Anda di halaman 1dari 61

1

SKRIPSI
KAITAN ANTARA AKTIVITAS PENAMBANGAN PASIR SUNGAI TALAU DAN
KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN SAYUR-MAYUR DI DESA TIALAI
KECAMATAN TASIFETO TIMUR KABUPATEN BELU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Pendidikan Geografi


OLEH
MARTINUS HERMENEGILD MAU
0901100629




JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014

2

LEMBARAN PENGESAHAN

KAITAN ANTARA AKTIVITAS PENAMBANGAN PASIR SUNGAI TALAU DAN
KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN SAYUR-MAYUR DI DESA TIALAI
KECAMATAN TASIFETO TIMUR KABUPATEN BELU

OLEH
MARTINUS H. MAU
NIM: 0901100629


Telah Telah Diterima Oleh Tim Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Dalam Ujian
Yang Di Selenggrakan Pada :
Hari/ tanggal : 24 Mei 2014
Waktu : Pkl. 8.30 Wita sampai selesai
Tempat : Ruang Geo-1 FKIP UNDANA
Dinyatakan : LULUS


Tim Penguji

1. Dr. Johanis N. Kallau .. (Ketua)
NIP: 195206 16198003 1 002

2. Drs. Mikael Samin. M.Si .. (Anggota)
NIP: 19620918 199003 1 003

3. Prof. Dr. I G B Arjana, M.S .......... (Anggota)
NIP: 1951 1719 7803 1 002



MENGETAHUI
a.n Dekan FKIP UNDANA Ketua Jurusan
Pembantu Dekan Bidang Akademik Pendidikan Geografi



Dr. Paulus Taek, M.S Drs. Ignasius Suban Angin, S.U
NIP: 19600626 199512 1 001 NIP: 19561114 198803 1 001

3

MOTTO MOTTO MOTTO MOTTO
Keberhasilan Itu Tidak Datang Gratis Keberhasilan Itu Tidak Datang Gratis Keberhasilan Itu Tidak Datang Gratis Keberhasilan Itu Tidak Datang Gratis
Dari Langit Melainkan Hasil Dari Langit Melainkan Hasil Dari Langit Melainkan Hasil Dari Langit Melainkan Hasil
Kris Kris Kris Kristalisasi Dari Perjuangan Kita talisasi Dari Perjuangan Kita talisasi Dari Perjuangan Kita talisasi Dari Perjuangan Kita
PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada : Skripsi ini kupersembahkan kepada : Skripsi ini kupersembahkan kepada : Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. 1. 1. 1. Ayahanda Marselinus Mau Durus dan Ibunda Daniela Ayahanda Marselinus Mau Durus dan Ibunda Daniela Ayahanda Marselinus Mau Durus dan Ibunda Daniela Ayahanda Marselinus Mau Durus dan Ibunda Daniela
Mauloko ersayan! yan! selalu dan senaniasa memberikan Mauloko ersayan! yan! selalu dan senaniasa memberikan Mauloko ersayan! yan! selalu dan senaniasa memberikan Mauloko ersayan! yan! selalu dan senaniasa memberikan
doa" dukun!an baik moril maupun maeri dan moi#asi doa" dukun!an baik moril maupun maeri dan moi#asi doa" dukun!an baik moril maupun maeri dan moi#asi doa" dukun!an baik moril maupun maeri dan moi#asi
kepada penulis ser kepada penulis ser kepada penulis ser kepada penulis sera den!an sabar menani kesuksesan a den!an sabar menani kesuksesan a den!an sabar menani kesuksesan a den!an sabar menani kesuksesan
penulis. penulis. penulis. penulis.
$. $. $. $. %pa Aloysius Mauloko" %ma Dominika Moru" dan Mama &ekla %pa Aloysius Mauloko" %ma Dominika Moru" dan Mama &ekla %pa Aloysius Mauloko" %ma Dominika Moru" dan Mama &ekla %pa Aloysius Mauloko" %ma Dominika Moru" dan Mama &ekla
Soi Mauloko 'Alm( sera keluar!a besar er)ina yan! selalu Soi Mauloko 'Alm( sera keluar!a besar er)ina yan! selalu Soi Mauloko 'Alm( sera keluar!a besar er)ina yan! selalu Soi Mauloko 'Alm( sera keluar!a besar er)ina yan! selalu
dan senaniasa memberikan doa" dukun!an baik moril dan senaniasa memberikan doa" dukun!an baik moril dan senaniasa memberikan doa" dukun!an baik moril dan senaniasa memberikan doa" dukun!an baik moril
maupun maeri dan moi#asi kepada penulis ser maupun maeri dan moi#asi kepada penulis ser maupun maeri dan moi#asi kepada penulis ser maupun maeri dan moi#asi kepada penulis sera den!an a den!an a den!an a den!an
sabar menanikan keberhasilan penulis. sabar menanikan keberhasilan penulis. sabar menanikan keberhasilan penulis. sabar menanikan keberhasilan penulis.
*. *. *. *. +akak +akak +akak +akak, ,, ,adikku er)ina Esa" Ima" Ir-an" Apri" .hia" Boy yan! adikku er)ina Esa" Ima" Ir-an" Apri" .hia" Boy yan! adikku er)ina Esa" Ima" Ir-an" Apri" .hia" Boy yan! adikku er)ina Esa" Ima" Ir-an" Apri" .hia" Boy yan!
selalu mendukun! baik dalam moril maupum maeri sera selalu mendukun! baik dalam moril maupum maeri sera selalu mendukun! baik dalam moril maupum maeri sera selalu mendukun! baik dalam moril maupum maeri sera
mendoakan dan menanikan keberhasilan penulis. mendoakan dan menanikan keberhasilan penulis. mendoakan dan menanikan keberhasilan penulis. mendoakan dan menanikan keberhasilan penulis.
/. /. /. /. Sahaba Sahaba Sahaba Sahaba, ,, ,sahaba seper0uan!anku dan kekasih sahaba seper0uan!anku dan kekasih sahaba seper0uan!anku dan kekasih sahaba seper0uan!anku dan kekasih S SS Se ee el ll ll ll ly yy y er er er er)ina )ina )ina )ina
yan! selalu menun!!u. yan! selalu menun!!u. yan! selalu menun!!u. yan! selalu menun!!u.
1. 1. 1. 1. Almamaerku er)ina 2ni#ersias Nusa .endana +upan!. Almamaerku er)ina 2ni#ersias Nusa .endana +upan!. Almamaerku er)ina 2ni#ersias Nusa .endana +upan!. Almamaerku er)ina 2ni#ersias Nusa .endana +upan!.
4

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan penyayang atas segala berkat
dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan
yang berjudul : Kaitan Antara Aktivitas Penambangan Pasir Sungai Talau Dan
Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur Di Desa Tialai Kecamatan Tasifeto Timur
Kabupaten Belu. Penyusunan skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademik di Perguruan Tinggi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana
Kupang.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini banyak dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu penuh rasa
syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nusa Cendana yang telah menyediakan semua fasilitas
perkuliahan sampai pada penyelesaian studi di Universitas Nusa Cendana
2. Ketua dan sekretaris jurusan pendidikan geografi beserta seluruh dosen jurusan
pendidikan geografi yang telah membekali penulis dengan segudang ilmu
pengetahuan selama perkuliahan.
3. Bapak Dr. Johanis N. Kallau, M.S selaku pembimbing Utama dan Bapak Drs.
Mikael Samin M.si selaku pembimbing Pendamping yang rela mengorbankan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi petunjuk yang sangat
berarti kapada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Prof. I G B. Arjana,M.S selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan serta mendorong penulis selama masa kuliah
sampai selesai.
5. Bapak Ibu yang telah meluangka waktu untuk diwawancarai oleh penulis selama
penelitian
6. Opa Aloysius Mauloko dan Oma Dominika Moru serta keluarga besar yang selalu
mendukung baik dalam moril maupun materi serta mendoakan dan menantikan
keberhasilan penulis.

5

7. Ayah Marselinus Mau Durus dan Ibu Daniela Mauloko, serta kakak dan adikku
tersayang Hans, Essa, Ima. Irfan, Apri, Chia, dan Ade Boy yang selalu mendukung
baik dalam moril maupum materi serta mendoakan dan menantikan keberhasilan
penulis.
8. Saudara/ saudari Elas, Aretha, Nella, Viana, Efrem, Elsa, Dhion, Lius, Desy, Essy,
Rheni, Keros, Boka, Lorenso yang telah memberikan banyak masukan, senyuman,
serta motivasi dan doanya kepada penulis.
9. Rekan-rekan seperjuangan dan sahabatku di Jurusan pendidikan Geografi kususnya
angkatan 2009: Ricky, Vick, Ian, Yermi, Muse, On, Ary, Rian, Dhani, Enso, Ansel,
Redem, Selly, Uny, Dian, Mima, Oly, Desy, Nofi, Ega, Febby serta teman-teman
lain atas kebersamaanya dan telah memberikan pikiran dan banyak motivasi
selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan di GmnI, senior maupun alumni yang telah memberikan
pikiran serta motivasi selama masa berorganisasi.
11. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kritik saran dari berbagai pihak demi kebaikan skripsi ini dengan senang hati penulis
menerimanya dan untuk itu penulis ucapkan limpah terima kasih. Semoga Tuhan
memberikan balasan kasih yang setimpal atas segala jasa dan perhatian yang diberikan, dan
semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.


Kupang, 2014

Penulis





6

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBARAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
LEMBARAN PENGUJIAN ............................................................................. iii
LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
2.1 Aktivitas Penambangan pasir..................................................... 6
2.2 Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur ................................ 11
2.3 Kaitan Antara Aktivitas Penambangan dan Kerusakan Lahan
Pertanian Sayur-Mayur............................................................... 13
2.4 Kajian Penelitian Terdahulu....................................................... 17
2.5 Kerangka Berpikir ..................................................................... 18
2.6 Batasan Konsep Dan Indikator................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 21
3.2 Informan Penelitian.................................................................... 21
3.3 Sumber Data............................................................................... 21
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22
3.5 Teknik Analisis Data.................................................................. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 23
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................... 23
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................ 23
4.1.2 Kaiatan Antara Aktivitas Penambangan Pasir dan
Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur ....................... 36
4.2 Pembahasan................................................................................ 48
7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 53
5.2 Saran .......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55
LAMPIRAN ...................................................................................................... 58
























8

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman
4.1 Data Curah Hujan Kecamatan Tasifeto Timur Dalam Kurun
Waktu 5 Tahun Terakhir................................... 26
4.2 Pembagian Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson....... 27
4.3 Sebaran Penduduk Desa Tialai...... 30
4.4 Pertumbuhan Penduduk Desa Tialai...... 31
4.5 Komposisi Penduduk Desa Tialai Menurut Umur Dan
Jenis Kelamin......................................................................... 33
4.6 Penggolongan Penduduk Desa Tialai Menurut Mata
Pencaharian............................................................................ 35
4.7 Penggolongan Penduduk Desa Tialai Menurut
Jenjang Pendidikan................................................................. 36
4.8 Pengahsilan Penambang.. 42
4.9 Jenis Sayur-Mayur.............................................................. 44
4.10 Luas Lahan Pertanian Sayur Mayur........................................ 47















9

DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir....... 18
4.1 Peta Administrasi Desa Tialai..... 24
4.2 Grafik Tipe Iklim Kecamatan Tasifeto Timur Menurut
Schmid Ferguson.......................................................... 28
4.3 Proses Penggalian dan Pengumpulan Pasir...................... 41
4.4 Proses Pengangkutan Pasir............................................. 42
4.5 Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur Di Desa Tialai... 45




















10

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan antara aktivitas penambangan
pasir sungai Talau dan kerusakan lahan pertanian sayur-mayur di Desa Tialai Kecamatan
Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Lokasi penelitian ini di Desa Tialai Kecamatan Tasifeto
Timur Kabupaten Belu dengan menggunakan informan sebenyak 10 orang dalam
mengumpulan data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat kaitan antara aktivitas penambangan
pasir sungai terhadap kerusakan lahan pertanian sayur mayur di Desa Tialai Kecamatan
Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Aktivitas penambangan yang terjadi merupakan jenis
penambangan rakyat dan ilegal karena penambang tidak memiliki izin penambangan rakyat
yang sah. Kurangnya perhatian dari pemerintah serta rendahnya kesadaran masyarakat
mengakibatkan masyarakat menambang pasir dengan penuh kebebasan sehingga dapat
merusakan lahan pertanian sayur-mayur, sebab lokasi penambangannya sangat dekat dengan
lahan pertanian sayur sehingga terjadinya erosi tanah dan banjir. Kerusakan lahan pertanian
sayur-mayur ini telah mempengaruhi volume sayur-mayur untuk ditanam sehingga
mengakibatkan pada pendapatan petani dari usaha sayur-mayur.

Kata Kunci : Penambangan, Kerusakan Lahan





























11

ABSTRACT

The Aim of this research is to know about the relation between river mining activity
sand Talau and the damage of vegetables agriculture area. This research is in Tialai village,
Tasifeto Sub-District, Belu Regency. The location of this research is in Tialai village, East
Tasifeto Sub-District Belu Regency with using 10 informants in collected the data. The
technique in collecting the data is through observation, interview and documentation. The
analysis data that writer used in this research is qualitative descriptive.
The result of this research proved that there are relation between river mining activity
sand Talau and the damage of vegetables agriculture area in Tialai, East Tasifeto Sub-
District Belu regency. The mining activity which happened is kinds of people mining and
illegal because there no permission people mining legal. Lacking of attention from the
government and unconscious of people, thats why people easily mining the sand with
freedom, so that can damage the vegetables agriculture, because the location of mining is
very near with vegetables agriculture so it is happened erosion and flood. This damage
vegetables agriculture area give effect the vegetables volume to plant so it can effecting on
the farmers in gaining from vegetables.

Key words: Mining, Damage Area.


















12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap
sandang, pangan, papan, air bersih dan energi. Peningkatan kebutuhan itu
mengakibatkan eksploitasi terhadap sumberdaya alam semakin tinggi dan cenderung
mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan hidup. Pertambahan jumlah
penduduk dengan segala konsekuensinya akan memerlukan lahan yang luas untuk
melakukan aktivitas dan memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan akan berdampak pada
penurunan kelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan (Kartodihardjo,
dkk.,2005).
Anggapan bahwa lingkungan itu milik publik, menyebabkan orang pada
umumnya tidak merasa bersalah mengeksploitasi sebesar-besarnya sumberdaya alam
(Hadi, 2006). Sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dalam kehidupannya, manusia tidak dapat
hidup tanpa adanya sumberdaya alam. Ketergantungan manusia akan sumberdaya alam
tersebut berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam
yang ada.
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan
menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan keruangan (spatial approach),
pendekatan ekologi/kelingkungan (ecological aprroach), dan pendekatan kewilayahan
(regional approach). Dalam hal ini ada keterkaitan antara aktivitas manusia dengan
lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu, dalam mengkaji permasalahan ini digunakan
pendekatan ekologi (ecological aprroach) yaitu pendekatan yang menganalisis
fenomena geografis berdasarkan interaksi manusia dan unsur lingkungan (biotik dan
abiotik) yang ada disekitarnya.

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah
Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri
pertambangan juga menyedot tenaga kerja dan bagi Kabupaten dan Kota yang
merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan pertambangan merupakan
suatu kegiatan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian,
13

pengangkutan mineral/bahan tambang. Industri pertambangan selain mendatangkan
devisa dan menyedot tenaga kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan.
Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya
karena pengrusakan lingkungan.
Kondisi seperti ini terjadi di Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur
tepatnya di lokasi penambangan pasir Sungai Talau Desa Tialai. Desa Tialai sebagai
salah satu Desa bagian Kecamatan Tasifeto Timur, merupakan salah satu daerah yang
memiliki potensi sumberdaya alam tambang bahan mineral bukan logam berupa pasir.
Jarak tempuh lokasi penambangan pasir dari hulu sungai Talau kurang lebih sepuluh
(10) Km, serta aliran air sungai Talau ini melewati tiga dusun yang berada di Desa
Tialai.
Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan penambangan bahan mineral bukan
logam berupa pasir ini merupakan jenis penambangan ilegal yang didominasi oleh
tambang rakyat yang lokasi penambangannya sangat dekat dengan lahan pertanian
`sayur-mayur milik petani sayur setempat, sebab kawasan khusus penambangan belum
ada serta pemberian ijin penambangan. Karena belum dilakukan inventarisasi wilayah
penambangan, sehingga aktivitas penambangan ini berdampakan terhadap lahan
pertanian sayur-mayur karena terjadinya erosi yaitu terkikisnya lapisan tanah atas
akibat banjir.
Aktivitas pertanian sayur mayur di Desa Tialai dilakukan di lahan kering yang
berada pada daerah pinggiran sungai Talau. Daerah pinggiran sungai ini dijadikan
sebagai lahan pertanian sayur-mayur sebab lokasinya yang berada dekat dengan sunagi
sehingga mudah mendapatkan saluran irigasi dari sungai Talau. Jenis sayur-mayur yang
sering ditanam di Desa Tialai ini adalah sayur kol, sayur putih, buncis, tomat dan
lombok.
Pengelolaan sumberdaya mineral oleh industri pertambangan dilakukan karena
dipandang dapat memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih tinggi
sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan pembangunan Negara, serta
terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal maupun masyarakat di luar lokasi
penambangan. Namun pemanfaatan sumberdaya alam ini membawa dampak negatif
terhadap lingkungan sekitar, akibatnya lingkungan sekitar menjadi rusak akibat
terjadinya pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak memperhatikan lingkungan
sekitar.
14

Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan, antara
lain perubahan bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran air
permukaan (sungai) dan air tanah. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak
dengan intensitas dan sifat yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik,
pertambangan juga mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Dampak kegiatan pertambangan pasir terhadap lahan pertanian sayur-mayur ini
diakibatkan karena terjadinya kubangan-kubangan bekas galian penambangan pasir
sehingga saat terjadinya musim hujan terjadi banjir yang mengakibatkan terjadinya
erosi tanah.
Aktivitas penambangan pasir di dataran banjir menyebabkan erosi tanah yang
dapat terjadi akibat adanya curah hujan yang tinggi, dan vegetasi penutup lahan yang
kurang. Pendangkalan sungai untuk mengalirkan juga berkurang dan menyebabkan
bahaya banjir. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh meningkatnya volume air di sungai
sehingga air keluar dari batas alaminya. Banjir umumnya terjadi karena saluran air yang
ada tidak mampu menampung limpahan air, pada daerah yang relatif datar.
Aktivitas penambangan pasir di Sungai Talau Desa Tialai ini semakin marak
berkembang akibatnya lingkungan menjadi rusak, salah satunya adalah kerusakan lahan
pertanian sayur-mayur. Lahan pertanian sayur-mayur di daerah sekitar Sungai Talau
menjadi rusak akibat terbawa arus banjir saat musim hujan. Kerusakan lahan pertanian
sayur-mayur ini selalu terjadi setiap tahun, sehingga berdampakan pada pendapatan
ekonomi petani sayur-mayur yang memiliki lahan pertanian tersebut. Hal ini
disebabkan karena adanya aktivitas penambangan bahan mineral berupa pasir yang
sangat dekat dengan lahan pertanian sayur milik warga petani sayur-mayur tesebut.
Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah dan peran dari masyarakat
dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Pihak pemerintah diharapkan
membuat suatu peraturan daerah, yang mengatur secara teknis pengelolaan
penambangan di Desa Tialai Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu untuk
pengendalian dampak. Inventarisasi usaha dan lokasi penambangan dan pemberian ijin
penambangan, serta perlunya pemberian sosialisasi terhadap masyarakat lokal dalam
pengelolaan penambangan pasir.


15

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul KAITAN ANTARA AKTIVITAS PENAMBANGAN PASIR
SUNGAI TALAU DAN KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN SAYUR-MAYUR
DI DESA TIALAI KECAMATAN TASIFETO TIMUR KABUPATEN BELU.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah
penelitian ini adalah kerusakan lahan pertanian sayur-mayur akibat adanya aktivitas
penambangan pasir. Berdasarkan rumusan maka pertanyaan penelitiannya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kaitan antara aktivitas penambangan pasir sungai dan kerusakan lahan
pertanian sayur-mayur di Desa Tialai Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu ?
2. Bagaimana pendapatan petani sayur yang lahan pertaniannya telah mengalami
kerusakan ?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kaitan antara aktivitas penambangan pasir dan kerusakan lahan
pertanian sayur-mayur di Desa Tialai.
2. Untuk mengetahui pendapatan petani sayur yang lahannya telah mengalami
kerusakan.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat penambang Desa Tialai
mengenai akibat adanya aktivitas penambangan terhadap kerusakan lahan
pertanian sayur-mayur, sehingga masyarakat penambang tidak melakukan aktivitas
penambangan pasir dekat dengan lahan pertanian sayur-mayur.
2. Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat dalam melakukan kebijakan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tambang bahan mineral bukan
logam berupa pasir, agar pemerintah melakukan inventarisasi wilayah
penambangan dan pemberian ijin penambangan agar aktivitas penambangan pasir
tidak berdampakan pada lahan pertanian sayur-mayur.

16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktivitas Penambangan Pasir
Penambangan adalah kegiatan untuk mengambil bahan galian yang dilakukan
baik secara manual maupun mekanis, meliputi pekerjaan pengupasan lapisan tanah
penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan. Pasir merupakan
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, pasir menurut Tirtosoekotjo (1985)
adalah bahan yang terdiri atas partikel-partikel berukuran 0,14-5 mm, yang merupakan
hasil disentegrasi batuan atau dapat pula diperoleh dengan menggiling batuan yang
berukuran lebih besar. Penambangan pasir disini adalah kegiatan mengambil pasir yang
dilakukan secara manual maupun mekanis, meliputi pengerjaan pengupasan lapisan
tanah penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 tahun 2010 tentang
wilayah pertambangan menyatakan Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang
selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha
Pertambangan. Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut WPR, adalah
bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.
Ketentuan umum dalam undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2009 yang dimaksud
dengan:
1. Bahan Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki
sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
2. Bahan galian adalah adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan
segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan
alam.
3. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.
4. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengsusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
17

kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta pasca tambang.
5. Izin Usaha Pertambangan adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.
6. Izin Pertambangan Rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan
dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
7. Pengelolaan Pertambangan adalah Pengelolaan pertambangan yang berasaskan
manfaat, keadilan dan keseimbangan; Keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas; berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
8. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingungan sosial dan lingkungan hidup.
9. Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci seluruh aspek yang berkaitan dengan menentukan
kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai
dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang.
10. Reklamasi Tambang adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntuknya.
11. Kegiatan Pascatambang, kegiatan terencana, sistematis dan berkelanjutan setelah
akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan.
Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam
yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk secara
langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK),
dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual. Kegiatan penambangan
oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih
canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih
efisien, sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan dengan
menggunakan alat-alat sederhana.
Menurut Asad (2005) pertambangan rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya
dilakukan oleh masyarakat yang berdomisili di area pertambangan secara kecil-kecilan
18

atau gotong royong dengan alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk
meningkatkan kehidupan sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan alat
sederhana, jadi tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya dengan
perusahaan pertambangan yang mempunyai modal besar dan memakai teknologi
canggih. Unsur-unsur pertambangan rakyat, yaitu : 1) Usaha pertambangan, 2) Bahan
galian meliputi bahan mineral, 3) Dilakukan oleh rakyat, 4) Domisili di area tambang
rakyat, 5) Untuk penghidupan sehari-hari, 6) Diusahakan dengan cara sederhana.
Penambangan rakyat yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan
menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dengan bahaya erosi dan tanah longsor
akibat adanya banjir. Reklamasi tambang adalah upaya yang terencana untuk
mengembalikan fungsi dan daya dukung lingkungan pada lahan bekas tambang menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Jadi suatu perencanaan tambang yang baik dan benar sejak
awal sudah mencantumkan upaya reklamasi suatu lahan bekas tambang, bahkan dimana
keadaan lapangan memungkinkan reklamasi juga dilakukan pada saat tambang masih
berjalan.
Pembangunan sektoral selama ini terus memperbesar eksploitasi sumberdaya
alam, sementara itu kebutuhan untuk melakukan konservasi dan perlindungan
sumberdaya alam tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Akibatnya adalah
semakin banyaknya kerusakan lingkungan, banjir, longsor, dan pencemaran air sungai.
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan tidak butuh
pandangan dan manfaat jangka panjang sumberdaya alam, sekaligus tidak peduli
dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi mereka, kesejahteraan material
sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat yang sama mengabaikan berbagai
tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya padahal justru mendatangkan kerugian
bagi mereka juga dan bahkan bagi orang lain yang tidak tahu menahu (Kartodihardjo,
dkk., 2005).
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, memberikan kewenangan pengelolaan sumberdaya alam khususnya
pertambangan kepada masing-masing daerah. Kewenangan untuk pengelolaan
pertambangan dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dengan
adanya dua peraturan tersebut seharusnya semakin memperkuat posisi pemerintah
daerah dalam hal ini pemerintah tingkat Kabupaten/Kota. Namun, sangat disayangkan
19

pemerintah Kabupaten/Kota belum memaksimalkan kekuatan hukum ini dalam
penegakan upaya pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan.
Pemerintah sebagai salah satu unsur penting dalam pengendalian kegiatan
penambangan pasir, perlu dianalisis sejauh mana peran kebijakan pemerintah sudah
dilaksanakan. Agar kebijakan pemerintah tidak hanya tersimpan rapi dalam arsip maka
perlu diimplementasikan. Adapun implementasi kebijakan menurut Manser (1995
dalam Wahab, 2001) merupakan suatu proses melaksanakan kebijakan pemerintah.
Menurut Manser (1995 dalam Wahab, 2001) implementasi adalah to implement
(mengimplementasikan), berarti menyediakan sarana untuk pelaksanakan sesuatu.
Pemerintah sebagai aparatus negara yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan
peraturan daerah yang mengatur secara teknis pengelolaan penambangan, ijin
penambangan, serta perlunya pemberian sosialisasi terhadap masyarakat lokal dalam
pengelolaan penambangan pasir. Sedangkan masyarakat mempunyai persepsi yang
berbeda-beda terhadap penambangan pasir, sehingga diperlukan pendekatan khusus
terhadap permasalahan yang ada dalam bentuk analisis situasi dan kondisi yang
dipengaruhi oleh persepsi masyarakat tersebut. Persepsi ini berkecenderungan akan
menciptakan konflik apabila akar permasalahan tidak segera ditelusuri dan diatasi
sedini mungkin. Anggapan bahwa lingkungan itu milik publik, menyebabkan orang
pada umumnya tidak merasa bersalah mengeksploitasi sebesar-besarnya sumberdaya
alam (Hadi, 2006).
Subadra (2009) masyarakat adalah sekelompok orang yang berada di suatu
wilayah geografi yang sama dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di
sekitarnya. Hasansulama et al (1983 dalam Pemungkas, 2006) masyarakat adalah
kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama dan terjalin satu sama
lainnya sehingga menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat
yang tidak mempunyai kebudayaan,dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah pendukungnya.
Pengetahuan masyarakat secara umum tentang kegiatan penambangan pasir
bahwa mereka dapat menerima penambangan pasir karena merupakan mata
pencaharian atau pekerjaan bagi masyarakat penambang. Mereka melihat bahwa
penambangan pasir memberikan manfaat sebagai pekerjaan pokok atau pekerjaan
sampingan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan tersebut
memberikan hasil setiap hari bagi penambang pasir guna memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari.
20

2.2 Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur
Menurut Jayadinata (1999:10) lahan merupakan tanah yang sudah ada
peruntukannya dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga
untuk dapat diusahakan. Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi
beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi
perikehidupan manusia. Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi
kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah
manusia berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi
tanah, bahkan merusak dan selanjutnya menelantarkan tanah itu sendiri
(Kartasapoetra,dkk, 2005 ).
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber
karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi.
Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44
kg/kapita/tahun (Adiyoga, 1999).
Pengguna lahan (landuse) diartikan sebagai bentuk intervensi atau campur tangan
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
ataupun spiritual (Arsyad, 1988). Penggunaan lahan di daerah pinggiran sungai
digunakan sebagai lahan pertanian sayur-mayur. Aktivitas penanaman sayur-mayur
dilakukan di daerah pinggiran sungai karena dipandang mudah mendapatkan irigasi,
sebab kegiatan pertanian tidak terlebas dari sumberdaya air.
Degradasi/kerusakan lahan adalah perubahan yang mengarah kepada kerusakan di
muka bumi. Degradasi di sini artinya penurunan kualitas maupun perusakan lahan.
Degradasi lahan dapat terjadi karena faktor manusia yang dengan sengaja maupun tidak
telah merusak lingkungan sekitar dalam usaha mengeksploitasi sumber daya alam yang
belebihan tanpa memperhatikn lingkungan. Oldeman (1994) menyatakan lima faktor
penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara langsung, yaitu:
deforestasi, overgrassing, aktivitas pertanian, eksploitasi berlebihan, dan aktivitas
industri dan bioindustri.
Kerusakan tanah yang utama adalah akibat erosi. Erosi tidak hanya menyebabkan
kerusakan tanah di tempat erosi, tetapi juga kerusakan-kerusakan di tempat lain yaitu
hasil-hasil erosi tersebut diendapkan. Kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi
terutama akibat hilangnya sebagian tanah dari tempat tersebut karena erosi. Hilangnya
sebagian tanah ini mengakibatkan hal-hal berikut:
21

1. Penurunan produktifitas tanah;
2. Kehilangan unsur hara yang diperlukan tanaman;
3. Kualitas tanaman menurun,
4. Laju infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air berkurang;
5. Struktur tanah menjadi rusak; dan
6. Erosi gully dan tebing (longsor) menyebabkan lahan terbagi-bagi dan mengurangi
luas lahan yang dapat ditanami.
Erosi dapat juga menyebabkan kerusakan-kerusakan di tempat penerima hasil
erosi. Pendangkalan sungai sehingga kapasitas sungai menurun. Akibatnya menambah
terjadinya banjir, apalagi kalau banyak air mengalir sebagai aliran permukaan (run off)
karena hilangnya vegetasi di daerah hulu.
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam
untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan / atau untuk
memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah. Tanaman penutup tanah berperan: (1)
menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di
atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan
daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air
tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan
dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan
memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa kerusakan lingkungan hidup merupakan
perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan
hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Salah satu
indikator kerusakan lingkungan adalah erosi. Erosi adalah proses berpindahnya tanah
atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat
dorongan air, angin, atau gaya gravitasi. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu
pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan. Menurut Soule dan Piper
(1992 dalam Yakin, 2004) erosi mempunyai dampak negatif terhadap usaha pertanian/
perkebunan maupun diluar pertanian. Dampak utama erosi terhadap pertanian adalah
kehilangan lapisan atas tanah yang subur, berkurangnya kedalaman lahan, kehilangan
22

kelembapan tanah dan kehilangan kemampuan lahan untuk menghasilkan tanaman
yang menguntungkan. Dampak negatif dari erosi di luar usaha tani adalah terjadinya
dekomposisi partikelpartikel tanah pada lokasi aliran sungai atau saluran air serta
daerah aliran sungai (downstream locations). Lahan yang mengalami erosi sangat
mengganggu bahkan berbahaya kalau partikel-partikel tanah tersebut terdeposisi.
Partikel-partikel tanah akibat erosi biasanya terbawa air lewat sungai sungai dan
bermuara di bendungan dan dam-dam.

2.3 Kaitan Antara Aktivitas Penambangan Pasir dan Kerusakan Lahan Sayur-Mayur
Penambangan adalah kegiatan untuk mengambil bahan galian yang dilakukan
baik secara manual maupun mekanis, meliputi pekerjaan pengupasan lapisan tanah
penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan. Yang dimaksud
disini adalah aktivitas penambangan pasir yang merupakan kegiatan mengambil pasir
yang dilakukan secara manual maupun mekanis, meliputi pengerjaan pengupasan
lapisan tanah penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan.
Degradasi/kerusakan lahan adalah perubahan yang mengarah kepada kerusakan di
muka bumi. Degradasi di sini artinya penurunan kualitas maupun perusakan lahan.
Degradasi lahan dapat terjadi karena faktor manusia yang dengan sengaja maupun tidak
telah merusak lingkungan sekitar dalam usaha mengeksploitasi sumber daya alam yang
belebihan tanpa memperhatikn lingkungan. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan
lahan ialah adanya aktivitas penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan
sehingga dapat menimbulkan bahaya erosi yang mengakibatkan terjadinya longsor.
Menurut Sudrajat (2010), berdasarkan identifikasi dan pengalaman dampak
lingkungan yang disebabkan oleh adanya aktivitas industri pertambangan antara lain :
berubahnya morfologi alam, ekologi, hidrologi, pencemaran air, udara dan tanah.
Perubahan morfologi atau bentang alam misalnya kegiatan eksploitasi yang dilakukan
pada morfologi perbukitan, kemudian adanya aktivitas penggalian maka akan berubah
menjadi dataran, kubangan atau kolam-kolam besar. perubahan morfologi menjadi
lubang besar dan dalam, tentu saja akan menyebabkan terjadinya perubahan sistem
ekologi dan hidrologi di daerah tersebut. Sedangkan pencemaran air, udara dan tanah
dapat disebabkan oleh debu dari aktivitas penggalian, debu dari aktivitas penghancuran
atau pengecilan ukuran bijih dan limbah logam berat dan bahan beracun lainnya dari
buangan proses pengolahan dan pemurnian.
23

Kegiatan penambangan pasir dengan laju erosi dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
tinggi membahayakan menyebabkan sebagian tanah yang berada di sekitarnya
mengalami longsor. Tanah yang mengalami longsor ini merupakan lahan penanaman
sayur-mayur milik warga setempat, sehingga lahan penanaman sayur menjadi makin
sempit. Menurut Hadi (2006), dampak lingkungan itu pada umumnya menimpa pada
orang lain dan bukan pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak dimaksud.
Banjir, tanah longsor, kebisingan, bau, debu, intrusi air laut, kemiskinan, hilangnya
mata pencaharian merupakan dampak lingkungan yang dirasakan oleh mereka yang
bukan memprakarsai kegiatan.
Secara ekonomis, adanya aktivitas penambangan pasir membawa dampak positif
bagi masyarakat setempat yaitu dapat menyerap tenaga kerja sebagai penambang serta
menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi pemerintah daerah setempat. Selain
dampak positif ada juga dampak negatifnya, aktivitas penambangan yang tidak
terkontrol akan dapat mengakibatkan permasalahan-permasalahan lingkungan, salah
satunya adalah terjadinya erosi di daerah pinggiran sungai yang menyebabkan
penyediaan lahan pertanian sayur-mayur makin sempit karena terhanyut arus sungai
saat musim hujan yang diakibatkan oleh banjir.
Kerusakan tanah dapat menyebabkan kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman/menhasilkan barang dan jasa (Suripin, 2002). Produksi
merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.
Dengan demikian kerusakan tanah akan bardampakan pada produksi sayur-mayur
sehingga juga dapat mempengaruhi pendapatan patani sayur yang menggunakan lahan
tersebut sebagai sumber pendapatan ekonominya. Sebab lahan pertanian sayur yang
digunakan makin sempit sehingga volume penanaman sayur-mayurnya makin kecil.
Gilarso (1991 dalam Benu, 1993) menjelaskan pendapatan rumah tangga adalah
pendapatan atau penghasilan keluarga dalam segi bentuk balas karya yang diperoleh
sebagai imbalan atau balas jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses produksi.
Peny dan Ginting (1994) menyatakan pendapatan seseorang atau suatu rumah tangga
ialah hasil dari poduksi. Pendapatan atau pengahasilan keluarga adalah segala bentuk
karya yang diperoleh sebagai imbalan atau sumbangan seseorang terhadap proses
produksi (Gilarso,1991).
Ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pegurusan sumberdaya material
individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Abraham Maslow menyatakan bahwa ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian
24

yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui
penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta
teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien
(Carapedia.com, 2013).
Menurut Dyahwanti (2007), berdasarkan perhitungan pendapatan yang diperoleh
serta biaya kerugian lingkungan yang ada maka diperoleh nilai perbandingan sebesar
0.67. Angka ini menunjukkan bahwa nilai pendapatan tiap tahun yang diperoleh dari
kegiatan penambangan pasir sesungguhnya sangat kecil dan tidak sebanding dengan
total kerugian lingkungan yang terjadi.
Menurut Iskandar (2008), lahan-lahan tempat ditemukannya bahan tambang akan
mengalami perubahan lanskap yang radikal dan dampak lingkungan yang signifikan
pada saat bahan-bahan tambang dieksploitasi. Aktivitas penamabangan pasir ini
menyebabkan pendangkalan saluran pengairan yang mengakibatkan naiknya dasar
saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat aliran irigasi.
Proses dalam menghasilkan produk sumberdaya mineral mempunyai konstribusi
yang besar terhadap kerusakan lingkungan dan hal ini telah dikritisi oleh para
pemerhati lingkungan. Di satu sisi untuk menutup suatu tambang atau industri
pertambangan yang menghasilkan mineral-mineral yang dibutuhkan oleh manusia
adalah sesuatu hal yang tidak bijaksana. Di sisi lain, dampak yang ditimbulkan akibat
pertumbuhan industri pertambangan harus disikapi dengan cara mencegah agar dampak
yang ditimbulkannya dapat diminimalkan (Noor, 2006).
Meningkatnya kebutuhan sumberdaya mineral di dunia telah memacu kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral serta untuk mendapatkan lokasi-lokasi
sumberdaya mineral yang baru. Konsekuensi dari meningkatnya eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya mineral harus diikuti dengan usaha-usaha dalam pencegahan
terhadap dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya mineral tersebut (Noor, 2006).
Kerusakan lahan pertanian sayur-mayur akibat adanya aktivitas penambangan
pasir merupakan suatu fenomena yang terjadi terus menerus. Fenomena ini
berdampakan kepada masyarakat petani sayur karena mempengaruhi pendapat
ekonominya, sebab luas lahan pertaniannya makin sempit maka volume penanaman
sayur-mayurnya akan makin kecil.


25

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu
Mempelajari hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman
komprehensif mengenai posisi peneliti. Penegasan posisi ini sangat penting untuk
membedakan penelitian peneliti dengan peneliti-peneliti terdahulu yang sudah
dilakukan. Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan. Ringkasan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan peneliti, yaitu
sebagai berikut :
1. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di
Daerah Kawasan Gunung Merapi Kabupaten Magelang oleh Yudhistira (2008),
yang telah dilakukan di Desa Keninger, Kecamatan Dukun dengan menggunakan
metode penelitian analisis kuantitatif dan unutuk perhitungan tingkat erosi
dilakukan dengan rumus USLE. Hasil penelitian mangatakan bahawa : Tingkat erosi
di lokasi penambangan pasir adalah moderat dan ringan dan menimbulkan dampak
fisik lingkungan seperti tanah longsor, berkurangnya debit air permukaan (mata air),
tingginya lalu lintas kendaraan membuat mudah rusaknya jalan, polusi udara, dan
dampak sosial ekonomi. Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena
sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja penambangan pasir, adanya
pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya
dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat
menimbulkan konflik, adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan
pasir yang berpotensi longsor.

2. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Lingkungan Sekitarnya
Di Kabupaten Deli Serdang oleh Hasibuan (2006), yang telah dilakukan
pelelitiannya di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan metode telaah
hukum normatif dengan hasil penelitiannya yaitu : Kerusakan lingkungan yang
terjadi akibat penambangan adalah merubah rona awal lahan yang sebelumnya
merupakan kebun tanaman budidaya seperti pisang, jagung, bamboo dan tumbuhan
lain yang terletak di pinggiran sungai, akibat adanya penambangan di dasar sungai
maka sungai meluap jika terjadi banjir sehingga tanaman tersebut menjadi
tenggelam.



26

2.5 Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat disajikan kerangka berpikir
sebagai berikut :














Gambar 2.1 Kaitan Antara Aktivitas Penambangan Pasir dan Kerusakan Lahan
Pertanian Sayur-Mayur

2.6 Batasan Konsep dan Indikator
1. Perhatian Pemerintah
Pemerintah merupakan lembaga negara yang terorganisir yang memperlihatkan dan
menjalankan kekuasaannya. Perhatian pemerintah yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah peranan dari pihak pemerintah daerah dalam menerapkan
peraturan daerah mengenai teknis pengelolaan penambangan, ijin penambangan,
Kesadaran Masyarakat
Aktivitas Penanaman
Sayur-Mayur
Aktivitas Penambangan
Pasir
Banjir Erosi Tanah
Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-
Mayur
Penurunan Produktifitas Tanah
Hilangnya Unsur Hara
Kualitas Tanaman Menurun
Laju Infiltrasi dan Kemampuan
Menahan Air Berkurang
Struktur Tanah Menjadi Rusak
Erosi Gully dan Tebing
Produksi Sayur-mayur
Pendapatan Petani Dari
Usaha Sayur-Mayur
Perhatian Pemerintah
27

serta perlunya pemberian sosialisasi terhadap masyarakat lokal dalam
mengeksploitasi pasir.
2. Kesadaran Masyarakat
Kesadaran diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali
penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah kesadaran masyarakat yang bersikap tidak tahu atau tidak mau
peduli dan tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam,
sekaligus tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi.
3. Aktivitas Penambangan Pasir
Aktivitas penambangan adalah kegiatan untuk mengambil bahan galian yang
dilakukan baik secara manual maupun mekanis, meliputi pekerjaan pengupasan
lapisan tanah penutup, penggalian bahan tambangnya, pemuatan dan pengangkutan,
(http://id.wikipedia.org/wiki/aktivitas/penambangan).
4. Aktivitas Penanaman Sayur-Mayur
Aktivitas penanaman sayur dalam hal ini adalah penggunaan lahan yaitu bentuk
intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya baik material ataupun spiritual (Arsyad, 1988). Dalam hal ini
penggunaan lahan untuk melakukan kegiatan penanaman sayur-mayur.
5. Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan, (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir).
6. Erosi Tanah
Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau
suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpasan), es
bergerak atau angin (Yakin, 2004).
7. Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur
Kerusakan lahan merupakan perubahan yang mengarah kepada kerusakan di muka
bumi. Kerusakan tanah dapat menyebabkan kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman/menghasilkan barang dan jasa. Dalam Hal ini yang dimaksud
adalah luas lahan pertanian sayur-mayur yang telah hilang terbawa banjir dan erosi
tanah.
8. Produksi Sayur-Mayur
Produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang
atau jasa. Dalam hal ini adalah jenis dan jumlah sayur-mayur.
28

9. Pendapatan Petani
Pendapatan adalah semua penghasilan yang diterima oleh seseorag atau keluarga
lewat kegiatannya dalam waktu satu tahun. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
rata-rata pendapatan petani dari usaha sayur-mayur dalam waktu 1 tahun.





























29

BAB III
METODE PENELITIAN

1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakasanakan di Sungai Talau Desa Tialai Kecamatan Tasifeto
Timur Kabupaten Belu. Waktu yang telah dipergunakan dalam penelitian ini selama
enam bulan yaitu, berawal dari bulan Juni tahun 2013 hingga pada bulan November
tahun 2013.
1.2 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang informasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong 2000). Dalam
penelitian ini informan yang dimaksud adalah dinas pertambangan Kabupaten Belu,
Kepala Desa Tialai, masing-masing 1 orang, Penambang/Petani Sayur 8 orang,
sehingga jumlah semua informan adalah 10 orang.
1.3 Sumber Data
Sumber data yang akurat dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui teknik
wawancara mendalam. Sumber data primer didapatkan dari :
a) Masyarakat di Desa Tialai yaitu, berdasarkan informasi dari masyarkat yang
bekerja sebagai penambang dan sebagai petani sayur.
b) Penentu kebijakan di Pemerintah Kabupaten Belu yang berkaitan dengan
kebijakan lingkungan, yaitu : data dan informasi mengenai perijinan
pertambangan mineral bukan logam di Kabupaten Belu di lokasi penelitian serta
model pengupayaan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Belu di daerah
pertambangan mineral bukan logam.
2. Data sekunder yaitu data primer yang telah diolah oleh pihak lain atau data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau
oleh pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau
diagram-diagram. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
Peraturan dan kebijakan, batas wilayah administratif, serta peta yang mendukung
penelitian.



30

1.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap gejala
atau fenomena yang diteliti untuk pengumpulan data langsung pada obyek yang
akan diteliti.
2. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung kepada informan dengan menggunakan instrumen yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu.
3. Dokumentasi, yaitu teknik untuk mendapatkan data sekunder, melalui studi
pustaka/literatur dilengkapi dengan data statistik, peta, foto dan gambar-gambar
yang relevan dengan tujuan penelitian.
1.5 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara mengatur secara
sistematis pedoman wawancara, data kepustakaan, kemudian memformulasikan
secara deskriptif. Pedoman wawancara yang telah disiapkan digunakan untuk
mewawancarai informan serta dengan melakukan observasi dan dokumentasi untuk
memperoleh data. Kemudian data yang telah dikumpul digunakan untuk menganalisis
kerusakan lahan pertanian dan aktivitas penambangan yang terjadi dengan proses
tahapan 1) Mereduksi data, dengan cara pemilahan data yang menarik, penting,
berguna dan baru, 2) Seleksi data, yaitu dengan menganalisis secara mendalam
terhadap data dan informasi yang diperoleh, 3) Mengkonstruksikan data yang diperoleh
menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru, 4)
Menyimpulkan data.









31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak, jarak, luas dan batas-batas wilayah
Letak suatu wilayah di permukaan bukaan bumi sengat penting dalam
kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk. Faktor letak
merupakan unsur yang sangat penting dan menentukan dalam segala bidang, baik
dibidang ekonomi, industri, maupun bidang sosial dan kultur. Desa Tialai
merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten
Belu. Secara astronomis Desa Tialai terletak pada 124
0
46

00

BT 125
0
16

40

BT
dan 9
0
14

29

LS 9
0
29

20

LS. Jarak tempuh dari Ibu kota Kabupaten Belu ke desa


10 km, sedangkan dari kota kecamatan ke desa sejauh 25 km dengan waktu
tempuh selama 1 jam (60 menit) dengan menggunakan sarana transportasi roda 2
dan roda 4.
Kecamatan Tasifeto Timur memiliki luas daerah 211,37 km
2
. Sedangkan desa
Tialai memiliki luas 18 km
2
yang tersebar di tiga dusun yaitu Dusun Raiikun, Dusun
Buitonis dan Dusun Weonu. Secara geografis Desa Tialai berbatasan dengan :
1. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Fatubaa
2. Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Derok Faturene
3. Bagian Timur berbatasan dengan Desa Fatubaa
4. Bagian Barat berbatasan dengan Desa Naekasa.
Oleh karena itu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta administrasi Desa
Tialai berikut :

32


Gambar 4.1 Peta Adminstrasi Desa Tialai Kabupaten Belu
b. Keadaan Fisik Wilayah
1) Keadaan Geologi dan Geomorfologis
Geologi merupakan ilmu yang mempelejari tentang bumi yang berkaitan
dengan proses pembentukan bahan penyusun dan proses perubahan yang terjadi
sesuai dengan sejarah perkembangannya. Desa Tialai merupakan salah satu desa
yang berada di Kecamatan Tasifeto Timur yang merupakan bagian integral Pulau
Timor. Suatu pandangan yang khas di pulau Timor yang disebut Fatu yaitu
bukit yang berbentuk seperti suatu balok masa dari suatu koral yang terjadi
karena tenaga tektonik. Desa Tialai sendiri keadaan geologinya yaitu berupa
batuan karst atau batuan kapur yang berada pada ketinggian 500 m dpl.
Geomorfologi merupakan ilmu yang mengkaji bentuk lahan dan proses-
proses yang membentuk lahan genesis, serta hubungan bentuk lahan dan
lingkungan dalam ruang dan waktu. Keadaan geomorfologi Desa Tialai pada
umumnya yaitu dengan topografi lembah berupa sungai-sungai besar yang
merupakan dataran rendah dengan bentuk lahan yang datar serta memiliki tekstur
tanah yang halus dan gembur sehingga mudah digarap untuk lahan pertanian,
namun sangat rawan juga terhadap banjr.



33

2) Keadaan Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya di lakukan dalam waktu lama dan meliputi wilayah yang luas.
Cuaca adalah keadaan udara tertentu dan wilayah tertentu yang relatif sempit dan
pada jangka waktu yang singkat. Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang
hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya dalam kurun waktu.
Klasifikasi tipe iklim yang di kemukakan oleh Schmidt dan Ferguson
didasarkan pada rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah
yang terjadi selama beberapa tahun, dengan rumus sebagai berikut :
=
Rata iata jumlah bulan keiing
Rata iata jumlah bulan basah
x 1uu%
Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering di gunakan kriteria
Schmidt dan Ferguson ( Wisnubroto, 1983) yang membedakan derajat kebasahan
suatu bulan, yaitu :
1. Bulan kering, bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm
2. Bulan lembab, bulan dengan curah hujannya 60-100 mm
3. Bulan basah, bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm
Desa Tialai memiliki temperatur 24 - 34
0

c. Desa ini beriklim tropis dan
cenderung kering. Umumnya berubah-ubah tiap setengah tahun berganti dari
musim kemarau dan musim penghujan dengan musim kemarau lebih dominan.
Hal tersebut dilihat dari data hari hujan dan curah hujan yang rendah. Musim
hujan yang sangat singkat dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei.










34

TABEL 4.1
DATA CURAH HUJAN KECAMATAN TASIFETO TIMUR
KABUPATEN BELU
DALAM KURUN WAKTU 5 TAHUN 2008-2012
Bulan Tahun Jumlah Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012

Januari 190 195 1.410 1.410 600 3805 761
Februari 195 195 1.430 790 595 3205 641
Maret 0 395 600 495 395 1885 377
April 0 198 100 1.600 400 2298 459,6
Mei 150 152 1.610 1.600 110 3622 724,4
Juni 170 150 110 0 0 430 86
Juli 0 0 0 1.600 0 1600 320
Agustus 0 0 0 55 0 55 11
September 0 0 120 890 0 1010 202
Oktober 0 0 0 0 200 200 40
November 0 135 695 0 0 830 166
Desember 0 140 695 1.880 210 2925 585
Jumlah 705 1.560 6770 10320 2510 21865 4373
Rata-rata 58,75 130 564,16 860 209,16 1822,07 364,41
BK 8 4 3 4 5 24 4,8
BL 0 0 1 0 0 1 0,2
BB 4 8 8 8 7 35 7
Sumber : Kantor BMKG Lasiana Kupang, 2012
Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di suatu daerah di tentukan dengan
cara menghitung bulan-bulan kering dan bulan-bulan basah dari tiap tahun
kemudian diambil rata-ratanya. Berdasarkan rata-rata bulan kering dan bulan
basah pada tabel 4.1 maka dapat di tentukan tipe iklim di Desa Tialai, Kecamatan
Taifeto Timur, Kabupaten Belu dengan menggunakan rumus Schmidt dan
Ferguson (Lakitan, 1977) sebagai berikut:
=
Rata-rata jumIah buIan kcrIng
Rata-rata jumIah buIan basah
X 1uu%
=
4,8
7
X 1uu% Q = 68 %
35

Untuk menentukan tipe iklim di Desa Tialai Kecamatan Tasifeto Timur
Kabupaten Belu pada tahun 2008-2012 berdasarkan nilai Q, maka dapat dilihat
tipe-tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
TABEL 4.2
PEMBAGIAN TIPE IKLIM MENURUT SCHMIDT DAN FERGUSON
Tipe Iklim Nilai Q (%) Arti Simbol
A
B
C
D
E
F
G
H
0,00 < 14,Su
14,30 < SS,Su
33,30 < 6u,uu
60,00 < 1uu,uu
100,00 < 167,uu
167,00 < Suu,uu
300,00 < 7uu,uu
0

Sangat basah
Basah
Agak Basah
Sedang
Agak Kering
Kering
Sangat kering
Ekstrim kering (Luar
biasa kering)
Sumber : Lakitan, 1997
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Schimdt dan
Ferguson diperoleh nilai Q = 68. Hal ini menunjukkan bahwa daerah penelitian
memiliki tipe iklim D (Iklim sedang) karena berada di antara 60,00 <
1uu,uu.
Tipe klim D (sedang) menurut Schimdt dan Ferguson merupakan tipe iklim
yang nilai 60,00 < 1uu,uu artinya tipe iklim yang total presipitasinya
diantara 60 mm - 100 mm, sehingga tanah yang berada pada iklim ini tidak terlalu
kering dan juga tidak terlalu basah. Lahan pertanian sayur-mayur di Desa Tialai
berada pada iklim sedang ini, sehingga sangat rentan terhadap air pada saat
musim hujan.

Keterangan gambar :
Q = Tingkat kebasahan
= Tipe iklim lokasi penelitian
Gambar 4.2. Grafik Tipe Ik
Fergusson

3) Keadaan Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaran
sifat-sifat kimia dan fisika, reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya
dengan makhluk-makhluk hidup. Air merupakan salah satu kebutuhan yang tidak
bisa dihindarkan dari aktivitas manusia. Manusia membutuhkan air untuk
keperluan domestik sehari
faktor yang mempengaruhi keadaan hidrologi antara
dan vegetasi penutup. Laju aliran air juga sangat mempengaruhi ketersediaan air
di suatu wilayah, semakin tinggi laju aliran air di permukaan tanah maka infiltrasi
36
Keterangan gambar :
= Tingkat kebasahan
= Tipe iklim lokasi penelitian
Tipe Iklim Lokasi Penelitian Berdasarkan Formulasi
Fergusson
Keadaan Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaran
sifat kimia dan fisika, reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya
makhluk hidup. Air merupakan salah satu kebutuhan yang tidak
bisa dihindarkan dari aktivitas manusia. Manusia membutuhkan air untuk
keperluan domestik sehari-hari dan untuk keperluan pertanian. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keadaan hidrologi antara lain curah hujan, morfologi
dan vegetasi penutup. Laju aliran air juga sangat mempengaruhi ketersediaan air
di suatu wilayah, semakin tinggi laju aliran air di permukaan tanah maka infiltrasi

Formulasi Schmidt dan
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaran
sifat kimia dan fisika, reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya
makhluk hidup. Air merupakan salah satu kebutuhan yang tidak
bisa dihindarkan dari aktivitas manusia. Manusia membutuhkan air untuk
hari dan untuk keperluan pertanian. Ada beberapa
lain curah hujan, morfologi
dan vegetasi penutup. Laju aliran air juga sangat mempengaruhi ketersediaan air
di suatu wilayah, semakin tinggi laju aliran air di permukaan tanah maka infiltrasi
37

air sedikit, itu akan mempengaruhi jumlah air tanah pada suatu wilayah dan
semakin tinggi curah hujan maka ketersediaan air pada suatu wilayah dapat
tercukupi.
Masyarakat Tialai mengkonsumsi air dari sumur gali dalam kehidupan
sehari-hari. Di Desa Tialai masyarakat juga mengunakan air dari sungai Talau
untuk kepeluan pertanian dengan pembuatan irigasi untuk menyalurkan ke
perkebunan sayur. Namun debit air sungai Talau yang berada di Desa Tialai tidak
permanen, sebab airnya berkelimpahan pada musim hujan, sedangkan pada
musim kemarau terjadi kekeringan, oleh sebab itu pertanian sayur-mayur yang
ada di Desa Tialai dikondisikan dengan debit air yang tersedia.

4) Keadaan Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya manusia, hewan dan tumbuhan serta sebagai
tempat perakaran, menopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara (Hanafiaah, 2005). Desa Tialai terbentuk oleh tanah
campuran antara tanah Alluvial dan Litosol. Tanah alluvial adalah tanah yang
terbentuk dari material harus hasil pengendapan aliran sungai di dataran rendah
sedangkan tanah litosol merupakan tanah berbatu-batu yang pembentukannya
berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna.
Jenis tanah ini lebih cocok digunakan sebagai lahan pertanian, sehingga lahan
yang ada di Desa Tialai paling banyak digunakan untuk lahan pertanian yaitu
digunakan untuk menanami tanaman palawija seperti jagung, padi dan sayur-
sayuran.

c. Aspek Non Fisik dan Aktifitas Manusia
1) Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Tialai pada tahun 2013 adalah 583 jiwa, yang
terdiri dari 127 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar dalam 3 Dusun, dengan
perincian jumlah penduduk laki-laki adalah 276 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan adalah 307 jiwa (Sumber : Kantor Desa Tialai, Tahun 2013) .
Berdasarkan jumlah penduduk tersebut dapat dicari sex ratio (SR) yaitu; jumlah
penduduk perempuan dibagi jumlah penduduk laki-laki (Mantra, 2003), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
38

SR =
}umlah penuuuuk peiempuan
}umlah penuuuuk laki laki
x1uu
=
307
276
x 1uu
= 111
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukan bahwa sex ratio (SR)
penduduk Desa Tialai secara keseluruhan adalah setiap 100 jiwa laki-laki terdapat
111 penduduk perempuan. Artinya adalah angka ketergantungan penduduk
perempuan lebih besar dari pada penduduk laki-laki.
Jumlah penduduk desa Tialai sebanyak 583 jiwa ini tersebar dalam 3 dusun
dengan luas wilayah 18 km
2
, dapat dilihat dalam Tabel berikut ini :
TABEL 4.3
SEBARAN PENDUDUK DESA TIALAI
No Dusun Jenis Kelamin Jumlah
Penduduk L P
1.
2.
3.
Raiikun
Buitonis
WeOnu
82
84
91
101
87
138
183
171
229
Jumlah 276 307 583
Sumber: Kantor Desa Tialai, 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 dusun Weonu merupakan dusun yang paling
banyak penduduknya yaitu 229 jiwa. Sedangkan dusun yang paling kecil jumlah
pendudunya yaitu dusun Buitonis dengan jumlah penduduknya 171 jiwa.

2) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan panduduk adalah perubahan penduduk dari waktu ke waktu di
suatu wilayah atau daerah yang disebabkan oleh karena kelahiran, kematian, dan
migrasi (Mantra, 2003). Perkembangan penduduk selama 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada ta bebel berikut:





39

TABEL 4.4
PERTUMBUHAN PENDUDUK DESA TIALAI
2009-2013
No Tahun Jumlah Penduduk
1.
2.
3.
4
5.
2009
2010
2011
2012
2013
472
487
514
566
583
Sumber: Kantor Desa Tialai, 2013
Berdasarkan data tabel di atas, maka untuk mencari pertumbuhan penduduk
Desa Tialai dapat dicari dengan menggunakan rumus Metode Aritmatika. Rumus
metode ini adalah :
Pt = Po (1+ r)
t
Dalam hal ini: Pt = jumlah penduduk tahun t
Po = jumlah penduduk tahun dasar
r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = waktu
Berdasarkan rumus di atas dan sesuai data yang diperoleh maka pertumbuhan
penduduk desa Tialai dapat dicari :

Diketahui : Pt = 583
Po = 472
t = 4 tahun
Ditanya : r = .?
Jawab : Pt = Po (1+r)
t

583 = 472 (1+r)
4
(1+r)
4
=
583
472

(1+r)
4
= 1,235169492
4 log(1+r) = log 1,235169492
4 log(1+r) = 0.091726556
40

Log (1+r) =
0,091726556
4

Log (1+r) = 0,002293163
(1+r) = anti log 0,002293163
(1+r) = 1,005294168
r = 1,005294168- 1
r = 0,005294167 x 100 %
r = 0,52 %

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut bahwa pertumbuhan penduduk Desa
Tialai sebesar 0,52% artinya pertumbuhan penduduk Desa Tialai sebesar 0,52%
setiap tahun pada periode 2009 - 2013. Dasar kategori dikemukakan oleh Mantra
(2003) :
a. 0,0 - 1,0 = rendah
b. 1,0 - 2,0 = sedang
c. 2,0 = tinggi
Maka pertumbuhan penduduk di Desa Tialai tahun 2009 - 2013
tergolong rendah. Pertumbuhan penduduk Desa Tialai dari tahun 2009-2013
tergolong rendah sebab Desa Tialai merupakan Desa yang baru dimekarkan.
Pada umumnya masyarakat bekerja sebagai petani sekaligus berkerja
sampingan sebagai penambang pasir, sehingga aktivitas penambangan yang
dilakukan sangat dekat dengan lahan pertanian akibatnya lahan pertanian
sayur-mayur tersebut menjadi rusak.

3) Komposisi penduduk
Komposisi penduduk merupakan pengelompokan atau susunan penduduk
berdasarkan kriteria tertentu. Komposisi penduduk menggambarkan susunan
penduduk berdasarkan pengelompokan menurut karakteristik tertentu yang sama
(Rusli, 2000).




41

a. Komposisi Penduduk Desa Tialai Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2013
TABEL 4.5
KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2013

No
Kelompok
Umur
( Tahun)
Jenis Kelamin Frekuensi presentasi
%
Laki-laki Perempuan

1. 0 4 18 13 31 5,31 %
2. 5 9 21 24 45 7,71 %
3. 10 14 22 20 42 7,20 %
4. 15 19 24 30 54 9,26 %
5. 20 24 15 22 37 6,34 %
6. 25 29 17 15 32 5,48 %
7. 30 34 19 18 37 6,34 %
8. 35 39 19 23 42 7,20 %
9. 40 44 16 18 34 5,83 %
10. 45 49 15 21 36 6,17 %
11. 50 54 14 19 33 5,66 %
12. 55 59 10 13 23 3,94 %
13. 60 64 16 13 29 4,97 %
14 65 - 69 16 24 40 6,86 %
15 70 - 74 18 20 38 6,51 %
16 75 ke atas 16 14 30 5,14 %
Jumlah 276 307 583 100 %
Sumber : Kantor Desa Tialai, 2013

Ket : Penduduk umur 15 - 64 tahun produktif 2013
Penduduk umur 0-14 dan 65 keatas non produktif
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada kelompok umur 0 14
tahun sebanyak 118 orang (20,24%), sedangkan pada kelompok umur 15 64
tahun sebanyak 357 orang (61,23%), dan umur 65 tahun ke atas sebanyak 108
42

orang (18,52%). Dengan ratio beban tanggungan penduduk Desa Tialai dapat
dihitung sebagai berikut :
Rasio Beban Tanggungan =
jumIah pcnduduk usIa non produktII
jumIah pcnduduk usIa produktII
x 1uu
=
226
357
x 1uu
= 63,30 = 63 %
Jadi ratio beban tanggungan usia produktif di desa Tialai tahun 2013 sebanyak
63 jiwa. Hal ini berarti bahwa 100 jiwa penduduk yang produktif dapat
menanggung 63 jiwa yang tidak produktif. Dengan demikian dependency ratio
penduduk desa Tialai dikategorikan tinggi, sebab menurut batasan dari angka
beban tanggungan adalah jika angka beban ketergantungan lebih kecil dari
62,23 persen di katakan rendah dan apabila angka ketergantungan lebih besar
dari 62,32 persen dikatakan tinggi (Salladien, 1984).

b. Penggolongan Penduduk Desa Tialai Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian berarti menggolongkan
penduduk berdasarkan jenis pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan
termasuk golongan orang yang mencari pekerjaan dan pernah bekerja.
TABEL 4.6
PENGGOLONGAN PENDUDUK DESA TIALAI
MENURUT MATA PENCAHARIAN TAHUN 2013
No Jenis Mata
Pencaharian
Jenis Kelamin Freku
-ensi L P
1. Petani 87 34 121
2. Wiraswasta / Swasta 3 - 3
3. PNS 9 8 17
4. Pensiunan 11 6 17
5. Sopir / Ojek 18 - 18
6. Lain lain 17 8 25
Jumlah 155 56 201
Sumber Kantor Desa Tialai, 2013
Berdasarkan tabel 4.6 dapat di jelaskan bahwa penduduk desa Tialai yang
bermata pencaharian sebanyak 201 jiwa dari total jumlah penduduk 583,
43

dengan klasifikasi yang bermata pencaharian sebagai petani sejumlah 131
jiwa, wiraswasta 3 jiwa, PNS 17 jiwa, pensiunan 17 jiwa, sopir / ojek 18 jiwa
dan lain-lain yaitu 25 jiwa. Sedangkan sisa penduduk yang tidak bermata
pencaharian adalah 382 orang diantaranya merupakan anak-anak yang berusia
0-14 tahun dan lansia yang berumur 65+ yang menjadi tanggungan keluarga.

c. Penggolongan Penduduk Desa Tialai Menurut Tingkat Pendidikan
Mengelompokan penduduk menurut tingkat pendidikan bertujuan untuk
membadingkan jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan sekolah
yang dicapai seseorang baik melalui sekolah negeri maupun swata.
Pengelompokan penduduk menurut Tingkat pendidikan di Desa Tialai dapat
dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

TABEL 4.7
PENGGOLONGAN PENDUDUK DESA TIALAI
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2013
No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
7
Tidak/ Belum sekolah
Tidak Tamat SD
Tamatan SD
Tamatan SMP
Tamatan SMA
Tamatan Diploma
Tamatan Sarjana
74
168
123
105
97
3
13
12,69
28,81
21,09
18,01
16,63
0,51
2,22
Jumlah 583 100,00
Sumber : Kantor Desa Tialai, 2013
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tialai
memiliki tingkat pendidikan sebagai berikut: kelompok tidak pernah sekolah
atau belum sekolah sebanyak 74 jiwa atau (12,69%), tidak tamat SD sebanyak
168 jiwa atau (28,81 %), yang tamat SD sebanyak 123 jiwa atau (21,09%),
yang tamat SMP sebanyak 105 jiwa atau (18,01%), yang atamat SMA
sebanyak 97 jiwa atau (16,63%), yang tamat Diploma sebanyak 3 jiwa atau
(0,51%) dan yang tamatan sarjana sebanyak 13 jiwa atau (2,22%).


44

4.1.2 Kaitan Antara Aktivitas Penambangan Pasir dan Kerusakan Lahan Pertanian
Sayur-Mayur.
a. Perhatian Pemerintah
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Belu tentang wilayah
pertambangan Bab V Pasal 12 ayat 5 menyatakan bahwa: Wilayah penambangan
rakyat yang akan ditetapkan diumumkan oleh masyarakat secara terbuka. Peraturan
Daerah Kabupaten Belu tentang izin usaha pertambangan rakyat Bab IX Pasal 39
ayat 1 bahwa: Usaha pertambangan rakyat dapat dilaksanakan pada Wilayah
Penambangan Rakyat (WPR) apabila telah mendapat Izin Penambangan Rakyat
(IPR), dan pasal 4 bahwa IPR diberikan oleh Bupati terutama kepada penduduk
setempat, baik perseorangan maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi.
Namun masyarakat yang bekerja sebagai penambang di sungai Talau tidak memiliki
IPR.
Seharusnya mereka yang menambang harus memilki izin, tetapi masyarakat
di sini (Desa Tialai) tidak memilikinya, karena pekerjaan pokok mereka adalah
sebagai petani. Tetapi jika ada pengusaha yang melakukan pertambangan dengan
menggunakan alat berat maka dia harus memiliki surat izin. sejauh ini yang saya
ketahui, memang belum pernah diadakan sosialisasi dari dinas pertambangan, karena
menambang hanya merupakan pekerjaan sampingan. ( Hd, 23 tahun).

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukan bahwa dari pihak pemerintah
tidak ada perhatian yang signifikan dengan aktiviatas penambangan yang terjadi
sehingga masyarakat setempat melakukan kegiatan penambangan pasir dengan
penuh kebebasan, karena tidak adanya peraturan dan hukum yang mengikat pada
penambang.
Wilayah di sungai Talau ini telah diinventarisasikan sebagai wilayah
penambangan, sehingga masyarakat dapat melakukan aktivitas penambangan pasir,
mereka tidak memiliki izin Penambangan secara tertulis karena mereka bukan
penambang tetap, menambang hanya sebagai pekerjaan sampingan untuk
mendapatkan uang sehari(Ys, 47 tahun).

Berdasarkan salah satu informan yang bekerja sebagai petani sayur disekitar
wilayah pertambangan tersebut mengakui sedikit kecewa dengan kebijakan
pemerintah.
Saya sedikit kecewa dengan kebijakan pemerintah, karena memberikan
wilayah ini sebagai wilayah penambangan, mereka bukannya melarang tapi tambah
memberi izin, sehingga masyarakat di sini (Desa Tialai) juga menambang pasir
langsung dekat dengan kebun (Lahan Pertanian Sayur-Mayur), yang saya mau
seharusnya mereka menambang pasir di bagian tengah sungai, sedangkan bagian
45

pinggir yang dekat kebun ini seharusnya dilarang saja, kalau ada yang melanggar
berikan dia hukuman. Selama ini yang melarang hanya orang-orang yang memiliki
kebun disekitar sini, tapi saat tuan kebunya tidak ada orang lain datang gali pasir lagi
di pinggir sini. Sehingga lebih baik kami yang tuan kebun ini yang gali pasir dekat
dengang kebun kami ini sendiri dari pada orang lain yang datang gali (Fx, 35
tahun).

Dalam pernyataan salah satu informan diatas menunjukan bahwa tidak adanya
perhatian pemrintah terhadap aktivitas penambangan yang telah terjadi, hal ini telah
mengecewakan masyarakat setempat dan lahan pertanian sayur-mayur yang ada
terancam akan hilang.

b. Kesadaran Masyarakat
Tingkat kesadaran masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
masyarakat. Berdasarkan komposisi penduduk desa Tialai, tingkat pendidikan
masyarakat desa Tialai sangat rendah, yang tidak pernak sekolah hingga ke jenjang
pendidikan yang tamatan sekolah dasar berjumlah 62,60% dari jumlah penduduk
desa Tialai, yang tamatan SMP dan SMA adalah 34,65%, dan tamatan Diploma dan
Serjana adalah 2,75%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
desa Tialai masih sangat rendah.
Sudah hampir setahun saya menambang dekat sini (lahan pertanian sayur),
hal ini saya lakukan karena saya kecewa dengan penambangan pasir yang lain, saya
melarang juga tetap saja mereka menambang dekat dengan kebun (lahan pertanian
sayur) saya, makanya lebih baik saya sendiri yang merusak kebun saya dari pada
orang lain yang datang merusak kebun saya. Saya sudah melarang tetapi ketika saya
tidak berada di kebun sini mereka datang gali lagi disini, orang-orang disekitar sinih
susah mengerti, saat saya larang mereka tidak mendekat, tetapi kalau mereka melihat
kita tidak berada dikebun mereka datang gali lagi disini(Ms, 52 tahun).

Dalam pernyataan informan diatas menunjukan bahwa kesadaran masyarakat
di Desa Tialai sangat rendah, sehingga dengan pengetahuan yang terbatas serta
anggapan bahwa menambang dapat menghasilkan uang lebih cepat maka
penambang tidak memikirkan fungsi dan kegunaan lahan jangka panjang, sehingga
aktivitas penambangan ini terus dilakukan.
Masyarakat yang bekerja sebagai penambang ini adalah mereka yang
pekerjaan pokoknya adalah petani. Bekerja sebagai penambang merupakan
pekerjaan sampingan, akan tetapi berdasarkan hasil observasi aktivitas
pertambangan yang dilakukan sangat dekat dengan lahan pertanian yang
dimilikinya. Dampak dari aktivitas penambangan ini telah terbukti jelas dengan
46

berkurangnya lahan pertanian sayur mayur yang ada, namun entah sadar atau tidak
mereka tetap saja melakukan aktivitas penambangan dekat dengan lahan pertanian
tersebut. Alasan masyarakat sekitar yang pada awalnya adalah petani memilih
pekerjaan sampingan sebagai penambang karena dengan menambang cepat
mendatangkan uang dalam waktu sehari.
Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat desa Tialai sangat rendah,
karena dampak dari aktivitas pertambangan yang dilakukkan telah merusakan lahan
pertanian sayur-mayur milik warga desa itu sendiri namun aktivitas penambangan
terus dilakukan. Alasan tetap menambang karena tuntutan akan kebutuhan rumah
tangga yang mendesak, serta kebutuhan akan pembelian obat-obatan untuk
keperluan tanaman sayur.

c. Aktivitas Penambangan Pasir
1) Proses Penambangan pasir
Kegiatan penambangan mempunyai karakteristik yang khas dibandingkan
dengan karakteristik kegiatan lainnya, terutama menyangkut sifat, jenis dan
lokasinya. Kegiatan penambangan melibatkan eksploitasi sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbarui dan sering ditemukan pada lokasi- lokasi yang terpencil.
Sesuai penentuan sistem dan tata cara penambangan serta penentuan jenis
peralatan yang akan dipakai, dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara
lain : Sasaran produksi pertambangan bahan galian, jumlah deposit, bentuk, jenis,
kedudukan, dan penyebaran deposit serta kondisi topografi. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut maka sistem penambangan pasir yang digunakan
adalah pertambangan terbuka. Perlu diketahui bahwa pertambangan pasir di Desa
Tialai adalah jenis pertambangan rakyat yang masih tradisional dengan
menggunakan alat yang sederhana. Aktivitas penambangan pasir di Desa Tialai
dilakukan dalam tiga tahapan yakni persiapan pertambangan, penggalian, dan
pengangkutan.

1. Persiapan Penambangan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan semua hal yang akan menunjang
kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap awal penambangan, penambang
akan menyediakan sejumlah peralatan pertambangan yang akan digunakan
seperti linggis dan skop. Selanjutnya, mencari keberadaan pasir, jika pasirnya
47

tidak kelihatan dipermukaan maka dilakukan dengan teknik membanting batu.
Teknik membanting batu merupakan satu-satunya cara yang sangat ampuh
dalam mencari kebaradaan pasir di suatu tempat. Untuk mengetahui
keberadaan pasir dengan cara membanting batu yaitu memilih batu yang
cukup basar dan berat, kemudian membanting kepermukaan yang dianggap
terdapat pasir, jika batu tersebut melenting cukup tinggi maka tempat tersebut
tidak ada pasir, jika batu yang dibanting melentingnya rendah atau tidak
melenting maka tempat terebut terdapat pasir. Teknik dan cara ini sudah
dilakukan sejak lama, bagi masyarakat tradisional atau pedesaan ini
merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui kebaradaan pasir yang tidak
kelihatan dipermukaan. Biasanya teknik ini sering dilakukan pada musim
kemarau, karena saat musim kemarau pasirnya telah berkurang dan tidak
kelihatan lagi di permukaan, sehingga penambang melakukan dengan tenik
membanting batu.

2. Penggalian
Proses penggalian merupakan suatu proses setelah persiapan
penambangan dan setelah ditemukan pasir. Kegiatan ini mencakup penggalian
dan pengumpulan pasir dengan tujuan untuk memisahkan pasir dengan batu
atau kerikil. Proses penggalian ini menggunakan linggis kemudian dengan
menggunakan skop untuk mengumpulkan pasir ditempat yang telah
dipersiapkan.
Penambang biasanya melakukakan penggalian pasir ini jika pasirnya telah
berkurang, sehingga butuh proses penggalian dan pengumpulan pasir. Namun
jika pada musim penghujan biasanya material pasir cukup banyak dan tidak
perlu dilakukan proses penggalian dan pengumpulan pasir. Sebab pada musim
penghujan material pasir biasanya langsung terlihat dipermukaan dan
terkumpul, sehingga penambang hanya melakukan penandaan atau
memberikan tanda pada pasir yang telah terkumpul tersebut. Maksud dari
pemberian tanda ini adalah bahwa pasir tersebut sudah ada yang memilikinya,
sehingga penambang lain tidak berhak untuk mengangkutnya. Penandaan
biasanya dilakukan dengan menggunakan batang kayu yang ditanam di pasir.
48


Gambar 4.3 Proses Penggalian dan Pengumpulan Pasir
Di Sungai Talau Desa Tialai

3. Pengangkutan
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan para penambang adalah
pengangkutan. Kegiatan pengangkutan ini dilkukan apabila ada kesepakatan
antara penambang dengan sopir truk. Penambang melakukan pengakutan pasir
dengan cara menggunakan skop kemudian mengangkut pasir yang telah
dikumpulkan dipindahkan ke atas truk. Penambang melakukan pengangkutan
ini dikarenakan sopir truk tidak memiliki konjak, sehingga perlu ada
kesepakatan dengan sopir truk. Namun pengangkutan ini mempunyai biaya
tersendiri bagi penambang.

Gambar 4.4 Proses Pengangkutan Pasir Di Sungai Talau Desa Tialai

2) Penghasilan Penambang Pasir
Tingkat penghasilan penambang yang dimaksud disini adalah penghasilan
penambang yang diperoleh setiap hari dalam bentuk uang dalam pemenuhan
49

kebutuhan ekonomi keluarga. Penghasilan penambang ini diperoleh sesuai
dengan tingkat kemampuan mengumpulkan pasir dalam waktu sehari.
Penambang memperoleh penghasilan per-hari sesuai dengan volume pasir yang
terkumpulkan, harga satuan pasir dihitung per-reit dan tergantung pada musim.
Pada saat musim kemarau harga satuan pasir per-reit adalah Rp.60.000,00
sedangkan harga satuan pasir per-reit pada saat musim penghujan adalah
Rp.50.000,00.
Penghasilan informan yang bekerja sebagai penambang rata-rata per-hari
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 4.8
PENGHASILAN PENAMBANG DESA TIALAI
No Nama Penambang Volume Pasir
(Reit)/ Hari
Pendapatan (Rp)
1. Felix Mau 3 Rp.150.000-Rp.180.000
2. Philipus Tes 2 Rp.100.000-Rp.120.000
3. Anton Mau 3 Rp.150.000-Rp.180.000
4. Camilus Bere 2 Rp.100.000-Rp.120.000
5. Martinus Mali 4 Rp.200.000-Rp.240.000
6. Yohanis Mau 2 Rp.100.000-Rp.120.000
7 Ginus Bele 3 Rp.150.000-Rp.180.000
8 Marsel Mali 4 Rp.200.000-Rp.240.000
Sumber : Data Primer, 2013

d. Aktivitas Penanaman Sayur-Mayur
Masyarakat Desa Tialai adalah masyarakat yang dominannya bekerja sebagai
petani yaitu 20,75% dari jumlah penduduk Desa Tialai. Sumber pendapatan rumah
tangganya berasal dari hasil jualan sayur-mayur yang ditanam. Lahan pertanian yang
digunakan untuk aktivitas penanaman sayur-mayur ini terletak di daerah pinggiran
sungai, hal ini disebabkan karena lokasi pertanian ini mudah mendapatkan air dari
saluaran irigasi yang sumber airnya berasal dari sungai Talau. Saluran irigasi yang
terdapat di Desa Tialai ini dibuat secara sederhana oleh petani-petani sayur itu
sendiri yaitu dengan menggunakan batu kali sebagai penahan air sehingga dapat
disalurkan ke lahan pertanian sayur milik petani setempat. Sumber air yang tersedia
volumenya tidak permanen, saat musim penghujan airnya berkelimpahan dan pada
50

saat musim kemarau airnya berkurang bahkan sering kali terjadi kekeringan.
Sehingga jenis sayur-mayur yang ditanam disesuaikan dengan musim yang terjadi.
Cara bercocok tanam yang terdapat di Desa Tialai menggunakan alat-alat yang
sederhana, yaitu dengan menggunakan cangkul, linggis, dan parang. Letak lahan
pertanian sayur-mayur ini berderetan panjang mengikuiti bentuk dari sungai Talau
tersebut. Ada beberapa jenis sayur-mayur yang ditanam sebagai sumber pendapatan
rumah tangga bagi petani-petani sayur ini. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam
Tabel berkut ini :


TABEL 4.9
JENIS SAYUR-MAYUR DI DESA TIALAI
No. Jenis Sayuran Masa Panen
(Bulan)
Frekuensi
Panen
Harga (Rp) / Are
1. Kol 3 1 Rp.500.000-1.000.000
2. Sayur Putih 1 1 Rp.400.000-700.000
3. Buncis 3 3 Rp.1.000.000-2.000.000
4. Tomat 3 3 Rp.1.000.000-2.000.000
5. Lombok 3 3 Rp.1.000.000-2.000.000
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.9 diatas maka dapat dijelaskan bahwa :
1. Jenis sayur Kol masa panennya adalah 3 bulan dengan pendapatan per-are
mencapai Rp.500.000 hingga Rp.1.000.000 dengan jumlah panen hanya sekali.
2. Sayur Putih masa panennya adalah 1 bulan dengan pendapatan per-are
mencapai Rp.400.000 hingga Rp.700.000 dengan jumlah penen hanya sekali.
3. Buncis masa panennya adalah 3 bulan dengan pendapatan per-are mencapai
Rp.1.000.000 hingga Rp.2.000.000 dengan jumlah panen dapat mencapai 3
kali dalam sekali tanam.
4. Tomat masa panennya adalah 3 bulan dengan pendapatan per-are mencapai
Rp.1.000.000 hingga Rp.2.000.000 dengan jumlah panen dapat mencapai 3
kali dalam sekali tanam.
5. Lombok masa panennya adalah 3 bulan dengan pendapatan per-are mencapai
Rp.1.000.000 hingga Rp.2.000.000 dengan jumlah panen dapat mencapai 3
kali dalam sekali tanam.
51

Dari beberapa jenis sayuran diatas yang paling banyak ditanam oleh petani
sayur setempat ialah jenis tanaman sayuran kol, sebab dipandang sayuran kol lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sayuran lainnya, karena dianggap tanaman
sayuran kol musimnya berlangsung sangat panjang, yaitu dari bulan Februari hingga
September. Tanaman sayur kol dapat ditanam dalam dua sampai tiga tahapan.
Tahapan yang pertama biasanya dilakukan pada bulan Februari dan dapat dipanen
bulan Mei, tahapan kedua bulan Mei penanaman dan dipanen bulan July, tahapan
ketiga bulan July penanaman dan dapat dipanen bulan September. Sedangkan jenis
tanaman sayuran lainnya ditanam saat musim sayuran kol telah lewat, karena bagi
petani sayur setempat jenis tanaman sayuran kol cara penanamannya dan
perawatannya lebih sederhana dan pendapatan dari hasil sayuran kol lebih
memuaskan.

e. Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur
Kerusakan lahan merupakan perubahan yang mengarah kepada kerusakan di
muka bumi. Kerusakan tanah dapat menyebabkan kemampuan tanah untuk
mendukung pertumbuhan tanaman/menghasilkan barang dan jasa. Kerusakan lahan
yang terjadi di Desa Tialai adalah terjadinya erosi tanah dan hilangnya vegetasi
penutup lahan.

Gambar 4.5 Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur Di Desa Tialai

Kerusakan lahan pertanian sayur-mayur yang terjadi di Desa Tialai disebabkan
oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakaan Lahan Pertanian Sayur-Mayur
52

Lahan yang tersedia untuk dijadikan area pertanian sayur-mayur yang ada di desa
Tialai setiap tahunnya selalu mengalami penyusutan, hal ini disebabkan karena
faktor-faktor berikut ini, yaitu :

a) Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Banjir merupakan salah satu faktor utama yang
mengakibatkan rusaknya lahan pertanian sayur-mayur di Desa Tialai. Banjir
yang terjadi di Desa Tialai biasanya pada bulan Januari hingga bulan April.
Banjir ini selalu terjadi setiap tahun, sehingga lahan pertanian sayur-mayur
yang berbatasan langsung dengan sungai Talau ini setiap tahun makin sempit
bahkan hilang terbawa banjir.

b) Erosi Tanah
Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengakutan bahan dalam bentuk larutan
atau suspensi dari tapak semua oleh air mengalir (air limpasan), es bergerak
atau angin. Berdasarkan hasil observasi erosi tanah yang terjadi pada lahan
pertanian sayur-mayur di Desa Tialai disebabkan karena banjir. Sebab letak
lahan pertanian sayur-mayur ini berada di pinggiran sungai, sehingga saat
musim penghujan terjadi banjir yang mengakibatkan terjadinya erosi tanah.

2. Luas Lahan Pertanian Sayur-Mayur Yang Rusak
Ketersediaan lahan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan
mendukung dalam aktivitas pertanian sayur-mayur, hal ini dikarenakan luas lahan
dapat mempengaruhi besar kecilnya volume produksi sayur-mayur yang
dihasilkan sehingga berimplikasikan pada pendapatan petani sayur. Kerusakan
lahan pertanian sayur-mayur yang selama ini terjadi akibat terbawa banjir adalah
lebih kurang 167 are, yaitu tanah milik petani sayur yang daerah lahan
pertaniannya tepat di tebing sungai Talau. Kerusakan lahan pertanian sayur-
mayur ini telah membawa dampak pada pendapatan petani sayur karena
ketersediaan lahan pertanian sayur-mayurnya makin sempit.



53

Berikut ini adalah luas lahan pertanian milik petani sayur yang rusak :
TABEL 4.10
LUAS LAHAN PERTANIAN SAYUR MAYUR
No Nama Petani
sayur
Luas Tanah
Awal
(are)
Luas Tanah
Sekarang
(are)
Luas Tanah Yang
Telah Terbawa Banjir
(are)
1. Felix Mau 20 7 13
2. Philipus Tes 20 Tidak Ada 20
3. Anton Mau 17 2 15
4. Camilus Bere 40 16 24
5. Martinus Mali 30 Tidak Ada 30
6. Yohanis Mau 20 Tidak Ada 20
7 Ginus Bele 30 10 20
8 Marsel Mali 40 15 25
Jumlah 217 50 167
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tebel 4.10 diatas dapat dijelaskan bahwa luas lahan pertanian
sayur-mayur milik informan yang telah diwawancarai telah mengalami kehilangan
tanah sebesar 167 are dari luas tanah sebelumnya yang sebesar 217 are.

f. Pendapatan Petani Sayur-Mayur
Pendapatan merupakan semua penghasilan yang diterima seseorang atau
keluarga lewat kegiatannya dalam waktu satu tahun. Besar kecilnya pendapatan
petani sayur tergantung pada volume besar kecilnya produksi sayur-mayur yang
dihasilkan, sedangkan volume besar kecilnya produksi sayur mayur yang dihasilkan
tergantung pada ketersediaan luas lahan yang ada. Ketersediaan lahan pertanian
sayur mayur milik petani yang berada di Desa Tialai telah mengalami penyusutan
sehingga produksi sayur yang dihasilkan turut mengalami penyusutan.
Pendapatan petani dari hasil usaha sayur-mayur dapat dihitung dengan
perkiraan pertahun, sebab penghasilan petani sayur-mayur dapat dipanen sesuai
dengan musiman jenis sayur-mayur. Terjadinya kerusakan lahan pertanian sayur
mayur di Desa Tialai telah membawa dampak pada penurunan pendapatan petani
sayur. Berikut ini merupakan beberapa pernyataan informan mengenai pendapatan
dari hasil usaha sayur-mayur:
54

Pendapatan saya dari hasil sayur-mayur dalam setahun pada awal sebelum
terjadi kerusakan tanah dapat mencapai lebih kurang Rp.18 juta, tapi setelah terjadi
kerusakan lahan ini, saya hanya dapat mencapai lebih kurang Rp. 9 Juta(Fx, 35
tahun).
Pernyataan diatas menunjukan adanya penyusutan pendapatan setelah terjadi
kerusakan lahan, demikian juga dengan informan lainnya, karena ada beberapa
informan yang mengaku lahan pertaniannya telah habis terbawa banjir.
Awalnya pendapatan saya dapat mencapai Rp.18 Juta namun sekarang tidak
mendapat apa-apa, karena lahan saya telah habis dibawa banjir, sehingga sekarang
saya menggarap lahan pertanain orang lain(Ph, 42 tahun).
Pernyataan diatas menunjukan terjadi penyusutan pendapatan yang sangat
signifikan, sebab lahan yang tersedia sebagai lahan pertanian sayur mayur telah
hilang terbawa banjir. Tingkat kerugian yang dialami petani dari usaha sayur mayur
ini telah mencapai lebih dari 50%, bahkan hamper mendekati 100%, hal ini dapat
disimpulkan berdasarkan pernyataan informan mengenai pendapatan awal sebelum
dan setelah terjadi kerusakan lahan pertaniannya.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penenlitian dapat dilakukan pembahasan terhadap beberapa indikator
yang telah ditetapkan :
1. Perhatian Pemerintah
Perhatian pemerintah merupakan peranan dari pihak pemerintah dalam
menerapkan peraturan mengenai teknisi pengelolaan penambangan, izin
penambangan, serta perlunya pemberian soaialisasi terhadapa masyarakat lokal
dalam mengekploitasi pasir. Peraturan Daerah Kabupaten Belu tentang wilayah
pertambangan, yaitu yang pertama, Bab V Pasal 12 ayat 5 yang menyatakan bahwa
wilayah penambangan rakyat yang akan ditetapkan diumumkan oleh masyarakat
secara terbuka. Yang kedua Peraturan daerah Kabupaten Belu tentang izin usaha
pertambangan rakyat bab IX Pasal 39 ayat 1 bahwa usaha pertambangan rakyat
dapat dilaksanakan pada Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) apabila telah
mendapat Izin Penambangan Rakyat (IPR), dan pasal 4 bahwa IPR diberikan oleh
bupati terutama kepada penduduk setempat, baik perseorangan maupun kelompok
masyarakat dan/atau koperasi. Namun kenyataanya hingga saat ini dari pihak
pemerintah tidak pernah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat serta
55

parah penambang hingga saat ini tidak pernah memiliki Izin Penambang Rakyat
(IPR). Hal ini menunjukan bahwa dari pihak pemerintah pernah memperhatikan
aktivitas penambangan ini. Hal ini sama seperti yang telah diteliti oleh Yudhistira
2008, bahwa peraturan daerah telah ditetapkan namun dalam pelaksanaanya belum
diterapkan secara optimal sebab yang memiliki perizinan dalam melakukan
pertambangan adalah jenis petambangan yang menggunakan alat berat namun bagi
penambang rakyat tidak dikeluarkan surat izin penambangan, sehingga masyarakat
melakukan penambangan secara bebas karena tidak diatur oleh kuasa hukum.

2. Kesadaran Masyarakat
Kesadaran masyarkat merupakan sikap yang tidak tahu atau tidak mau peduli
dan tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumberdaya alam, sekaligus
tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang tejadi. Berdasarkan hasil
penelitian kesadaran masyarakat Desa Tialai terhadap pengelolaan, pemanfaatan dan
pelestarian suberdaya alam sangat minim. Hai ini terbukti karena aktivitas
pertambangan pasir yang dilakukan sangat dekat dengan lahan pertanian yang
dimilikinya. Aktivitas pertambangan pasir terus dilakukan meskipun lahan pertanian
mereka telah rusak sebab pengetahuan masyarakat secara umum tentang kegiatan
penambangan pasir bahwa mereka dapat menerima penambangan pasir karena
merupakan pekerjaan sampingan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Pekerjaan tersebut memberikan hasil setiap hari bagi penambang pasir
guna memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Hal ini terjadi sama seperti yang
diungkapkan oleh Yudistitra 2008.

3. Aktivitas Penambangan Pasir
Aktivitas penambangan pasir merupakan kegiatan untuk mengambil bahan
galian yang dilakukan baik secara manual maupun secara mekanis, meliputi
penggalian hingga pada pengangkutan.
a. Proses Penambangan Pasir
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas penambangan pasir di Desa Tialai
dilakukan dalam tiga tahapan yakni persiapan pertambangan yaitu (1).
Mempersiapkan alat yang akan digunakan sebagai alat untuk menambang,
meliputi linggis dan sekop. (2). Penggalian, yaitu kegiatan penggalian dan
pengumpulan pasir dengan tujuan untuk memisahkan pasir dengan batu atau
56

kerikil. (3). Pengangkutan, yaitu dengan cara menggunakan sekop kemudian
mengangkut pasir yang telah dikumpulkan kemudian dipindahkan ke atas truk.
b. Penghasilan Penambang Pasir
Pengahsilan penambang pasir diperoleh sesuai dengan tingkat kemampuan
penambang dalam mengumpulkan pasir dalam waktu sehari. Harga satuan pasir
dihitung per-reit dengan harga Rp. 50 ribu hingga Rp. 60 ribu.

4. Aktivitas Penanaman Sayur-Mayur
Berdasarkan hasil penelitian bahwa lahan pertanian yang digunakan untuk
aktivitas penanaman sayur-mayur ini terletak didaerah pinggiran sungai talau. Hal
ini disebabkan karena lokasi pertanian ini mudah mendapatkan air dari saluaran
irigasi yang sumber airnya berasal dari sungai Talau. Saluran irigasi yang terdapat di
Desa Tialai ini dibuat secara sederhana oleh petani-petani sayur yaitu dengan
menggunakan batu kali sebagai penahan air, sehingga dapat disalurkan ke lahan
pertanian sayur milik petani setempat. Sumber air yang tersedia volumenya tidak
permanen, saat musim penghujan airnya berkelimpahan dan pada saat musim
kemarau airnya berkurang bahkan sering kali terjadi kekeringan. Sehingga jenis
sayur-mayur yang ditanam disesuaikan dengan musim yang terjadi. Jenis sayuran
yang ditanam meliputi sayur kol, sayur putih, buncis, lombok dan tomat.

5. Kerusakan Lahan Pertanian Sayur-Mayur
Kerusakan lahan pertanian sayur mayur ini disebabkan oleh 2 faktor yaitu
banjir dan erosi tanah. Hal ini sama seperti yang telah diteliti oleh Yudistira 2008,
dalam penelitiannya erosi di loasi penambangan menimbulkan dampak fisik
linglungan, hal yang sama pula terjadi seperti yang diteliti oleh Puspa 2006,
kerusakan lingkungan terjadi akibat adanya penambangan di dasar sungai maka
sungai meluap jika terjadi banjir.

6. Pendapatan Petani Sayur-Mayur
Berdasarkan hasil penelitian pendapatan petani sayur di Desa Tialai makin
menurun sebab terjadinya kerusakan lahan pertanian mengakibatkan sempitnya
lahan pertanian sayur mayur yang tersedia, sehingga volume penanaman sayur-
mayur makin kecil, akibatnya pendapatan petani sayur ikut menurun.

57

7. Kaitan anatara aktivitas penambangan pasir dan kerusakan lahan pertanian sayur-
mayur
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat katian antara aktivitas
penambangan pasir dan kerusakan lahan pertanian sayur-mayur di Desa Tialai
Kabupaten Belu. Hal ini ditunjukan dengan adanya aktivitas penambangan pasir
yang hingga saat ini masih terus berlangsung di Sungai Talau, namun aktivitas
penambangan pasir ini dikerjakan oleh petani sayur itu sendiri. Aktivitas
penambangan pasir yang dilakukan lokasinya sangat dekat dengan lahan pertanian
sayur-mayur milik petani, sehingga aktivitas ini dapat membuat kubangan-kubangan
bekas penambangan serta merubah pola aliran air sungai. Dalam beberapa tahun
terakhir ini terjadi penyusutan lahan pertanian sayur mayur yang diakibatkan karena
terjadinya banjir dan erosi tanah.
Hingga saat ini tidak ada perhatian dari pihak pemerintah, dalam
menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat setempat tentang penambangan
pasir. Pihak pemerintah juga tidak pernah mengadakan reklamasi tambang yaitu
kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntuknya. Lahan pertanian sayur-mayur yang telah
rusak tidak pernah dilakukan konservasi lahan, hal ini menunjukan bahwa
kurangnya peranan dari pihak pemerintah. Sesuai dengan data yang diperoleh,
dengan rendahnya pendidikan masyarakat di desa tialai dengan sikap tidak menahu
atau tidak peduli dengan lingkungan sahingga aktivitas penambangan pasir terus
dilakukan dekat dengan lahan pertanian sayur-mayur yang dimilikinya. Hal ini
menunjukan kesadaran masyarakat Desa Tialai sangat rendah terhadap kerusakan
lahan pertanian sayur-mayur yang terjadi.








58

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Aktivitas penambangan pasir di Sungai Talau ada kaitannya dengan kerusakan lahan
pertanian sayur-mayur di Desa Tialai Kabupaten Belu.
2. Aktivitas penambangan pasir yang terjadi merupakan jenis penambangan ilegal, hal
ini terjadi karena kurangnya peranan dari pemerintah setempat dalam mengawasi
aktivitas penambangan dan kerusakan lahan pertanian sayur-mayur sering terjadi
karena kesadaran masyakat yang sangat rendah sehingga masyarakat menambang
pasir dekat lahan pertanian sayur-mayurnya sendiri.
3. Kerusakan lahan pertanian ini disebabkan karena terjadinya perubahan pola aliran
air sungai karena terjadinya kubangan-kubangan bekas tambang sehingga pola aliran
air semakin merapat ke daerah pertanian sayur-mayur, akibatnya saat terjadi banjir
lahan pertanian sayur mayur ikut terbawa banjir dan terjadinya erosi tanah.
4. Kerusakan lahan pertanian sayur-mayur yang terjadi mempengaruhi jumlah produksi
sayur-mayur yang dikelolah, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan bagi
petani dari usaha sayur-mayur.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Kepada pemerintah:
a. Sangat diharapkan adanya peninjauan ulang wilayah pertambangan pasir yang
terjadi di sungi Talau Desa Tialai, agar dapat menetapkan batas-batas wilayah
penambangan sehingga tidak berdampakan pada kerusakan lingkungan.
b. Menetapkan aturan dan sangsi bagi penambang yang melanggar, serta diharapkan
memberikan Izin Penambangan Rakrat (IPR), sosialisasi dan melakukan
konservasi lahan yang telah rusak.

2. Kepada masyarakat sangat diharapkan agar tidak melakukan penambangan liar yang
dekat dengan lahan pertanian. Agar tidak membawakan dampak pada lingkungan.

59

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air , IPB Bogor
Asad., 2005. Pengelolaan Lingkungan pada Penambangan Rakyat (Studi Kasus
Penambangan Intan Rakyat di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi
Kalimantan Selatan), Tesis MIL UNDIP. Tidak diterbitkan.
Benu, F., 1993.Ibu Rumah Tangga dan Sumbangannya Dari Usaha Kerajinan Tenun Ikat
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Oenlasi Kecamatan Molle Selatan
Kabupaten TTS. BPS : Kupang.
Dyahwanti, Inarni., 2007. Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan Pasir Pada
Daerah Sabuk Hijau Gunung Sumbing di Kabupaten Temanggung, Tesis Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang, Tidak diterbitkan.
Fitri, Almaida, Boniska., 2008 Kajian Dampak Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongann C (Studi Kasus daerah Sendangmulyo) Tesis MIL UNDIP, Tidak
diterbitkan.
Hadi, S., 2006. Resolusi Konflik Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Ismail., 2007. Analisis Implementasi Kebijakan Pertambangan Bahan Galian Golongan C di
Kawasan Gunung Merapi Kabupaten Magelang,Tesis MIL UNDIP, Tidak diterbitkan.
Jayadinata T. Johara, ( 1999 ), Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Desa, Perkotaan dan
Wilayah, ITB, Bandung.
Kallau, Johanis. N., 2010. Metode Penelitian. Dipa Undana, Kupang.
Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G.dan Sutedjo, M.M., 2005, Teknologi Konservasi Tanah
dan Air, Cetakan Kelima, Rineka Cipta, Jakarta.
Marsono, D. 2004. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. PT. Bayu Grafika
dan Bigraf Publising bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL)
Yogyakarta
Moleong. L., 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi 16, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Noor, D., 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ridwan, T., 2007. Dampak Lingkungan Pertambangan, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, Badan Diklat Energi Sumber Daya Mineral, Pusat Diklat Teknologi
Mineral dan Batu Bara Bandung
Soemarwoto, Otto., 2003. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Sugiyono., 2009. Metode Penelitian Administrasi,. Penerbit Alfabeta : Bandung.
60

Sultoni, Ali., 2011. Dampak Aktivitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap
Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa, Skripsi Progam Studi Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor,. Tidak
diterbitkan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437), Jakarta.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4959), Jakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059), Jakarta.
Wahab, Solichin Abdul., 2001. Analisis Kebijakan, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Walhi., 2009. Penambangan Pasir di Merapi : Semakin Merusak, Semakin
Merugikan. Diakses tanggal 08 juni 2013 dari : http://walhi-
jogja.or.id /index.php?option=com_content&task=view&id=25&Itemid=3
Wuspada, Dewi., 2012. Implementasi kebijakan pelarangan penambangan di Kawasan karst
kabupaten gunung kidul, Tesis Magister ilmu lingkungan Universitas diponegoro
semarang, Tidak diterbitkan.
Yakin, Addinul. 2004, Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Akademika Presindo, Jakarta.
Yudhistira., 2008. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan
Pasir Di Daerah Kawasan Gunung Merapi. Tesis Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro Semarang.,Tidak diterbitkan.
http://eprints.uny.ac.id/8869/2/BAB%201%20-%2008413244025.pdf/ diakses pada tanggal
10 juni 2013
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/b737f3aaaf2c2fbb2a9827bdd931c1f1.pdf/ diakses pada
tanggal 11 juni 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir diakses pada tanggal 11 juni 2013
http://usantoso.wordpress.com/2012/04/10/kajian-dampak-lingkungan-penambangan-pasir-
pada-daerah-pesisir-pantai-di-kabupaten-kaur/ di akses pada tanggal 10 juli 2013.
http://110.138.206.53/bahanajar/modul_online/geografi/MO_135/geo106_15.htm/ diakses
pada tanggal 7 agustus 2013.
http://djunijanto.wordpress.com/materi/pendekatan-geografi/ diakses pada tanggal 25 oktober
2013.


61

RI3A4A& HID2P RI3A4A& HID2P RI3A4A& HID2P RI3A4A& HID2P


Penyusun dilahirkan di Atambua pada tanggal 13 April
1992 dari pasangan Bapak Marselinus Mau Durus dan
Ibu Daniela Mauloko.
Penyusun menamatkan pendidikan dasar di SD Katholik
Nela pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMP
Nela dan lulus pada tahun 2006. Penulis menempuh
pendidikan menengah atas di SMA Negeri Weluli dan
lulus pada tahun 2009. Selanjutnya pada Bulan Juni Tahun 2009 penulis diterima sebagai
mahasiswa S1 Jurusan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan di Universitas Nusa
Cendana dan lulus pada Bulan Mei 2014.



Kupang, Mei 2014



Penyusun

Anda mungkin juga menyukai