Anda di halaman 1dari 2

Kepada

Adalah hal wajar jika di rentang usia dua hingga tiga puluhan tahun, ada dua orang yang
bermain-main dengan perasaan. Aku tidak bisa menyalahkan jika ada rasa tertarik atau
saling tertarik, karena begitulah permainan alam kepada laki-laki dan perempuan.
Secara psikis, aku akan sangat keberatan jika ada yang berkata aku abnormal dalam
urusan perasaan. Sekalipun menekan perasaan adalah keahlian yang sedang kupelajari
dengan tekun. Alah bisa karena biasa dan aku tidak menyangkal bila cinta tumbuh
karena biasa.
Barangkali aku yang terlalu kolot, termakan mitos Orang ketiga adalah setan. Namun,
kurasa akan lebih bijak bila kita mengikuti saja mitos itu. Benar katamu, aku lebih takut
kamu daripada hantu dan kamu bisa saja berbuat jahat kepadaku. Dalam hal ini,
anggaplah aku sangat egois, anggaplah aku hanya memikirkan diriku. Lalu sebagai
perempuan yang konon katanya punya nafsu sembilan, aku harus berusaha sekuatku
agar tidak berbuat nekad. Perempuan kepada lelaki, tak perlu yang setampan Nabi
Yusuf. Karena memang seringkali perempuan menjadi buta. Bagaimana kalau aku juga
memikirkan dirimu? Tentu aku tidak akan bisa tidur.
Katakanlah aku penakut, aku berusaha berjalan di rel aman. Hanya itu. Bukankah
selamat sampai rumah adalah tujuan akhir para musafir? Kita juga kan? Andaipun ingin
bermain-main, sungguh ini bukanlah sebuah perjalanan. Ini tak lebih dari kebut-kebutan
anak muda di jalanan. Liar.
Alangkah lebih indah, jika saling menjaga.

Ditemani radio, kutulis di depan lemari tua sambil sesekali melihat wajahku ke dalam
cerminnya. Di kamarku yang berantakan, yang di dindingnya akan kamu temui lambang
Nazi, yang di sisi lainnya akan kamu temui jadwal piala dunia yang kuambil dari bonus
Koran Kompas tanggal 10 Juni 2014. Di kamarku, yang dibalik pintunya ada foto
Tsubasa Ozora yang semakin pudar karena letaknya dekat jendela, sedang jendelaku tak
pernah kuberi tirai. Handphone kubiarkan membisu, sepertinya ia baru saja cedera
kepala berat. Perkenalkan, disamping kananku ada batu kali yang siap kugelindingkan
tiap aku rindu dinginnya batu. Aku juga akan minum kopi malam ini. Begadang
menunggu final Piala Dunia, menyaksikan Jerman yang kusukai. Seandainya Klose
bersalto, aku akan jauh lebih senang. Selamat datang, diduniaku.
Pesawatku terbang ke bulan.....

Adalah hal wajar jika di rentang usia dua hingga tiga puluhan tahun, ada dua
orang yang bermain-main dengan perasaan. Aku tidak bisa menyalahkan jika ada
rasa tertarik atau saling tertarik, karena begitulah permainan alam kepada laki-laki
dan perempuan. Secara psikis, aku akan sangat keberatan jika ada yang berkata
aku abnormal dalam urusan perasaan. Sekalipun menekan perasaan adalah
keahlian yang sedang kupelajari dengan tekun. Alah bisa karena biasa dan aku
tidak menyangkal bila cinta tumbuh karena biasa.
Barangkali aku yang terlalu kolot, termakan mitos Orang ketiga adalah setan.
Namun, kurasa akan lebih bijak bila kita mengikuti saja mitos itu. Benar katamu,
aku lebih takut kamu daripada hantu dan kamu bisa saja berbuat jahat kepadaku.
Dalam hal ini, anggaplah aku sangat egois, anggaplah aku hanya memikirkan
diriku. Lalu sebagai perempuan yang konon katanya punya nafsu sembilan, aku
harus berusaha sekuatku agar tidak berbuat nekad. Perempuan kepada lelaki, tak
perlu yang setampan Nabi Yusuf. Karena memang seringkali perempuan menjadi
buta ketika sembilannya turun tangan. Bagaimana kalau aku juga memikirkan
dirimu? Tentu aku tidak akan bisa tidur.
Katakanlah aku penakut, aku berusaha berjalan di rel aman. Hanya itu. Bukankah
selamat sampai rumah adalah tujuan akhir para musafir? Kita juga kan? Andaipun
ingin bermain-main, sungguh ini bukanlah sebuah perjalanan. Ini tak lebih dari
kebut-kebutan anak muda di jalanan. Liar.
Alangkah lebih indah, jika saling menjaga.
Ditemani radio, kutulis di depan lemari tua sambil sesekali melihat wajahku ke
dalam cerminnya. Di kamarku yang berantakan, yang di dindingnya akan kamu
temui lambang Nazi, yang di sisi lainnya akan kamu temui jadwal piala dunia
yang kuambil dari bonus Koran Kompas tanggal 10 Juni 2014. Di kamarku, yang
dibalik pintunya ada foto Tsubasa Ozora yang semakin pudar karena letaknya
dekat jendela, sedang jendelaku tak pernah kuberi tirai. Handphone kubiarkan
membisu, sepertinya ia baru saja cedera kepala berat. Perkenalkan, disamping
kananku ada batu kali yang siap kugelindingkan tiap aku rindu dinginnya batu.
Aku juga akan minum kopi malam ini. Begadang menunggu final Piala Dunia,
menyaksikan Jerman yang kusukai. Seandainya Klose bersalto, aku akan jauh
lebih senang. Selamat datang, diduniaku.
Pesawatku terbang ke bulan..

Anda mungkin juga menyukai