Anda di halaman 1dari 4

Kesadaran dan wawasan sejarah.

Hakikat sejarah
Berdasarkan akar kata sejarah secara historis, ditemukan bahwa kata sejarah
sesungguhnya mula-mula berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang dapat dibaca
syajarah berarti pohon kayu dapat diamati sebuah pohon senantiasa mendeskripsikan
proses bertumbuh dan berkembang dari bumi ke udara. Dalam proses tumbuh dan
berkembang tersebut, kemudian mucul cabang, dahan atau ranting, dauan, kembang,
bunga, dan buah.
1

Itulah sejarah secara etimologis yang berarti pohon, yang berarti pula silsilah,
berkembang terus menerus.
Secara terminologis sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya
sebagai makhluk social yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta
masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang member pengertian tentang apa yang
telah berlalu.
2

(Syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah;
dari bahasa Yunani history atau istor berarti orang pandai)
3

Sejarah ialah ilmu tentang waktu
Apa yang dapat dibicarakan tentang waktu? Dalam waktu terjadi empat hal, yaitu (1)
perkembang, (2) kesinambungan, (3) pengulangan, dan (4) perubahan.
Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk ke bentuk
lain. Biasanya masyarakat akan berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang

1
Abdul Latief Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah(Jakarta; Pt Bumi Aksara 2006) cet-1.h.39
2
Abdul Latief Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah(Jakarta; Pt Bumi Aksara 2006) cet-1.h.40
3
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta; Yayasan Bentang Budaya) cet-1.h.1
lebih kompleks. Perkembangan mengandaikan tidak ada pengaruh luar yang
menyebabkan pergeseran.
Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-
lembaga lama. Dikatakan bahwa pada mulanya kolonialisme adalah kelanjutan dari
patrimonialisme. Demikianlah, kebijakan colonial hanya mengadopsi kebiasaan lama.
Kesadaran Sejarah
Masa lampau adalah pijakan bagi kehadiran masa kini dan masa kini adalah pijakan
kerangka pematangan menuju masa depan. Serta masa depan adalah sesuatu yang belum,
namun pasti akan terwujud. Atas dasar pemikiran ini, searah dapat dipahami sebagai
masa lampau yang belum berakhir, belum selesai.
4

Menurut pendapat Ismail yang berpendapat bahwa, kesadaran sejarah memang harus
dimulai dengan mengetahui fakta-fakta sejarah. Malahan adakalanya harus pula pandai
menghafalkan kronologi tahun-tahun kejadian dalam sejarah itu, plus pengetahuan
tentang sebab musababnya antara fakta fakta itu (Anhar Gonggong (editor), 1990: 27)
5

Pembinaan kesadaran sejarah pada mula-mulanya harus bertumpu pada pengetahuan
tentang fakta sejarah, mengandung kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Akan
tetapi, fakta sejarah belumlah cukup, dan ini diakui pula oleh Ismail.
Apabila fakta sejarah menjadi barometer utama membina kesadaran sejarah, secara tegas
meragukan intensitas kesadaran yang telah di semainkan selama ini di dalam sanubari
masing-masing. Sebab bila hanya fakta sejarah yang menjadi tolak ukur dalam kesadaran
sejarah niscaya banyak diantara kita yang dikategorikan tidak atau kurang memiliki
kesadaran sejarah.

4
Abdul Latief Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah(Jakarta; Pt Bumi Aksara 2006) cet-1.h.48
5
Abdul Latief Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah(Jakarta; Pt Bumi Aksara 2006) cet-1.49
Argumentasinya sederhana, fakta sejarah berhubungan dengan peristiwa sejarah.
Seberapa besar pengetahuan tentang peristiwa sejarah Indonesia. Terlebih lagi, untuk
konteks sejarah daerah. Umpamanya: seberapa besar masyarakat pada suatu daerah
mengetahui fakta atau peristiwa sejarah yang ada di daerahnya.
Jadi kalau fakta sejarah merupakan pintu masuk paling awal untuk memupuk kesadaran
sejarah masyarakat, dan berdasarkan kenyataan yang hamper dapat dipastikan belaku
umum tentang keringnya pengetahuan fakta sejarah yang dimiliki oleh masyarakat, sudah
dapat diprediksikan masyarakat yang senantiasa berada di luar kamar kesadaran sejarah.
Sehingga fakta sejarah seperti yang sudah disinggung di atas bukan merupakan unsur
satu-satunya dalam membina kesadaran sejarah. Yang terpenting mengapresiasi secara
cerdas kausalitas peristiwa dalam konteks kekinian untuk tujuan yang lebih ke depan,
maka hakikatnya kita telah berupaya memaksimalkan kesadaran sejarah.
Adalah benar pembinaan kesadaran sejarah tidak menjanjikan dan tidak akan
memberikan keuntungan materi, tetapi ini tidak berarti bahwa kesadaran sejarah jauh dari
manfaat, jauh dari nilai guna. Sebagai bangsa yang besar yang mempunyai pengalaman
sejarah yang unik dan penuh dinamika. Maka kesadaran sejarah tetap dapat diharapkan
member spirit bagi kehidupan bangsa dan negara di masa kini dan di masa mendatang.
Maknanya dengan kesadaran sejarah, sebuah bangsa tidak akan kehilangan nilai-nilai
elementer yang sangat dibutuhkan dimanapun dan dalam keadaan yang bagaimana pun
juga. Nilai-nilai tersebut antara lain: nasionalisme, patriotism, demokratisme, cinta damai
dan kejujuran, keadilan, dan lain sebagainya. Pendeknya, kesadaran sejarah dibutuhkan
untuk membuat masyarakat lebih arif dan bijaksana dalam melakoni masa yang belum
pasti, paling tidak kesadaran sejarah akan mengantarkan kita untuk tidak akan berbuat
salah untuk kesalahan yang sama di masa mendatang.
6

Kesadaran sejarah memang tidak mengajarkan cara membuat teknologi pesawat, kapal,
industry, dan lain sebagainya, akan tetapi kesadaran dapat dijadikan wadah untuk
menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi dan berteknologi. Disamping itu dengan
adanya kesadaran sejarahm maka laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sering terkesan melesat secara liar, sesungguhnya dengan kesadaran sejarah maka
semua itu dapat diimbangi atau paling tidak, kemajuan pembangunan bangsa dan negara
tidak semata-mata mengandung muatan material. Sebab sebagaimana telah menjadi
komitmen bersama pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara hendaknya
menyeimbangkan antara material dan spiritual. Di sinilah kesadaran sejarah dapat
berperan aktif, yaitu dalam memperkokoh muatan moral pembangunan suatu bangsa.
7


6
Abdul Latief Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah(Jakarta; Pt Bumi Aksara 2006) cet-1.51
7
Abdul Latief Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah(Jakarta; Pt Bumi Aksara 2006) cet-1.51

Anda mungkin juga menyukai