2.1. Ikan Kembung (Scomber kanagurta) Ikan kembung (Scomber kanagurta ) jantan merupakan ikan air laut yang banyak pada musim puncak (Maret - Juni). Pemanfaatan ikan kembung jantan banyak digunakan oleh masyarakat luas karena ikan kembung banyak mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang baik bagi pencegahan penyakit dan kecerdasan otak. Omega 3 dan Omega 6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak, menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah (Irmawan,2009). Ikan kembung jantan tergolong ikan pelagik yang menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan ini suka hidup secara bergerombol, kebiasaan makanan adalah memakan plankton besar/kasar, Copepode atau Crustacea. 2.2. Ikan Pitulu (Barbichthys laevis) Ulubatu mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, warna punggung gelap dan bagian ventralnya berwarna keperakan. Sirip punggung berjar-jari keras dan terletak di muka atau bertepatan dengan sirip perut. Ulubatu memiliki pelebaran tulang bawah mata yang hampir menutupi seluruh pipi. Ulubatu dapat mencapai panjang total 350 mm. Di pertengahan sirip punggung terdapat garis hitam; demikian pula di bagian atas dan bawah sirip ekor terdapat garis hitam. Pita hitam yang melintang di pertengahan sirip punggung mungkin menghilang pada spesimen yang besar.
4
2.3. Ikan Sumatra (Puntius tetrazona) Ikan sumatra merupakan ikan dasar tetapi sering berada di permukaan untuk mencari makan. Makanan utama ikan sumatra adalah detritus dan zoo- bentos, sedangkan makanan pelengkapnya berupa cacing-cacing kecil dan makanan crustace tingkat rendah. Ikan ini sangat aktif bergerak di permukaan perairan untuk menyambar makanan. Ikan sumatra mencapai matang seksual pada panjang 2 hingga 3 cm (0,8 1,2 inci) atau kira-kira berumur 6 -7 minggu. Ikan betina lebih besar dan memiliki sirip dorsal yang lebih gelap, sedangkan ikan jantan berwarna lebih terang. Memijah pada musim penghujan di daerah hilir sungai dan telur-telur menetas, larva hidup di daerah tersebut sampai berukuran 1 cm kemudian beruaya ke danau-danau dan anak-anak sungai. Fekunditas berkisar antara 300-500 telur dan fekunditas tertinggi dapat mencapai 1.000 butir telur (Muthmainnah 2009). Telur ikan sumatra bersifat adhesif dengan diameter 1,180,05 mm (Wikipedia 2009). Menurut Lesmana dan Dermawan (2001), ikan sumatra (Puntius tetrazona) hidupnya berkelompok dan dapat diletakkan di tempat yang cukup terang asalkan teduh. Di dalam akuarium ini biasanya dalam kelompok 5 atau lebih. Bila kurang dari 5 ekor, ikan ini akan agresif, dan bila hanya 2 ekor, salah satu akan mengejar yang lain (Muthmainnah 2009).
2.4. Karakter Morfologi Karakter morfologi (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas 5
utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra species (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip, walau bagaimanapun karakter morfologi telah dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar (Akbar H, 2008). Menurut Affandi, et al., ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan diantaranya panjang total, panjang ke pangkal cabang sirip ekor, panjang baku, panjang kepala, panjang bagian di depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur, panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata, panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut.