Anda di halaman 1dari 14

1

PENANGANAN KEAMANAN PANGAN BUAH DAN


SAYURAN SEGAR UNTUK MENCAPAI SERTIFIKASI
PRODUK PRIMA TIGA DI PROVINSI JAMBI
SECURITY AND SAFETY HANDLING OF FOOD, FRUIT AND FRESH
VEGETABLE TO REACH SERTIFICATION OF PRIMA TIGA PRODUCT IN JAMBI
PROVINCE
Nur Asni
1)
dan Syafri Edi
1)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi, Indonesia. Telp. 0741-7053525. Fax. 0741-40413
Website: jambi.litbang.deptan.go.id, e-mail:bptp_jambi@yahoo.com

ABSTRACT
Fruit and Vegetable is important commodity for public health, because is source of vitamin, mineral,
vegetation protein, and fibre. Growing of public enthusiasm consumes fruit and vegetable, security and
safety guarantee would of food becoming fundamental consideration in commerce, either international and
also national. Fruit and Vegetable domestic product and also circulating import marketing and ready to be
consumed indicated that there are still many containing food problems. This worry relates to has not fufilled
it security and safety clauses of food between by it is existence of content cemaran Dangerous Toxic Agents
(B3). Pesticide as one of type B3 many utilized by producer farmer to protect its the fruit crop and vegetable
and yield, which unconsciously can generate poisoned / contamination at vegetable because residue leaved.
This activity aim to get vegetable product is having certificate Prima 3 which expressed is safe is consumed
with level residue under maximum boundary threshold ( Residue Maximum Boundary = BMR). This activity
executed in Kerinci District with potato commodity, chilli, kol interest and markisa which is pre-eminent
horticulture commodity of Jambi Province. This activity is working is same between Badan Bimas Ketahanan
Pangan Propinsi Jambi, Dinas Pertanian, BPTPH and BPTP Jambi. Activity is done through some activity
2

steps that is : 1). Coordination of sertification activity, 2). Area Assessment of farming land, 3). Sampling and
examination of pesticide residue, and 4). Sertification of Prima 3 Product. Activity of sertification executed at
area of farming land, with construction and control of farming in pass by quickly sectoral. Area Assessment
of farming land is executed to refers to Manual Book Assessment of Prima Garden 3, Direktorat Jenderal
Hortikultura dan Pengujian residu pestisida is done to works along with Laboratorium of Plant Protection
Office West Sumatra. From result of area assessment of farming land and examination in laboratories,
vegetable product shows that potato vegetable, chilli and markisa up to standard for certificate Prima 3,
while product kol ineligibility interest for certificate Prima 3. With product Sertification of Prima 3 is
expected security and safety handling of fresh vegetable food in Jambi Province earns more useful and
optimally in the effort preventing the happening of health problems of public as result of consumption of food
that is not safe.
Keyword: security and safety handling of food, fruit and fresh vegetable, sertification, Product of Prima 3.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Peneliti Madya pada BPTP Jambi
PENDAHULUAN
Buah dan Sayuran merupakan salah satu jenis pangan yang penting untuk kesehatan
masyarakat, karena melengkapi kebutuhan gizi manusia yang berfungsi sebagai sumber
vitamin, mineral, protein nabati, dan serat. Bagi masyarakat menengah kebawah, buah dan
sayuran menjadi andalan dalam memberikan kontribusi mineral bagi tubuh. Demikian
pentingnya arti buah dan sayuran bagi kesehatan, menurut anjuran gizi sebaiknya
mengkonsumsi minimal lima porsi sayuran dan buah setiap hari. Ini berarti sayuran
sebaiknya selalu tersedia pada setiap waktu makan (Khomsan, 2002).
Mengingat pentingnya buah dan sayuran bagi kesehatan, dan semakin meningkat
nya kesadaran gizi masyarakat, sehingga minat masyarakat mengkonsumsi buah dan
3

sayuran juga semakin meningkat, maka jaminan keamanan pangan selalu menjadi
pertimbangan utama dalam perdagangan baik nasional maupun internasional. Disamping
itu pemahaman tentang masalah sanitasi sehingga cara penanganan sayuran sampai
ketingkat rumah tangga bisa terjamin keamanannya dan memenuhi syarat kesehatan.
Keamanan pangan dan mutu produk pertanian (pangan segar) sangat menentukan
keamanan, mutu dan gizi produk selanjutnya setelah produk segar tersebut ditangani,
diolah, disimpan, didistribusikan dan disajikan. Oleh karenanya keamanan pangan
merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh
manusia. Keamanan pangan menjadi perhatian utama bagi organisasi pertanian dan pangan
dunia (FAO dan WHO). FAO dan WHO meminta negara-negara untuk menerapkan standar
keamanan dan mutu pangan internasional untuk melindungi kesehatan dan perdagangan
pangan (WHO press release, 2001 dalam Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2008).
Pada saat ini buah dan sayuran baik yang diproduksi dalam negeri maupun impor
yang beredar dipasaran dan siap dikonsumsi diindikasikan masih banyak mengandung
permasalahan pangan. Kehawatiran ini berkaitan dengan belum terpenuhinya persyaratan
keamanan pangan yang diantaranya adalah adanya kandungan cemaran Bahan Beracun
Berbahaya (B3).
Pestisida sebagai salah satu jenis B3 banyak dipergunakan oleh petani produsen
untuk melindungi tanaman dan hasil panen, yang tanpa disadari dapat menimbulkan
keracunan/pencemaran pada buah dan sayuran karena residu yang ditinggalkan.
Penggunaan pestisida pada buah dan sayuran bertujuan untuk mengendalikan
populasi hama dan penyakit supaya tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Namun
4

pada kenyataannya dengan kemajuan teknologi, agak sulit untuk dapat meningkatkan
produksi hasil tanpa penggunaan pestisida, sehingga penggunaannya jadi berlebihan.
Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa residu pestisida pada buah dan sayuran sudah
sampai pada tingkat membahayakan. Hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain : frekuensi penyemprotan, dosis, jenis pestisida yang digunakan serta penyemprotan
yang tidak mengikuti aturan semestinya, seperti melakukan penyemprotan pada saat akan
panen (Histifarina dkk, 2003). Pada tabel 1, dapat dilihat residu pestisida yang terdapat
pada komoditi hortikultura pada berbagai lokasi dan batas maksimum yang diizinkan.
Tabel 1. Residu pestisida pada komoditi hortikultura pada berbagai lokasi
No. Pestisida Residu
(ppb)
Komoditas Lokasi Batas maks yang
diizinkan (mg kg
-1
)
1. DDT 4.442 Wortel Magelang 1.0
2. Endosulfan 625 Wortel Kuncen (Jatim) -
3. Fenithrin 390 Kentang Cipanas 0.5
4. Lindane 625 Wortel Cipanas 3.0
5. Diazinon 227 Sawi Salatiga 0.75
6. Aldrin 170 Wortel Magelang 0.1
7. Malathion 136 Bawang Merah Brebes 3.0
8. Dieldrin 70 Tomat Ambarawa 0.1
9. MEPC 59 Kentang Sukamandi -
10. Fenthion 34 Kubis Magelang 1.0
Sumber : Winarno (2004)
Hasil penelitian Efendi (1998), Arvina (1998) dalam Badan Bimas Ketahanan
Pangan Provinsi Jambi (2008) terhadap residu pestisida pada buah dan sayuran
menunjukkan hasil, bahwa hampir semua jenis sayuran lokal yang diuji mengandung residu
pestisida dan beberapa diantaranya mengandung lebih dari satu jenis dan melebihi Batas
5

Maksimum Residu (BMR). Sedangkan terhadap buah-buahan impor (apel, anggur, dan pear)
mengandung residu pestisida lebih dari satu jenis.
Dari hasil penelitian Sumarwoto (1980) dalam Winarno (2004) diketahui bahwa
ditemukan residu pestisida pada sayuran kangkung, genjer dan talas, padahal sayuran
tersebut tidak disemprot dengan pestisida. Hal ini membuktikan bahwa kaontaminasi
pestisida juga terjadi melalui air. Selanjutnya juga telah dilakukan penelitian residu
pestisida pada sayuran dibeberapa provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur (Deptan,1985 dalam Histifarina, 2003). Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa penggunaan pestisida oleh petani dilakukan melebihi dosis dan frekuensi
penyemprotan lebih banyak, karena ada anggapan penggunaan pestisida dengan dosis dan
frekuensi penyemprotan yang banyak akan memberikan hasil yang baik (Winarno, 2004).
Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman memberikan pengaruh
yang positif, tetapi pestisida memiliki efek samping terhadap kesehatan manusia, apalagi
bila penggunaannya tidak sesuai aturan dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Efek
samping dari penggunaan pestisida dalam jangka panjang tidak hanya berpengaruh
terhadap kesehatan manusia tetapi juga lingkungan, keseimbangan ekosistem serta dapat
mengurangi populasi predator alami (Histifarina, 2003). Selanjutnya dari hasil penelitian
terdahulu juga dikatakan bahwa dinegara yang sedang berkembang residu pestisida DDT
mencapai 5-10 ppm, merupakan residu tertinggi, diikuti oleh Aldrin dan Dieldrin. Namun
sejak tahun 1992 Deptan telah melarang penggunaan DDT baik untuk pertanian maupun
pemberantasan nyamuk malaria (Winarno, 2004).
6

Untuk mencegah terjadinya permasalahan pangan buah dan sayuran sebagai akibat
dari adanya penggunaan bahan kimia ditingkat produksi tersebut, maka perlu adanya
penjaminan yang didukung dengan hasil pengujian secara laboratoris terhadap kandungan
residu pestisida pada hasil produksi pertanian, khususnya sayuran yang banyak
dikembangkan dibeberapa wilayah di Provinsi Jambi. Penjaminan dilakukan melalui
pemberian sertifikat produksi Prima 3 oleh instansi terkait. Prima 3 adalah peringkat
penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan
aman dikonsumsi. Sertifikasi produk prima 3 bertujuan untuk memberikan jaminan
terhadap suatu hasil usahatani buah dan sayuran segar, baik yang dikelola secara
perorangan dan atau kelompok sehingga aman dikonsumsi dengan level residu pestisida
dibawah ambang batas (BMR). Luaran produk prima 3 adalah tersedianya buah dan
sayuran segar yang aman dikonsumsi dan tidak membahayakan kesehatan bagi masyarakat.
Petani sayuran dan atau buah-buahan yang mendapat sertifikasi adalah yang telah
melakukan usahatani sesuai teknik budidaya yang dianjurkan oleh dinas terkait terutama
dalam hal penggunaan pestisida.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan produk sayuran bersertifikat Prima 3
yang dinyatakan aman dikonsumsi dengan level residu dibawah ambang batas maksimum
(Batas Maksimum Residu = BMR).
BAHAN DAN METODE
1. LOKASI DAN WAKTU PENGKAJIAN
Kegiatan dilaksanakan di Desa Jernih Jaya Kecamatan Gunung Tujuh Kabupaten
Kerinci dengan komoditas kentang, cabai, kol bunga (kelompok tani Sumber Tani
7

Barokah) dan Desa Telun Berasap Kecamatan Gunung Tujuh dengan komoditas markisa
(petani A.Benyamin). Untuk pengujian residu pestisida dilakukan bekerjasama dengan
Laboratorium Pestisida Balai Perlindungan Tanaman Sumatera barat yang telah memiliki
sertifikat akreditasi dalam pengujian residu pestisida. Kegiatan ini merupakan kerja sama
antara Badan Bimas Ketahanan Pangan Propinsi Jambi, Dinas Pertanian, BPTPH dan BPTP
Jambi.
2. METODE ANALISIS
Sertifikasi Produk Prima 3 yang diselenggarakan dalam rangka penjaminan
keamanan pangan produk buah dan sayuran hasil usahatani dilakukan sesuai tahapan mulai
dari persiapan, pengambilan sampel, hingga diperolehnya hasil pengujian secara laboratoris
dan pemberian sertifikat Produk Prima 3.
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan kegiatan yaitu: 1). Koordinasi kegiatan
sertifikasi, 2). Penilaian kebun usaha tani, 3). Pengambilan sampel dan pengujian residu
pestisida, dan 4). Sertifikasi Produk Prima 3.
Koordinasi penanganan sertifikasi dilaksanakan melalui pertemuan rapat koordinasi
dengan instansi terkait ditingkat provinsi dan kabupaten, dan pertemuan dengan pelaku
usaha (kelompok tani) yang telah ditentukan oleh rapat koordinasi. Penilaian kebun
usahatani dilakukan mengacu kepada Pedoman Budidaya Sayuran yang baik dan Buku
pedoman penilaian Kebun Buah dan kebun sayuran produk Prima 3 dari Direktorat Jenderal
Hortikultura Departemen Pertanian.
Pengambilan sampel dari kebun usahatani Kelompok tani Sumber Tani Barokah dan
kebun A.Benyamin dan kemudian diuji residu pestisidanya di Laboratorium Pestisida Balai
8

Perlindungan Tanaman Sumatera Barat. Pemberian Sertifikat Produk Prima 3 diberikan
berdasarkan hasil penilaian kebun dan hasil pengujian secara laboratoris produk usahatani.
Data yang diamati meliputi penilaian kebun dan pengujian laboratoris terhadap residu
pestisida pada produk sayuran dan buah (Kentang, cabai, kol bunga, dan buah markisa).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam rangka memberikan jaminan produk yang aman dikonsumsi dengan level
residu dibawah ambang batas (BMR), sertifikasi produk Prima 3 dilaksanakan melalui
beberapa tahapan, dengan hasil sebagai berikut :
1. KOORDINASI KEGIATAN SERTIFIKASI
Koordinasi penanganan sertifikasi dilakukan melalui :
Pertemuan rapat koordinasi dengan instansi teknis terkait ditingkat Provinsi dalam
rangka untuk pemberian Sertifikat Prima 3 produk hasil usahatani buah dan sayuran
disentra produksi kabupaten Kerinci.
Pertemuan dengan instansi teknis ditingkat Kabupaten dalam rangka menentukan
pelaku usaha yang produk hasil usahataninya yang akan disertifikasi.
Pertemuan dengan pelaku usahatani/kelompok tani dalam rangka penjelasan tentang
sertifikasi produk Prima 3, yang akan difasilitasi oleh unit kerja yang menanganinya.
Dari hasil koordinasi dengan instansi terkait tingkat Provinsi, kabupaten, dan petugas
lapang, kegiatan sertifikasi dilaksanakan pada lahan usahatani :
1). Kegiatan usahatani telah mendapat pembinaan dan pengawalan usahatani secara
lintas sektoral, yaitu : Dinas Pertanian melalui program pengembangan sentra sayuran,
9

BPTP Jambi melalui pengawalan dan pendampingan teknologi spesifik lokasi dengan
teknik budidaya yang benar, BPTPH Provinsi Jambi melalui program Pengembangan Agen
Hayati.
2). Lahan usahatani daerah sentra produksi yang telah memenuhi persyaratan
berdasarkan penilaian kebun dan pengujian residu pestisida baik melalui kegiatan uji petik
keamanan pangan segar.
3). Hasil koordinasi dengan instansi di Kabupaten, Sertifikasi Produk Prima 3 untuk
daerah sentra produksi Kabupaten Kerinci diberikan kepada Kelompok Tani Sumber Tani
Barokah dan A. Benyamin
2. PENILAIAN KEBUN USAHA TANI
Sesuai pedoman penilaian kebun buah prima 3, kegiatan yang bersifat wajib harus
dilakukan 100%, selain itu telah melaksanakan paling tidak 60% dari kegiatan sangat
dianjurkan dan melaksanakan paling tidak 20% kegiatan anjuran.
Untuk penilaian kebun sayuran, sesuai Pedoman Budidaya Sayuran yang baik (Good
Agriculturan Practice = GAP), persyaratan ketentuan untuk pelabelan/sertifikasi produk
Prima 3 adalah melaksanakan seluruh kegiatan wajib ditambah dengan sebagian kegiatan
pada standar sangat dianjurkan dan anjuran dengan total skor minimal 50.
Penilaian kebun usahatani didaerah sentra produksi Kabupaten Kerinci dengan hasil :
Kebun usahatani sayuran Kelompok tani Sumber Tani Barokah dengan perolehan
skor 60.
10

Kebun usahatani buah petani A. Benyamin telah melaksanakan 10 (100%) dari 10
kegiatan wajib, 22(88%) dari 26 kegiatan sangat dianjurkan dan 12 (85%) dari 13
kegiatan yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut maka kebun kegiatan usahatani kelompok tani
Sumber Tani Barokah dan petani A.Benyamin di Kabupaten Kerinci memenuhi syarat
untuk sertifikasi Prima 3.
Dari hasil pengamatan kebun usahatani secara umum terlihat bahwa sebagian besar
pelaku usahatani masih minim sekali memperoleh pelatihan yang ditunjukkan dengan
pemilikan sertifikat pelatihan tentang teknis budidaya yang baik, dan belum memiliki
panduan Prosedur Operasional Standar Budidaya dari setiap komoditi dan spesifik lokasi
yang dikeluarkan instansi teknis. Pada umumnya pelaku usaha memperoleh pengetahuan
tentang budidaya buah dan sayuran yang benar melalui penyuluhan yang diberikan oleh
petugas penyuluh pertanian lapangan.
3. PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUJIAN RESIDU PESTISIDA HASIL PRODUK
USAHATANI
Untuk keperluan pengujian residu pestisida dalam rangka sertifikasi Prima 3 pada
komoditas sayuran, sampel diambil dari daerah sentra Kabupaten Kerinci yaitu Sayuran
(kentang, cabai, kol bunga) dari kebun sayuran Kelompok tani Sumber Tani Barokah dan
Buah Markisa dari kebun buah A. Benyamin.
Pengujian/analisa residu pestisida dilakukan dilaboratorium yang telah terakreditasi
dengan jenis cemaran residu pestisida yang diuji, meliputi :
11

a). Golongan Organopospat, jenis cemaran yang diuji yaitu : klorpiripos, diazinon,
propenopos, dan fention.
b). Golongan Piretroid, jenis cemaran yang diuji yaitu : permetrin, sipermetrin,
deltametrin, dan lamda sihalotrin.
c). Golongan Organoclor, jenis cemaran yang diuji yaitu : lindan, endosulfan, aldrin,
dan heptaclor.
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa sayuran kentang (Sumber Tani Barokah)
Desa Jernih Jaya Kec. Gunung Tujuh Kab. Kerinci dan buah markisa (A. Benyamin) Desa
Telun Berasap Kec. Gunung Tujuh Kab. Kerinci menunjukkan hasil terdeteksi adanya
residu pestisida tetapi masih dibawah BMR. Untuk sayuran cabai (Sumber Tani Barokah)
terdeteksi adanya residu pestisida namun secara umum masih relatif kecil dan berada
dibawah BMR. Dan untuk sayuran kol bunga (Sumber Tani Barokah) terdeteksi adanya
residu pestisida yang berada diatas BMR. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian residu
pestisida secara laboratoris dapat dilihat Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian Residu Pestisida Secara Laboratorium.
Hasil pengujian No Pelaku Usaha Jenis sampel
Jenis Residu
Pestisida
Jumlah
(mg kg
-1
)
keterangan
1. Sumber Tani Barokah Kentang
Cabai

Kol Bunga
Heptaklor
Sipermertin
Propenofos
Aldrin
0.010
0.108
0.418
0.122
Dibawah BMR
Dibawah BMR
Dibawah BMR
Diatas BMR
2. A. Benyamin markisa Heptaklor 0.008 Dibawah BMR
Sumber : Laboratorium Pestisida BPTPH Padang Sumatera Barat.
12

Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa sayuran kol bunga tidak memenuhi
persyaratan untuk sertifikasi Prima 3, karena adanya residu pestisida diatas batas
maksimum.
Hasil Penilaian kebun dan pengujian secara laboratoris terhadap kandungan pestisida
pada produk sayuran dan buah dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Penilaian Kebun dan Pengujian Laboratorium.
Hasil No. Pelaku Usaha Komoditas
Kebun(Skor) Uji Residu
Keterangan
1. Sumber Tani Barokah Kentang
Cabai
Kol Bunga

60
Terdeteksi
dibawah
BMR
MS
MS
TMS
2. A. Benyamin Markisa W = 100%
SA = 88%
A = 85%
Terdeteksi
dibawah
BMR
MS
Keterangan : MS = Memenuhi Syarat
TMS = Tidak memenuhi syarat
Adanya kandungan residu pestisida yang terdeteksi diatas BMR, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Petani pelaku produsen pangan segar selama ini berhadapan dengan tuntutan
produksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh keuntungan yang
banyak, sehingga aspek produksi menjadi fokus utama tanpa memperhatikan faktor
mutu dan keamanan pangan.
13

2. Ketidak pahaman tentang budidaya pertanian yang baik, mulai dari proses produksi
sampai pascapanen, terutama dalam penggunaan sarana produksi pertanian yang
mengandung bahan kimia menjadikan petani produsen tidak memperhatikan aspek
mutu dan keamanan pangan.
3. Belum tersedianya pedoman budidaya buah dan sayuran yang baik (GAP) dan
panduan Prosedur Operasional Standar Budidaya ditingkat petani sebagai acuan
dalam kegiatan usaha tani.
4. Belum adanya hasil pengujian residu terhadap sayuran yang diusahakan ditingkat
petani, sehingga kontrol terhadap penggunaan pestisida dalam proses produksi
terabaikan baik oleh pelaku usahatani maupun petugas penyuluh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pelaksanaan kegiatan Penanganan Keamanan Pangan Buah dan Sayuran
Segar Untuk Mencapai Sertifikasi Produk Prima Tiga Di Provinsi Jambi dapat diambil
beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan penilaian kebun dan pengujian secara laboratorium sampel buah dan
sayuran, maka sertifikasi Produk Prima 3 diberikan kepada kelompok tani Sumber
Tani Barokah dengan komoditas sayuran Kentang dan Cabai dan petani A.
Benyamin dengan komoditas buah markisa.
2. Kegiatan usahatani Produk Prima 3 didaerah sentra produksi yang ditunjukkan
dengan terdeteksinya residu pestisida memerlukan pembinaan serta pengawalan
14

secara konsisten dan kontiniu oleh instansi terkait dan petugas lapangan dalam
penerapan teknik budidaya.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaku usahatani dalam
pengelolaan kebun produk Prima 3, perlu dilakukan penyebarluasan buku pedoman
budidaya buah dan sayuran yang baik (GAP) dan panduan Prosedur Operasional
Standar Budidaya ditingkat petani sebagai acuan dalam melakukan kegiatan
usahatani.
4. Perlu pembekalan pengetahuan tentang produk prima 3 kepada petugas dan
penyuluh lapangan dan pelaku usahatani melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh
instansi terkait baik tingkat kabupaten maupun Provinsi
DAFTAR PUSTAKA
Histifarina, D; Saptoningsih, B; Nurbaeti; dan O. Marbun. 2003. The Residual Effect of
Pesticida on Vegetables in The Perspectiva of Food Safety. Proceeding. International
Seminar Investment Oppurtunity on Agribussines in Perspective of Food Safety and
Bioterrorism act. Indonesia Centre for Agricultural Socio Economic Reseach and
Development. Bogor.
Khomsan, Ali. 2002. Keamanan Pangan Pada sayuran. http:/www.kompas.com.cetak/iptek
/keam30/htm.
Winarno, F, G. 2004. Keamanan Pangan. M-Brio Press. Bogor.
Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. 2008. Koordinasi Penanganan Pangan
Buah dan Sayuran. Pemerintah Daerah Provinsi Jambi.
Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi jambi. 2007. Koordinasi Penanganan Pangan
Buah dan Sayuran. Pemerintah Daerah provinsi Jambi.
Laboratorium Pestisida. 2008. Laporan Hasil Pengujian. Balai perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai