Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang mempersoalkan hakikat dari segala yang
ada. Kata falsafah secara harfiah berasal dari bahasa Arab, yang berasal dari bahasa Yunani
philosophia yang berarti cinta kepada pengetahuan atau cinta kepada kebijaksanaan. Selain
itu, filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha memautkan sebab dan akibat
serta berusaha menafsirkan pengalaman pengalaman manusia.
Dalam kamus Umum bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengartikan filsafat sebagai
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab sebab, asas asas, hukum
dan sebagainya terhadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan
arti adanya sesuatu. Pengertian filsafat secara umum yang digunakan adalah pendapat yang
dikemukakan Sidi Ghazalba. Menurutnya, filsafat adalah berfikir secara mendalam,
sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat
mengenai segala sesuatu yang ada. Orang yang cinta kepada pengetahuan atau kebijaksanaan
disebut philosophos atau dalam bahasa arab failosuf ( filosof).
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan
mempunyai peranan strategis dalam peningkatan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
Besarnya peranan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari fungsi dan tujuan pendidikan
agama yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan keagamaan pasal 2, yaitu Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sistematis
dan terencana yang dilakukan untuk membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam. Pengajaran Pendidikan Agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan
tentang agama, tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman,
taqwa dan akhlak mulia. Jadi, materi pendidikan agama Islam meliputi pengetahuan tentang
agama dan bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketaqwaan
yang kuat dalam kehidupan sehariharinya dengan menunjukkan akhlak mulia. Dalam hal
ini, Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) mempunyai peran yang sangat strategis dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat menghayati dan
mengamalkan ajaran agama Islam. Disamping itu, guru juga figur yang utama dalam
menanamkan nilai-nilai luhur ajaran agama Islam dalam kerangka pembentukan sikap dan
watak, serta perilaku peserta didik melalui berbagai model pembelajaran yang dikembangkan
2

di sekolah. Namun, kenyataannya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
masih menemui berbagai tantangan, baik di tingkat sekolah dasar, menengah maupun
lanjutan.
Tantangan utama yang dihadapi adalah cara mengimplementasikan materi Pendidikan
Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari siswa, di mana dalam proses penyampaian materi
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seorang Guru Pendidikan Agama Islam hanya
mengarahkan anak didik untuk menguasai dan menghafal materi pelajaran, tidak menekankan
pada proses berfikir kritis dan sistematis sehingga anak didik tidak dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Akibatnya, anak didik hanya pintar secara teoritis, tapi perilaku
yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-harinya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri, yaitu Al-Quran
dan Al-Hadits. Pendidikan Islam sebagai sebuah konsep, rumusan atau produk pikiran
manusia dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik tidak
bersifat baku dan mutlak., tetapi bersifat relative. Sesuai dengan keterbatasan kemampuan
piker dan daya nalar manusia mengkaji kandungan, nilai dan makna wahyu Allah.
Konsep pendidikan Islam yang membahas strategi, metode, media, sumber, lingkungan
bahkan materi sekalipun memang harus bersifat elastic dalam arti sesuai tuntutan kebutuhan
manusia yang selalu tumbuh dan berkembang. Elastis disini, tidak berarti proses pendidikan
Islam tidak memiliki kerangka dasar, tetapi sebagai sebuah proses tentu bukan merupakan
suatu harga mati, final dan tuntas, terutama yang berhubungan dengan perangkat pendukung
terjadi proses dimaksud seperti strategi, metode, media, sumber dan sebagainya.
Al-Quran dan Al hadits sebagai rujukan final telaahan, kajian dan sumber teliti tinjauan
filosofis tentang makna dan tujuan pendidikan Islam.
Filsafat pendidikan merupakan kebenaran yang mutlak yang tidak mungkin dan tidak
akan terjadi perubahan. Oleh karena itu kedua bentuk wahyu Allah tersebut menjadi dasar
filosofis pendidikan sekaligus dasar pendidikan Islam. Dalam Al-Quran surat Al Hijr (15)
ayat 9 yang artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya .






3

B. RUMUSAN MASALAH
Dari pendahuluan diatas, dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apakah Arti, Dasar, dan Tujuan Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana Konsep Islam Mengenai Beberapa Faktor Pendidikan ?
3. Bagaimana Konsep Islam Tentang Pribadi Muslim ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Arti, Dasar, dan Tujuan Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Konsep Islam Mengenai Beberapa Faktor Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui Konsep Islam Tentang Pribadi Muslim.





















4

BAB II
PEMBAHASAN
A. ARTI, DASAR, DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM.
a. Arti Pendidikan Islam.
Pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dalam pengertian yang luas pendidikan
adalah sama dengan hidup artinya segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan seseorang. Sedangkan pengertian pendidikan yang sempit adalah sekolah
persekolahan (schooling).
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Touny al-Syaibani,
diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya
atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses
kependidikan. Islam memandang pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya
perjalanan hidup, dan oleh karenanya Islam menetapkan, pendidikan merupakan kegiatan
hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita (faridhatun ala kulli muslimin wal
muslimat), tidak ada batasan untuk memperolehnya (walau kaana bi tsin), dan berlangsung
seumur hidup semenjak buaian hingga ajal datang (minal mahdii ila lahdi). Kedudukan itu
secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. John Dewey mengemukakan
bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial sebagai
bimbingan, sebagai sarana pertumbuhan, yang mempersiapkan dan membukakan serta
membentuk disiplin hidup.
b. Dasar Pendidikan Islam.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan
berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya
sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup
segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk
5

memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-
baiknya.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber
ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk
lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung
jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah
kepada Nya. Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah al-Quran dan al-
Hadits.
Dalam al-Quran, tercantum dalam surat asy-Syura ayat 52 dengan artinya:
Artinya: Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan
perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan
tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya,
yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami.
dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS.
As-syuura : 52).
Hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya: Artinya: Sesungguhnya orang
mumin yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepadanya
dan memberikan nasihat kepada hambanya sempurna akal fikiranya, serta menasehati pula
akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajarannya selama hayatnya,
maka beruntung dan memperoleh kemenangan. (al-Gazali, Ihya ulumuddin, hal 90).
Dari ayat al-Quran dan hadits Nabi di atas dapat diambil relevansinya dengan
atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat :
1) Bahwa al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah
jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang
diridhai Allah Swt.
6

2) Menurut Hadits Nabi, bahwa di antara salah satu sifat orang mumin yaitu saling
menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai
usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3) Al-Quran dan hadits tersebut bahwa, Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk
kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling
memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
c. Tujuan Pendidikan Islam.
Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai
ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam
tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan idealitas Islami. Sedang idealitas Islami itu
sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai prilaku manusia yang didasari atau
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang
harus ditaati. Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai ideal Islami dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
di dunia.
2) Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk
meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
3) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan
duniawi dcan kepentingan ukhrawi.
Menurut Prof. Dr. Muhammad Athiyah Al-Abrosyi dalam kajiannya tentang
pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 (lima) tujuan yang asasi bagi pendidikan
Iislam yang diuraikan dalam At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falsafatuha yaitu :
1) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
3) Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk
mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
4) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat
menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya ia dapat
7

mencari rizki dan hidup dengan mulia di samping memelihara kerohanian dan
keagamaan.
5) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.

B. KONSEP ISLAM MENGENAI BEBERAPA FAKTOR PENDIDIKAN.
Faktor pendidikan merupakan satu kesatuan yang harus diperhatikan guna
kesuksesan suatu pendidikan. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dan mendapat
porsi berlebih karena faktor-faktor tersebut merupakan penunjang kesuksesan suatu
pendidikan.
Dalam sebuah adagium faktor ini disebut dengan the man behind the gun.
Mereka berpendapat bahwa bukan senjata yang memenangkan perang, tetapi serdadu
yang memegang senjata itu. Serdadu tidak akan memenangkan suatu pertempuran apabila
tidak menguasai strategi perang. Untuk itu selayaknya dalam proses pendidikan faktor-
faktor ini perlu menjadi bahasan serta mendapat perhatian khusus yang nantinya tujuan
pendidikan yang telah dirancang dapat terlaksana dengan sempurna yakni terwujudnya
pribadi yang baik yang belandaskan pada dasar-dasar agama yakni al quran dan hadits
nabi.
Dalam melaksanakan pendidikan perlu diperhatikan adanya faktor-faktor
pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan agama tersebut.
Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5 macam, dimana faktor-faktor yang satu dengan yang
lainnya mempunya hubungan yang erat. Kelima faktor tersebut adalah :
a. Faktor Tujuan.
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu
diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha
yang tidak mempunyai tujuantidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian,
tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Menurut Dr.Zakiah Daradjat,dkk.
Tujuan pendidikan ialah sesuatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha
pendidikan. Bila Pendidikan itu berbentuk pendidikan formal, tujuan pendidikan itu
harus tergambar dalam suatu kurikulum.
8

Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu :
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan . Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu
menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Ad Dzariyat ayat 56 :
Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-
Ku.

b. Faktor Pendidik.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan,
dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta
didik kearah tujuan pendidikan yang dicitakan. Secara umum, pendidik adalah mereka
yang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena
hak dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan. Selain mendidik pendidik/guru
mempunyai 4 empat tugas, yaitu :
Mengajarkan ilmu pengetahuan agama islam.
Menanamkan Keilmuan dalam jiwa anak.
Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
Mendidik anak agar berbudi pekerti baik.
Toto Suharto Mengutip dari pendapat Muraini dan Abdul Majid dalam bukunya
mengemukakan tiga fungsi pendidik. Yaitu :
Fungsi Instruksional yang bertugas melaksanakan pengajaran .
9

Fungsi Edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan
pendidikan.
Fungsi Managerial yang bertugas memimpin dan mengelola pendidikan.
c. Faktor Anak Didik.
Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang paling
penting karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung.
Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini
peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang
belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya.
Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.
Peserta didik sebagai subjek pendidikan, menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib Jika
menginginkan keberhasilan meraih ilmu harus memenuhi enam syarat sebagaimana
dalam syair : *
*
Yaitu:
1) Cerdas.
2) Bersungguh-sungguh.
3) Sabar.
4) Mempunyai Bekal.
5) Mengikuti Petunjuk Guru (Ustadz).
6) Lama Waktunya.

d. Faktor Alat Pendidikan.
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor
pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan
yang diinginkan.
10

e. Faktor Lingkungan.
Lingkungan merupakan sesuatu yang mempenmgaruhi pada pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak. Pengertian lingkungan pendidikan menurut Sutari Imam
Barnadib adalah segala sesuatu yang melingkupi anak didik jauh maupun dekat.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan kongkrit seperti manusia, orang tua, rumah,
teman, buku, sekolah dll, dan juga lingkungan maknawiyah (abstrak) seperti
emosional, cita-cita, masalah, dll. Sedangkan Sujono mendefinisikannya dengan
segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan anak, dan membagi lingkungan ini
dalam dua bagian berikut :
Lingkungan manusiawi, terdiri dari keluarga dan pergaulan sosial. Di rumah kedua
orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Lingkungan sosial
terdiri dari teman-teman yang menjadi obyek langsung dalam interaksi sosial.
Lingkungan meterial, misalnya buku-buku pelajaran dan lain-lain.
Kemungkinan terpengaruhnya manusia ini dimulai sejak dalam kandungan ibunya.
Bayi dalam kandungan sangat peka dengan pengaruh kondisi kesehatan ibunya.
Jika ibunya selalu sehat dalam masa mengandung, maka hampir bisa dipastikan
anaknya kelak akan lahir dengan sehat dan normal.

Tentang pengaruh lingkungan pendidikan terhadap kesuksesan dan kegagalan
pendidikan itu sendiri juga ditegaskan oleh Zuharini. Menurutnya lingkungan memiliki
pengaruh positip dan negatip terhadap perkembangan anak didik dalam kehidupan sehari-
hari. Pengaruh ini dialami baik dilingkungan keluarga ataupun di sekolah. Kedua
lingkungan inilah yang akhirnya membentuk karakter kejiwaan anak dan agama anak
didik. Jadi kesimpulannya bahwa lingkungan pendidikan dapat memberikan pengaruh
positip dan negatif terhadap anak didik.
Pengaruh tersebut positif jika memang lingkungan dapat membantu kemudahan
dan kesuksesan dalam belajar, dan sebaliknya dapat berdampak negatip jika memang
lingkungan itu menghambat, bahkan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan.
Lingkungan ini sendiri mencakup segala sesuatu yang dapat mempengaruhi cara berfikir
dan tingkah laku siswa. Maka dari itu, diperlukan sekali kehadiran media pengajaran yang
11

sesuai untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan merangsang imajinasi
dan kreatifitas anak didik, sehingga memudahkan dalam pencapaian pendidikan secara
efektip dan efisien.

C. KONSEP ISLAM TENTANG PRIBADI MUSLIM.
Konsep islam tentang bagaimana wujud pribadi muslim, aspek-aspek yang
harus dikembangkan adalah identik dengan aspek-aspek pribadi manusia seutuhnya. Ada
tiga aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran islam:
Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban pokok yang harus
dilaksanakan oleh seorang muslim yang mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik
yang menyangkut tugas-tugasnya terhadap tuhan, maupun terhadap masyarakat.
Praktek ibadah yang harus dilaksanakan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal
ini akan mendorong tiap orang muslim untuk memperkuat rasa kelompok dengan
sesamanya secara terorganisir.
Konsepsi Al-Quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara
harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah SWT. Ajaran ini juga akan
mengukuhkan konstruksi kelompok. Dengan demikian, kepribadian manusia yang utuh
dapat terwujud, sebagaimana yang dikehendaki dalam ajaran islam.
Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga
hal :
1) Aspek-aspek kejasmanian meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara dan sebagainya.
2) Aspek-Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan
ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir, sikap dan minat.
3) Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu
filasafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam
kepribadian, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadin atau
dan memberi corak seluruh individu tersebut.
Bagi orang-orang yang beragama, aspek-aspek inilah yng menuntutnya ke arah
kebahagiaan, bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat. Aspek-aspek inilah memberi
12

kualitas kepribadian keseluruhannya. Dari keseluruhan inilah kepribadian seseorang dapat
dinilai, dan muncullah nama-nama kepribadian diantaranya kepribadian muslim. Untuk
itu, adapun ciri-ciri kepribadian muslim diantaranya adalah :
1) Beriman.
Seseorang dikatakan berkepribadian muslim apabila di dalam hatinya telah
tertanam keimanan atau keyakinan tentang adanya Tuhan Allah Yang Maha Esa,
Malaikat malaikat-nya, Kitab-kitab-nya, Rasul-rasul-nya, Hari Kiamat dan Qodarnya.
Keyakinan itu disertai dengan pengakuan yang diucapkan dalam bentuk syahadat.
Kemudian dibuktikan dalam bentuk amalan yang nyata yaitu beribadah kepada Allah.
2) Beramal.
Kepribadian muslim adalah kepribadian yang tingkah lakunya menunjukkan diri
pengabdian kepada Allah. Penyerahan dan pengabdian diri kepada Allah dan beramal
sholeh yaitu berbuat kebaikan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Kepribadian muslim
adalah kepribadian dimana setelah ia beriman akan dilanjutkan dengan melaksanakan
syariat Islam dengan patuh mengerjakan ibadah sesuai dengan rukun Islam dengan
penuh kesadaran dan pengertian.
3) Berakhlak Mulia.
Berakhlak mulia merupakan tingkah laku atau budi pekerti yang diajarkan
dalam Islam. Jadi selain mereka yang berkepribadian, mereka harus taqwa, taat
menjalankan ajaran-ajaran agama, harus memiliki budi pekerti yang luhur atau akhlak
yang mulia. Akhlak mulia menurut ukuran Islam ialah setiap perbuatan yang sesuai
dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Quran dan Hadits. Akhlak mulia yang
dikehendaki oleh Islam telah tercermin dalam pribadi Nabi Muhammad SAW. Beliau
telah memberi contoh akhlak yang mulia yaitu melalui perkataan, perbuatan dan
tingkah lakunya.
Ketiga ciri tersebut dapat digambarkan dalam sifat-sifat yang harus dimiliki
seorang muslim seperti: sidiq (lurus dalam perkataan maupun perbuatan), amanah (jujur,
boleh dipercaya tentang apa saja), sabar (takkan menanggung barang atau perkara yang
menyusahkan, tahan uji), ittihad (bersatu di dalam mengerjakan kebaikan dan keperluan),
13

ihsan (berbuat baik kepada siapapun), riayatul jiwar (menjaga kehormatan tetangga),
wafabil ahdi (menepati janji), tawasau bil haq (membela kebenaran), taawun (tolong-
menolong dalam kebaikan), athfi alad-dlaif (menyayangi dan membela yang lemah),
muwasatil faqier (suka menghibur hati fakir-miskin), serta rifqi (berhati belas kasih).

















14

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Touny al-Syaibani,
diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitarnya melalui proses kependidikan.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan
berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang
kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasikan idealitas
Islami. Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai
prilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah
sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.
Dalam melaksanakan pendidikan perlu diperhatikan adanya faktor-faktor
pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan agama tersebut.
Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5 macam : Faktor Tujuan, pendidik, anak didik,
alat pendidikan, lingkungan.
Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal :
Aspek-aspek kejasmanian, Aspek-Aspek kejiwaan, Aspek-aspek kerohanian yang
luhur.
B. SARAN

Kepada dosen pembimbing hendaknya dapat memberikan arahan kepada penulis
jika ternyata dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kekurangan.
Kepada teman-taman mahasiswa terutama untuk penulis sendiri agar dapat
mengambil manfaat dari materi yang penulis sajikan, dan bisa lebih memahami
dari rumusan masalah yang di uraikan.



15

DAFTAR PUSTAKA

http://abustanfalahuddin.blogspot.com/2010/06/konsep-konsep-filosofis-tentang.html
http://jasafadilahginting.blogspot.com/2010/11/tinjauan-filosofis-tentang-makna-dan.html
http://raymandar.blogspot.com/2014/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://chaydar-wahyoepratama.blogspot.com/2012/05/konsepsi-islam-tentang-faktor.html

Anda mungkin juga menyukai