DEMAM TIFOID
Disusun Oleh :
Runy Dyaksani (030.09.216)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul referat
: DEMAM TIFOID
Nama mahasiswa
Dibacakan tanggal
Direvisi tanggal
DAFTAR ISI
Judul
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
4-5
BAB II :
Definisi
Epidemiologi
6-7
Etiologi
Patogenesis
7-9
Diagnosa
9-12
Tatalaksana
12-13
Komplikasi
13
Pencegahan
13-14
Prognosis
14
15
Daftar Pustaka
16-17
BAB I
3
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berhubungan dengan kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higien
industri pengolahan makanan yang masih rendah.
S.typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dimusnahkan didalam lambung dan sebagian lagi masuk ke dalam usus
halus. Setelah masuk ke dalam usus, Salmonella typhi menembus ileum ditangkap oleh sel
mononuklear dan berkembang biak di dalam RES. Interaksi antara Salmonella dengan
makrofag memunculkan mediator-mediator sehingga terjadi hiperplasia, nekrosis, dan ulkus.
Gejala sistemik yang ditimbulkan seperti panas, instabilitas vaskuler, dan depresi sumsum
tulang.
Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid
diseluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kemtian setiap tahun. Di negara berkembang,
kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis. Di Indonesia kasus ini tersebar
merata di seluruh propinsi dengan insidensi 385/100.000 penduduk/tahun. Umur penderita
yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
Pencegahan demam tifoid dilakukan dengan berbagai cara, seperti peningkatan higien
dan sanitasi . pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual
keliling makanan dan minuman.
TUJUAN
Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit demam tifoid yang meliputi :
1.
2.
3.
4.
BAB II
I.
DEFINISI
5
Demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica, khususnya Salmonella typhi, dapat juga disebabkan
oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C (demam paratifoid). Demam tifoid
menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh orang yang
II.
terinfeksi. 1
EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid tersebar di seluruh dunia, terutama di negara berkembang yang
kurang akan kebersihan lingkungan. Demam tifoid merupakan penyakit endemik
di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Caribbean, namun 80% berasal dari China,
India, Bangladesh, dn Indonesia.
Demam tifoid merupakan merupakan penyakit menular dan dapat menyerang
banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.2
Diperkirakan angka kejadian 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan
900/100.000/tahun di Asia. Center for Disease Control (CDC) Indonesia
melaporkan prevalensi demam tifoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada
tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka
mortalitas bervariasi antara 3,1 10,4 % pada pasien rawat inap. Menurut Buku
ajar Infeksi dan Pediatri Tropis tahun 2010, umur penderita yang terkena di
Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara usia 3 19 tahun mencapai 91%
kasus.3
Ada dua sumber penularan Salmonella typhii yaitu pasien dengan demam
tifoid dan yang lebih sering adalah pasien karier (orang yang sembuh dari demam
tifoid dan masih terus mengekskresi S. Typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun). Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang
tercemar. Di daerah nonendemik penyebaran terjadi melalui tinja.4
III.
ETIOLOGI
Demam tifoid merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih tinggi yaitu Salmonella
paratyphi. Salmonella typhi adalah kuman gram negatif yang mempunyai flagel,
tidak membentuk spora, dan merupakan bakteri anaerob fakultatif. S.typhi
memiliki antigen somatik O (komponen dinding sel lipopolisakarida), antigen
permukaan Vi, dan antigen flagel H.5
DIAGNOSA
Masa inkubasi demam tifoid adalah 10 -14 hari (mungkin kurang dari 7 hari
atau lebih dari 21 hari).6,11
Gejala dan tanda yang mencolok:
- Panas yang makin tinggi terutama pada malam hari dan menurun pada pagi
hari, bila panas sering disertai delirium, demam dapat bersifat remitten dapat
pula kontinu. Suhu meningkat dan bertahap seperti tangga, mencapai
-
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Pada pemeriksaan darah perifer lengkap dapat ditemukan leukopenia,
dapat pula terjadi leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai indeksi sekunder. Selain itu dapat ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia. LED dapat meningkat.
2. Pemeriksaan fungsi hati
SGOT dan SGPT sering meningkat, dan akan kembali normal setelah
sembuh.6
3. Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap S.typhi. pada uji
Widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan
antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji Widal
adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan. Uji Widal bertujuan untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat
infeksi S.typhi, pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu6
a. Aglutininn O : dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman)
b. Aglutinin H : karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman)
c. Aglutinin Vi : karena rangsangan antigen Vi (berasal dari permukaan
kuman)
10
hanya 10-15%.3, 12
Interpretasi hasil :
Jika hasil (+) maka diagnosis pasti untuk demam tifoid/ paratifoid.
Sebalikanya jika hasil (-), belum tentu bukan demam tifoid/ paratifoid, karena
hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara
VI.
lain:
a. Jumlah darah terlalu sedikit (kurang dari 5mL),
b. Saat pengambilan darah setelah minggu pertama,
c. Sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan
d. Sudah mendapat vaksinasi
TATALAKSANA
Trilogi penatalaksanaan demam tifoid 3
-
Perawatan :
11
Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi sebaiknya sampai
akhir minggu ke III untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
-
penyembuhan.
Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan demam
VII.
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica, khususnya Salmonella typhi, dapat juga disebabkan
oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C (demam paratifoid).
B. Salmonella typhi adalah kuman gram negatif yang mempunyai flagel, tidak
membentuk spora, dan merupakan bakteri anaerob fakultatif yang memiliki
antigen somatik O, Vi, dan H
C. Penegakan diagnosis selain dari keluhan pasien dan pemeriksaan fisik perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti uji Widal dan kultur Gall yang akan
menunjukkan adanya infeksi dari Salmonella typhi
D. Penatalaksanaan demam tifoid dapat dilakukan dengan perawatan/bed rest, diet
dan terapi penunjang juga diberikan antimikroba
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Diseases and Conditions Typhoid fever, Available at:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/typhoid-fever/basics/definition/con20028553 (Accessed: 16 Juli 2014).
2. John L Brusch, MD, FACP (2014) Typhoid fever, Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview#a0199 (Accessed: 16 Juli
2014).
3. Crump JA, Luby SP, Mintz ED. The global burden of typhoid fever. Bull World
Health Organ. May 2004;82(5):346-53.
4. Jatin M. Vyas, MD, PhD (2013) Typhoid fever, Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001332.htm (Accessed: 17 Juli
2014).
5. Parry CM. Typhoid fever. N Eng J Med 2002 ; 347(22): 1770-82
6. Widodo, Djoko. Demam Tifoid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid III.
2006. Jakarta : IPD FKUI
7. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, K. Marcellius S, Setati S. Buku Ajar Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta: Internal Publishing, 2009. P. 2797-2809
8. John L Brusch, MD, FACP (2014) Typhoid fever, Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview#a0199 (Accessed: 16 Juli
2014).
9. Perkembangan Terkini Terapi Demam Tifoid, Available at:
http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-09-vol-xxxvii-2011/363kegiatan/727-perkembangan-terkini-terapi-demam-tifoid (Accessed: 17 Juli 2014).
10. Current Infectious and Tropical Disease Management 2011, Available at:
http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/1198/Current-Infectious-and-TropicalDisease-Management-2011.aspx (Accessed: 17 Juli 2014).
11. Lifshitz, Edward I. Travel trouble: Typhoid fever--a case presentation and
review.Journal of America College Health. 07448481, Vol. 45, Issue 3
15
12. John L Brusch, MD, FACP (2014) Typhoid fever, Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview#a0199 (Accessed: 16 Juli
2014).
13. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keriga. 2000. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
16