Anda di halaman 1dari 30

Geologi dan Studi Karakteristik

Ubahan Hidrothermal Batuan


Reservoar Lapangan Panas Bumi
Daerah Kamojang, Jawa Barat

Oleh :
Imam Arief Kurniawan
111.100.002
UPN Veteran Yogyakarta
2014

Pendahuluan
Indonesia secara geologi terletak pada
pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu
lempeng Eropa-Asia, India-Australia dan Pasifik
yang berperan dalam proses pembentukan gunung
api di Indonesia. Kondisi geologi ini memberikan
kontribusi nyata akan ketersediaan energi
panasbumi di Indonesia. Indonesia yang kaya
akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi
panasbumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembangkit tenaga listrik.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul yang diajukan sebagai topik
penelitian, maka permasalahan yang dijumpai dalam
rencana penelitian ini adalah:

1.Bagaimana kondisi geologi daerah telitian ?
2.Bagaimana karakterisitik alterasi hidrotermal daerah
telitian?
3.Bagaimana karakterisitik fluida berdasarkan hasil analisa
manifestasi di daerah telitian?
4.Berasosiasi dengan batuan reservoir apakah pemunculan
manifestasi panasbumiserta bagaimana arah alirannya ?
5.Bagaimana karakteristik batuan reservoar daerah telitian ?

Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi geologi bawah permukaan
pada daerah telitian, berdasarkan data cutting
ataupun intibor pada masing-masing sumur
penelitian
2. Memperoleh hubungan mineral ubahan dengan
suhu pembentukan
3. Memperoleh hubungan mineral ubahan dengan
fluida panas bumi
4. Mengetahui karakteristik batuan reservoar secara
detil, sebagai media akumulasi fluida panas bumi

Batasan Masalah
Hal hal yang akan dibahas pada penelitian Tugas Akhir ini meliputi :
Memperoleh data-data manifestasi permukaan dan litologi penyusun yang ada
di lapangan Panasbumi sehingga mahasiswa dapat mengetahui kualitas
Panasbumi di lapangan tersebut, data data dapat berupa :

1. Jenis manifestasi yang ada di lapangan panasbumi
2. Temperatur pada permukaan manifestasi
3. Sistem panasbumi di lapangan berdasarkan yang dilihat dari jenis fluidanya.
Pengambilan sampel pada daerah telitian yang bertujuan untuk analisa agar
menunjang data yang di dapat dari lapangan.
4. Data core / cutting.
5. Struktur yang terdapat pada wilayah telitian
6. Data geologi daerah telitian

Tahapan dan Metodologi Penelitian
Tahapan Persiapan
- Berupa studi literatur peneliti terdahulu
Pengumpulan data
- Sumber data:
> Data core yang berfungsi untuk mengetahui
sifat fisik batuan seperti tekstur maupun hal yang bersifat
diskriptif lainnya
> Data analisa kimia (manifestasi permukaan),
petrografi (sayatan tipis), dan analisa XRD untuk
mengetahui jenis mineral lempung
> Data pemetaan detil ataupun semi detil yang
diperoleh dari hasil lapangan



Teknik pengumpulan data
- Peta topografi dan geologi regional daerah telitian
- Hasil analisa laboratorium dari laboratorium terkait
- Literatur penelitian terdahulu
Tahap Analisa dan Interpretasi Data
- Analisa Struktur Geologi
- Analisa Sayatan Tipis Petrografi
- Analisa Geokimia Air dan fluida panasbumi
- Analisa X Ray Difraction (XRD)
Tahap penyusunan laporan
- Peta Geologi dan Geomorfologi
- Zona Alterasi Batuan
- Korelasi bawah permukaan
- Hasil Geokimia Fluida Panasbumi
- Temperatur Daerah Panasbumi
- Sistem panasbumi daerah telitian




Dasar Teori
Pengertian Panasbumi
Panasbumi adalah sumber energi panas
yang terkandung di dalam air panas, uap air,
dan batuan bersama mineral ikutan dan gas
lainnya yang secara genetik semuanya tidak
dapat dipisahkan dalam suatu sistem
Panasbumi dan untuk pemanfaatannya
diperlukan proses penambangan. (Pasal 1 UU
No.27 tahun 2003 tentang Panasbumi).

Sistem Panasbumi
Manifestasi Panasbumi
1. Mata air panas
Dapat terbentuk dalam beberapa tingkatan mulai dari
rembesan hingga menghasilkan air dan uap panas yang
dapat dimanfaatkan secara langsung (pemanas ruangan /
rumah pertanian atau air mandi) atau penggerak turbin
listrik
2. Sinter silika
Berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin
dengan kandungan cukup silika diendapkan ketika fluida
yang jenuh silika amorf mengalami pendinginan dari 100
o
C
ke 50C. Endapan ini dapat digunakan sebagai indikator
yang Intik bagi keberadaan reservoir bersuhu > 175
o
C.

3. Travertin
Adalah jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau
permukaan, ketika air meteorik yang sedang bersirkulasi
sepanjang bukaan struktur mengalami pemanasan oleh
magma dan bereaksi dengan batuan karbonat. Biasanya
terbentuk sebagai timbunan / gundukan di sekitar mata
air panas bersuhu sekitar 30C-100C, dapat digunakan
sebagai indikator suhu reservoir panasbumi berkapasitas
energi kecil yang terlalu lemah untuk menggerakkan
turbin listrik tetapi dapat dimanfaatkan secara langsung.
4. Warm Ground Gas-gas dan uap air
Yang naik kepermukaan akan menaikkan suhu
disekitar daerah termal area sehingga suhu didaerah ini
akan Iebih tinggi daripada daerah disekitarnya dan juga
lebih tinggi dari suhu udara didekat permukaan bumi
yang kadang-kadang mencapai 30C- 40C.



5. Kawah dan endapan hidrotermal
Kedua jenis manifestasi ini erat hubungannya dengan
kegiatan erupsi hidrotermal dan merupakan indikator kuat
dari keberadaan reservoir hidrotermal aktif. Kawah
dihasilkan oleh erupsi berkekuatan supersonik karena
tekanan uap panas yang berasal dari reservoir hidrotermal
(kedalaman 400 m, suhu 230
o
C), ketika aliran uap
tersebut terhambat oleh lapisan batuan tidak permeabel
(caprock). Sedangkan endapan hidrotermal (jatuhan)
dihasilkan oleh erupsi berkekuatan basaltik dari reservoir
hidrotermal dangkal (kedalaman 200 m, suhu I95C),
ketika transmisi tekanan uap panas melebihi tekanan
litostatik karena tertutupnya bukaan-hukaan batuan yang
dilaluinya.
6. Steaming Ground
Uap air yang keluar dalam jumlah sedikit melalui pori
dalam tanah atau batuan yang kenampakannya hanya berupa
uap putih dan hangat dan tidak tidak terdengar bunyi dari
tekanan uap yang tinggi seperti pada fumarol.
7. Fumarol.
Uap panas (vapour) yang keluar melalui celah-celah
dalam batuan dan kemudian berubah menjadi uap air (steam),
yang umumnya mengandung gas SO2 yang relatif tinggi serta
gas CO2.
8. Acid Hot Spring
Mata air panas dengan pH asam (pH < 6) yang terbentuk
dari hasil kondensasi gas-gas magmatik dan uap panas
(vapour) didekat permukaan bumi kemudian melarut dan
bercampur dengan air meteorik dan kemudian keluar menjadi
mata air dengan pH asam.



Contoh gambar manifestasi permukaan
Klasifikasi Potensi Panasbumi
Energi panasbumi dapat diklasifikasikan
menjadi lima kategori yang terdiri dari energi
bumi (earth energy), energi hidrotermal
(hydrothermal energy), energi tekanan bumi
(geopresurred energy), energi magma (magma
energy) dan energi batuan panas dan kering (hot
dry energy).
(sistem hidrotermal mempunyai kriteria pori-pori batuan
mengandung uap atau air atau kedua-duanya dan reservoir
umumnya tidak terlalu jauh dari permukaan bumi, sehingga
masih ekonomis untuk dilakukan eksploitasi)
Berdasarkan pada air yang terkandung didalam
cebakan sistem panasbumi dapat dibedakan menjadi :
1. Panasbumi Dominan Uap, panasbumi ini didominasi
oleh kandungan uap yang dihasilkan oleh air yang telah
terpanasi, sehingga bila muncul di permukaan dalam
keadaan kering pada suhu sekitar 200
o
C dan tekanan
sekitar 8 bar.
2. Panasbumi Dominan Air panas, pada sistem ini
keberadaan air selalu bersirkulasi di dalam reservoir, bila
terjebak di dalam sumur bor, air dapat mengalir secara
alamiah atau dipompa. Tekanan berkisar sekitar 8 bar atau
kurang. Kadang bercampur dengan padatan yang berupa
silika, karbonat dan sulfat.
3. Panasbumi Dua-Fasa, pada sistem ini panasbumi terdiri
dari air dan uap dengan perbandingan yang bervariasi.

Temperatur reservoir panasbumi relatif tinggi,
bisa mencapai 350
o
C. Menurut Hochstein, 1990,
sistem panasbumi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Sistem panasbumi temperatur rendah, yaitu
sistem panasbumi yang reservoirnya mengandung
fluida dengan temperatur < 125
o
C.
2. Sistem panasbumi sedang, yaitu sistem
panasbumi yang temperatur fluida di dalam
reservoir antara 125
o
C 225
o
C.
3. Sistem panasbumi tinggi, yaitu sistem panasbumi
yang temperatur fluida di dalam reservoir >
225
o
C.

Konseptual Model Reservoir Panasbumi
Alterasi Hidrotermal
adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan
perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh interaksi
fluida panas dengan batuan yang dilaluinya, di bawah kondisi evolusi fisio-
kimia. Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu
pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan dinding
( Pirajno, 1992 ).

Alterasi hidrotermal akan bergantung pada :
1. Karakter batuan dinding
2. Karakter fluida ( Eh, pH )
3. Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung
4. Konsentrasi
5. Lama aktivitas hidrotermal

*Temperatur & kimia fluida menjadi faktor terpenting dalam proses
alterasi hidrotermal, (Sutarto, 2004)

Tipe-tipe Alterasi
1. Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan
beberapa mineral epidot, illit/serisit, kalsit, albit, dan
anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200-300C pada pH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada
daerah yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut
Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004), terdapat empat
kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe
propilitik, yaitu :
> Klorit-kalsit-kaolinit.
> Klorit-kalsit-talk.
> Klorit-epidot-kalsit.
> Klorit-epidot.
2.Argilik
Himpunan mineral:
> muskovot-kaolinit-monmorilonit
> muskovit-klorit-monmorilonit.
Himpunan mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100-
300C (Pirajno, 1992), fluida asam-netral, dan salinitas rendah. Pada zona ini
terdapat proses boiling system, batuan mengalami korosif oleh fluida panas.
3 . Potasik
Himpunan mieral:
> biotit sekunder , K Feldspar, Kuarsa, Serisit, Magnetite
> muskovit-biotit-alkali felspar-magneti
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam
suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi > 100m. Pembentukkan
biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama
hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit,
feldspar maupun piroksen.
Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit
(sphene) atau rutil kadang terbentuk.Alterasi potasik terbentuk pada daerah
yang dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300C),
salinitas tinggi, dan dengan karakter magamatik yang kuat.


4. Filik
Himpunan mineral:
> Serisit kuarsa (utama) > melimpah Pirite > Anhidrit
> kuarsa serisit pirite (tdk ada lempung)
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona
potasik. Batas zona alterasi ini berbentuk lingkaran yang mengelilingi
zona potasik yang berkembang pada intrusi. Mineral serisit terbentuk
pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi
serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak
dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi
mineral phylosilikat atau kuarsa.
Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan
rutil.Terbentuk pada temperatur sedang-tinggi (230-400C), fluida
asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas
dengan urat.
5. Skarn
Himpunan mineral:
Kondisi kurang air: garnet, klinopiroksin, wollastonit, magnetite
Kondisi cukup air: klorit, tremolit aktinolit, kalsit, larutan
hidrotermal


Garnet piroksen - karbonat adalah kumpulan yang paling
umum dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil
(Taylor, 1996, dalam Sutarto, 2004).

Tipe Skarn terbentuk akibat kontak antara batuan sumber
dengan batuan karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh
komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat.

Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap
akhir yang menutupi mineral-mineral tahap awal. Aktinolit
(CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah mineral amfibol yang paling
umum hadir pada skarn. Jenis piroksen yang sering hadir adalah
diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe).


6. Greisen
Himpunan mineral:
> kuarsa - muskovit (atau lipidolit)
dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan
florit yang dibentuk oleh alterasi metasomatik post-magmatik granit
(Best, 1982, Stempork, 1987, dalam Sutarto, 2004).
7. Silisifikasi
Himpunan mineral:
> kuarsa (>573 C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedonm
Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling
umum dijumpai dan merupakan tipe terbaik.Bentuk yang paling
umum dari silika adalah (E-quartz, atau -quartz, rendah quartz,
temperatur tinggi yang paling umum adalah quartz rendah, kristobalit,
dan tridimit kebanyakan ditemukan di batuan volkanik.
Tridimit terutama umum sebagai produk devitrivikasi gelas
volkanik, terbentuk bersama alkali felspar.
Selama proses hidrotermal, silika mungkin didatangkan dari
cairan yang bersirkulasi, atau mungkin ditinggalkan di belakang
dalam bentuk silika residual setelah melepaskan (leaching) dari dasar.
Solubilitas silika mengalami peningkatan sesuai dengan temperatur
dan tekanan, dan jika larutan mengalami ekspansi adiabatik, silika
mengalami presipitasi, sehingga di daerah bertekanan rendah siap
mengalami pengendapan (Pirajno, 1992).
8. Serpentinisasi
Batuan yang telah ada berubah menjadi serperite yang mineral
utamanya adalah Cripiolite disamping ada juga mineral mineral lain.
Batuan semula biasanya batuan basa ( andesitte ) yang berubah
karena proses hidrotermal maka batuan basa ini berubah menjadi
serpertisasi.
Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan diubah menjadi
serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering,
tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.



Alterasi Hidrotermal
Zona Alterasi Hidrotermal
Warna Alterasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai