Anda di halaman 1dari 7

1 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia,
sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya
secara serius. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru
yang bersifat permanen. Di samping proses destruksi terjadi pula secara
simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi
perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang
menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Supardi, 2006).
Beberapa faktor yang erat hubunganya dengan terjadinya infeksi basil
tuberkulosis yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak
dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi (keganasan basil serta
daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat
dengan faktor lingkungan, misalnya perumahan dan pekerjaan, faktor
imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti diabetes
militus dan campak serta faktor genetik.
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang
penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan
berbicara. Untuk mengurangi bertambahnya TB paru dan masalah yang
ditimbulkan oleh penyakit TB paru, perlu dilakukan penanganan awal yang
dapat dilakukan adalah dilingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil
2 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1


dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. (Depkes RI, 2001).
Penyebaran penyakit tuberkulosis paru yang sangat mudah ini, sangat
rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit
tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh
karena itu, penyakit tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat
karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif,
kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih
banyak ditemukan di daerah miskin. Karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung menjadi penyebab TB paru.
Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) sudah lebih dari 100 tahun yang
lalu ada dipermukaan bumi kita ini. Abad ke-19 merupakan abad ketika
banyak terdapat penemuan ilmiah termasuk konsep penyakit tuberkulosis. Di
indonesia penyakit ini sudah lama ada, dapat diketahui dari salah satu relief
dicandi Borobudur yang tampaknya menggambarkan suatu kasus
Tuberkulosis. Berarti pada masa itu (tahun 750 sesudah masehi) orang sudah
mengenal penyakit ini ada diantara mereka (Situmeah,2004).
Indonesia berada pada tingkat ke-3 terbesar didunia dalam jumlah
penderita Tuberkulosis(TB), setelah India dan Cina. Di dunia diperkirakan
penyakit ini dapat menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari
terdaftar hamper 400 kematian yang berhubungan dengan TB setiap harinya,
3 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1


atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih juta penduduk diduga terinfeksi
TB setiap tahun ( Jakarta Pos, 2008).
Pelayanan kesehatan khususnya pelayanan di rumah sakit mempunyai
arti strategis, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berkaitan
dengan hal itu, rumah sakit yang merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan, haruslah mempunyai program-program yang dapat mendukung
terhadap peningkatan dan pencegahan dari berbagai penyakit termasuk
pencegahan TB Paru untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah
satunya dengan memberikan pelayanan keperawatan (Wahyuningrum, 2002).
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan
adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor
kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan
keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus untuk mencegah
penyebaran penyakit tuberkulosis paru.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim
keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli
gizi, rehabilitasi medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien,
ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung
pada kasus nyata (Nursalam, 2007).
4 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1


Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu adalah rumah sakit yang
menangani pasien dengan gaangguan pada saluran pernapasan paru-paru,
Oleh karena itu Rumah Sakit Paru harus dapat menekan terjadinya
penyebaran penyakit tuberkulosis paru. Data yang didapat dari bagian rekam
medic Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu 10 penyakit terbanyak di Rumah
Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu yaitu TB Paru dengan BTA (+) ada diurutan
ke 2 dan TB paru dengan BTA (-) diurutan ke 3, salah satu ruangan yang
memiliki angka kejadian tertinggi TB Paru dengan BTA (+) pada tahun 2014
adalah Ruang mawar kelas 2 Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu (RM:
Rotinsulu)
Berdasarkan fenomena pada penyakit TB paru seperti yang tersebut
diatas maka kami tertarik untuk melakukan Ronde Keperawatan pada pasien
dengan TB paru di ruang mawar kelas 2 Rumah Sakit Paru Dr. H. A.
Rotinsulu.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Dengan mengambil kasus TB Paru. kelompok mampu mengetahui
gambaran pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru
2. Tujuan Khusus
Dengan dilakukannya ronde keperawatan kelompok mampu:
a. Menyebutkan definisi pada penyakit TB
b. Menyebutkan etiologi dan presdiposisi TB
5 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1


c. Menjelaskan patofisiologi pada penyakit TB
d. Menyebutkan manifestasi klinik pada penyakit TB
e. Menyebutkan penatalaksanaan dan komplikasi pada penyakit TB
f. Menjelaskan pathways keperawatan pada penyakit TB Paru
g. Melakukan pengkajian untuk mengetahui keluhan pasien dan fokus
untuk menentukan masalah yang terjadi pada pasien TB paru.
h. Meningkatkan kemampuan menegakkan diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien TB paru.
i. Meningkatkan kemampuan menyusun rencana tindakan keperawatan
yang diberikan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien TB
paru.
j. Meningkatkan kemampuan mengimplementasikan tindakan
keperawatan yang telah disusun untuk mengatasi masalah pada pasien
TB paru.
k. Mengevaluasi hasil akhir dari implementasi.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Kelompok Penulis
a. Mengetahui lebih jauh lagi tentang penyakit TB Paru
b. Mengetahui asuhan keperawatan TB Paru dengan benar dan baik
2. Bagi Rumah sakit
Meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit

6 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1


3. Bagi Pendidikan
Sebagai tambahan buku-buku diperpustakaan dan sebagai kerangka acuan
dalam pembuatan asuhan keperawatan

D. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan tugas ini penulis membatasi masalah asuhan
keperawatan pada Tuan A dengan diagnosa medis TB Paru dengan BTA (+)
di Ruang rawat inap Mawar Kelas 2 Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ronde ini
adalah metode deskrisif dan teknik pengumpulan data sebagai berikut
a. Wawancara
b. Observasi
c. Studi Dokumentasi Rekam medis/dokumentasi keperawatan klien.
d. Studi Kepustakaan

F. Langkah Langkah Kegiatan Ronde
a. Praronde
1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka). Tanggal 05 Juni 2014
2. Menentukan tim ronde keperawatan 03 Juni 2014
3. Mencari sumber atau literatur
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
7 | R o n d e K e p e r a w a t a n K e l 1


6. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?;
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?
b. Pelaksanaan ronde
1. Penjelasan tentang klien oleh PP yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dan/atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Pemberikan justifikasi oleh PP atau peraawat konselor atau kepala
ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
c. Pasca ronde
1. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
2. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis dan intervensi
keperawatan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai