Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KOMUNITAS II

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Kelompok III
SITI RAHMAH
MELLY ERLINA
LIAN SARMANDO SARAGIH
AGUS TRISMAN HURA
SAFRY SIHOMBING
CRIST WILIAM DUHA

KELAS : II-4










PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2014

A. INFORMED CONSENT
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi informed consent mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian informed consent dapat didefinisikan
sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan
dengannya.
Menurut D. Veronika Komalawati, SH , informed consent dirumuskan sebagai
suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap
dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat
dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi.

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45
serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008.Maka Informed Consent
adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenaitindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan
Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan TindakanMedis Pasal 4 ayat 2
menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang
perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting. Persetujuan yang ditanda tangani
oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari
tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.Tindakan medis yang
dilakukan tanpa persetujuan
pasien atau keluarga terdekatnya, dapatdigolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaa
n
berdasarkan KUHP Pasal 351.Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tinda
kan kedokteran dilaksanakan adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran
tersebut.
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara
pengobatanyang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.
Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan
tindakankedokteran :
a. Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.
b. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter
yang akanmelakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1
Permenkes No 290 /Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan
perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar
daripada persetujuan ( Ayat 2 ).Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi
sebelum dimintakan persetujuan tindakankedokteran adalah:
1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera bertindak
untuk menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi
dirinya.Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

Tujuan Informed Consent
a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpasepe
ngetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif,karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik
ada melekatsuatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3
)Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien
, dapat digolongkan sebagai tindakanmelakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351
( trespass, battery, bodily assault ).Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes / PER
/ III / 2008, persetujuan tindakan
kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan
, sebelumdimulainya tindakan ( Ayat 1 ). Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus
dilakukansecara tertulis oleh yang memberi persetujuan ( Ayat 2 ).Perawatan yang diperlukan
dalam pembuatan informed consent adalah Semua perawatan yangmembutuhkan tindakan,
bisa dimintakan inform consent. Contohnya dalam kedokteran gigi
Perawatan Saluran Akar atau Pencabutan Gigi.
Dalam perawatan gigi anak, yangmenandatangani surat persetujuan adalah orang tua atau
wali.
Selain itu Informed Consent juga memiliki kekuatan hukum yaitu Semua perawatan yangme
mbutuhkan tindakan, bisa dimintakan inform consent. Contohnya dalam kedokteran gigi
Perawatan Saluran
Akar atau Pencabutan Gigi. Dalam perawatan gigi anak, yangmenandatangani surat
persetujuan adalah orang tua atau wali.








Contoh Informed Consent
SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telp :
Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orangtua/*suami/*istri/*anak/*
wali dari :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir:
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis berupa
.Dari penjelasan yang dib
erikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut, serta
tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakanyang dapat terjadi
sesuai penjelasan
yang diberikan.Malang,.20Dokter/Pelaksana, Yang membuat pernyataa
n, Ttd Ttd() (..)*Coret yang tidak perlu

B. TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS PELAYANAN LANSIA
Tempat Yang Dapat Dijadikan Sebagai Aspek Pelayanan Bagi Lansia
1 . Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yangdlakukan di
rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan
adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah lansia sekaligus
memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarganya.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a. Perseorangan : perawat, pemberi asuhan
b. Keluarga
c. Kelompok
d. Lembaga / organisasi sosial
e. Dunia usaha dan pemerintah
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi. Pelayanan
diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau keluarganya
membutuhkan.
2. Foster Care Service
Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang diberikan
kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga
lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada
dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang
dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat
dilayani oleh keluarganya sendiri.
jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa
a. Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan member makanan
b. Peningkatan gizi
c. Bantuan aktivitas
d. Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
e. Pendampingan rekreasi
f. Olah raga dsb
3 . Pusat Santunan Keluarga (pusaka)
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal
lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member
kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri atau
keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan ekonomi.
4. Panti Sosial Tresna Wherda
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan perlindungan
untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
Kegiatan rutin
a. Pemenuhan makan 3x/hari
b. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
c. Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
d. Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
e. Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun)
Kegiatan waktu luang
a. Bermain (catur, pingpong)
b. Berpantun/baca puisi
c. Menonton film
d. Membaca Koran

5. Prinsip Pelayanan
Dalam memberi asuhan keperawatan pada lansia, dilaksanakan dengan memperhatikan
bebrapa prinsip:
a. Tidak memberi stigma, pada dasarnya proses menua disertai masalah seperti kesepian,
berkurang pendengaran, kurangnya penglihatan dan lemah fisik. Hal tersebut merupakan
proses alamiah.
b. Tidak mengucilkan
c. Tidak membesar-besarkan masalah
d. Pelayanan yang bermutu
e. Pelayanan yang cepat dan tepat
f. Pelayanan secara komprehensif
g. Menghindari sikap belas kasihan
h. Pelayanan yang efektif dan efesien
i. Pelayanan yang akuntabel

6. Pemeliharaan dan Pelayanan
Pelayanan lansia (termasuk pelayanan kesehatan dan perawatan) mempunyai tujuan
kesejahteraan dan kemampuan lansia. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan harus
diberikan kepada lansia, baik dalam dalam keadaan sehat maupun sakit dengan membantu
mempertahankan dan memberi semangat hidup mereka.
Sasaran upaya pelayanan kesehatan dan kesejahteraan lansia adalah:
1. Lansung
1.1 lanjut usia aktif
a. komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai gizi, kesehatan dll
b. mempertahankan kesehatan agar tetap mandiri

1.2 lanjut usia pasif (pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, asuhan
keperawatan.

2. Tidak lansung
2.1 keluarga lansia, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial masyarakat
2.2 pemeliharaan kesehatan masyarakat di PSTW pada umumnya dilaksanakan oleh petugas
kesehatan puskesmas secara berkala
2.3 keperawatan lansia yang sakit, lansia yang mengalami sakit yang cukup serius dan perlu
dirawat secra intensif, dirujuk ke rumah sakit yang lebih bagus.

Lansia yang sehat secara fungsional masih bisa mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Aktivitas sehari-hari maish penuh dan mampu merawat diri sendiri. Asuhan keperawatan
yang diperlukan adalah pencegahan primer yang mengutamakan peningkatan derajat
kesehatan dan pencegahan penyakit.

C. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN PELAYANAN LANSIA DI
INDONESIA
Berbagai nproduk hokum dan perundang-undangan yang langsung mengenai Lanjut Usia
atau yang tidak langsung terkai dengan kesejahteraan Lanjut Usia telah diterbitkan sejak
1965. beberapa di antaranya adalah :
Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 2747).
Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan
Sosial.
Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.
Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan Kependudukan dan
Pembangunan keluarga Sejahtera.]
Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga Sejahtera.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan
Kependudukan.
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Tambahan
lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-Undang nomor 4 tahun 1965
tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo.
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :

Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan.
Upaya pemberdayaan.
Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak potensial.
Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
Perlindungan sosial.
Bantuan sosial.
Koordinasi.
Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
Ketentuan peralihan.

Anda mungkin juga menyukai