Anda di halaman 1dari 27

1

MODUL KETERAMPILAN KLINIK



BLOK EMERGENCY MEDICINE









PENYUSUN :

Adril Arsyad Hakim
Emir Taris Pasaribu
Ronald Sitohang
Soejat Harto
M. Rusda
Cut Aria Arina
M.Fidel Ganis Siregar
Hasanul Arifin
Halomoan H
Almaycano Ginting
Hidayat S
Yoan Carolina P
Achsanuddin Hanafie
Munar Lubis
Bugis Mardina





















FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011



2

MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK EMERGENCY MEDICINE

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan
keterampilan klinik untuk mahasiswa semester VI dilaksanakan pada blok Brain and Mind
System dan Emergency Medicine.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan
pada blok Emergency Medicine ini. Kepada mahasiswa semester 6 akan diajarkan 13 jenis
ketrampilan klinik pada blok Emergency Medicine ini. Keterampilan klinik yang akan
diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :

1. Aplikasi Sistem ABCD pada Primary Survey penderita trauma
2. Airway Management
3. Asuhan bayi baru lahir normal + APGAR Score
4. Glasgow Coma Scale (GCS)
5. Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) I
6. Perawatan dan penanganan neonatus dan asfiksia
7. Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) II
8. Resusitasi Cairan Dewasa
9. Resusitasi Jantung paru pada anak
10. Transport pasien dan pemasangan Collar Brace (CB)
11. Resusitasi Cairan pada anak
12. Anafilaktik shock dan Cricothyroidotomi
13. Heimlich Maneuver pada bayi, anak dan dewasa

II. TUJUAN

II.1 TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti keterampilan klinik pada blok Emergency Medicine ini, mahasiswa
dapat terampil melakukan penilaian aplikasi system Primary Survey ABCD pada pasien
trauma, airway management, perawatan dan penanganan neonatus asfiksia, Glasgow Coma
Scale (GCS), Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO), resusitasi cairan pada anak dan dewasa,
asuhan bayi baru lahir normal dan APGAR Score, resusitasi jantung paru pada anak,
trasnportasi pasien dan pemasangan Collar Brace, Anafilaktik Shock dan Cricotyrotomy,
heimlich maneuver pada bayi, anak dan dewasa.




3

II.2. TUJUAN KHUSUS

2.1. Mahasiswa mampu melakukan aplikasi primeary survey ABCD pada pasien trauma
2.2. Mahasiswa mampu melakukan airway management
2.3. Mahasiswa mampu melakukan asuhan bayi baru lahir normal + APGAR Score
2.4. Mahasiswa mampu melakukan penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)
2.5. Mahasiswa mampu melakukan resusitasi jantung paru otak I
2.6. Mahasiswa mampu melakukan perawatan dan penanganan neonatus asfiksia
2.7 Mahasiswa mampu melakukan resusitasi cairan pada orang dewasa
2.8. Mahasiswa mampu melakukan resusitasi jantung paru pada anak
2.9. Mahasiswa mampu melakukan resusitasi cairan pada anak
2.10. Mahasiswa mampu melakukan trasnportasi pasien dan pemasangan collar brace (CB)
2.11. Mahasiswa mampu melakukan penanganan anafilaktik shock dan cricotirodotomy
2.12. Mahasiswa mampu melakukan heimlich maneuver pada bayi, anak dan dewasa





































4

SL. EM. VI. 1
KETERAMPILAN KLINIK
APLIKASI SYSTEM PRIMARY SURVEY ABCD PADA PASIEN TRAUMA
Ronald sitohang

I. PENDAHULUAN

Primary Survey adalah tindakan penilaian pertama yang dilakukan secara cepat dan
sistematis pada penderita trauma berat. Penilaian ini dimaksudkan untuk dapat dengan segera
mengenal keadaan-keadaan yang mengancam nyawa (life threatening) dan sekaligus mengatasi
/ meresusitasinya pada saat itu juga. Penilaian selalu berpedoman pada tanda-tanda vital, jenis
trauma dan mekanisme cedera. Untuk itu diperkenalkan sistem ABCD trauma yang disusun
berdasarkan urutan hal-hal yang paling mungkin menyebabkan kematian dalam waktu yang
lebih cepat sebagai berikut :

A : Airway dengan proteksi servikal
B : Breathing dan ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan
D : Disability : status neurologi
E : Exposure dengan pencegahan hipotermia

Di dalam pelaksanaannya, survey dan resusitasi dilaksanakan secara serentak
(simultan) tergantung pada jumlah tenaga medis yang tersedia. Misalnya, kontrol perdarahan
eksternal dapat dilakukan secara langsung tanpa harus menunggu survey sampai ke tahap C.
Urutan ABCDE ini hanya untuk memudahkan mengingat agar tidak ada hal yang terlupakan.

Pada skills lab ini diperlukan aplikasi secara holistik dan terintegrasi dari beberapa
keterampilan yang telah diajarkan pada skills lab sebelumnya seperti pencucian tangan,
pemasangan IV line, bandaging, spilinting, pemasangan kateter, air way management,
pemasangan kollar servikal, dll di samping beberapa keterampilan baru yang akan diajarkan
pada skills lab ini dalam satu kesatuan yang utuh.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skills lab pada Blok Emergensi Medicine ini
mahasiswa diharapkan dapat mengenal dan mampu menatalaksana keadaan gawat
darurat secara baik dan benar .

II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan tindakan primary survey dan resusitasi pada
penderita trauma/ cedera berat dengan penerapan sistem ABCD.

a. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan airway
b. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan breathing.
c. Mampu melakukan penilaian & penanganan gangguan circulation
d. Mampu melakukan penilaian disability
e. Mampu melakukan penilaian exposure










5

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu
(menit)
Aktivitas belajar mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45
mahasiswa)
Nara sumber
10 menit Narasumber mendemonstrasikan aplikasi
system ABCD pada primary survey pasien
trauma.
Nara sumber
10 menit





Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil
(1 kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap
kelompok kecil memiliki 1 instruktur.

Instruktur mendemonstrasikan aplikasi
system ABCD pada primary survey pasien
trauma
Instruktur




20 menit

Coaching : mahasiswa melakukan secara
bergantian (2-3 orang) tindakan sesuai kasus
dengan dibimbing oleh instruktur

Instruktur dan
mahasiswa


90 menit



Self practice : mahasiswa melakukan sendiri
tindakan sesuai kasus secara bergantian,
sehingga total waktu yang dibutuhkan 90
menit (tergantung jumlah mahasiswa)

Instruktur dan
mahasiswa

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1.PELAKSANAAN

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar 45 mahasiswa dan kecil 9 orang.Kelompok
besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
2. Cara pelaksanaan kegiatan:
Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa melakukan
pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat melakukan
pengamatan.
Menggunakan manikin
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan airway management.
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan.
3. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester VI.
4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Alat-alat proteksi diri ( sarung tangan, masker, topi, dll)
2. Manikin dan Skenario
3. Tempat tidur pasien
4. Orofaringeal Tube (Guedel/Mayo)
5. Nasofaringeal Tube
6. Infus set
7. IV Cath No. 18
8. Masker Oksigen (Face Mask)
9. Oksigen
6

10. Kain kassa
11. Plester 1 inchi
12. Suction / spuit 50 cc
13. Cairan Ringer lactated (RL)
14. Stetoskop
15. Tensimeter
16. Senter
17. Perban elastis 4 inchi
18. Kollar servikal

VI. RUJUKAN

1. ATLS for Doctors (ACS Committee on Trauma)
2. TRAUMA ( David V. Feliciano)
3. Buku Ajar Ilmu Bedah (R. Syamsuhidayat & Wim de Jong)

VII. APLIKASI SISTEM ABCD PADA PRIMARY SURVEY PASIEN TRAUMA

Skenario Pasien :
Laki-laki 25 tahun terjatuh dari ketinggian 4 meter (lantai 2) dengan posisi dada kanan
tertusuk besi pagar setentang ICR-IV. Paha kanan luka berdarah dengan tulang yang
menonjol keluar Kesadaran menurun, TD 60/40 mmHg, RR 40 x/menit, Pols 110 x/menit.
(Data-data lainnya yang dianggap perlu dapat ditanyakan pada instruktur).

Data-data tambahan :
Ujung-ujung jari dingin dan pucat, Haemotoma (+) di daerah oksipitalis, Pupil anisokor
dengan refleks cahaya positif. Pada toraks kanan : Inspeksi : pernafasan tertinggal, luka
(+), Palpasi : stem fremitus menurun, Perkusi : hipersonor, Auskultasi : suara pernafasan
melemah. Respon terhadap verbal dan pain tidak ada


A : Airway dengan proteksi servikal

(Memerlukan bantuan seorang asisten)
1. Penilaian :
a. Menilai patensi jalan nafas (dapat mengeluarkan suara berarti jalan nafas
clear).
b. Mengenal tanda-tanda obstruksi jalan nafas : benda asing di mulut, fraktur
wajah, mandibula atau trakea.
2. Penanganan / Resusitasi :
a. Proteksi servikal dengan in- line immobilization / kollar servikal :
Cara in-line immobilization : asisten berdiri di arah puncak kepala penderita
sambil menjepit kepala penderita dengan kedua lengan bawahnya sedangkan
masing-masing tangan memegang bahu penderita dengan ibu jari mengarah ke
atas.

b. Pada penderita dengan gangguan kesadaran, jalan nafas
dipertahankan dengan : Chin lift /Jaw thrust.

c. Benda asing dan cairan di mulut dikeluarkan dengan suction.

d. Melakukan pemasangan orofaringeal tube.

e. Mengalihkan In-line immobilization ke kollar servikal : penderita dalam posisi
in-line immobilization lalu ujung kollar servikal dimasukkan ke bawah leher
dari sisi kiri lalu kedua tangan asisten dipindahkan ke lateral kepala kemudian
kollar servikal dibelitkan hingga menopang dagu dan dikancingkan.

7

B : Breathing dan Ventilasi
1. Penilaian :
a. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi toraks
b. Mengenal Tension Pneumotoraks, Massive Haemotoraks dan Open
Pneumotoraks.

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
1. Tension
Pneumotoraks
ICR flat Stem fremitus Hipersonor Suara pernafasan
2. Massive
Haemotoraks
ICR flat Stem fremitus Beda Suara pernafasan
3.Open Pneumo toraks

Normal Stem fremitus Hipersonor Suara pernafasan

2. Penanganan / Resusitasi
a. Memberi oksigen dengan kecepatan 10-12 liter / menit
b. Tension Pneumotoraks : Needle Insertion (IV Cath No. 14) di ICR II- Linea
midclavicularis.
c. Massive Haemotoraks :Pemasangan Chest Tube (tidak termasuk dalam kompetensi)
d. Open Pneumotorak : Luka ditutup dengan kain kasa yang
diplester pada tiga sisi ( flutter-type valveefect).

C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan.
1. Penilaian :
a. Mengenal adanya perdarahan eksternal
b. Menilai status haemodinamik : tingkat kesadaran, warna kulit dan
pols.
2. Penanganan/ Resusitasi :
a. Bila ada perdarahan eksternal lakukan penekanan pada sumber perdarahan secara
manual atau dengan perban elastis.
b. Memasang 2 IV line untuk pemberian larutan RL hangat sebanyak 2 L sesegera
mungkin.
c. Memasang indwelling kateter untuk monitoring produksi urine bila tidak ada
kontraindikasi.

D : Disability : Status Neurologis

Penilaian :
a. Memeriksa diameter dan refleks cahaya pupil
b. Menilai tingkat kesadaran dengan metode AVPU
A : Alert
V : Respon to Verbal
P : Respon to Pain (dengan penekanan pada nail bed)
U : Unrespon
E : Exposure dengan pencegahan Hipotermia
Penilaian
a. Membuka semua pakaian penderita
b. Melihat kelainan pada semua bagian tubuh
c. Memasang selimut dan mematikan AC






8



VIII. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN

Ya Tidak
1. Mempersiapkan sarana dan alat


2. Melakukan proteksi diri


A : Airway dengan proteksi servikal

3. Menilai patensi jalan nafas

4. Mencari tanda-tanda obstruksi jalan nafas


5. Melakukan in-line immobilization


6. Melakukan Chin Lift/ Jaw thrust

7. Melakukan suction rongga mulut
8. Memasang orofaringeal tube
9. Memasang kolar servikal dan akhiri in-line immob.
B : Breathing dan Ventilasi

10. Melakukan inspeksi toraks


11. Melakukan palpasi toraks


12. Melakukan perkusi toraks


13. Melakukan auskultasi toraks


14. Menentukan kelainan pada toraks/diagnosa


15. Menutup luka dengan kain kasa plester 3 sisi




C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan
16. Mengenal adanya perdarahan eksternal
17. Menilai warna kulit dan pols
18. Memasang perban elastis pada sumber perdarahan
19. Memasang IV line
20. Memberi cairan RL hangat
21. Memasang kateter urine
D : Disability : Status Neurologis
22. Memeriksa diameter dan reflek cahaya pupil
23. Menilai tingkat kesadaran (AVPU)
E : Exposure dengan pencegahan Hipotermia
24. Membuka semua pakaian penderita
25. Melihat kelainan pada semua bagian tubuh
26. Memasang selimut dan mematikan AC


Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

9



SL. EM. VI. 2
KETERAMPILAN KLINIK
AIRWAY MANAGEMENT
Hasanul Arifin

I. PENDAHULUAN
Tindakan keterampilan airway management merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki
oleh setiap calon dokter.. Kegawatan nafas berupa obstuksi jalan nafas total atau henti nafas,
bila tidak dilakukan pertolongan dalam waktu 3-5 menit akan mengakibatkan kematian. Pada
kasus cedera kepala dengan menurunnya kesadaran, jatuhnya pangkal lidah akan menyebabkan
obstruksi jalan nafas berupa gangguan pengambilan oksigen dan pembuangan gas CO2 yang
dapat menyebabkan perburukan pada otak yang sudah cedera Pertolongan dapat dilakukan
dengan tindakan airway management yang benar. Tindakan airway management dapat
dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.

II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skill lab ini,diharapkan mahasiswa dapat melakukan
tindakan airway management dengan benar .

II.2 TUJUAN KHUSUS
Dengan mengikuti kegiatan skill lab ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan airway management tanpa alat
2. Melakukan airway management dengan alat :
Oropharyng airway,
Nasopharyng airway
Face Mask


III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu


Aktifitas Belajar Mengajar


Keterangan

20 menit





Introduksi pada kelas besar oleh narasumber
Penjelasan narasumber tentang air way management (10
menit)
Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan yang diputar (10 menit)

Narasumber





10 menit



Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber
Narasumber memperlihatkan cara melakukan airway
management secara bertahap dengan baik dan benar.

Narasumber



10 menit




Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa).
Instruktur memperlihatkan cara melakukan airway
management secara bertahap dengan baik dan benar.
Instruktur




10


20 menit



Coaching
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.

Instruktur
Mahasiswa

90 menit Self practice :
Mahasiswa melakukan airway management dengan
baik dan benar
Instruktur memberikan penilaian pada lembar
pengamatan.

Mahasiswa
Instruktur

IV.PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1 PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan
3. Cara pelaksanaan kegiatan :
Instruktur melakukan coaching selama 10 menit dan mahasiswa
memperhatikan dan diberikan kesempatan bertanya
Coaching : Mahasiswa melakukan tindakan airway management dengan bimbingan
Mahasiswa lain sebagai pengamat
Self practice : setiap mahasiswa harus mampu mendapat kesempatan melakukan
airway management.
4. Tempat Pelaksanaan
Ruang skill lab FK USU

V. ALAT DAN SARANA
1. Orofaringeal tube / Goedel
2. Nasofaringeal tube
3. Ambu bag + face mask
4. Laryngoscope
5. ETT
6. Sumber O2 + kateter (slang oksigen)

VI. TEKNIK AIRWAY MANAGEMENT
1. AIRWAY MANAGEMENT TANPA ALAT
Head tilt
Chin-lift
Jaw thrust

11





HEAD TILT
Pengertian :
Membebaskan jalan nafas dari obstruksi pangkal lidah yang terjatuh dengan cara
mendorong kening pasien kebelakang dengan tangan kiri penolong, sehingga posisi
kepala sekidit ekstensi.
Posisi :
Penolong berada disamping kanan pasien
Tehnik :
Telapak tangan menekan kening pasien ke arah belakang (ekstensi)

CHIN LIFT
Pengertian :
membebaskan jalan nafas dari obstruksi pangkal lidah yang terjatuh dengan
mengangkat dagu (chin-lift)
Posisi :
Penolong berada disamping kanan pasien
Tehnik :
Jari telunjuk dan tengah penolong mengangkat dagu pasien keatas tegak lurus
Pada saat melakukan pembebasan jalan nafas akibat obstruksi , kedua tindakan diatas
biasanya dilakukan bersama (serentak) head tilt chin lift.

JAW THRUST :
Pengertian :
Membebaskan jalan nafas dari obstruksi pangkal lidah yang terjatuh dengan
mengangkat mandibula (corpus dan angulus mandibula)
Posisi :
Penolong berada di atas kepala pasien
Tehnik :
Dengan dua tangan pada mandibula, 2 jari pada angulus mandibula (jari kelingking dan
manis), 2 jari pada ramus mandibula (jari tengah dan telunjuk ). Ibu jari pada mentum
mandibula. Kemudian mandibula diangkat ke atas melewati molar pada maxilla.
Head Tilt tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan maupun yang dicurigai
adanya cedera tulang leher.

12








Pastikan bahwa manuver pembebasan jalan nafas berhasil dengan melakukan pemeriksaan
Look, Listen & Feel.
Look : Melihat pergerakan dada pasien. Apakah ada gerakan dada naik turun.
Listen : Mendengar suara pernafasan pasien
Feel : Merasakan hembusan nafas pasien pada pipi penolong




JAW THRUST
CHIN LIFT
HEAD TILT
13



2 . AIRWAY MANAGEMENT DENGAN ALAT
OROPHARYNG AIRWAY
1. Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh.
2. Pilihlah ukuran pipa oro-faring yang sesuai dengan pasien. Hal ini dilakukan dengan
cara menyesuaikan ukuran pipa oro-faring dari tragus (anak-telinga) sampai ke sudut
bibir.
3. Masukkan pipa oro-faring dengan cara dibawah ini.
a. Pegang pangkal pipa oro-faring dengan tangan kanan, lengkungannya
menghadap keatas ( arah terbalik), lalu masukkan kedalam rongga mulut.
b. Setelah ujung pipa mengenai palatum durum, putar pipa kearah kanan 180
0
.
c. Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw-thrust dan kedua ibu jari
tangan menekan sambil mendorong pangkal pipa oro-faring dengan hati hati
sampai bagian yang keras berada diantara gigi atas dan bawah.

NB. Jika terjadi reflek cegukan atau batuk, berarti ukuran pipa kebesaran , cabut pipa segera
dan dan ganti pipa dengan ukuran yang tepat ( ukur kembali), lakukan prosedur ulang.

4. Periksa dan pastikan jalan nafas bebas ( lihat , rasa, dengar) .
5. Fiksasi pipa oro-faring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa,
rekatkan plester sampai ke pipi pasien.

NASOPHARYNG AIRWAY
1. Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh.
2. Pipa nasofaryng diberi pelicin dengan KY jelly (gunakan kasa yang sdh diberi KY jelly)
3. Pilihlah ukuran pipa naso-faring yang sesuai dengan pasien. Hal ini dilakukan dengan cara
menyesuaikan ukuran pipa oro-faring dari lobang hidung sampai tragus (anak-telinga) .
4. Masukkan pipa naso-faring dengan cara dibawah ini :
a. Pegang pangkal pipa naso-faring dengan tangan kanan, lengkungannya
menghadap kearah mulut ( kebawah).
b. Masukkan kedalam rongga hidung dengan perlahan sampai batas
pangkal pipa.
5. Pastikan jalan nafas sudah bebas ( lihat, dengar , rasa)


Oropharyng airway Nasopharyng airway
14


FACE-MASK ( Sungkup Muka)
1. Posisikan kepala lurus dengan tubuh.
2. Pilihlah ukuran sungkup-muka yang sesuai ( ukuran yang sesuai bila sungkup muka
dapat menutup hidung dan mulut pasien , tidak ada kebocoran)
3. Letakkan sungkup muka ( bagian yang lebar dibagian mulut)
4. Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus mandibula, jari manis
dan tengah memegang ramus mandibula, ibu jari dan telunjuk memegang dan
memfiksasi sungkup muka.
5. Gerakkan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit kepala pasien
6. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah dipasangkan.
7. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama sama. (tangan kanan dan kiri
memegang mandibula dan sungkup muka bersama sama)
8. Pastikan jalan nafas bebas ( lihat, dengar, rasa)
9. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi sungkup muka,
sementara tangan kanan digunakan untuk memegang bag (kantong) reservoir sekaligus
pompa nafas bantu (squeeze-bag)



INTUBASI OROTRAKHEAL
1. Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh
2. Pilih laringoskop dengan dengan blade bengkok
3. Pegang handle laringoskop dengan tangan kiri.
4. Pastikan cahaya lampu laringosokop cukup terang
5. Buka mulut pasien dan masukkan blade dari sudut kanan mulut
6. Geser lidah kearah kiri sambil meneruskan masuk blade ke dalam rongga mulut
menelusuri pinggir kanan lidah menuju laring, perhatikan sampai tampak epiglotis.
7. Tempatkan ujung blade pada valeculla
8. Angkat epiglottis dengan ujung blade kedepan (tidak diungkit).
9. Bila epiglottis terangkat dengan baik akan tampak rima glottis, dan tampak pita suara
warna putih, bentuk V terbalik
10. Masukkan dengan hati hati pipa endotrakeal ke dalam trakea melalui rima glottis
dengan tangan kanan.
11. Tempatkan ujung pipa endotrakeal kira kira 3cm diatas carina (tidak masuk bronkus).
12. Tarik keluar laryngoskop perlahan dengan mengikuti lengkung blade.
13. Isi cuff pipa oro trakhea secukupnya ( sampai tidak ada kebocoran waktu dilakukan
pompaan kantong (bag) reservoir)
14. Beri nafas bantu dengan bag (squeeze-bag), sambil auskultasi suara napas paru kanan
dan kiri. Posisikan pipa orotrakhea sampai suara nafas paru kanan dan kiri sama.
15. Lakukan fiksasi dengan plester menyilang .
16. Kendala saat insersi pipa endotrakeal adalah, kesulitan mengekspose rima glottis
dengan jelas dan lengkung pipa endotrakeal yang tidak selalu sesuai.


15



VII. RUJUKAN
Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4
th
ed 2006
Modul Anestesiologi dan Reanimasi 2008

VIII. LEMBAR PENGAMATAN AIRWAY MANAGEMENT
No LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
YA TIDAK
1. Melakukan Head tilt
Penolong berada pada samping kanan kepala pasien
Telapak tangan menekan kening pasien ke arah belakang
(ekstensi)


2. Melakukan angkat dagu (chin lift)
Penolong berada pada samping kanan kepala pasien
Jari telunjuk dan jari tengah mengangkat dagu pasien keatas
tegak lurus

3. Melakukan Jaw Thrust
Penolong berada disebelah atas kepala pasien
dua tangan pada mandibula,
jari kelingking dan manis kanan dan kiri pada angulus
mandibula
jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri pada ramus
mandibula .
Ibu jari kanan dan kiri pada mentum mandibula
Mandibula diangkat ke atas melewati molar pada maxilla.


4. Melakukan pemasangan pipa oro-faring
Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh.
Pilihlah ukuran pipa oro-faring yang sesuai dengan
pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan
ukuran pipa oro-faring dari tragus (anak-telinga) sampai
ke sudut bibir.
Masukkan pipa oro-faring dengan cara dibawah ini.
o Pegang pangkal pipa oro-faring dengan tangan
kanan, lengkungannya menghadap keatas ( arah
terbalik), lalu masukkan kedalam rongga mulut.
o Setelah ujung pipa mengenai palatum durum,
putar pipa kearah kanan 180
0
.
o Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan
jaw-thrust dan kedua ibu jari tangan menekan
sambil mendorong pangkal pipa oro-faring dengan
hati hati sampai bagian yang keras dari pipa oro-
faring berada diantara gigi atas dan bawah.
Periksa dan pastikan jalan nafas bebas ( lihat , rasa,
dengar).
Fiksasi pipa oro-faring dengan cara memplester pinggir
atas dan bawah pangkal pipa, rekatkan plester sampai ke
pipi pasien.

16

5. Melakukan pemasangan pipa naso-faring
Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh.
Pipa nasofaryng diberi pelicin dengan KY jelly (gunakan
kasa yang sdh diberi KY jelly)
Pilihlah ukuran pipa naso-faring yang sesuai dengan
pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan
ukuran pipa oro-faring dari lobang hidung sampai tragus
(anak-telinga) .
Masukkan pipa naso-faring dengan cara dibawah ini :
Pegang pangkal pipa naso-faring dengan tangan kanan,
lengkungannya menghadap kearah mulut ( kebawah).
Masukkan kedalam rongga hidung dengan perlahan
sampai batas pangkal pipa.
Pastikan jalan nafas sudah bebas ( lihat, dengar , rasa)


6. Melakukan pemasangan Face Mask
Posisikan kepala lurus dengan tubuh.
Pilihlah ukuran sungkup-muka yang sesuai ( ukuran yang
sesuai bila sungkup muka dapat menutup hidung dan
mulut pasien , tidak ada kebocoran)
Letakkan sungkup muka ( bagian yang lebar dibagian
mulut)
Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada
angulus mandibula, jari manis dan tengah memegang
ramus mandibula, ibu jari dan telunjuk memegang dan
memfiksasi sungkup muka.
Gerakkan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan
sedikit kepala pasien
Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang
sudah dipasangkan.
Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama
sama. (tangan kanan dan kiri memegang mandibula dan
sungkup muka bersama sama)
Pastikan jalan nafas bebas ( lihat, dengar, rasa)
Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri
memfiksasi sungkup muka, sementara tangan kanan
digunakan untuk memegang bag (kantong) reservoir
sekaligus pompa nafas bantu (squeeze-bag)



















17

SL. EM. VI. 3
KETERAMPILAN KLINIK
ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL + APGAR SCORE


I. PENDAHULUAN
Awal kehidupan bayi baru lahir merupakan saat yang kritis dimana bayi perlu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan hidupnya yang baru. Tenaga kesehatan perlu kompeten dalam
melakukan asuhan segera setelah lahir, sejak menit-menit pertama dilahirkan dan dalam 1
jam pertama kelahiran untuk memberikan dukungan kepada ibu agar dapat menyusui secara
dini.

A. Penilaian bayi baru lahir
1,2

Penilaian bayi baru lahir (BBL) sudah dimulai sejak awal kelahirannya. Bila bayi cukup
bulan, air ketuban jernih, segera menangis, bernapas spontan dan teratur, serta tonus otot
baik maka keputusan adalah bayi diberikan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal.
Lakukan penilaian dengan menghadapkan bayi kepada penolong di atas perut ibu yang
sudah dilapisi kain/handuk dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat
terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
Apabila bayi baru lahir segera dapat bernapas spontan dan teratur, menangis kuat,
cukup mengusap muka bayi dari lendir dan darah dengan kain/kasa yang bersih. Tidak
dilakukan pengisapan lendir secara rutin pada jalan napasnya.
Bila bayi lahir kurang bulan atau air ketuban bercampur mekonium, atau tidak bernapas
atau megap-megap, atau tonus otot buruk, bersiaplah untuk melakukan resusitasi BBL
dengan cepat.

B. Mencegah kehilangan panas
1,2

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1. Menutup tubuh bayi dengan kain/handuk yang kering dan hangat kemudian mulai
mengeringkan dengan mengusap kepala, wajah, dada, dan perut dengan lembut (tanpa
membersihkan lemak kulit/verniks). Gosok punggung bayi dengan gerakan ke atas dan
ke bawah kemudian ke tangan dan kaki kecuali telapak tangan
2. Mengganti kain/handuk yang basah dengan kain yang bersih, kering, dan hangat.
3. Membungkus bayi mulai dari kepala dan badan kecuali bagian tali pusat dengan
selimut atau kain bersih dan hangat

C. Penilaian dan Pemantauan Bayi
Lihat gerakan pernapasan, warna kulit, gerakan/tonus otot dan refleks (menangis). Raba
denyut jantung bayi melalui tali pusat
Lakukan penilaian APGAR berdasarkan pengamatan pada 1 menit dan 5 menit pertama

NILAI 0 1 2
Napas Tidak Ada Tidak teratur Teratur
Denyut Jantung Tidak Ada <100 >100
Warna Kulit Biru atau pucat Tubuh merah jambu,
tangan dan kaki biru
Merah jambu
Gerakan atau tonus otot Tidak Ada Sedikit fleksi Fleksi
Refleks (menangis) Tidak Ada Lemah atau lamban Kuat

Jumlahkan seluruh nilai, itulah nilai APGAR bayi baru lahir
Nilai APGAR 0-3 yang menetap pada >5 menit merupakan salah satu karakteristik
yang menunjukkan telah terjadi asfiksia perinatal (AAP dan ACOG)





18

D. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat (Blok Reproductive System)
1,2

Setelah bayi dikeringkan, lalu dilakukan pemotongan tali pusat. Pemotongan tali pusat
dilakukan tidak dalam keadaan bayi telanjang melainkan dalam keadaan terbungkus
untuk mencegah hipotermi, buka hanya bagian perutnya.

Cara pemotongan tali pusat:
Dengan mengunakan klem , lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat diantara kedua
klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
steril.

Mengikat tali pusat dan merawat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan
puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk atau
kain bersih dan kering kemudian memakai sarung tangan steril
Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi (pusat).
Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat steril. Kunci ikatan tali
pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di
sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di
bagian yang berlawanan.
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat
Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan
keluarganya

E. Kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) antara ibu dan bayi dan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
2,3


1. Bayi di ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan
mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti dan bayi dapat diberi topi
2. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting
sendiri
3. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam;
bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan
sampai setidaknya 1 jam
4. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke
puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada
kulit 30 menit atau 1 jam lagi
5. Tunda memandikan bayi sedikitnya 6 jam setelah lahir, lebih baik setelah 24 jam, bayi
baru boleh mandi kalau suhu stabil

F. Pemberian vitamin K
1
1,2

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K
1
injeksi 1 mg intramuskular di paha kiri
sesegera mungkin (setelah proses IMD dan sebelum penyuntikan imunisasi Hepatitis B)
untuk mencegah perdarahan yang sering pada bayi baru lahir (hemorrhagic disease of
newborn) akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
Beri vitamin K
1
injeksi intra muskular dengan dosis tunggal 1 mg di paha kiri
(karena paha kanan untuk imunisasi Hepatitis B)



19

G. Pencegahan Infeksi Mata
1,2

Segera setelah lahir, bersihkan mata bayi dengan kain kasa steril. Jika keadaan bayi
sudah stabil lakukan tindakan pencegahan infeksi mata pada BBL dengan jalan
meneteskan obat tetes mata antibiotik profilaksis atau mengoleskan salep mata antibiotik.
Diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran, lebih dari waktu itu tidak
efektif.
Cara pemberian tetes mata:
Cuci tangan terlebih dahulu (gunakan sabun dan air bersih mengalir)
Gunakan salah satu: Salep mata/tetes mata antibiotik pada kedua mata
Buka kelopak mata dan teteskan satu tetes sehingga jatuh pada mata. Jika
memakai salep, berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata
yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata.
Pastikan tidak membiarkan pipet tetesan mata atau ujung tempat salep kena mata
bayi atau lainnya
Ulangi untuk mata yang sebelah lain

H. Pemberian Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0)
(Blok Growth and Development System)

BAGAN ALUR:
ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR




































PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis atau berapas/tidak megap-megap?
4. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Bayi cukup bulan
Ketuban kernih
Bayi menangis atau bernapas
Tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
3. Keringkan
4. Pemantauan tanda bahaya
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir
6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha
kiri anterolateral setelah Menyusu Dini
8. Berikan salep mata antibiotik pada kedua mata
9. Pemeriksaan fisis
10. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di
paha kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1
Asuhan Bayi Baru Lahir
20

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab asuhan neonatus normal pada blok emergensi
diharapkan mahasiswa terampil dan mampu melakukan setiap langkah asuhan bayi baru
lahir normal secara benar dan sistematis.

II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan setiap langkah asuhan bayi baru lahir normal yaitu :
1. Menjaga bayi tetap hangat
2. Mengisap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
3. Mengeringkan
4. Menilai Skor
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah
lahir (Blok Reproductive System)
6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah
Menyusu Dini
8. Berikan salep mata antibiotik pada kedua mata
Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha kanan anterolateral, kira-kira
1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 (Blok Growth and Development System)


III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu

Aktivitas belajar mengajar Keterangan
20 Menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45
mahasiswa) oleh narasumber

Nara sumber
10 Menit Nara sumber melakukan peragaan langkah-
langkah asuhan bayi baru lahir normal
(kasus).
Nara sumber
10 menit









Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok
kecil (1 kelompok terdiri dari 9
mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki
1 instruktur dan tindakan dilakukan
berdasarkan kasus yang diberikan
Instruktur melakukan peragaan langkah-
langkah asuhan bayi baru lahir normal
Instruktur melakukan peragaan langkah-
langkah asuhan bayi baru lahir normal
(kasus)
Instruktur









20 Menit Coaching : mahasiswa melakukan
tindakan secara bergantian (2-3 orang)
sesuai kasus dengan dibimbing oleh
instruktur
Instruktur dan
mahasiswa
90 Menit Self practice : mahasiswa melakukan
sendiri tindakan sesuai kasus secara
bergantian, sehingga total waktu yang
dibutuhkan 90 menit (tergantung jumlah
mahasiswa)
Instruktur dan
mahasiswa





21

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar 45 mahasiswa dan kecil 9 orang.Kelompok
besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
2. Cara pelaksanaan kegiatan:
Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa melakukan
pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat melakukan
pengamatan.
Menggunakan pasien simulasi , mahasiswa.
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan. Mahasiswa
lainnya bertugas sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan.
3. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester VI.
4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3

V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Meja 1 buah + alat tulis, kertas checklist
2. Sarung tangan steril
3. Boneka bayi
4. Kain bedong bayi 2 helai
5. Tetes / salep mata antibiotik
6. Vitamin K
1
ampul
7. Spuit 1 cc
8. Kapas dan alkohol

VI. RUJUKAN

Buku Saku Pelayanan kesehatan Neonatal Esensial, Kementerian Kesehatan RI, 2010
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR/POGI-IBI-IDAI-DEPKES. Revisi 2007
Baby-Friendly Hospital Initiative: Updated and Expanded for Integrated Care. A 20 hours
course for maternity staff. UNICEF-WHO. Revisi 2006

VII. Kasus:

Seorang bayi lahir di ruang bersalin secara spontan, cukup bulan, segera menangis dan
gerakan juga aktif. Berat badan lahir adalah 3200 gram dengan panjang badan 49 cm. Dokter
telah berada di ruang bersalin dan telah siap untuk melakukan asuhan bayi baru lahir


VIII. LEMBAR PENGAMATAN ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
PERSIAPAN SEBELUM BAYI LAHIR Ya Tidak
1. Mempersiapkan peralatan: sarung tangan steril,
kain bedong 2 helai, tetes/salep mata
antibiotik, vitamin K1 ampul, spuit 1 CC,
kapas dan alkohol
2. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir, memakai sarung tangan steril

PENILAIAN BAYI SAAT LAHIR
1. Melakukan penilaian dengan menghadapkan
bayi kepada penolong di atas perut ibu yang
sudah dilapisi kain/handuk dengan posisi

22

kepala lebih rendah dari badan
2. Bila segera dapat bernapas spontan dan teratur,
menangis kuat, cukup mengusap muka bayi
dari lendir dan darah dengan kain/kasa yang
bersih. Tidak dilakukan pengisapan lendir
secara rutin pada jalan napasnya.
3. Bila bayi lahir kurang bulan atau air ketuban
bercampur mekonium, atau tidak
bernapas/megap-megap, atau tonus otot buruk,
bersiaplah untuk melakukan resusitasi BBL
dengan cepat
MENGERINGKAN DAN RANGSANG TAKTIL
1. Menutup tubuh bayi dengan kain/handuk yang
kering dan hangat.
2. Mulai mengeringkan dengan mengusap kepala,
wajah, dada, dan perut dengan lembut. Gosok
punggung bayi dengan gerakan ke atas dan ke
bawah kemudian ke tangan dan kaki kecuali
telapak tangan
3. Mengganti kain/handuk yang basah dengan
kain yang bersih, kering, dan hangat.
4. Membungkus bayi mulai dari kepala dan badan
kecuali bagian tali pusat dengan selimut atau
kain bersih dan hangat

MENILAI SKOR APGAR
1. Menilai Apgar menit ke-1 dan ke-5: napas,
denyut jantung, warna kulit, tonus otot, dan
refleks.
2. Menghitung nilai APGAR

MEMOTONG DAN MERAWAT TALI PUSAT
KONTAK KULIT DENGAN KULIT DAN
INISIASI MENYUSUI DINI

1. Bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan
kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi
setinggi puting susu. Keduanya diselimuti.
Bayi dapat diberi topi
2. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk
merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting
sendiri
3. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan
kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap
biarkan kulit ibu bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam
4. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi,
bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi.
Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit
atau 1 jam lagi

MEMBERIKAN VITAMIN K
1

1. Memberi vitamin K
1
injeksi intra muskular
dengan dosis tunggal 1 mg di paha kiri

PENCEGAHAN INFEKSI MATA
1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Buka kelopak mata dan teteskan satu tetes
sehingga jatuh pada mata. Jika memakai salep,
berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai

23

dari bagian mata yang paling dekat dengan
hidung bayi menuju ke bagian luar mata
3. Mengulangi untuk mata yang sebelah lagi
PENCATATAN DAN RAWAT GABUNG
1. Menimbang, mengukur serta melakukan
pencatatan dan pelaporan
2. Memasang gelang pengenal pada ibu dan bayi
3. Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, bayi
dalam jangkauan ibu selama 24 jam

IMUNISASI HEPATITIS B PERTAMA



Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakuk












































24

SL. EM. VI. 4
KETERAMPILAN KLINIK
PENILAIAN SENSORIUM (KESADARAN) DENGAN MENGGUNAKAN
GLASGOW COMA SCALE


I. PENDAHULUAN

Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan penilaian terhadap
sensorium (kesadaran) penderita.
Seorang dokter harus mampu menilai kesadaran penderita oleh karena sangat banyak
keadaan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami penurunan kesadaran, misalnya
craniocerebral trauma, inflamasi otak dan meningennya, stroke dan berbagai gangguan
metabolik.
Tingkat keparahan dari penurunan kesadaran itu berbeda- beda. Penetapan tingkat
keparahan tersebut berguna untuk penentuan terapi dan yang paling penting adalah untuk
mentukan prognosa.
Umumnya skala atau skor yang digunakan untuk menilai penurunan kesadaran pada
awalnya hanya digunakan untuk keadaan penurunan kesadaran yang tertentu saja. Ada
beberapa skala yang digunakan untuk menilai penurunan kesadaran, diantaranya:
- Glasgow Coma Scale
- Edinburgh-2 Coma Scale
- Ommayas Scale
- Brussels Coma Grades
- Reaction Level Scale
- Comprehensive Level of Consciousness
- Near-Drowning Score according to Conn et al.
Pada skills lab ini, yang dipelajari hanya Glasgow Coma Scale.

Glasgow Coma Scale merupakan skala yang paling penting dan paling banyak
digunakan di seluruh dunia karena validitas dan realibilitasnya baik serta cara penilaiannya
sederhana. Pada dasarnya skala ini diaplikasikan untuk penderita craniocerebral trauma, tetapi
dapat juga digunakan pada penderita penurunan kesadaran oleh karena penyebab yang lain.

Glasgow Coma Scale

Eye-opening
Spontaneous 4
To speech 3
To pain 2
None 1

Best verbal response
Oriented 5
Confused 4
Inappropiate 3
Incomprehensible 2
None 1

Best motor response
Obeying 6
Localizing 5
Withdrawal Flexion 4
Abnormal Flexion 3
Extending 2
None 1

Menilai eye opening penderita (range skor 4-1)
25

Perhatikan apakah penderita :
- Buka mata spontan
- Buka mata jika dipanggil, disuruh atau dibangunkan
- Buka mata jika diberi rangsang nyeri (dengan menekan ujung kuku jari tangan)
- Tidak ada respon

Menilai best verbal response penderita (range skor 5-1)
Perhatikan apakah penderita :
- Orientasi baik
- Bingung (dijumpai disorientasi)
- Dapat mengucapkan kata2 namun tidak berupa kalimat
- Mengerang (mengucapkan kata yang tidak jelas artinya).
- Tidak ada reaksi

Menilai best motor response penderita(range skor 6-1)
Perhatikan apakah penderita :
- Melakukan gerakan sesuai perintah 6
- Dapat mengetahui lokasi rangsang nyeri 5
- Menghindar terhadap rangsang nyeri 4
- Fleksi Abnormal (decorticated) 3
- Ekstensi abnormal (decerebrated) 2
- Tidak ada reaksi 1

Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh, semakin jelek kesadarannya)

Head injury severity scale :
Mild 14
Moderate 9-13
Severe 5-8

II. TUJUANKEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM

Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan pemeriksaan
penilaian kesadaran (sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale yang merupakan
pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan terapi dan prognosa.

II.2 TUJUAN KHUSUS

1. Mahasiswa mampu menilai tingkat kesadaran
2. Mahasiswa mampu memperkirakan prognosa.
3. Mahasiswa mampu memperkirakan tindakan selanjutnya.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu


Aktifitas Belajar mengajar


Keterangan

20 menit





Introduksi pada kelas besar
- Penjelasan narasumber tentang penilaian kesadaran
(sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(10 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan yang diputar (10 menit)
Narasumber





26


10 menit





Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber
Narasumber memperlihatkan cara penilaian kesadaran
(sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
secara bertahap


Narasumber




10 menit






Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok
tdd 9 mahasiswa).

Instruktur memperlihatkan cara penilaian kesadaran
(sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
secara bertahap

Instruktur






20 menit Coaching mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa
Instruktur
Mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan penilaian
kesadaran (sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma
Scale secara bergantian masing-masing selama 10 menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Mahasiswa
Instruktur

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh seorang narasumber yang telah ditetapkan oleh koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1 Inroduksi: Narasumber memberikan penjelasan mengenai penilaian kesadaran
(sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale.
3.2 Demonstrasi: Narasumber melakukan demonstrasi pemeriksaaan penilaian
kesadaran (sensorium) dengan menggunakan Glasgow Coma Scale, mahasiswa
mengamati dan diberi kesempatan bertanya.
3.3 Coaching: Selanjutnya mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur.
3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
3.5 Self practice: setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan pemeriksaan penilaian kesadaran (sensorium) dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale secara mandiri.
4. Waktu pelaksanaan
4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selam 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.

V. SARANA DAN ALAT :
1. Pasien simulasi/mahasiswa
2. Tempat tidur
3. Perkusi hammer

VI. RUJUKAN
1. DeJONGS, The Neurologic Examination, 5th edition, Philadelphia: JB. Lippincott;
1992
2. Masur H, Scales and Scores in Neurology, New York: Thieme; 2004
3. Sjahrir H. Neurologi khusus. Cetakan Pertama. Medan; USU press; 1994
4. Fuller G, Neurological Examination Made Easy, London: Churchill Livingstone; 1993
27

5. Gilman S, Clinical Examination of The Nervous System, Philadelphia: McGraw Hill;
2000
6. Ford MJ, Clinical Examination, 8th edition, Philadelphia: Elsevier; 2005
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Jakarta: FK UI;
2000

VII. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH / TUGAS

PENGAMATAN
Pemeriksaan kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS)
YA TIDAK
1. Pasien berbaring dan pemeriksa berada disebelah kanan.
2. Menilai eye opening penderita (range skor 4-1)
Perhatikan apakah penderita :
- Buka mata spontan
- Buka mata jika dipanggil, disuruh atau dibangunkan
- Buka mata jika diberi rangsang nyeri (dengan menekan ujung
kuku jari tangan)
- Tidak ada respon

3. Menilai verbal response penderita (range skor 5-1)
Perhatikan apakah penderita :
- Orientasi baik
- Bingung (dijumpai disorientasi)
- Dapat mengucapkan kata2 namun tidak berupa kalimat
- Mengerang (mengucapkan kata yang tidak jelas artinya).
- Tidak ada reaksi


4. Menilai motor response penderita(range skor 6-1)
Perhatikan apakah penderita :
- Melakukan gerakan sesuai perintah 6
- Dapat mengetahui lokasi rangsang nyeri 5
- Menghindar terhadap rangsang nyeri 4
- Fleksi Abnormal (decorticated) 3
- Ekstensi abnormal (decerebrated) 2
- Tidak ada reaksi 1

5.Tentukan skor GCS penderita (3-15)
6.Menginformasikan:
- Tingkat kesadaran
- Prognosa
- Tindakan


Note : Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

Anda mungkin juga menyukai