Anda di halaman 1dari 6

MANFAAT MEMPELAJARI TASAWUF

Manfaat mempelajari tasawuf adalah kita akan memiliki pengetahuan tentang kriteria
perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ikutilah amalan-amalan sunnah sebagaimana para ulama kita terdahulu contohkan yakni para Wali
Songo yang mengajak kita untuk mentaati Allah taala dan RasulNya.
Nasehat mereka tertuang dalam syair lagu OBAT HATI

Obat hati ada lima perkara.
Yang pertama, baca Quran dan maknanya
Yang kedua, shalat malam dirikanlah
Yang ketiga, berkumpulah dengan orang saleh
Yang keempat, perbanyaklah berpuasa
Yang kelima, dzikir malam perpanjanglah.
Yang pertama, baca Quran dan Maknaya
Untuk bertasawuf atau menjadi orang khusus (yang dicintai Allah taala) , bacalah Al-Quran dengan
maknanya. Jadikanlah Al-Quran sebagai petunjuk dalam kita melakukan segala aktivitas.
Pergunakanlah terjemahan Al-Quran dan lebih baik dengan tafsir.
Yang kedua, Sholat malam dirikanlah
Dan pada sebagian malam tahajudlah kamu, sebagai ibadah tambahan bagimu, semoga Rabbmu
mengangkat derajatmu ke tempat yang paling terpuji. (QS Al Isro [17]:79 )
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu
lebih berkesan. (QS Al Muzzammil [73]:6 )
Rasulullah SAW. bersabda: Kerjakan sholat malam, sebab hal itu adalah kebiasaan orang-orang
sholeh sebelum kamu, juga sebagai suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai
penebus keburukan-keburukanmu, dan pencegah dosa. (HR Tirmidzi)
Yang ketiga, berkumpulah dengan orang sholeh
Untuk bertasawuf atau menjadi orang sholeh maka kitapun harus memperbanyak berkumpul dengan
orang sholeh.
ar-ruuhu junnudun mujannadah
Ruh itu kelompok (berbala) yang mengelompok atau teman yang ditemankan. (HR Bukhari)
Kalau kita berkumpul dengan orang-orang sholeh, maka kita akan menjadi orang sholeh. Orang
sholeh seperti penjual minyak wangi kata Nabi. Jadi orang sholeh itu akan menyemprotkan wangi-
wangiannya ke sekelilingnya. Jadi sekitarnya akan menjadi wangi karenanya. Oleh karena itu dekat-
dekatlah kita kepada penjual minyak wangi sebab kalaupun toh tidak mampu membeli kita akan
memperoleh bau wanginya.
Berkumpul adalah melihat dan mendengar. Termasuk berkumpul dengan orang sholeh jika kita
membaca tulisan/buku-buku yang ditulis oleh orang sholeh. Hindari membaca buku yang ditulis oleh
Dukhala Ilmi yakni ahli ilmu (ulama) namun bukan ahli bidang tasawuf.
Kami merekomendasikan beberapa buku-buku baru yang merupakan terjemahan dari karya penulis
ulama Tasawuf ternama.
Karya Syaikh Abdul Qadir Jailani yang diterjemahkan
Trilogi Jalan Sejati Menuju Sang Khalik
Buku ke 1 Rahasia mencintai Allah
Buku ke 2 Rahasia berjumpa Allah
Buku ke 3 Rahasia menjadi kekasih Allah
Buku-bukut itu diterbitkan oleh penerbit Sabil, Jogyakarta.http://www.divapress-online.com
Karya Syaikh Ibnu Athoillah yang diterjemahkan
1 set buku Terapi Makrifat penerbit Zaman, http://www.penerbitzaman.com
1. Misteri Berserah kepada Allah
2. Rahasia Kecerdasan Tauhid
3. Tutur Penerang Hati
4. Zikir Pententram Hati
5. Kasidah Cinta dan Amalan Wali Allah
Bacaan dalam bentuk majalah yang kami rekomendasikan adalah Cahaya Sufi.
Sejauh ini kami tidak ada hubungan dengan para penerbit, kami merekomendasikan karena untuk
tahap permulaan lebih baik membaca buku yang mudah untuk dipahami, diresapi dan diambil
hikmahnya. Buku-buku tersebut adalah termasuk buku yang baru diterbitkan dan diterjemahkan oleh
penterjemah masa kini.
Ikuti pengajian yang membahas kitab-kitab Tasawuf seperti kitab Al Hikam , Syaikh Ibnu Athoillah
atau pengajian yang membahas seputar hati atau tazkiyatun nafs seperti manajemen qalbu.
Selain bergaul dengan orang sholeh, kita upayakan meninggalkan pergaulan dengan orang yang tidak
sholeh seperti
1. Tinggalkan menonton sinetron TV yang berisikan atau mempertunjukkan sifat-sifat orang
yang tidak sholeh seperti marah, sombong, dengki, iri, hasut dll. Menonton sinetron TV
seperti itu pada hakikatnya kita bergaul dengan orang tidak sholeh.
2. Tinggalkan menonton infotainment yang berisikan membicarakan keburukan orang lain
(ghibah).
3. Tidak menonton acara yang memperlihatkan gaya hidup yang bukan berzuhud. Sedangkan
berzuhud adalah gaya hidup yang dicintai Allah taala. Silahkan baca tulisan
padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/30/zuhudlah-di-dunia/
Yang keempat, perbanyaklah berpuasa
Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan
ketika bertemu dengan Tuhannya (HR Bukhari).
Dari Sahl dari Nabi bersabda : Sesungguhnya dalam surga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar
Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat, dan selain mereka
tidak akan masuk melaluinya. .(Hadist riwayat Bukhari dan Muslim)
Lakukanlah puasa sunnah Senin-Kamis, sepanjang tahun jika kesempatan memungkinkan. Tulisan
tentang puasa silahkan baca padahttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/08/05/hakikat-puasa/
Yang kelima, dzikir malam perpanjanglah.
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya. (QS Al Ahzab [33]:41 )
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [QS Ar Rad [13]:28 ]
Hal yang sebaiknya dilakukan sebelum dalam berdzikir adalah harus diawali dengan bertawasul atau
diawali beberapa dzikir yang telah kami sampaikan dalam tulisan
pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/24/allah-itu-dekat/ yaitu istighfar, syahadah,
laahaulaa , sholawat dstnya..
Dizkrullah adalah alat atau sarana kita untuk miraj kepada Allah Azza wa Jalla atau untuk
sampai kepada Allah Azza wa Jalla. Sebaik-baiknya dzikir atau sebaik-baiknya miraj adalah
sholat. Inilah yang dimaksud perkataan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, bahwa Ash-
shalatul Mirajul Muminin, sholat itu adalah mirajnya orang-orang mukmin
Demikianlah tips dari kami untuk memulai bertasawuf, dalam perjalanannya nanti, jika dikehendaki
Allah Azza wa Jalla datanglah mursyid yang ditetapkanNya.
Kalau ada waktu silahkan baca tulisan di blog kami. Temukan daftar/indeks tulisan pada kolom paling
kanan dengan judul/kelompok
Seputar Tasawuf, Perjalanan Hidup (suluk) dan Tulisan khusus
Tulisan ini kita akhiri dengan firman Allah swt yang terkait dengan jiwa, yang artinya
Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku QS (Al Fajr [89] 27-30
)


MANFAAT MEMPRAKTEKKAN TASAWUF

Seseorang akan dapat membersihkan hatinya agar sampai kepada marifat terhadap Allah
Taala sebagai marifat yang sempurna untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan
Allah Taala dan mendapatkan kebahagiaan abadi.

1. Bermurah hati seperti Nabi Ibrahim ( ),
Sehingga mendapatkan gelar sebagai kekasih Allah (Khalil Allah);
2. Menyerah dengan sukarela atau ridha ( )
Seperti Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim, yang begitu ridha, husti al-dzan dan sabar ketika menerima ketentuan Allah
yang harus dijalankan oleh Nabi Ibrahim untuk menjadikannya sebagai qurban, di mana ia dijadikan sarana untuk
ber-taqarrub, bahkan walau harus dengan menyerahkan nyawanya di hadapan Allah;
3. Bersabar seperti Nabi Ya'qub dan Nabi Ayyub ( ).
Nabi Ya'qub begitu sabar menghadapi cobaan ulah dari
anak-anak- nya terhadap Yusuf, dengan mengatakan "kesabaran itu lebih indah". Sementara
itu Nabi Ayyub mendapatkan cobaan langsung dari Allah sebagaimana diukir dalam QS. Shaad: 44, yang
menunjukkan kesabaran Beliau ketika menghadapi cobaan atas badan dan jiwanya, harta dan anak-anaknya, yang
semuanya harus habis dalam rangka ber-taqarrub kepada Allah;
4. Ketelitian membaca ayat dan simbol dari Allah
( )
seperti Nabi Zakaria.
Syaikh mengharapkan agar setiap sufi dapat memahami simbol-simbol yang terdapat dalam ajaran Allah dan Rasul-
Nya sebagaimana halnya Nabi Zakaria yang begitu cepat memahami apa-apa yang terjadi pada diri Maryam pada
saat berada dalam mihrab (ada yang menyebutkan mihrab Masjid al-Harama Makkah), peristiwa didapatinya rezeki
berupa makanan dan
buah-buahan di sisi Maryam yang diasingkan, yang menandakan kekuasaan Allah yang tidak terbatas;
5. Kondisi keterasingan batin dari dunia atau juga miskin hati dari dunia ( ) seperti Nabi Yahya.
Yang dimaksudkan adalah
keadaan seorang sufi yang menjauhkan diri dari keramaian dan tetek bengek urusan kemanusiaan dan dunia yang
sia-sia, hanya mendekatkan diri
kepada Allah di tengah-tengah kesunyian batin dari manusia, makhluk dan dunia. Nabi Yahya adalah tipe manusia
yang selalu memperbanyak ibadah, mengosongkan hatinya dari kesibukan-kesibukan melainkan untuk Allah dan
ridha-Nya semata.
Bahkan sampai tidak memiliki anak, istri, yang oleh Allah diberikan gelar "sayyidan wa khu- shuran, wa nabiyyan min
al-shalihin" (Mu'jam al-Fadz al-
Shufiyyah al-Syarqawi, hlm. 216; Tafsir lbn Katsir, 1:361).
Hanya saja bagi al-Jailani tidak harus sedrastis itu. Memiliki istri dan anak bukanlah pantangan dalamsufi. Akan
tetapiSyaikh
menekankan, istri dan anak jangan sampai menjauhkan dari Allah, dan tidak membuat hati
berpaling dari Allah, karena hal ini akan membuat Allah "cemburu", karena cintanya kepada Allah bisa
terbagi dengan makhluk (Futuh al-Ghaib, majlis no. 32);
6. Berpakaian dan berpenampilan sederhana,
sebagai corak manusia pilihan Tuhan seperti Nabi Musa bin Imran ( ) namun tentu
maksudnya adalah ), sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur'an;
"Allah berfirman:"Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu)
untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang- orang yang bersyukur."
7. Mengembara seperti Nabi Isa ( ).
Maksudnya adalah bagian dari perjuangan yang harus dilalui oleh para sufi. Seorang sufi mesti melakukan musafir
dan rihlah spiritual, yang artinya jauh dan rela berpisah dengan keluarga dan dunia yang disayanginya
untuk ridha Allah. Bepergian menjadi latihan-latihan bagi jiwa yang dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah;
dan
8. "Miskin" dalam beragama
seperti Nabi Muhammad ( ), maksudnya adalah kemiskinan di hadapan Allah.
Yang diingin- kan oleh Syaikh, "faqir" di sini bukan sebagai Iawan dari kata "al-ghina", melainkan merasa sangat
membutuhkan Allah dalam segala realitas kehidupan, tanpa-Nya segala hajatdan keinginan, kekayaan dan
sebagainya tidak akan berguna sama sekali.
Perihal tentang kekayaan dan kemiskinan, dalam majlis yang sama Syaikh al-Jailani mengemukakan bahwa hakekat
kemiskinan adalah jika seseorang tidak lagi memerlukan apa-apa dari orang lain,sedangkan kekayaan adalah jika
seseorang berada melampaui garis keperluan makhluk.
Al-Jailani juga mengingatkan kepada para pengikut tarekat agar tetap berpegang pada Sunah
Rasulullah dan syariat agama Islam. Dia juga mengingatkan bahwa syaitan banyak sekali
menyesatkan ahli tarekat dengan cara menggodanya agar meninggalkan syariat karena
sudah melaksanakan tarekatnya ('Abd al-Wahab al-Ja'rani, tt.: 109).

Anda mungkin juga menyukai