SAYURAN SEGAR UNTUK MENCAPAI SERTIFIKASI PRODUK PRIMA TIGA DI PROVINSI JAMBI SECURITY AND SAFETY HANDLING OF FOOD, FRUIT AND FRESH VEGETABLE TO REACH SERTIFICATION OF PRIMA TIGA PRODUCT IN JAMBI PROVINCE Nur Asni 1) dan Syafri Edi 1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi, Indonesia. Telp. 0741-7053525. Fax. 0741-40413 Website: jambi.litbang.deptan.go.id, e-mail:bptp_jambi@yahoo.com
ABSTRACT Fruit and Vegetable is important commodity for public health, because is source of vitamin, mineral, vegetation protein, and fibre. Growing of public enthusiasm consumes fruit and vegetable, security and safety guarantee would of food becoming fundamental consideration in commerce, either international and also national. Fruit and Vegetable domestic product and also circulating import marketing and ready to be consumed indicated that there are still many containing food problems. This worry relates to has not fufilled it security and safety clauses of food between by it is existence of content cemaran Dangerous Toxic Agents (B3). Pesticide as one of type B3 many utilized by producer farmer to protect its the fruit crop and vegetable and yield, which unconsciously can generate poisoned / contamination at vegetable because residue leaved. This activity aim to get vegetable product is having certificate Prima 3 which expressed is safe is consumed with level residue under maximum boundary threshold ( Residue Maximum Boundary = BMR). This activity executed in Kerinci District with potato commodity, chilli, kol interest and markisa which is pre-eminent horticulture commodity of Jambi Province. This activity is working is same between Badan Bimas Ketahanan Pangan Propinsi Jambi, Dinas Pertanian, BPTPH and BPTP Jambi. Activity is done through some activity 2
steps that is : 1). Coordination of sertification activity, 2). Area Assessment of farming land, 3). Sampling and examination of pesticide residue, and 4). Sertification of Prima 3 Product. Activity of sertification executed at area of farming land, with construction and control of farming in pass by quickly sectoral. Area Assessment of farming land is executed to refers to Manual Book Assessment of Prima Garden 3, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Pengujian residu pestisida is done to works along with Laboratorium of Plant Protection Office West Sumatra. From result of area assessment of farming land and examination in laboratories, vegetable product shows that potato vegetable, chilli and markisa up to standard for certificate Prima 3, while product kol ineligibility interest for certificate Prima 3. With product Sertification of Prima 3 is expected security and safety handling of fresh vegetable food in Jambi Province earns more useful and optimally in the effort preventing the happening of health problems of public as result of consumption of food that is not safe. Keyword: security and safety handling of food, fruit and fresh vegetable, sertification, Product of Prima 3. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 1) Peneliti Madya pada BPTP Jambi PENDAHULUAN Buah dan Sayuran merupakan salah satu jenis pangan yang penting untuk kesehatan masyarakat, karena melengkapi kebutuhan gizi manusia yang berfungsi sebagai sumber vitamin, mineral, protein nabati, dan serat. Bagi masyarakat menengah kebawah, buah dan sayuran menjadi andalan dalam memberikan kontribusi mineral bagi tubuh. Demikian pentingnya arti buah dan sayuran bagi kesehatan, menurut anjuran gizi sebaiknya mengkonsumsi minimal lima porsi sayuran dan buah setiap hari. Ini berarti sayuran sebaiknya selalu tersedia pada setiap waktu makan (Khomsan, 2002). Mengingat pentingnya buah dan sayuran bagi kesehatan, dan semakin meningkat nya kesadaran gizi masyarakat, sehingga minat masyarakat mengkonsumsi buah dan 3
sayuran juga semakin meningkat, maka jaminan keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan utama dalam perdagangan baik nasional maupun internasional. Disamping itu pemahaman tentang masalah sanitasi sehingga cara penanganan sayuran sampai ketingkat rumah tangga bisa terjamin keamanannya dan memenuhi syarat kesehatan. Keamanan pangan dan mutu produk pertanian (pangan segar) sangat menentukan keamanan, mutu dan gizi produk selanjutnya setelah produk segar tersebut ditangani, diolah, disimpan, didistribusikan dan disajikan. Oleh karenanya keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh manusia. Keamanan pangan menjadi perhatian utama bagi organisasi pertanian dan pangan dunia (FAO dan WHO). FAO dan WHO meminta negara-negara untuk menerapkan standar keamanan dan mutu pangan internasional untuk melindungi kesehatan dan perdagangan pangan (WHO press release, 2001 dalam Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2008). Pada saat ini buah dan sayuran baik yang diproduksi dalam negeri maupun impor yang beredar dipasaran dan siap dikonsumsi diindikasikan masih banyak mengandung permasalahan pangan. Kehawatiran ini berkaitan dengan belum terpenuhinya persyaratan keamanan pangan yang diantaranya adalah adanya kandungan cemaran Bahan Beracun Berbahaya (B3). Pestisida sebagai salah satu jenis B3 banyak dipergunakan oleh petani produsen untuk melindungi tanaman dan hasil panen, yang tanpa disadari dapat menimbulkan keracunan/pencemaran pada buah dan sayuran karena residu yang ditinggalkan. Penggunaan pestisida pada buah dan sayuran bertujuan untuk mengendalikan populasi hama dan penyakit supaya tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Namun 4
pada kenyataannya dengan kemajuan teknologi, agak sulit untuk dapat meningkatkan produksi hasil tanpa penggunaan pestisida, sehingga penggunaannya jadi berlebihan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa residu pestisida pada buah dan sayuran sudah sampai pada tingkat membahayakan. Hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : frekuensi penyemprotan, dosis, jenis pestisida yang digunakan serta penyemprotan yang tidak mengikuti aturan semestinya, seperti melakukan penyemprotan pada saat akan panen (Histifarina dkk, 2003). Pada tabel 1, dapat dilihat residu pestisida yang terdapat pada komoditi hortikultura pada berbagai lokasi dan batas maksimum yang diizinkan. Tabel 1. Residu pestisida pada komoditi hortikultura pada berbagai lokasi No. Pestisida Residu (ppb) Komoditas Lokasi Batas maks yang diizinkan (mg kg -1 ) 1. DDT 4.442 Wortel Magelang 1.0 2. Endosulfan 625 Wortel Kuncen (Jatim) - 3. Fenithrin 390 Kentang Cipanas 0.5 4. Lindane 625 Wortel Cipanas 3.0 5. Diazinon 227 Sawi Salatiga 0.75 6. Aldrin 170 Wortel Magelang 0.1 7. Malathion 136 Bawang Merah Brebes 3.0 8. Dieldrin 70 Tomat Ambarawa 0.1 9. MEPC 59 Kentang Sukamandi - 10. Fenthion 34 Kubis Magelang 1.0 Sumber : Winarno (2004) Hasil penelitian Efendi (1998), Arvina (1998) dalam Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi (2008) terhadap residu pestisida pada buah dan sayuran menunjukkan hasil, bahwa hampir semua jenis sayuran lokal yang diuji mengandung residu pestisida dan beberapa diantaranya mengandung lebih dari satu jenis dan melebihi Batas 5
Maksimum Residu (BMR). Sedangkan terhadap buah-buahan impor (apel, anggur, dan pear) mengandung residu pestisida lebih dari satu jenis. Dari hasil penelitian Sumarwoto (1980) dalam Winarno (2004) diketahui bahwa ditemukan residu pestisida pada sayuran kangkung, genjer dan talas, padahal sayuran tersebut tidak disemprot dengan pestisida. Hal ini membuktikan bahwa kaontaminasi pestisida juga terjadi melalui air. Selanjutnya juga telah dilakukan penelitian residu pestisida pada sayuran dibeberapa provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Deptan,1985 dalam Histifarina, 2003). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan pestisida oleh petani dilakukan melebihi dosis dan frekuensi penyemprotan lebih banyak, karena ada anggapan penggunaan pestisida dengan dosis dan frekuensi penyemprotan yang banyak akan memberikan hasil yang baik (Winarno, 2004). Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman memberikan pengaruh yang positif, tetapi pestisida memiliki efek samping terhadap kesehatan manusia, apalagi bila penggunaannya tidak sesuai aturan dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Efek samping dari penggunaan pestisida dalam jangka panjang tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan manusia tetapi juga lingkungan, keseimbangan ekosistem serta dapat mengurangi populasi predator alami (Histifarina, 2003). Selanjutnya dari hasil penelitian terdahulu juga dikatakan bahwa dinegara yang sedang berkembang residu pestisida DDT mencapai 5-10 ppm, merupakan residu tertinggi, diikuti oleh Aldrin dan Dieldrin. Namun sejak tahun 1992 Deptan telah melarang penggunaan DDT baik untuk pertanian maupun pemberantasan nyamuk malaria (Winarno, 2004). 6
Untuk mencegah terjadinya permasalahan pangan buah dan sayuran sebagai akibat dari adanya penggunaan bahan kimia ditingkat produksi tersebut, maka perlu adanya penjaminan yang didukung dengan hasil pengujian secara laboratoris terhadap kandungan residu pestisida pada hasil produksi pertanian, khususnya sayuran yang banyak dikembangkan dibeberapa wilayah di Provinsi Jambi. Penjaminan dilakukan melalui pemberian sertifikat produksi Prima 3 oleh instansi terkait. Prima 3 adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Sertifikasi produk prima 3 bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap suatu hasil usahatani buah dan sayuran segar, baik yang dikelola secara perorangan dan atau kelompok sehingga aman dikonsumsi dengan level residu pestisida dibawah ambang batas (BMR). Luaran produk prima 3 adalah tersedianya buah dan sayuran segar yang aman dikonsumsi dan tidak membahayakan kesehatan bagi masyarakat. Petani sayuran dan atau buah-buahan yang mendapat sertifikasi adalah yang telah melakukan usahatani sesuai teknik budidaya yang dianjurkan oleh dinas terkait terutama dalam hal penggunaan pestisida. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan produk sayuran bersertifikat Prima 3 yang dinyatakan aman dikonsumsi dengan level residu dibawah ambang batas maksimum (Batas Maksimum Residu = BMR). BAHAN DAN METODE 1. LOKASI DAN WAKTU PENGKAJIAN Kegiatan dilaksanakan di Desa Jernih Jaya Kecamatan Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci dengan komoditas kentang, cabai, kol bunga (kelompok tani Sumber Tani 7
Barokah) dan Desa Telun Berasap Kecamatan Gunung Tujuh dengan komoditas markisa (petani A.Benyamin). Untuk pengujian residu pestisida dilakukan bekerjasama dengan Laboratorium Pestisida Balai Perlindungan Tanaman Sumatera barat yang telah memiliki sertifikat akreditasi dalam pengujian residu pestisida. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Badan Bimas Ketahanan Pangan Propinsi Jambi, Dinas Pertanian, BPTPH dan BPTP Jambi. 2. METODE ANALISIS Sertifikasi Produk Prima 3 yang diselenggarakan dalam rangka penjaminan keamanan pangan produk buah dan sayuran hasil usahatani dilakukan sesuai tahapan mulai dari persiapan, pengambilan sampel, hingga diperolehnya hasil pengujian secara laboratoris dan pemberian sertifikat Produk Prima 3. Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan kegiatan yaitu: 1). Koordinasi kegiatan sertifikasi, 2). Penilaian kebun usaha tani, 3). Pengambilan sampel dan pengujian residu pestisida, dan 4). Sertifikasi Produk Prima 3. Koordinasi penanganan sertifikasi dilaksanakan melalui pertemuan rapat koordinasi dengan instansi terkait ditingkat provinsi dan kabupaten, dan pertemuan dengan pelaku usaha (kelompok tani) yang telah ditentukan oleh rapat koordinasi. Penilaian kebun usahatani dilakukan mengacu kepada Pedoman Budidaya Sayuran yang baik dan Buku pedoman penilaian Kebun Buah dan kebun sayuran produk Prima 3 dari Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Pengambilan sampel dari kebun usahatani Kelompok tani Sumber Tani Barokah dan kebun A.Benyamin dan kemudian diuji residu pestisidanya di Laboratorium Pestisida Balai 8
Perlindungan Tanaman Sumatera Barat. Pemberian Sertifikat Produk Prima 3 diberikan berdasarkan hasil penilaian kebun dan hasil pengujian secara laboratoris produk usahatani. Data yang diamati meliputi penilaian kebun dan pengujian laboratoris terhadap residu pestisida pada produk sayuran dan buah (Kentang, cabai, kol bunga, dan buah markisa). HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam rangka memberikan jaminan produk yang aman dikonsumsi dengan level residu dibawah ambang batas (BMR), sertifikasi produk Prima 3 dilaksanakan melalui beberapa tahapan, dengan hasil sebagai berikut : 1. KOORDINASI KEGIATAN SERTIFIKASI Koordinasi penanganan sertifikasi dilakukan melalui : Pertemuan rapat koordinasi dengan instansi teknis terkait ditingkat Provinsi dalam rangka untuk pemberian Sertifikat Prima 3 produk hasil usahatani buah dan sayuran disentra produksi kabupaten Kerinci. Pertemuan dengan instansi teknis ditingkat Kabupaten dalam rangka menentukan pelaku usaha yang produk hasil usahataninya yang akan disertifikasi. Pertemuan dengan pelaku usahatani/kelompok tani dalam rangka penjelasan tentang sertifikasi produk Prima 3, yang akan difasilitasi oleh unit kerja yang menanganinya. Dari hasil koordinasi dengan instansi terkait tingkat Provinsi, kabupaten, dan petugas lapang, kegiatan sertifikasi dilaksanakan pada lahan usahatani : 1). Kegiatan usahatani telah mendapat pembinaan dan pengawalan usahatani secara lintas sektoral, yaitu : Dinas Pertanian melalui program pengembangan sentra sayuran, 9
BPTP Jambi melalui pengawalan dan pendampingan teknologi spesifik lokasi dengan teknik budidaya yang benar, BPTPH Provinsi Jambi melalui program Pengembangan Agen Hayati. 2). Lahan usahatani daerah sentra produksi yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan penilaian kebun dan pengujian residu pestisida baik melalui kegiatan uji petik keamanan pangan segar. 3). Hasil koordinasi dengan instansi di Kabupaten, Sertifikasi Produk Prima 3 untuk daerah sentra produksi Kabupaten Kerinci diberikan kepada Kelompok Tani Sumber Tani Barokah dan A. Benyamin 2. PENILAIAN KEBUN USAHA TANI Sesuai pedoman penilaian kebun buah prima 3, kegiatan yang bersifat wajib harus dilakukan 100%, selain itu telah melaksanakan paling tidak 60% dari kegiatan sangat dianjurkan dan melaksanakan paling tidak 20% kegiatan anjuran. Untuk penilaian kebun sayuran, sesuai Pedoman Budidaya Sayuran yang baik (Good Agriculturan Practice = GAP), persyaratan ketentuan untuk pelabelan/sertifikasi produk Prima 3 adalah melaksanakan seluruh kegiatan wajib ditambah dengan sebagian kegiatan pada standar sangat dianjurkan dan anjuran dengan total skor minimal 50. Penilaian kebun usahatani didaerah sentra produksi Kabupaten Kerinci dengan hasil : Kebun usahatani sayuran Kelompok tani Sumber Tani Barokah dengan perolehan skor 60. 10
Kebun usahatani buah petani A. Benyamin telah melaksanakan 10 (100%) dari 10 kegiatan wajib, 22(88%) dari 26 kegiatan sangat dianjurkan dan 12 (85%) dari 13 kegiatan yang dianjurkan. Berdasarkan hasil penilaian tersebut maka kebun kegiatan usahatani kelompok tani Sumber Tani Barokah dan petani A.Benyamin di Kabupaten Kerinci memenuhi syarat untuk sertifikasi Prima 3. Dari hasil pengamatan kebun usahatani secara umum terlihat bahwa sebagian besar pelaku usahatani masih minim sekali memperoleh pelatihan yang ditunjukkan dengan pemilikan sertifikat pelatihan tentang teknis budidaya yang baik, dan belum memiliki panduan Prosedur Operasional Standar Budidaya dari setiap komoditi dan spesifik lokasi yang dikeluarkan instansi teknis. Pada umumnya pelaku usaha memperoleh pengetahuan tentang budidaya buah dan sayuran yang benar melalui penyuluhan yang diberikan oleh petugas penyuluh pertanian lapangan. 3. PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUJIAN RESIDU PESTISIDA HASIL PRODUK USAHATANI Untuk keperluan pengujian residu pestisida dalam rangka sertifikasi Prima 3 pada komoditas sayuran, sampel diambil dari daerah sentra Kabupaten Kerinci yaitu Sayuran (kentang, cabai, kol bunga) dari kebun sayuran Kelompok tani Sumber Tani Barokah dan Buah Markisa dari kebun buah A. Benyamin. Pengujian/analisa residu pestisida dilakukan dilaboratorium yang telah terakreditasi dengan jenis cemaran residu pestisida yang diuji, meliputi : 11
a). Golongan Organopospat, jenis cemaran yang diuji yaitu : klorpiripos, diazinon, propenopos, dan fention. b). Golongan Piretroid, jenis cemaran yang diuji yaitu : permetrin, sipermetrin, deltametrin, dan lamda sihalotrin. c). Golongan Organoclor, jenis cemaran yang diuji yaitu : lindan, endosulfan, aldrin, dan heptaclor. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa sayuran kentang (Sumber Tani Barokah) Desa Jernih Jaya Kec. Gunung Tujuh Kab. Kerinci dan buah markisa (A. Benyamin) Desa Telun Berasap Kec. Gunung Tujuh Kab. Kerinci menunjukkan hasil terdeteksi adanya residu pestisida tetapi masih dibawah BMR. Untuk sayuran cabai (Sumber Tani Barokah) terdeteksi adanya residu pestisida namun secara umum masih relatif kecil dan berada dibawah BMR. Dan untuk sayuran kol bunga (Sumber Tani Barokah) terdeteksi adanya residu pestisida yang berada diatas BMR. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian residu pestisida secara laboratoris dapat dilihat Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Residu Pestisida Secara Laboratorium. Hasil pengujian No Pelaku Usaha Jenis sampel Jenis Residu Pestisida Jumlah (mg kg -1 ) keterangan 1. Sumber Tani Barokah Kentang Cabai
Kol Bunga Heptaklor Sipermertin Propenofos Aldrin 0.010 0.108 0.418 0.122 Dibawah BMR Dibawah BMR Dibawah BMR Diatas BMR 2. A. Benyamin markisa Heptaklor 0.008 Dibawah BMR Sumber : Laboratorium Pestisida BPTPH Padang Sumatera Barat. 12
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa sayuran kol bunga tidak memenuhi persyaratan untuk sertifikasi Prima 3, karena adanya residu pestisida diatas batas maksimum. Hasil Penilaian kebun dan pengujian secara laboratoris terhadap kandungan pestisida pada produk sayuran dan buah dapat dilihat Tabel 3. Tabel 3. Hasil Penilaian Kebun dan Pengujian Laboratorium. Hasil No. Pelaku Usaha Komoditas Kebun(Skor) Uji Residu Keterangan 1. Sumber Tani Barokah Kentang Cabai Kol Bunga
60 Terdeteksi dibawah BMR MS MS TMS 2. A. Benyamin Markisa W = 100% SA = 88% A = 85% Terdeteksi dibawah BMR MS Keterangan : MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak memenuhi syarat Adanya kandungan residu pestisida yang terdeteksi diatas BMR, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Petani pelaku produsen pangan segar selama ini berhadapan dengan tuntutan produksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh keuntungan yang banyak, sehingga aspek produksi menjadi fokus utama tanpa memperhatikan faktor mutu dan keamanan pangan. 13
2. Ketidak pahaman tentang budidaya pertanian yang baik, mulai dari proses produksi sampai pascapanen, terutama dalam penggunaan sarana produksi pertanian yang mengandung bahan kimia menjadikan petani produsen tidak memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. 3. Belum tersedianya pedoman budidaya buah dan sayuran yang baik (GAP) dan panduan Prosedur Operasional Standar Budidaya ditingkat petani sebagai acuan dalam kegiatan usaha tani. 4. Belum adanya hasil pengujian residu terhadap sayuran yang diusahakan ditingkat petani, sehingga kontrol terhadap penggunaan pestisida dalam proses produksi terabaikan baik oleh pelaku usahatani maupun petugas penyuluh. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pelaksanaan kegiatan Penanganan Keamanan Pangan Buah dan Sayuran Segar Untuk Mencapai Sertifikasi Produk Prima Tiga Di Provinsi Jambi dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Berdasarkan penilaian kebun dan pengujian secara laboratorium sampel buah dan sayuran, maka sertifikasi Produk Prima 3 diberikan kepada kelompok tani Sumber Tani Barokah dengan komoditas sayuran Kentang dan Cabai dan petani A. Benyamin dengan komoditas buah markisa. 2. Kegiatan usahatani Produk Prima 3 didaerah sentra produksi yang ditunjukkan dengan terdeteksinya residu pestisida memerlukan pembinaan serta pengawalan 14
secara konsisten dan kontiniu oleh instansi terkait dan petugas lapangan dalam penerapan teknik budidaya. 3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaku usahatani dalam pengelolaan kebun produk Prima 3, perlu dilakukan penyebarluasan buku pedoman budidaya buah dan sayuran yang baik (GAP) dan panduan Prosedur Operasional Standar Budidaya ditingkat petani sebagai acuan dalam melakukan kegiatan usahatani. 4. Perlu pembekalan pengetahuan tentang produk prima 3 kepada petugas dan penyuluh lapangan dan pelaku usahatani melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi terkait baik tingkat kabupaten maupun Provinsi DAFTAR PUSTAKA Histifarina, D; Saptoningsih, B; Nurbaeti; dan O. Marbun. 2003. The Residual Effect of Pesticida on Vegetables in The Perspectiva of Food Safety. Proceeding. International Seminar Investment Oppurtunity on Agribussines in Perspective of Food Safety and Bioterrorism act. Indonesia Centre for Agricultural Socio Economic Reseach and Development. Bogor. Khomsan, Ali. 2002. Keamanan Pangan Pada sayuran. http:/www.kompas.com.cetak/iptek /keam30/htm. Winarno, F, G. 2004. Keamanan Pangan. M-Brio Press. Bogor. Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. 2008. Koordinasi Penanganan Pangan Buah dan Sayuran. Pemerintah Daerah Provinsi Jambi. Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi jambi. 2007. Koordinasi Penanganan Pangan Buah dan Sayuran. Pemerintah Daerah provinsi Jambi. Laboratorium Pestisida. 2008. Laporan Hasil Pengujian. Balai perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat.