlihat jelas dalam pemikirannya yang disajikan dalam setiap pengajian yang
mengarahkan pada masyarakat NU meninggalkan tradisi-tradisi yang dianggapnya
menyimpang dari Al Quran dan Al Hadits. Periode Muchtar dalam kepengurusan
Muhammadiyah berakhir pada tahun 1963, kendali organisasi selanjutnya dipegang
oleh R.H. Moeljadi (seorang mantan tokoh Masyumi), sedangkan Muchtar sendiri
tetap aktif berjuang lewat Muhammadiyah. NU secara total ditinggalkan oleh
Muchtar pada tahun 1964. Kepengurusan Moeljadi dalam Muhammadiyah
memperoleh perkembangan yang pesat, yang dijelaskan pada pembahasan
selanjutnya dalam tulisan ini.
Perkembangan Muhammadiyah di Lamongan mengalami kemajuan
menyusul bubarnya Partai Masyumi pada tahun 1960. Pada masa itu banyak
mantan anggota Masyumi yang tertarik pada persarikatan Muhammadiyah sebagai
alternatif. Masuknya tokoh Masyumi dalam Muhammadiyah memberikan dampak
yang besar bagi tumbuhnya organisasi, karena tokoh-tokoh itu kemudian diikuti
oleh anak buahnya. Diantara tokoh-tokoh Partai Masyumi yang disegani di
Lamongan saat itu adalah R.H. Moeljadi, H. Ali, dan H. Syamsul. Dalam periode
Muchtar di Lamongan berusaha mempengaruhi beberapa tokoh Masyumi tersebut
untuk ikut berjuang lewat Muhammadiyah. Keberhasilan usaha itu terlihat jelas
dengan masuknya Moeljadi sebagai simpatisan Muhammadiyah, yang selanjutnya
mengantarkan tokoh ini dalam tampuk kepengurusan Muhammadiyah sampai tahun
1978. Untuk H. Ali walaupun tidak mau masuk Muhammadiyah, tetapi sangat
menghargai Muhammadiyah, dan dia memilih untuk berjuang lewat NU.
Sedangkan H. Syamsul (dari Sugio) terkesan sangat anti terhadap Muhammadiyah.
Pada periode R.H. Moeljadi, Muhammadiyah memisahkan diri dari
pengawasan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro (perlu diketahui bahwa
cabang-cabang yang ada di Lamongan antara tahun 1957 sampai 1967 bernaung
dibawah Daerah Muhammadiyah Bojonegoro, sedangkan sebelum tahun itu ada
juga yang bernaung dibawah Cabang Muhammadiyah Gresik seperti yang
dituturkan oleh M. Thohir). Muhammadiyah di Kabupaten Lamongan berdiri
sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan berdasarkan Surat Keputusan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor C-076/D-13, tanggal 11 September
1967 yang membawahi 5 buah cabang, antara lain :
a. Cabang Lamongan, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Lamongan.
b. Cabang Babat, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Ngimbang.
c. Cabang Jatisari (Glagah), meliputi Wilayah Pembantu Bupati Karangbinangun.
d. Cabang Pangkatrejo, meliputi wilayah Tuban, Pembantu Bupati Sukodadi.
e. Cabang Blimbing (Paciran), meliputi Wilayah Pembantu Bupati Paciran.
Cabang-cabang tersebut di atas sebelumnya telah mendapat pengesahan dari
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, antara lain : Cabang Lamongan nomor 1024,
tanggal 11 Mei 1953, Jatisari nomor 1481 tanggal 2 Mei 1961, Babat nomor 1552,
tanggal 4 Februari 1962, Blimbing nomor 1796, tanggal 1 Februari 1964, dan
Pangkatrejo nomor 1707, tanggal 27 Juli 1963.
Kelima cabang itulah pada masa berikutnya berhasil mengembangkan
Muhammadiyah di wilayah kerjanya masing-masing.
B. Perkembangan Muhammadiyah Di Kecamatan Lamongan
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan sudah membawahi Cabang,
Ranting sebanyak 265 buah, dengan anggota berjumlah 59.337 orang. Sedangkan
amal usaha yang dimiliki adalah bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan tabligh.
Adapun jumlahnya masing sebagai berikut :
1. Bidang pendidikan
TK : 122 buah, MIM : 113 buah, MTs : 29 buah, SMP : 21 buah, SMA : 11
buah, MA : 12 buah, SMEA : 3 buah, STM : 4 buah, SPP : 1 buah, STIT : 3
buah, STIS : 1 buah, dan STIE : 2 buah. Kemudian ditambah lagi dengan
Pondok Pesantren : 7 buah, Madrasah Diniyah : 22 buah dan TPQ/TPA
sebanyak 115 buah.
2. Bidang Kesehatan
Rumah sakit : 2 buah, Rumah bersalin : 4 buah, BP/kesehatan : 9 buah, BKIA :
6 buah.
3. Bidang Sosial
Panti Asuhan : 2 buah, Asrama Pelajar : 1 buah, Bakesos : 1 buah, BPR : 1
buah, Koperasi Sekolah : 146 buah, Home Industri : 16 buah, LKM : 1 buah
dan TPI/pasar ikan : 1 buah.
4. Bidang Tabligh
Masjid : 193 buah, Mushala : 337 buah dan tempat pengajian : 240 buah.
5. Organisasi Otonom
Organisasi otonom tingkat Cabang yang dimiliki meliputi antara lain :
Aisyiyah : 20 Cabang, Nasyiatul Aisyiyah : 20 Cabang, Pemuda
Muhammadiyah : 24 Cabang, Ikatan Remaja Muhammadiyah : 24 Cabang,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah : 3 Komisariat dan Tapak Suci Putra
Muhammadiyah : 6 Pimcab.

Majelis-majelis
1. Majelis Tarjih dan Tadjid
2. Majelis Tabligh
3. Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU)
4. Majelis Pendidikan Kader (MPK)
5. Majelis Pustaka dan Informasi (MPI)
6. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK)
7. Majelis Lingkungan Hidup (MLH)
8. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)
9. Majelis Pelayanan Sosial (MPS)
10. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (MH-HAM)
11. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)
12. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan (MWK)

Lembaga-lembaga
1. Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqqoh (LAZIS)
2. Lembaga Pengawas Pengelolaan Keuangan
3. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
4. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
5. Lembaga Penanganan Bencana
6. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
7. Lembaga Penelitian dan Pengembangan

C. Amal Usaha
No Jenis Amal Usaha Jumlah
1 TK 136
2 Playgroup 140
3 SD 7
4 MI 100
5 SMP 26
6 MTs 29
7 SMA 11
8 SMK 12
9 MA 9
10 Pondok Pesantren 9
11 Sekolah Tinggi 5
12 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 11
13 Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 4
14 Apotek 6
15 Koperasi 27
16 Sekolah Luar Biasa (SLB) * 1
17 Masjid * 266
18 Musholla * 320
19 Tanah * 465.720 M2

1. Amal Usaha yang Dikembangkan Di Kecamatan Lamongan
a. STIKES Muhammadiyah Lamongan (Membuka jurusan baru, yaitu
program studi fisioterapi)
b. Koperasi Surya
c. SMP Muhammadiyah Lamongan
d. SMA Muhammadiyah Lamongan
2. Amal Usaha yang Sedang Berkembang Di Kecamatan Lamongan
a. RS Muhammadiyah Lamongan
b. STIKES Muhammadiyah Lamongan
c. Ponpes dan panti asuhan Al-Mizan
d. SMK Muhammadiyah Lamongan
e. SD Muhammadiyah Lamongan
3. Amal Usaha Unggulan di Kecamatan Lamongan
a. RS Muhammadiyah Lamongan
b. STIKES Muhammadiyah Lamongan
c. SMK Muhammadiyah Lamongan

BAB III
PENUTUP

A. Saran dan Masukan
Perkembangan Muhammadiyah di Kecamatan Lamongan sudah mengalami
kemajuan yang cukup pesat yang ditandai dengan semakin banyaknya minat
masyarakat yang masuk untuk menjadi anggota kepengurusan dan amal usaha yang
dilakukan untuk masyarakat sudah banyak yang sudah mengalami kemajuan yang
pesat. Tetapi meskipun seperti itu, masih banyak sekali pembenahan yang harus
dilakukan untuk perbaikan kepengurusan kedepaannya.
Saran dan masukan untuk Muhammadiyah Kecamatan Lamongan yaitu :
1. Lebih mengembangkan amal usaha yang telah ada terutama pada semua bidang
secara merata tanpa menitikberatkan pada satu bidang saja.
2. Sistem kepengurusan lebih teroganisir dengan cara adanya komunikasi antar
pengurus, tidak hanya melakukan komunikasi sebatas di rapat evaluasi saja.
3. Lebih transparan pada masyarakat mengenai program yang ada, misalnya
dengan cara mengupload dokumen yang berisi tentang program kerja dan amal
usaha yang dilakukan kedepannya secara periodik. Sehingga diharapkan
masyarakat juga bisa ikut berpartisipasi dan menyumbangkan ide untuk program
kerja dan amal usaha untuk kedepannya.
4. Merencanakan dan mengembangkan amal usaha yang belum ada, baik di daerah
maupun cabang. Misalnya membangun klinik kesehatan di cabang tertentu yang
akses pelayanan kesehatan kurang, mengadakan bimbingan belajar untuk siswa
yang prestasinya baik tapi kurang mampu, dll.
5. Kontak yang bisa dihubungi hendaknya bisa benar-benar bisa dihubungi demi
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja muhammadiyah di kecamatan
Lamongan.
6. Bisa mempertahankan konsistensi tetap mengembangkan amal usaha yang
sudah maju, misalnya meningkatkan status akreditasi RS Muhammadiyah
Lamongan dan STIKES Muhammadiyah Lamongan. Dengan semakin majunya
suatu amal usaha, maka diharapkan bisa membantu amal usaha yang masih
dalam tahap berkembang.
7. Diharapkan pula khususnya majelis pustaka dan informasi untuk lebih
memperhatikan isi dan informasi yang ada baik dari blog maupun situs resmi.
Karena sebaik apapun kinerja yang dilakukan, tapi jika informasi keluar tidak
ada, atau bahkan banyak halaman yang kosong, maka pihak luar khususnya
masyarakat bisa bertanya-tanya, apakah programnya berjalan atau tidak? atau
ini mana pimpinannya? Kok cuma sampai pimpinan periode th 2000 dan
pertanyaan lain masyarakat yang bersifat negaif.
8. Lebih mengembangkan kuantitas ranting di Kecamatan Lamongan, dengan
begitu diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kader, terutama di
daerah lamongan kota yang mayoritas penduduknya adalah islam KTP.
9. Menjaga cara dakwah, misalnya salah satu dakwah di Lamongan bagian selatan
menggunakan sistem dakwah kultural. Dakwah kultural tentu saja cukup sensitif,
terutama jika dilihat dari visi, misi dan tujuan muhammadiyah. Yang diharapkan
disini adalah bagaimana pimpinan tersebut bertanggungjawab pada konsistensi
program dakwah kultural agar tidak melenceng dari visi, misi, dan tujuan dari
Muhammadiyah.
10. Lebih mengoptimalkan program kerja agar dapat dilakukan seluruhnya.
11. Konsolidasi dan komunikasi terstruktur dengan semua ortom, majelis dan
lembaga tingkat daerah serta turba ke cabang-cabang

B. Usulan Program Pengembangan
1. Mengefektifkan manajemen masjid dan mushalla yang dikelola Muhammadiyah
sebagai basis gerakan persyarikatan
2. Mengembangkan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi di
seluruh daerah.
3. Mendorong lahirnya lembaga-lembaga kader Muhammadiyah, seperti Pondok
Pesantren Muhammadiyah, dan memberi perhatian lebih pada lembaga yang
telah ada.
4. Menyegarkan dan mengembangkan pemahaman dan pengamalan ajaran lslam
dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan kompleks disertai dengan
perumusan Risalah Islamiyah, tafsir al-Quran, dan pemikiran-pemikiran
keislaman lainnya yang komprehensif.
5. Memanfaatkan berbagai media seperti, media cetak dan elektronika untuk
kegiatan dakwah agar ajaran Islam yang mencerahkan dan menyejukan dapat
dirasakan oleh masyarakat luas dalam kehidupan sehari-hari.
6. Mewujudkan pusat-pusat keunggulan pendidikan Muhammadiyah di setiap
kecamatan sebagai model pengembangan pendidikan yang bermutu di tingkat
dasar, menengah, dan pesantren.
7. Meningkatkan mutu pendidikan Muhammadiyah sehingga memenuhi delapan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) serta mendorong lembaga pendidikan
berstatus mandiri dan berstandar internasionai dengan keunggulan khusus dalam
bidang akademik, agama, akhlak mulia, dan kecakapan hidup.
8. Mengembangkan kualitas kepemimpinan, tatakelola keuangan, peraturan-
peraturan yang terpadu dan terstandar,pemanfaatan IT (Information Technologi),
penjaminan mutu, dan bebagai perangkat penting lainnya yang mendukung
pengembangan keunggulan pendldikan Muhammadiyah di pesantren,
pendidikan dasar dan menengah.
9. Mengoptimalkan jaringan amal usaha bidang kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat melalui kerjasama internal dan eksternal, teknologi informasi
pengembangan koperasi, konsep satelit klinik dan bentuk-bentuk jejaring lainnya
yang membawa pada keungulan secara kolektif.
10. Pengadaan web site, facebook serta mengaktifkan web site sebagai
sarana penyebaran informasi dan syiar kegiatan Muhammadiyah dan sebagai
sarana komunikasi antar warga Muhammadiyah dan simpatisan.
11. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pelayanan kepada media massa (cetak dan
elektronik).
12. Menyusun database profil, kegiatan, amal usaha di lingkungan Muhammadiyah.
13. Mengadakan Stasiun TV Muhammadiyah/Radio sebagai sarana informasi dan
dakwah dengan cara bekerjasama dengan SMK Muhammadiyah Lamongan.

C. Rekomendasi
Usulan yang sudah ada diatas diajukan kepada pengurus cabang Muhammadiyah
Lamongan agar dapat diwujudkan dan dirasakan manfaatnya untuk masyarakat,
sebagai berikut:
1. Optimalisasi website PDM dan PCM Lamongan.
2. Stasiun TV Muhammadiyah.
3. Pengobatan gratis untuk kader dan masyarakat kurang mampu.
4. Dakwah kultural
5. Penerbitan media cetak Muhammadiyah
6. Mengadakan bimbingan belajar gratis untuk kader dan pelajar yang pandai tapi
kurang mampu.



























Daftar Pustaka
1. Lamongan.muhammadiyah.or.id. diakses pada tanggal 3 januari 2013
2. pdm-lamongan-jatim.blogspot.com diakses pada tanggal 3 januari 2013
3. wawancara langsung dengan pengurus PCM Lamongan melalui selular pada
tanggal 20 Desember 2012



















Tugas Akhir
Mata Kuliah Kemuhammadiyahan
Sejarah Dan Perkembangan Muhammadiyah di Kecamatan Lamongan Serta
Usulan Program Pengembangan Dan Rekomendasi










Dosen Pengampu: Istanto, S.PdI
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Kemuhammadiyahan




Oleh:
Arina Sabila Rohmani
(J310110045)


PROGRAM STUDI GIZI S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Nama : Arina Sabila Rohmani
Alamat : Jl. Kusuma Bangsa,
Perumahan Kusuma Bangsa Regency No 12E,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai