KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN disampaikan pada: Sosialisasi DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2014 Ditjen Pendidikan Menengah, Kementerian Penddidikan dan Kebudayaan Jakarta, 11 Maret 2014 O U T L I N E 1. Pola Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 2. Transfer ke Daerah 3. Transfer ke Daerah DalamAPBN 2014 4. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) 5. DAK Bidang Pendidikan 2 Melalui Angg.K/L Belanja Pemerintah Pusat Dana Perimbangan Transfer ke Daerah Dana Otsus DAERAH Dana Penyesuaian PEMERINTAH PUSAT POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH Pajak SDA DBH DAU DAK Belanja APBN Mendanai kegiatan 6 Urusan (Absolut) Mendanai kegiatan di luar 6 Urusan Absolut Mendanai Program Nasional Melalui Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP) Penyelenggaraan Desentralisasi (Masuk APBD) PNPM ; Jamkesmas Subsidi ; BLT Sebagian dapat diselenggarakan Sendiri oleh Pemerintah Sebagian dapat diselenggarakan melalui asas Dekonsentrasi Sebagian dapat diselenggarakan melalui asas Tugas Pembantuan diselenggarakan Sendiri oleh Pemerintah 3 Dana Perimbangan Dana Otsus & Penyesuaian Dana Otsus TRANSFER KE DAERAH Dana yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal, yang terdiri dari: 1. DBH, dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi 2. DAU, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 3. DAK, Dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional Dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah sebagaimana ditetapkan dalam UU Otsus Dana Penyesuaian Dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu sesuai peraturan perundangan TRANSFER KE DAERAH 4 TRANSFER KE DAERAH DALAM APBN 2014 TRANSFER KE DAERAH 592,55 Dana Perimbangan Dana Otsus & Penyesuaian Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Otsus Papua Dana Otsus Aceh Dana Infras Otsus Papua Tamb Penghasilan Guru Dana Otsus Dana Penyesuaian DBH PBB DBH PPh Kehutanan Pertum Perikanan Migas DBH CHT DBH Pajak DBH SDA Dana Otsus Papua Barat Panas Bumi Dana Insentif Daerah (DID) Tunjangan Profesi Guru Bantuan Op Sek (BOS) Dana Infras Otsus PaBarat 487,93 16,15 104,62 87,95 113,71 341,22 33,00 4,78 2,05 6,82 2,00 0,50 1,85 60,54 24,07 1,38 23,86 25,71 2,21 2,57 19,84 0.20 38,85 0,47 Dana P2D2 0,09 51,79 61,92 Dana Keistimewaan DIY 0,52 5 DANA ALOKASI KHUSUS DASAR HUKUM 7 UNDANG-UNDANG: o UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah PERATURAN PEMERINTAH: o PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan PERATURAN MENTERI KEUANGAN: o PMK tentang Pedoman Umumdan Alokasi Dana Alokasi Khusus (ditetapkan tiap tahun) o PMK Nomor 145/PMK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah o PMK Nomor 183/PMK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah PERATURAN MENTERI TEKNIS o Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Keuangan DAK di Daerah o Peraturan Menteri DalamNegeri tentang Pedoman Penyusunan APBD o Peraturan Menteri Teknis tentang Petunjuk Teknis Penggunaan DAK PENGERTIAN DAN TUJUAN DAK (1) 8 PENGERTIAN: Dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional. TUJUAN: Membantu daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat, dan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional. PENGERTIAN DAN TUJUAN DAK (2) 9 Daerah Tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Membantu dalamarti bukan penyediaan dana yang utama dan/atau bukan menggantikan yang semua sudah ada. Demikian juga hanya diberikan kepada daerah/bidang yang menurut kebijakannnya harus dibantu Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan dan/atau pengadaan dan/atau peningkatan dan/atau perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Urusan daerah, bukan kewenangan pusat/ Kementerian/lembaga. Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun anggaran bersangkutan. RKP disetujui DPR, selanjutnya dimuat dalamNota Keuangan dan RAPBN. KEBIJAKAN UMUM DAK 10 1. Membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat untuk mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). 2. Membantu daerah dalam membiayai kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian sasaran prioritas nasional. 3. Menyempurnakan penyusunan kebijakan DAK yang berbasis output sesuai dengan RPJMN. 4. Meningkatkan koordinasi penyusunan Juknis agar lebih tepat sasaran dan tepat waktu. 5. Meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan DAK baik di pusat maupun di daerah. 6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui koordinasi perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan (mulai dari Musrenbangda); 7. Mendukung upaya percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dalam rangka mewujudkan output dan outcome yang diharapkan; 8. Menggunakan kinerja pelaporan pelaksanaan DAK dari daerah sebagai salah satu pertimbangan dalam pengalokasian DAK; 9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK. Melanjutkan affirmative policy kepada 183 daerah tertinggal, melalui: 1. Pemberian alokasi DAK Tambahan bagi daerah tertinggal sebesar Rp2,8 Triliun untuk DAK Bidang Infrastruktur Dasar, yaitu: Infrastruktur Jalan; Infrastruktur Irigasi; Infrastruktur Air Minum; dan Infrastruktur Sanitasi. 2. Dana Pendamping untuk DAK Tambahan diatur berdasarkan kemampuan keuangan daerah, yaitu: Kemampuan Keuangan Daerah Rendah Sekali, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 0% (nol persen); Kemampuan Keuangan Daerah Rendah, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 1% (satu persen); Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 2% (dua persen); dan Kemampuan Keuangan Daerah Tinggi, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 3% (tiga persen). 11 KEBIJAKAN AFFIRMATIVE DAK KEPADA DAERAH TERTINGGAL dalam miliar rupiah No Bidang DAK Pembagian Pagu DAK 2014 DAK DAK Tambahan Total 1 Pendidikan 10.041,30 - 10.041,30 2 Kesehatan 3.129,90 - 3.129,90 3 Infrastruktur Jalan 4.414,63 1.691,13 6.105,76 4 Infrastruktur Irigasi 1.654,98 633,98 2.288,96 5 Infrastruktur Air Minum 640,11 245,21 885,32 6 Infrastruktur Sanitasi 599,58 229,68 829,26 7 Prasarana Pemerintahan Daerah 499,74 - 499,74 8 Kelautan dan Perikanan 1.851,91 - 1.851,91 9 Pertanian 2.579,56 - 2.579,56 10 Lingkungan Hidup 548,10 - 548,10 11 Keluarga Berencana 462,91 - 462,91 12 Kehutanan 558,46 - 558,46 13 Sarana Perdagangan 730,99 - 730,99 14 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 754,74 - 754,74 15 Energi Perdesaan 467,94 - 467,94 16 Perumahan dan Permukiman 234,80 - 234,80 17 Keselamatan Transportasi Darat 235,94 - 235,94 18 Transportasi Perdesaan 301,34 - 301,34 19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 493,07 - 493,07 Total 30.200,00 2.800,00 33.000,00 ALOKASI DAK TA 2014 12 MEKANISME PENGALOKASIAN DAK Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: (1) Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; (2) Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing Daerah. Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. 13 14 KU = (PAD + DAU + DBH DBH DR) - Belanja Gaji PNSD Daerah dengan KU dibawah rata-rata KU secara Nasional adalah daerah yang prioritas mendapatkan DAK Kriteria Umum(KU) Kriteria Khusus (KK) Berupa : a. Memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus (Papua & Papua Barat), dan Karakteristik daerah, yang meliputi: (1) Daerah Tertinggal; (2) Daerah perbatasan dengan negara lain; (3) Daerah rawan bencana; (4) Daerah Pesisir dan/ atau Kepulauan; (5) Daerah ketahanan pangan; (6) Daerah pariwisata b. Seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapat DAK Kriteria Teknis (KT) ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga teknis terkait yang memuat indikator-indikator yang mencerminkan kebutuhan teknis KRITERIA PENGALOKASIAN DAK Kriteria Umum Kriteria Khusus Kriteria Teknis PAD DBH Daerah Tertinggal Daerah Perbatasan Daerah Rawan Bencana Kondisi Infrastruktur Per Bidang Per daerah BNPP BNPB Kementan K/L terkait Da Ketahanan Pangan Kemenparekraf DAU T- 2 T- 2 T-2 T-2 T-1 T-1 T-1 T-1 T-1 Belanja Gaji PNSD Da Potensi Pariwisata T-1 KPDT Daerah & Kemenkeu Kemenkeu Kemenkeu Daerah & Kemenkeu Daerah Pesisir T-1 KKP 15 Jenis, Waktu dan Penyedia Data DAK PENGANGGARAN DAN PENGGUNAAN DAK Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan segera setelah UU APBN diterbitkan. Berdasarkan penetapan alokasi DAK, menteri teknis menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK , paling lambat 2 (dua) minggu setelah PMK ditetapkan. Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK di dalam APBD. Penggunaan DAK dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK. Penggunaan DAK yang sudah dianggarkan dalam APBD menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas 16 DANA PENDAMPING Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Dana Pendamping digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik. Daerah dengan kemampuan keuangan tertentu tidak diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping. Yang dimaksud daerah dengan kemampuan keuangan tertentu adalah daerah yang selisih antara penerimaan umumAPBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif. 17 OPTIMALISASI PENGUNAAN DAK Daerah penerima DAK dapat melakukan optimalisasi penggunaan DAK dengan merencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DAK dalam APBD tahun anggaran berjalan apabila akumulasi nilai kontrak pada suatu bidang DAK lebih kecil dari pagu DAK bidang tersebut. Optimalisasi dilakukan untuk kegiatan-kegiatan pada bidang DAK yang sama dan sesuai dengan juknis yang ditetapkan. 18 SISA DAK Dalam hal pada akhir tahun anggaran terdapat sisa DAK dari bidang-bidang DAK yang output kegiatannya sudah tercapai, maka sisa DAK tersebut dapat digunakan untuk mendanai kegiatan DAK dengan ketentuan: a. sisa DAK dari bidang-bidang tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan DAK di bidang yang sama pada tahun anggaran berikutnya; dan/ atau b. Akumulasi sisa DAK dari bidang-bidang tersebut dapat digunakan untuk mendanai kegiatan DAK di bidang tertentu pada tahun anggaran berikutnya (poin b ini baru dapat dilaksanakan mulai TA 2015, dan berlaku untuk DAK TA 2013 dan tahun-tahun anggaran berikutnya) dengan memperhatikan prioritas nasional dan menggunakan juknis tahun anggaran berjalan. Sisa DAK tidak dapat digunakan sebagai dana pendamping. Pelaksanaan kegiatan yang didanai dari sisa DAK harus selesai dan dapat dimanfaatkan pada akhir tahun anggaran berkenaan. Kepala Daerah menyampaikan laporan Penggunaan Sisa DAK kepada Dirjen Perimbangan Keuangan c.q. Direktur Dana Perimbangan setelah kegiatan yang didanai dari sisa DAK selesai. 19 MEKANISME PENYALURAN DAK (1) 20 Tahap I Tahap II Tahap III Sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pagu alokasi; Paling cepat pada bulan Februari setelah daerah menyampaikan: a) Perda APBD; b) Laporan Penyerapan Tahap III tahun anggaran sebelumnya; c) Laporan DAK tahun anggaran sebelumnya; d) Surat Pernyataan Penyediaan Dana Pendamping; e)Untuk tahun 2014 dilengkapi dengan laporan Penggunaan Sisa DAK TA 2010, TA 2011, & TA 2012. Sebesar 45% (empat puluh lima persen) dari pagu alokasi; Paling 15 hari setelah Daerah menyampaikan Laporan penyerapan Penggunaan DAK Tahap I (penyerapan minimum 90%) Sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi; Paling 15 hari setelah Daerah menyampaikan Laporan penyerapan Penggunaan DAK Tahap II (penyerapan minimum 90%) MEKANISME PENYALURAN DAK (2) Penyaluran DAK tidak dapat dilaksanakan sekaligus dan melampaui tahun anggaran. Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap I atau Tahap II diterima DJPK paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelumtahun anggaran berakhir. Dalam hal DAK Tahap II dan/atau Tahap III tidak dapat disalurkan sebagai akibat terlampauinya batas waktu yang ditentukan, maka pendanaan dan penyelesaian kegiatan DAK dan/atau kewajiban kepada pihak ketiga atas pelaksanaan kegiatan DAK menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. 21 22 REALISASI PENYALURAN DAK DARI RKUN KE RKUD TA 2008-2013 Tahun Alokasi DAK Realisasi Salur Selisih % Salur % Sisa 2008 21.202.141.000.000 20.787.346.700.000 414.794.300.000 98,04% 1,96% 2009 24.819.588.800.000 24.707.415.400.000 112.173.400.000 99,55% 0,45% 2010 21.138.385.200.000 20.957.561.843.000 180.823.357.000 99,14% 0,86% 2011 25.232.800.000.000 24.803.509.025.000 429.290.975.000 98,30% 1,70% 2012 26.115.948.000.000 25.941.483.856.000 174.464.144.000 99,33% 0,67% 2013 31.697.143.000.000 30.752.380.876.800 944.762.123.200 97,02% 2,98% DANA ALOKASI KHUSUS 2013 per 31 Dec 2013 TAHAP PAGU REALISASI (Rp) % JML DAERAH I (30%) 9.509.142.900.000 9.509.142.900.000 100,00% 518 II (45%) 14.263.714.350.000 14.053.164.227.000 98,52% 514 III (25%) 7.924.285.750.000 7.190.073.749.800 90,73% 476 31.697.143.000.000 30.752.380.876.800 97,02% 23 DAFTAR PEMDA YANG PENYALURAN DAK-NYA TIDAK MENCAPAI 100% TAHAP I TAHAP II TAHAP III (30%) (<75%) (75%) (<100%) 1. Kota Tangerang 2. Kota Tangerang Selatan 3. Kota Semarang 4. Kab. Berau 5. Kab. PenajamPaser Utara 1. Kab. Bekasi 2. Kota Surabaya 3. Kota Depok 4. Kota Bekasi 5. Kota Samarinda 6. Kota Salatiga 7. Kab. Nagekeo 8. Kab. Magelang 9. Kota Binjai 10. Kab. Bangka Barat 11. Kab. Mojokerto 12. Kab. Nias Barat 13. Kab. Kendal 14. Kab. Rembang 1. Kota Padang Panjang 2. Kab. Tanah Bumbu 3. Kab. Pasir 4. Kab. Samosir 5. Kab. Bengkalis 6. Kab. Kampar 7. Kab. Jombang 8. Kab. Lumajang 9. Kab. Tanah Laut 10. Kab. Bulungan 11. Kab. Klungkung 12. Kab. Sikka 13. Kab. Timor Tengah Utara 14. Kota Bukit Tinggi 15. Kab. Merauke 16. Kab. Tangerang 17. Kab. Mappi 18. Kab. Nganjuk 19. Kab. Maluku Barat Daya 20. Provinsi Sumatera Utara 21. Kab. Kutai Kartanegara 22. Kab. Kepulauan Mentawai 23. Kab. Bojonegoro 24. Kab. Rokan Hilir 25. Kab. Kepulauan Anambas 26. Kab. Mandailing Natal 27. Kota Pekanbaru 28. Kota Bogor 29. Kab. Kepulauan Meranti 30. Provinsi Banten 31. Kota Denpasar 1. Kota Medan 2. Kab. Jember 3. Kota Jambi 4. Kota Surakarta 5. Kab. Indragiri Hilir 6. Kota Sukabumi 7. Kab. Pemalang 8. Kab. Temanggung 9. Kota Gunungsitoli 10. Kota Tegal 11. Kota Pekalongan 12. Kota Magelang 13. Kab. Pesawaran 14. Kota Banjar 15. Kab. Barito Utara 16. Kota Mojokerto 17. Kab. Kapuas 18. Kab. Gunung Kidul 19. Kab. Ende 20. Kab. Barru 21. Kota Batu 22. Kab. Bangli 23. Kota Gorontalo 24. Kab. Bengkayang 25. Kab. Mukomuko 26. Kab. Nunukan 27. Kab. Sukamara 28. Provinsi Sumatera Barat DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN 25 TREN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TA 2011- TA 2014 PENDIDIKAN SD PENDIDIKAN SMP TOTAL PENDIDIKAN JML PAGU 21.202.141.000.000 21.202.141.000.000 7.015.420.000.000 JML REALISASI 20.787.346.700.000 19.693.013.437.842 6.688.156.928.309 SISA 414.794.300.000 1.509.127.562.158 327.263.071.691 % 98,04% 92,88% 95,34% JML PAGU 24.819.588.800.000 24.819.588.800.000 9.334.882.000.000 JML REALISASI 24.707.415.400.000 23.462.196.364.067 9.048.824.413.076 SISA 112.173.400.000 1.357.392.435.933 286.057.586.924 % 99,55% 94,53% 96,94% JML PAGU 21.138.385.200.000 21.133.382.500.000 9.334.882.000.000 JML REALISASI 20.957.561.843.000 15.030.113.428.465 4.090.159.514.427 SISA 180.823.357.000 6.103.269.071.535 5.244.722.485.573 % 99,14% 71,12% 43,82% JML PAGU 25.232.800.000.000 25.232.800.000.000 8.033.040.000.000 2.008.260.000.000 10.041.300.000.000 JML REALISASI 24.803.509.025.000 17.004.264.468.448 2.686.533.826.085 732.594.496.486 3.419.128.322.571 SISA 429.290.975.000 8.228.535.531.552 5.346.506.173.915 1.275.665.503.514 6.622.171.677.429 % 98,30% 67,39% 33,44% 36,48% 34,05% JML PAGU 26.115.948.000.000 26.115.948.000.000 8.033.040.000.000 2.008.260.000.000 10.041.300.000.000 JML REALISASI 25.941.483.856.000 22.421.171.438.638 6.218.787.061.365 1.490.990.865.878 7.709.777.927.243 SISA 174.464.144.000 3.694.776.561.362 1.814.252.938.635 517.269.134.122 2.331.522.072.757 % 99,33% 85,85% 77,42% 74,24% 76,78% JML PAGU 31.697.143.000.000 - JML REALISASI 30.752.380.876.800 - SISA 944.762.123.200 - % 97,02% 2013 2011 2012 URAIAN TA DAK (RKUD) DAK (RKUN) NAMA BIDANG DAK (RKUD) 2008 2009 2010 26 PENYERAPAN DAK PENDIDIKAN SD-SMP DI DAERAH Catatan : 1. Data realisasi penyerapan DAK s.d. akhir Desember tahun bersangkutan diperoleh dari laporan pemda sbg syarat penyaluran tahap I DAK TA berikutnya 2. DAK Pendidikan Menengah baru dimulai di TA 2013 3. Laporan Penyerapan DAK di RKUD di TA 2013 belum terkumpul dari daerah 27 Arah Kebijakan dan Sasaran DAK PendidikanTA 2014 Arah Kebijakan mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu dan merata; mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal; diprioritaskan untuk pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya bagi sekolah yang kekurangan ruang kelas, rehabilitasi ruang kelas rusak beserta perabotnya, pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya, pembangunan ruang belajar lainnya, penyediaan buku teks pejaran/perpustakaan/referensi, dan penyediaan sarana penunjang mutu pendidikan yang cukup, layak, dan merata. Sasaran SD/SDLB, SMP/SMPLB dan SMA/SMK baik negeri maupun swasta, yang secara bertahap diarahkan dalamrangka pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 28 Ruang Lingkup Kegiatan DAK PendidikanTA 2014 1 rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar yang rusak beserta perabotnya. (dapat digunakan untuk membangun rumah/asrama guru, apabila rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar telah selesai) 2 pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya (termasuk sanitasi sekolah) 3 pembangunan ruang belajar lainnya beserta perabotnya 4 pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya 5 pembangunan laboratorium 6 pengadaan buku teks/buku referensi kurikulum 2013 7 pengadaan peralatan laboratorium 8 pengadaan peralatan pendidikan 9 pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan (termasuk olahraga dan kesenian) 10 pembangunan ruang penunjang dan prasarana pendukung Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Gedung Radius Prawiro, Jalan Dr Wahidin No. 1 Jakarta Pusat 10710 Telp./Fax. 021 3509445 www.djpk.kemenkeu.go.id