Anda di halaman 1dari 8

1

PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN


MAHASISWA ANGKATAN LV

PENGGUNAAN APLIKASI CRIME INVESTIGATION SYSTEM (CIS)


SATUAN RESKRIM DI JAJARAN POLDA JATIM
DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN MASYARAKAT

A. PENDAHULUAN

Sudah menjadi suatu keharusan bagi POLRI untuk dapat mengetahui berbagai
perkembangan teknologi yang berkaitan dengan masalah informasi dan komunikasi karena
tugas POLRI selalu dihadapkan dengan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat maupun
kehidupan sosial. Sehingga nantinya para anggota POLRI tidak menjadi ketinggalan
dengan hal tersebut mengingat makin berkembanganya dimensi kejahatan yang ada saat
ini serta banyak menggunakan kemajuan teknologi khususnya dibidang teknologi informasi
dan komunikasi dan komunikasi. Kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi pada
era globalisasi pada masa sekarang dirasakan semakin mendesak dan suatu keharusan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menembus batas geografi wilayah
dan negara semakin membuka wawasan yang luas bagi seluruh masyarakat dunia
sekarang ini akan arti penting suatu teknologi di bidang informasi. Di sisi yang lain,
masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu
alat penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi masalah derasnya arus informasi.
Teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi saat ini adalah bagian penting dalam
manajemen informasi.
Kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi juga dirasakan
perlu dalam organisasi POLRI pada saat sekarang ini, akan tetapi penerapannya dalam
pelaksanaan tugas-tugas kepolisian di kewilayahan masih sangat minim dan
memprihatinkan. Sangat sulit kita mencari contoh pada kesatuan kewilayahan POLRI yang
mana yang menerapkan teknologi informasi dan komunikasi di dalam kesatuannya
khususnya pada tingkat Polres. Mungkin baru pada tingkat Mabes POLRI dan beberapa
Polda tertentu yang menerapkannya. Kalaupun ada kesatuan kewilayahan POLRI yang
menerapkannya secara kosisten pada organisasinya, menurut asumsi saya dikarenakan
adanya kepedulian dari kepala kesatuan kepolisian pada organisasi tersebut yang pada
saat menjabat menganggap dan menempatkan teknologi informasi dan komunikasi dan
komunikasi pada level yang berbeda di dalam organisasinya dan apabila pimpinan tersebut
mutasi atau alih tugas dan digantikan oleh pimpinan yang baru yang tidak terlalu
memperhatikan kebutuhan akan teknologi ini seraya dengan itu maka ditinggal pula
penerapan teknologi yang tadinya sudah berjalan.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi pada organisasi
Kepolisian khususnya pada tingkat Polres pada saat sekarang ini masih sangat minim dan
memprihatinkan, sebagian besar kesatuan-kesatuan Polres di seluruh Indonesia masih
menerapkan pola-pola lama dalam penerapan teknologi bahkan tidak sama sekali ada
teknologi yang digunakan dalam organisasinya. Hal ini membuat organisasi Kepolisian
sangat tertinggal dari organisasi lainnya baik pemerintahan apalagi swasta atau
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang pelayanan publik yang mana
konsep pelayanan yang terbaik adalah memberikan kemudahan dan kepuasan yang
maksimal untuk pelanggan-pelanggannya termasuk juga organisasi Kepolisian khususnya
Polres yang setiap saat selalu bersentuhan dengan masyarakat dalam hal pemberian
pelayanan.
Kejahatan yang berkembang menciptakan dampak yang sangat berpengaruh
terhadap stabilitas negara, dalam hal ini peran Satuan Reserse sangatlah penting dalam
2

melaksanakan tugas pokoknya dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap


tindak pidana yang terjadi, hal itu mendorong kebutuhan Satuan Reserse yang profesional,
moderen dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang keberhasilan
tugas. Satuan Reserse dalam melaksanakan tugasnya seringkali terhambat oleh faktor-
faktor yang sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Sebagai contoh, dalam melakukan pemeriksaan terhadap terperiksa seorang
penyidik harus mengalokasikan waktunya paling tidak sekitar 2 sampai 3 jam untuk kasus
yang relatif ringan untuk kasus yang relatif lebih berat tentunya waktu yang dibutuhkan
akan lebih. Alokasi waktu yang dibutuhkan seringkali juga memberatkan terperiksa apabila
harus meluangkan waktu sedangkan ada kepentingan lain yang harus dikerjakan. Hal
tersebut dikarenakan penyidik harus menulis ulang kembali format Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) dari mulai awal sampai selesai, kalaupun penyidik memanfaatkan
kemudahan teknologi dengan memakai shortcut Copy & Paste memang cenderung lebih
meminimalisir waktu, namun faktor human error cukup menjadi kendala apabila penyidik
melewatkan substansi penyidikan dari file yang lama untuk diganti atau disesuaikan dengan
substansi penyidikan kasus yang sedang diperiksa. Dan masih banyak faktor-faktor
penghambat lainnya.
Atas dasar pemikiran tersebut pada pertengahan tahun 2006, Kapoda Jatim saat itu
Irjen Pol. Herman Suryadi Sumawiredja, SH., mencoba untuk mengatasinya dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi terutama bidang penyidikan reserse
untuk meningkatkan kualitas penyidikan dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat.

B. PEMBAHASAN

Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi yang digunakan adalah
software Crime Investigation System (CIS), menggunakan sistem data base My SQL 2000.
Software ini digunakan untuk membantu Bagian Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Jawa
Timur agar proses penyidikan yang dilakukan oleh Bagian Reserse dan Kriminal bisa
berjalan dengan cepat mudah dan terkoordinasi, mulai dari adanya Laporan Polisi sampai
dengan Resume. Dengan adanya Software ini Bagian Reserse Kriminal tidak perlu lagi
melakukan input data yang berulang–ulang dalam menangani suatu kasus.
Biasanya seorang penyidik dalam menyusun suatu BAP (Berita Acara Penyidikan)
akan melakukan input ulang terhadap data–data tersangka yang akan disidik, meskipun
sebagian besar data tersangka tersebut sudah ada dalam Laporan Polisi. Dengan
menggunakan software ini seorang penyidik tidak lagi melakukan hal tersebut, cukup
dengan memilih Nomer Laporan Polisi yang akan dibuatkan Berita Acara Penyidikan, maka
data–data tersangka tersebut akan termuat dalam BAP. Hal ini juga berlaku untuk Ikhtisar
Pembuktian sampai dengan Resume. Selain itu juga dalam Software ini diberikan fasilitas
untuk melakukan pencarian data tentang Nomer Polisi dari Suatu Tindak Pidana, dan dapat
dilihat hasil dari Laporan Polisi tersebut, mulai dari BAP-nya sampai dengan Resume.
Dengan aplikasi Crime Investigation System ini maka penyidik tidak perlu kembali
mengetik ulang data-data yang berhubungan dengan kasus yang sedang ditangani, namun
aplikasi ini sebenarnya tidak hanya digunakan pada fungsi reserse saja namun secara
terkoordinasi dengan bagian dan fungsi yang lain yang berhubungan dengan Hubungan
Tata Cara Kerja (HTCK) yang ada di setiap kesatuan. Semua penanganan kasus diawali
dengan adanya laporan polisi (LP) yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan
penyelidikan untuk mencari dan menemukan peristiwa yang diduga merupakan suatu
tindak pidana dan kegiatan penyidikan yang merupakan suatu kegiatan penyidik untuk
mencari dan menemukan barang bukti guna membuat terang suatu tindak pidana yang
terjadi dan menemukian tersangkanya. Rangkaian kegiatan tersebut dikemas sedemikian
rupa dalam suatu aplikasi dijalankan secara terkait antar bagian dan fungsi dalam suatu
kesatuan kepolisian. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan berbagai informasi yang ada yang
dapat dimanfaatkan oleh penyidik dalam menangani suatu perkara pidana.
3

Penanganan terhadap laporan masyarakat yang ditindaklanjuti dengan kegiatan


kepolisian berupa penyidikan ada 4 (empat) hal pokok yang merupakan elemen penting
untuk diperhatikan oleh penyidik yang dalam aplikasi ini pun sudah terbagi dalam tahapan
yaitu :
a. Laporan Polisi
b. Berita Acara Pemeriksaan
c. Ikhtisar Pembuktian
d. Resume
Maka penulis akan menjabarkan tahapan-tahapan tersebut dengan manfaat tiap-tiap
tahapan terhadap pelaksanaan kegiatan penyidikan terutama manfaat terhadap masyarakat
yang dilayani oleh satuan reskrim di jajaran Polda Jatim.

a. Laporan Polisi

Dalam penerimaan pengaduan masyarakat, baik di fungsi Sentra Pelayaan


Kepolisian (SPK) maupun langsung di fungsi reserse maka akan dibuat laporan polisi
(LP) sebagai dasar dilakukannya kegiatan kepolisian lebih lanjut untuk menangani
perkara tersebut.

Dalam format laporan polisi tersebut, petugas penerima pengaduan


memasukkan data (entry data) yang berhubungan dengan perkara. Data-data tersebut
langsung dimasukkan dalam database yang nantinya akan digunakan oleh satuan
reserse untuk melakukan penyidikan lebih lanjut. Dengan jaringan LAN anggota SPK
tidak perlu menyerahkan LP ke satuan reserse ataupun sebaliknya penyidik reserse
tidak perlu mengambil LP di SPK, namun anggota SPK cukup memberitahukan kepada
penyidik tentang adanya laporan polisi dan penyidik cukup melihat komputer di
ruangannya untuk mengetahui tentang LP tersebut dan kegiatan ini dilaksanakan
secara on-line, dengan sistem ini, pelapor tidak akan banyak menghabiskan waktu
dengan menunggu proses LP di SPK dan pelapor bisa langsung diarahkan menuju
ruang penyidik untuk diperiksa lebih lanjut.
4

b. Berita Acara Pemeriksaan

Proses pemeriksaan terperiksa baik pelapor, saksi maupun tersangka dengan


aplikasi ini didasarkan pada nomor LP untuk menghindari adanya kesalahan dalam
melakukan pemeriksaan. Penyidikan secara manual seringkali penyidik melakukan
pengetikan ulang Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk memasukkan data-data kasus
yang sedang ditangani, kegiatan entry data tersebut tentunya cukup menyita waktu baik
penyidik maupun waktu dari terperiksa karena penyidik harus menulis ulang data-data
yang ada di LP ataupun harus bertanya ulang kepada terperiksa tentang data-data yang
dibutuhkan. Dengan aplikasi ini hal tersebut tidak perlu terjadi karena data-data yang
sudah dimasukkan dalam LP bisa langsung dibuka oleh penyidik dan bisa langsung
dimasukkan dalam format BAP.

Dalam pemeriksaan suatu perkara pidana yang dituangkan dalam BAP, penyidik
haruslah mampu membuktikan tindak pidana yang terjadi dengan memenuhi unsur-
unsur pasal yang dipersangkakan. Konsep tersebut dalam aplikasi ini diwujudkan
dengan bantuan database pertanyaan yang sudah dipersiapkan sesuai dengan kasus
yang sedang ditangani. Database yang dimaksud adalah bank data yang telah
dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan perkara pidana yang akan diperiksa, bank
data membantu penyidik untuk tetap fokus hanya kepada pasal yang dipersangkakan
jadi untuk mengurangi terjadinya pemeriksaan yang melantur.

1
6
2

(1) Daftar Pertanyaan yang akan ditanyakan pada tersangka. Pertanyaan ini
disesuaikan dengan Tindak Pidana yang dilakukan oleh tersangka sesuai dengan
data yang ada pada Laporan Polisi.
(2) Keterangan disini merupakan keterangan yang akan tampil pada bagian paling kiri
di Hasil Print Out BAP (Contoh : Kondisi Tersangka, Status Tersangka, Unsur Pasal
Melawan Hukum, dan lain–lain)
5

(3) Menampilkan Pertanyaan secara lengkap, setelah seorang penyidik memilih salah
satu pertanyaan pada bagian No. 1
(4) Bagian untuk mencatat keterangan dari Tersangka
(5) Tombol ini digunakan untuk melanjutkan ke pertanyaan berikutnya (Jika masih ada
yang akan ditanyakan) atau menyimpan sementara hasil Tanya – Jawab antara
penyidik dengan tersangka.
(6) Tombol ini digunakan untuk menambah pertanyaan baru yang tidak terdaftar pada
Bagian Nomer 1.

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang telah dibuat secara runtut dengan
menggunakan bank data akan dapat dilihat hasilnya dalam suatu kolom dimana
penyidik akan bisa melihat, memeriksa kembali dan melakukan analisa yurudis dan
analisa kasus sehingga penyidik bisa memberikan penilaian terhadap pemeriksaan
kasus yang sedang ditangani apakah sudah memenuhi unsur pasal yang
dipersangkakan ataukah belum untuk dapatnya kasus tersebut diajukan ke pengadilan
karena sesuai dengan pasal 184 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak bisa
menjatuhkan putusan tanpa dibuktikan terlebih dahulu bahwa benar telah terjadi tindak
pidana dan benar bahwa terdakwa yang melakukan tindak pidana tersebut.

Dalam tampilan gambar di atas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan yang
diajukan penyidik tidak keluar dari rumusan materi penyidikan sesuai dengan substansi
penyidikan tindak pidana yang sedang ditangani. Dan runtutan pertanyaan adalah
berurut sesuai dengan tahapan pemenuhan unsur-unsur pasal hal ini dimaksudkan agar
penyidik bisa mengajukan pertanyaan secara sistematis dan terperiksa tidak akan
ditanya secara berulang dengan pertanyaan yang sama.

a. Ikhtisar Pembuktian

Hasil pemeriksaan terhadap terperiksa yang dituangkan dalam berita acara


pemeriksaan adalah suatu tahapan dimana penyidik ingin mengungkapkan apakah
benar terlah terjadi suatu tindak pidana dan apakah unsur-unsur pasal yang
dipersangkakan dapat terpenuhi, maka Ihktisar Pembuktian merupakan tahapan yang
sangat penting untuk menjadi perhatian penyidik untuk dapat membuktikan adanya
keterkaitan antara peristiwa tindak pidana, hasil olah TKP, bukti petunjuk dan barang
bukti serta dengan hasil pemeriksaan baik pelapor, korban, saksi dan tersangka.
6

Dalam gambar di atas dapat divisualkan keterkaitan antara Laporan Polisi,


Tersangka dan unsur pasal yang sudah terpenuhi dalam penyidikan. Dalam hal ini
banyak manfaat yang didapatkan dalam tahapan ini, dari sisi penyidikan, penyidik tidak
akan keluar dari jalur penyidikan yang benar secara tidak langsung akan meminimalisir
adanya kesalahan dalam pemeriksaan dan pemenuhan unsur pasal sehingga
diharapkan berkas yang dikirimkan ke kejaksaan tidak akan dikembalikan dengan P.18
dan P.19 yang dikarenakan berkas tidak lengkap. Dari sisi masyarakat yang terllibat
dalam perkara (pelapor, saksi, korban, tersangka) yang telah diperiksa tidak akan
mengalami panggilan yang berikutnya dari penyidik dengan alasan adanya
pemeriksaan tambahan oleh penyidik untuk melengkapi berkas penyidikan. Maka tujuan
aplikasi ini digunakan untuk adanya efisiensi dapat terpenuhi.

b. Resume

Resume merupakan inti sari dari proses penyidikan yang berisi kesimpulan
tentang rangkaian pemberkasan yang menunjukkan hasil penyidikan yang dilakukan
oleh penyidik terhadap penanganan suatu tindak pidana yang ditanganinya.

Dalam gambar di atas dapat digambarkan tentang keterkaitan antara elemen


penyidikan yaitu tentang Dasar dilakukannya penyidikan adanya laporan polisi (LP),
Surat Perintah Penyidikan dan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP);
Perkara yang menjelaskan tentang kronologis kejadian; Fakta tentang penanganan
TKP, kegiatan penyidik berupa pemanggilan, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan, keterangan saksi dan tersangka, barang bukti; Analisis
penyidik yang terdiri dari analisa kasus dan analisa yuridis; dan Kesimpulan yang berisi
tentang benar telah terjadi suatu tindak pidana, benar bahwa tersangka yang
melakukan tindak pidana tersebut dan telah dipenuhinya unsur pasal yang
dipersangkakan sehingga perkara bisa diajukan ke tahap peradilan.
Dengan demikian penyidik akan benar-benar mampu melaksanakan kegiatan
penyidikan secara sistematis dan efisien, mampu menghasilkan produk berkas perkara
penyidikan kasus secara lengkap dengan cara yang benar sesuai dengan tujuan untuk
memberikan akses terhadap keadilan. Sedangkan masyarakat yang terlibat dalam
perkara bisa mendapatkan rasa keadilan yang setara dihadapan hukum dengan
penyidikan yang tansparan dan tidak adanya unsur subyektif penyidik.
Tahapan penyidikan dengan menggunakan aplikasi Crime Investigation System
(CIS) tersebut mampu menghasilkan suatu produk berkas penyidikan yang berkualitas
terlebih dengan adanya sistem on-line yang memberikan akses kepada atasan penyidik
untuk secara langsung dapat melihat hasil pemeriksaan anggota penyidik sehingga bila
menurut penilaian atasan penyidik ditemukan kekurangan terhadap kegiatan penyidikan,
atasan penyidik bisa secara langsung memberitahukan kepada penyidik yang bersangkutan
untuk memperbaiki dengan petunjuk perbaikan dimana kegiatan tersebut pun dilakukan
secara on-line dengan menggunakan fasilitas Chatting antar perangkat komputer yang
7

sudah terkoneksi maka sarana kontrol pun dapat diwujudkan demi menjaga profesionalitas
penyidik satuan reserse kriminal dalam menangani suatu kasus pidana.

A. PENUTUP

KESIMPULAN
Rangkaian kegiatan penyidikan yang sesuai dengan prosedur merupakan harapan
dari semua pihak tidak hanya Polri yang dalam upaya membangun kepercayaan
masyarakat (Public Trust Building) sesuai dengan arah pencapaian Grand Strategi Polri
saat ini namun juga dari pihak masyarakat yang mendapatkan kesetaraan di hadapan
hukum demi tercapainya rasa keadilan. Dengan demikian sangat penting untuk
melaksanakan rangkaian kegiatan penyidikan yang benar sesuai dengan prosedur dan
profesional dan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan hukum yang selama ini banyak
sekali pengaduan masyarakat terhadap pelayanan satuan reserse kriminal dalam kegiatan
penyidikan yang tidak sesuai dengan prosedur.
Penggunaan aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi berupa software Crime
Investigation System (CIS) pada satuan Reserse Kriminal di jajaran Polda Jatim dalam
melaksanakan kegiatan penyidikan tindak pidana akan mampu menciptakan kultur kerja
penyidik yang lebih sistematis, terarah, efisien, prosedural, profesional dan proporsional
sesuai dengan aturan yang ada sehingga tugas pokok Polri dalam menegakkan hukum
terhadap adanya pelanggaran atau kejahatan terhadap undang-undang yang ada serta
tugas pokok Polri dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat tidak hanya akan tercapai namun akan mampu untuk ditingkatkan dengan
memberikan rasa kepastian dan kesetaraan di hadapan hukum sehingga Polri mampu
memberikan dan menciptakan akses terhadap keadilan.

SARAN
Penggunaan aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan kerja Polri
hendaknya dapat ditindaklanjuti secara nasional dan meyeluruh tidak hanya pada daerah
yang mampu untuk mengadakan fasilitas pelayaan yang lebih contoh hanya di Mabes Polri,
Polda Metro Jaya atau seperti pada pembahasan di Polda Jatim saja namun semestinya
setiap satuan kepolisian menggunakan aplikasi berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Dan haruslah ada kebijakan terutama dari pimpinan Polri dalam
melaksanakan aplikasi ini sehingga dalam pelaksanaannya akan dapat terjaga secara
konsisten di semua jajaran satuan kepolisian di kewilayahan.

Penulis

SETYO BIMO ANGGORO


MHS. NO. 6874
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Suryadi, M.T, M.T., Modul Sistem Informasi Manajemen, PTIK, Jakarta, 2003.

Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.


8

Budi Sutedjo, S.Kom., MM., Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi, Yogyakarta,
2002.

Amin, Panduan Instalasi dan Panduan Penggunaan CIS, Direktorat Reserse Kriminal Polda
Jatim, Surabaya, th 2006.

Anda mungkin juga menyukai