Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Masyarakat Desa dan Kota
Dosen Pengampu : Suparmini, M.Si. & Puji Lestari, M.Hum.






Disusun Oleh :
Septi Nur Damayanti (13416241056)
Yozi Vidiastuti (13416241015)
Fauzi Styobudi (13416244013)





JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang
bermasyarakat. Selain itu, manusia juga diberi kelebihan yaitu akal pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Dalam hubungannya manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup diantara manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menggambarkan dirnya dalam berbagai bentuk. Oleh
karena itu, dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.
Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia tidak akan bisa hidup
sebagai manusia jika tidak hidup ditengah-tengah manusia lainnya. Selain itu,
manusia memiliki dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Dalam
kehidupan bermasyarakat apabila kita amati, akan kita temui perbedaan antara
masyarakat yang tinggal di kota dengan yang tinggal di desa. Umumnya hal itu karena
tingginya persaingan di daerah perkotaan, baik persaingan pekerjaan, gengsi dalam
kehidupan sosial, maupun hal lainnya. Hal ini membuat masyarakat yang tinggal di
daerah perkotaan memiliki sifat yang lebih dinamis dan mobilitas yang tinggi
dibanding dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Dengan rendahnya mobilitas
masyarakat pedesaan, intensitas bertemu antar warga menjadi semakin intensif yang
berimbas pada hubungan antar warga.
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur
sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi
oleh lembaga- lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut
karena struktur sosial dan lembaga- lembaga sosial pedesaan sangat berbeda dengan
perkotaan maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat pun tidak sama. Pada
masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial
adalah motif- motif sosial. Pada masyarakat pedesaan pola interaksinya horisontal
banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan.




B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian interaksi sosial?
2. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial?
3. Apa pengertian masyarakat pedesaan?
4. Bagaimana perkembangan interaksi sosial masyarakat pedesaan?
5. Bagaimana pola interaksi masyarakat pedesaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
a. Untuk mengetahui pengertian interaksi sosial.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial.
c. Untuk mengetahui pengertian masyarakat pedesaan.
d. Untuk mengetahui perkembangan interaksi sosial masyarakat pedesaan.
e. Untuk mengetahui pola interaksi masyarakat pedesaan.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Masyarakat Desa-Kota
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pembaca, menambah wawasan mengenai Interaksi Sosial Masyarakat
Pedesaan
2. Bagi penulis, sebagai acuan penulis untuk membuat makalah selanjutnya.
E. Metodologi Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metodologi penulisan yang digunakan adalah:
1. Studi pustaka, yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan
dengan penulisan makalah ini.
2. Penjelajahan melalui internet, yaitu melakukan pencarian data yang digunakan
referensi yang tidak di dapat dari buku melalui mesin pencari internet








BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena dengan
tidak adanya interaksi sosial maka tidak ada kehidupan dalam masyarakat. Per gaulan
hidup akan terjadi dalam suatu kelompok sosial apabila terjadi kerjasama, saling
berbicara, saling berkomunikasi, dan sebagainya untuk mencapai tujuan tertentu. Di
sisi lain, untuk mencapai tujuan dapat menimbulkan persaingan bahkan konflik sosial
diantara masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 2013: 55) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
dengan perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkan menurut Yoseph S. Roucek
(Bintarto, 1989: 63-64) Interaction is a process in wich the responses of each partly
become, succesivesly, stimula for the responses of the other. It is reciprocal process in
wich one party is influenced by the other behavior through contact direct speaking,
listening, indirect writing yang intinya dapat diartikan: interaksi merupakan suatu
proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari
pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di
dengar atau melalui surat kabar.
Menurut (Soekanto, 2013:54) Pengertian interaksi sosial sangat berguna di
dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpanya
indonesia dapat dibahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara
pelbagai suku bangsa atau golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan
mengetahui dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan
serta memengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu, pengetahuan kita dapat
disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinan bangsa dan
masyarakat.
Jadi, interaksi sosial adalah hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok yang baik melalui kontak langsung maupun melalui
perantara yang berupa media.
B. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial (Soekanto, 2013: 62), yaitu:
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk,
yaitu: antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu,
suatu kontak dapt pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2. Adanya komunikasi, yaitu: seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi tehadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut.
Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerjasama (cooperation), persaingan
(competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi (accomodation).
1. Kerjasama (Cooperation)
Menurut Charles H. Cooley (Soekanto, 2013: 66) kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan
pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut;
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dengan adanya
organisasi merupakan fakta- fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
2. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi menunjukkan pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu
keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu dan kelompok
sehubungan dengan norma- norma sosial dan nilai- nilaai sosial yang ada di
masyarakat.
3. Persaingan (Comptition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau
kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan
kekerasa atau ancaman.
4. Pertentangan atau pertikaian (Conflict)
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan
dengan ancaman atau kekerasan.
C. Masyarakat Pedesaan
Menurut (Suci. 2014. http://masyarakat-pekotaan-dan-masyarakat-pedesaan
k.staff.gunadarma.ac.id ) R. Linton masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang
telah cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka ini dapat
mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu. Seadangkan Hasan shadily mendefinisikan masyarakat adalah
golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan pengaruh bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. Jadi, masyarakat
adalah sekelompok orang yang hidup bersama pada suatu wilayah (geografis) dengan
batas-batas tertentu, dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi
yang lebih besar diantara anggota dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar
batas wilayahnya.
Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 22/1948 menjelaskan bahwa
desa adalah bentuk daerah otonom terendah sesudah kota. Menurut Sutardjo
Kartohadikusumo (Hartomo, 2008: 240) Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Sedangkan menurut Bintarto (Suci. 2014. http: masyarakat-pekotaan-dan-masyarakat-
pedesaan k.staff.gunadarma.ac.id) Desa merupakan perwujudan persatuan geografi,
sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suat daerah dalam hubungannya
dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang mendalam dan erat antar
warga. Jadi, di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya. Ini
dikarenakan, seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat,
karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Hal ini juga merupakan imbas dari
intensitas pertemuan antar warga di masyarakat pedesaan.
Menuruthttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19721
0242001121-BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_DESAKOTA/Rural_Comunity.pdf
Karakteristik masyarakat umum masyarakat desa, yaitu:

1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini
terjadi dalam dua hal, yaitu: secara ekonomi memenag tidak mampu dan secara
budaya tidak suka menyombongkan diri.
2. Mudah Curiga
Secara umum masyarakat desa akan menaruh curiga, pada: hal- hal baru diluar
dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang atau sekelompok yang bagi
komunitas mereka dianggap asing.
3. Menjunjung Tinggi Unggah-ungguh
Sebagai Orang Timur orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau
Ungah-ungguh apabila: Bertemu dengan tetangga, Berhadapan dengan pejabat,
Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan, Berhadapan dengan orang
yang lebih mampu secara ekonomi, dan berhadapan dengan orang yang tinggi
tingkat pendidikannya.
4. Guyub Kekeluargaan
Menjadi karakteristik khas masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan
persaudaraan telah Mendarah-daging dalam hati sanubari mereka.
5. Lugas
Berbicara apa adanya, itulah ciri khas lain masyarakat desa. Mereka tidak peduli
apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena mereka
memang tidak berencana menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka
miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri apabila ada orang yang bertanya
tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Terlebih pada orang yang belum
dikenal dekat. Hal ini menyulitkan bagi petugas survei atau mahasiswa yang
mencari data pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Persaan Minder terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan masyarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bergaul dengan orang kota adalah perasaan
mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam atau tidak
banyak bicara.


8. Menghargai Ngajeni orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan oramg lain yang
yang pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar-
besarnya. Balas budi ini tidak selalu berwujud material, tetapi juga dalam
bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa jawa biasa disebut Ngajeni.
9. Jika diberi janji akan selalu ingat
Bagi masyarakat desa, janji yang diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan
sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini
didasari oleh pengalaman atau trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terhadap janji-janji program pembangunan daerahnya. Apabila janji
itu tidak ditepati bagi mereka akan menjadi luka dalam yang begitu membekas
dihati dan sulit menghapuskannya.
10. Suka Gotong-royong
Salah satu ciri masyarakat desa yang dimiliki hampir seluruh kawasan Indonesia
adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan
Sambatan. Uniknya tanpa dimintai pertolongan mereka akan serta merta
nyengkuyung atau bahu- membahu meringankan beban tetangganya yang sedang
punya gawe atau hajatan. Mereka tidak mempertimbangkan kerugian materiil
yang dikeluarkan untuk orang lain. Prinsip mereka Rugi Sathak, Bathi Sanak
yang kurang lebih artinya Lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat
keuntungan mendapat saudara
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
meknisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini BPD (Badan Perwakilan
Desa) sangant penting dalam mengakomodasi pendapat/input warga.
12. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius, artinya dalam keseharian mereka
taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif mereka juga
mengaktualisasikan diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
Misalnya: Tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan dsb.
Dengan demikian, pada umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dalam
memegang kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Mereka seakan menolak
kebudayaan asing yang masuk. Hal ini membuat kultur adat kebiasaan mereka sangat
kental, mungkin hal ini pula yang dulunya membuat bangsa Indonesia menjadi salah
satu Negara yang paling ramah di dunia sejak dahulu. Pola interaksi mereka sangat
kuat hubungan kekeluargaanya. Contoh apabila ada yang terkena musibah pada suatu
individu pada pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan menanyakan apa yang
sedang terjadi dan membantu mereka. Hal ini bukan pula tidak ada di masyarakat kota
tetapi intensitasnya cenderung rendah dalam masyarakat perkotaan.
D. Perkembangan Interaksi Sosial Masyarakat Desa
Menurut A.G. Keller yang dikutip oleh Soedjito (1987: 3), berubah dan
berkembangnya suatu kebudayaan berjalan menurut kebutuhan dari masyarakat yang
bersangkutan dengan proses coba-coba (trial and error), begitu juga pedesaan.
Keadaan sekarang akan membentuk lembaga- lembaga di kemudian hari melalui
proses yang selektif dan memaksa dengan jalan mempengaruhi pandangan orang
(Soedjito, 1987: 4-5). Dengan melihat lembaga- lembaga desa pada waktu dahulu,
dapatlah kita mengikuti perkembangan kebudayaan dan tingkat kebutuhan dari
masyarakat desa.
Jika kita lihat literatur mengenai masyarakat desa sebelum perang dapatlah
kita lihat suatu lembaga yang sama di mana- mana di Indonesia ini. Seperti di Acehm,
Minangkabau, Sumatera Selatan dan sebagainya, terdapat lembaga pemufakatan.
Lembaga-lembaga pemufakatan ini merupakan salah satu unsur terpenting
dalam masyarakat yang berbentuk Gemeinscahft, karena di dalam pemufakatan inilah
selalu diusahakan konsensus. Konsensus ini menurut Tonnies yang dikutip Soedjito
(1987: 5) merupakan: suatu special force and sympathy which keeps human being
together as member of a totality. Jadi selama orang masih mengadakan konsensus,
maka di situ masih ada kehendak untuk mempertahankan kesatuan.
Di samping kenyataan tentang pemufakatan ini, kita dapat membaca pula
tentang berdirinya perkumpulan-perkumpulan yang mengadakan pemufakatan-
pemufakatan di luar ikatan desa. Seperti: arisan, sinoman di Jawa, sarikat di Jakarta,
jula-jula di Minangkabau dan muhaqha di Salayar. Kenyataan yang dapat kita
interpretasikan sebagai perpecahan ini, dapat berarti bahwa di desa mulai terjadi
perubahan bentuk masyarakat, yaitu, dari masyarakat Gemeinscahft berubah menjadi
Gesellscahft. Perubahan ini menurut B. Ter Haar adalah karena kelemahan desa.
Terjadinya perkumpulan-perkumpulan yang melepaskan diri dari ikatan desa karena
desa tidak dapat lagi menampung semua kebutuhan desa. Kebutuhan-kebutuhan pada
waktu sekarang tentu bertambah banyaknya.
Di zaman penjajahan, memang kebutuhan masyarakat desa dibuat sangat
rendah kualitasnya dan kuantitasnya. Tetapi sepanjang sejarah kita dapat pula
mengikuti terjadinya perkembangan, yang memungkinkan pengenyaman kebutuhan-
kebutuhan baru. Karena adanya kebutuhan-kebutuhan baru ini, terbentuklah
perkumpulan-perkumpulan seperti tersebut diatas, karena desa tidak dapat lagi
menampungnya.
Timbulnya beberapa kelompok sosial di dalam masyarakat desa sebenarnya
disebabkan karena adanya perkembangan kebudayaan yang berbeda-beda pula. Jika
ini tetap dibiarkan, maka mau tidak mau akan timbul ketegangan-ketegangan dan
friksi- friksi yang akan sangat merugikan masyarakat, yang juga akan menghambat
kemajuan desa.
Dengan industrialisasi Negara kita, maka gejala-gejala semacam ini akan
bertambah, jika kita tidak mengambil tindakan-tindakan tertentu. Jadi tidak heran jika
bentuk desa Gesellscahft terjadi di tepi kota. Tetapi persoalanya: mengapa gejala yang
sama kita lihat pula di desa-desa yang relatif jauh dari kota, sedang sebab-sebabnya
yang terlihat juga sama.
E. Pola Interaksi Masyarakat Desa
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang
kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga /anggota masyarakat yang kuat
yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup serta memiliki perasaan untuk berkorban
setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat karena
beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarat yang saling mencintai saling
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai
berikut:
1. Di dalam masyarakat pedesaan diantara warganya mempunyai hubungan yang
lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaab lainnya
di luar batas-batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
(Gemeinchaft atau paguyuban).
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-
pekerjaan yang ukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (Part Time) yang
biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4. Masyarakat tersebut homogen seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-
istiadat, dan sebagainya.
Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir
sama maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan
mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan,
memperbaiki jalan desa, membuat saluran air, dan sebagainya. Dalam hal- hal
tersebut mereka akan selalu bekerja sama.
Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan
gotong-royong dan tolong-menolong. Pekerjaan gotong-royong pada waktu sekarang
lebih populer dengan istilah kerja bakti, misalnya memperbaiki jalan, saluran air,
menjaga keamanan desa (ronda malam), dan sebagainya. Sedangkan mengenai
macam pekerjaan gotong-royong (kerja bakti) itu, ada dua macam:
1. Kerjasama pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat
itu sendiri (biasanya diistilahkan dari bawah).
2. Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang inisiatifnya tidak timbul dari
masyarakat itu sendiri atau berasal dari luar (biasanya berasal dari atas).
Hubungan sosial masyarakat pedesaan terjadi secara kekeluargaan dan jauh
menyangkut masalah- masalah pribadi. Satu dengan yang lain mengenal secara
rapat, menghayati secara mendasar. Suka atau duka yang dirasakan salah satu
anggota akan dirasakan oleh seluruh anggota. Pertemuan-pertemuan dan kerjasama
untuk kepentingan sosial lebih diutamakan dari pada kepentingan individu. Segala
kehidupan sehari- hari diwarnai gotong-royong, misalnya: mendirikan rumah,
mengerjakan sawah, menggali sumur, maupun melayat orang meninggal.
Menurut (Hartomo, 2008: 245) pengendalian sosial masyarakat pedesaan
sangat ketat, sehingga perkembangan jiwa individu sulit untuk dilaksanakan.
Keadaan demikian berjalan terus menerus dan sulit mengadakan perubahan. Jalan
pikiran yang kolot, tidak ekonomis yang sudah menjadi tradisi juga sulit diubah,
walaupun pandangan-pandangan tersebut sulit diterima oleh pikiran manusia.
Sehingga bila mana seorang anggota masyarakat desa yang bersangkutan tidak
melaksanakan sesuatu yang sudah menjadi tradisi desa tersebut, dinyatakan slah dan
dikucilkan.
Hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi.
Seorang penguasa sekaligus mempunyai beberapa kedudukan serta peranan yang
sulit untuk dihindarkan atau dipisahkan dengan kedudukan yang sebenarnya,
misalnya seorang Kepala Desa sekaligusia menjadi orang atau sesepuh masyarakat
sekitarnya. Apa yang ia katakan dianggap sebagai pegangan dan pandangan hdup
dari masyarakat.
Tipe interaksi sosial di desa dan di kota perbedaannya sangat kontras, baik
aspek kualitasnya maupun kuantitasnya. Perbedaan penting interaksi sosial
pedesaan dan perkotaan, antara lain:
1. Masyarakat pedesaan lebih sedikit penduduknya dan tingkat mobilitas sosialnya
rendah, maka kontak pribadi per individu lebih sedikit. Demikian pula kontak
melalui radio, koran, televisi, majalah, poster, dan media lainnya.
2. Dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kulaitatif.
Penduduk kota lebih sering kontak, tetapi cenderung formal sepintas lalu, dan
tidak bersifat pribadi (impersonal), tetapi melalui tugas atau kepentingan yang
lain. Di desa kontak sosial lebih banyak dengan tatap muka, ramah-tamah
(informal), dan pribadi. Hal lain pada masyarakat pedesaan, daerah jangkauan
kontak sosialnya biasanya terbatas dan sempit.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal
bermacam- macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab bahwa di dalam
masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.
Dalam hal ini kita jumpai gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan:
1. Konflik (Pertengkaran)
Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenag
dan harmonis itu tidak sesuai kenyataan sebab yang benar adalah masyarakat
pedesaan penuh masalah dan ketegangan. Karena setiap hari mereka selalu
berdekatan dengan tetangga secara terus menerus, hal ini sangat memicu
terjadinya pertengkaran dan peledakan ketegangan yang sering terjadi.
2. Kontravensi (Pertentangan)
Pertentangan ini biasanya disebabkan oleh konsep-konsep kebudayaan (adat-
istiadat), psikologi atau ada hubungannya dengan guna-guna (black magic) para
ahli hukum adat baisanya meninjau masalah kontravensi (pertentangan) dari
sudut kebiasaan masyarakat.
3. Kompetisi (Persaingan)
Sesuai kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia- manusia yang
mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yanga antara lain mepunyai
saingan. Wujud persaingan dapat positif dan negatif. Apabila positif akan
menambah output (hasil) produksi serta prestasi, sedangkan kalau negatif
mejadikan iri dan tidak mau berusaha sehingga membuat fitnah- fitnah yang
menamabah ketegangan dalam masyarakat.
4. Kegiatan pada masyarakat desa
Masayarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi pada mereka yang
dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, jelaslah bahwa masyarakat
pedesaan bukan masyarakat yang suka diam tanpa aktivitas atau bermalas-
malasan.

















Bab III
Penutup

A. Kesimpulan
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial
terjadi apabila dalam masyarakat terjadi kontak sosial dan komunikasi.
Pada masyarakat desa selalu ada interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.
Interaksi antara individu dengan individu dapat terlihat jika individu memberikan
pengaruh ataupun rangsangan terhadap individu lainnya. Wujud interksi ini dapat
terlihat misalnya dalam bentuk berjabat tangan , bercakap-cakap maupun bertengkar.
Bentuk interaksi yang terjadi pada masyarakat perdesaan terdiri dari assosiatif
dan dissosiatif. Assosiatif meliputi kerjasama, akomodasi dan asimilasi sedangkan
dissosiatif terdiri dari pertentangan, konflik serta kontravensi.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah mengenai interaksi pada masyarakat perdesaan
ini sebagai salah satu aktivitas dan tugas di dalam perkuliahan. Dalam penyusunannya
menuntut adanya keseriusan, ketelitian, serta keuletan dari mahasiswa agar tercapai
hasil yang maksimal untuk itu perbanyak referensi buku yang berkaitan dengan topik
makalah ini karena kajian dalam makalah ini sangat penting.











DAFTAR PUSTAKA
Bintarto. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahnnya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hartomo dan Anicun Aziz. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_DESAKOTA/Rural_Comunity.pdf diakses pada 3 Juli
2014 Jam 9:15 WIB.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab7masyarakat_pedesaan_dan_masya
rakat_perkotaan.pdf Diakses pada 6 Juli 2014 Jam 11:40 WIB.
Soedjito. 1987. Aspek Sosial Budaya dalam Pembangunan Pedesaan. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya.
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai