Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Epidemiologi
Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada
tahun 1993, WHO mencanangkan kadaruratan global penyakit T!, karena pada
sebagian besar negara di dunia, penyakit T! tidak terkendali.
1
T! men"adi penyebab
kematian utama, hingga dua "uta orang pada tahun 199#. Hal tersebut disebabkan oleh $
%1& program pengendalian penyakit yang tidak adekuat. %'& Multiple Drug Resistance
%()*&. %3& co-infection dengan H+,. %-& Peningkatan "umlah penduduk, terutama de.asa
muda yang merupakan kelompok umur dengan mortalitas tertinggi dari tuberkulosis.
Tingginya frekuensi infeksi M. tuberculosis di +ndia %' "uta kasus per tahun& dan
/frika disebabkan oleh tingginya ke"adian malnutrisi, overcrowding, kurangnya kontrol,
pengobatan yang tidak terorganisir, serta masalah biaya pengobatan.
'
)i +ndonesia, menurut 01*T tahun 1992, penyakit T! merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah penyakit kardio3askular dan penyakit saluran pernafasan pada
semua kelompok usia, dan nombor satu dari golongan penyakit infeksi. (enurut WHO
tahun 1999, memperkirakan setiap tahun ter"adi 243### kasus baru tbc sekitar 1-####.
0ecara kasar diperkirakan setiap 1##### penduduk +ndonesia terdapat 13# penderita baru
T! paru T/ positif.
0e"ak tahun 1992, program pemberantasan Tuberkulosis Paru, telah dilaksanankan
dengan strategi )OT0 %)irectly obser3ed treatment, 0hortcourse chemotherapy& yang
direkomendasikan oleh WHO. 1emudian berkembang seiring dengan pembentukan
56*)78/09T!, maka Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru berubah men"adi
Program Penanggulan Tuberkulosis %T!& Penanggulangan dengan strategi )OT0 dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi.
1

1.2 Klasifikasi
/da empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus, yaitu $
i. Organ tubuh yang sakit$ paru atau ekstra paru
ii. Hasil pemerksaan dahak secara makroskopis lansung T/ positif atau T/ negatif
iii. *i.ayat pengobatan sebelumnya baru atau sudah pernah diobati
i3. Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat.
Tu"uan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan panduan O/T yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Tuberkulosis Paru
T! Paru dibagi dalam$
1. Tuberkulosis Paru T/ Positif
9 sekurang9kurangnya ' dari 3 spesimen dahak 0P0 hasilnya T/ positif.
9 1 spesimen dahak 0P0 hasilnya T/ positif dan foto rontgen dada
menun"ukan gambaran tuberkulosis aktif.
'. Tuberkulosis Paru T/ negatif
9 Pemeriksaan 3 spesimen dahak 0P0 hasilnya T/ negatif dan foto rontgen
dada menun"ukan gambaran tuberkulosis aktif.
9 T! Paru T/ 8egatif *ontgen Positif dubagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. entuk berat bila
gambaran foto rontgen dad memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas % misalnya proses : far ad3anced atau millier&. )an ; atau ke"adian umum
penderita buruk.
Tuberkulosis 6kstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, perikardium, kelen"ar limfe, tulang persendian, kulit, usus , gin"al,
saluaran kencing, alat kelamin,dan lain9lain.
1.3 Tipe Penderia
Tipe penderita ditentukan berdasarkan ri.ayat pengobatan sebelumnya. /da
berberapa tipe penderita yaitu $
1asus aru
9 adalah penderita yang belum pernah diobati dengan O/T atau sudah pernah
menelan O/T kurang dari satu bulan %3# dosis harian&
1ambuh %*elaps&
9 adalh penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak T/ positif.
Pindahan % Transfer +n&
9 adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus mempunyai
surat ru"ukan; pindahan % form T.#9&
0etelah <alai % Pengobatan setelah default ;drop out&
9adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan , dan berhenti ' bulan
atau lebih, kemudian datang kembali berobat.7mumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak T/ positif.
<ain9lain
9 !agal$ adalah penderita T/ positif yang masih tetap positif atau kembali
men"adi positif pada akhir bulan ke 2 atau lebih.
9 /dalah penderita dengan hasil T/ negatif *ontgen positif men"adi T/
positif pada akhir bulan ke ' pengobatan.
9 Kas"s Kronis $adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih T/ positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori '.
BAB II
PAT#!ENE$I$
2.1. Paogenesis
3
+nteraksi (.tuberkulosis dengan manusia bermula dengan nukleus droplet yang
mengandung mikroorganisma dari pasien terinfeksi terinhalasi. (ayoritas bacili yang
terinhalasi terperangkap di saluran nafas atas dan di keluarkan melalui sel mukosa
bersilia, dan biasanya kurang dari 1# = bacili menyampai al3eoli. )i al3eoli, makrofag
nonspesifik al3eolar memfagosit bacili. 1emampuan bakterisid makrofag al3eolar dan
3irulensi kuman menentukan ada atau tidaknya infeksi di al3eolar. 1emungkinan
seseorang terinfeksi T ditentukan oleh konsentrasi drpolet per 3olume udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
0elama berberapa hari atau minggu basil tumbuh secara lambat membelah diri di
dalam makrofag yang kemampuan bakterisidnya kurang baik. >ika makrofag tersebut
pecah, maka mon"osit yang ada dalam aliran darah akan tertarik menu"u ke tempat
tersebut dan memakan basil9basil yang dikeluarkan oleh makrofag. Pada stadium a.al
infeksi biasanya asimptomatis.
)ua sampai empat minggu setelah infeksi, timbul respon dari host terhadap
pertumbuhan basil (ycobacterium tuberkulosis, yaitu respon kerusakan "aringan, akibat
dari reaksi hipersensiti3itas tipe lambat dan respon cell mediated immunity yang akan
mengaktifkan makrofag yang mampu untuk memakan basil (.T!. )engan
pembentukan imunitas spesifik dan pengumpulan se"umlah besar makrofag yang
diaktifkan %makrofag terakti3asi& pada tempat lesi primer maka terbentuklah tuberkel
%5hon fokus&.+munitas spesifik ini akan mulai membatasi makrofag yang tidak terakti3asi
dan membentuk nekrosis perki"uan, sehingga basil ( T! tidak mudah lagi
bermultiplikasi. (eskipun demikian basil9basil ini akan dapat bertahan hidup dalam
keadaan dorman. Populasi tuberkel mungkin stabil selama periode yang lama, bahkan
sepan"ang hidup penderita kecuali terdapat penurunan imunitastubuh host yang dapat
mengaktifkan kembali basil tersebut.
Pada kasus dimana respon makrofag yang terakti3asi tidak baik seperti pada
orang dengan daya tahan tubuh yang kurang, maka lesi tuberkel akan makin membesar.
Pada pusat lesi, nekrosis perki"uan akan mencair dan ter"adi proliferasi ekstraselular.
(ateri perki"uan yang mencair ini akan mengandung banyak basil ( T! yang akan
dialirkan melalui bronkusdan terbentuklah ka3itas. )i dalam ka3itas ini basil dapat
dengan mudah bermultiplikasi dan dapat menyebarmelalui saluran udara dan lingkungan
luar melalui sputum yang dibatukkan. asil9basil lain dapat disebarkan melalui limfatik
menu"u 15 hilar dan mediastinum. /tau "uga dapat melalui pembulugh darah 3ena dan
selan"utnya disebarkan ke seluruh tubuh. (asa inkubasi, yaitu .aktu yang diperlukan
mulai terinfeksi sampai men"adi sakit, diperkirakan sekitar ? bulan.
BAB III
%ANI&E$TA$I KLINI$
1.
TB Par" Primer
'
T! paru primer ter"adi pada saat pertama kali terpapar basil dan sering ter"adi
pada anak9anak. )roplet yang terhirup dapat mele.ati sistem pertahanan mukosilier
bronkus, dan terus ber"alan sehingga sampai di al3eolus dan menetap di sana. +nfeksi
dimulai saat kuman T berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru,
yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. /danya infeksi dapat dibuktikan dengan
ter"adinya perubahan reaksi tuberculin dari negatif men"adi positif.
2.
TB Par" Pos Primer ( TB Par" $ek"nder
Tuberkulosis post primer biasanya ter"adi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat infeksi H+, atau status
gi@i yang buruk. !iri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan ter"adinya ka3itas atau efusi pleura yang ter"adi pada orang de.asa akibat
reakti3asi endogen infeksi laten. Parenkim paru yang terkena ber3ariasi dari suatu
infiltrat yang kecil sampai dengan bentuk ka3itas.
3.
TB milier
Ter"adi akibat penyebaran secara hematogen basil dari tuberkel. Pada tipe ini
banyak lesi kecil di seluruh lapang paru terutama di inferior. entuk Tb ini fatal "ika tidak
ditangani dengan baik. Tb milier dapat berupa sakit samar, penurunan berat bada, dan
demam. Terkadang T milier dapat berupa meningitis tuberkulosa. iasanya pada tahap
dini tidak terdapat kelainan fisik, .alaupun akhirnya hepar dan lien dapat membesar.
Tuberkel koroid bisa ditemukan pada mata ber"umlah satu atau lebih. <esinya berukuran
seperempat diameter diskus optikus dan ber.arna kekuningan mengilat, sedikit timbul,
kemudian men"adi putih di tengahnya.
'.
Epi")erk"losis
Ter"adi akibat sumbatan karena silier bronkus tak dapat mensekresi mukus ke luar
bronkus sehingga timbul infiltrat di distal paru.
*.
TB Ple"ra
6fusi pleura dapat ter"adi akibat penetrasi basil ke rongga pleura dari suatu fokus di
daerah subpleural. )apat "uga menyebabkan empiema dan pneumothoraA spontan.
+.
TB ,ang idak "m"m
Middle Lobe syndrome %rockBs syndrome& ter"adi akibat kolaps persisten karena
sumbatan pada bronkus akibat penekanan ka3itas yang tumbuh dekat bronkus.
TUBE-KUL#$I$ EK$T-APUL%#NAL
Pleuritis dengan efusi $ rongga pleura terinfeksi kuman T!. iasanya efusi
ter"adi masif, unilateral, bersifat eksudatif. 5ambaran cairan pleura yang khas
adalah konsentrasi protein yang lebih dari 3,# g;dl.
Peritonitis dan perikarditis tuberkulosis
Tuberkulosis laring dan endobronkial$ biasanya didapati bersama infeksi paru
yang sudah lan"ut. 0uara parau merupakan ge"ala utama laringitis T, sedangkan
manifestasi utama bronkitis T adalah batuk dan hemotisis minor.
/denitis tuberkulosis$ skrofula merupakan limfadenitis tuberkulosis kronik pada
kelen"ar limfe leher. Tempat paling sering adalah segitiga anterior leher tepat di
ba.ah mandibula. Pembesaran kelen"ar biasanya kenyal dan tidak nyeri tekan.
Tuberkulosis tulang %PottBs disease&$ biasanya mengenai 3ertebra midtorakal.
Tuberkulosis sendi biasanya mengenai sendi penopang berat badan yang besar
seperti panggul dan lutut.
Tuberkulosis genitourinarius$ dapat menyerang pria maupun .anita. T gin"al
biasanya dia.ali dengan hematuri dan piuria mikroskopik dengan biakan urin
yang steril. Pada .anita sering ter"adi salfingitis. Pada pria T paling sering
mengenai prostat, 3esika seminalis, dan epididimis.
Tuberkulosis okuler$ korioretinitis dan u3eitis merupakan manifestasi tersering.
Tuberkulosis meningeal$ khas pada cairan serebrospinal adalah kandungan protein
yang tinggi, disertai kadar glukosa rendah, dan limfositosis.
Tuberkulosis saluran cerna$ "arang ter"adi
Tuberkulosis adrenal$ "arang, biasanya hanya terlihat bersama infeksi paru yang
berat dan lama.
Tuberkulosis kulit$ "arang. <esi biasanya berupa lupus 3ulgaris.
Tuberkulosis milier$ ter"adi akibat penyebaran hematogen yang luas. <esi timbul
serempak di seluruh tubuh.
0ilikotuberkulosis$ frekuensi T meningkat pada pasien dengan silikosis dan
penyakit pneumokoniosis lainnya.
Tuberkulosis pada /+)0$ T merupakan infeksi oportunitis utama pada penderita
infeksi H+,.
K#%PLIKA$I
1omplikasi dapat ter"adi pada penderita stadium lan"ut$
Hemoptisis berat %perdarahan dari saluran nafas ba.ah&
0yok hipo3olemik atau tersumbatnya "alan nafas sehingga dapat menyebabkan
kematian.
1olaps dari lobus akibat retraksi bronkial
ronkiektasis dan fibrosis pada paru
Pneumotoraks spontan karena kerusakan "aringan paru
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, gin"al, dsb.
+nsufisiensi kardiopulmoner.
BAB. I.
DIA!N#$I$
)iagnosis T dibuat berdasarkan
-
$
1. 1linis
'. akteriologis
3. *adiologis
'.1. Klinis
a.
0istemik atau konstitusional
2
5e"ala ter"adi akibat peranan akti3itas T8CD, yaitu$
)emam %lo. grade&
1eringat malam .alau tanpa berakti3itas
erat badan menurun
*asa kurang enak badan %malaise&
Catigue
/noreksia %nafsu makan menurun&
b.
<okal;respiratory
-
atuk produktif %terus9menerus dan berdahak& E 3 minggu
0ifat batuk dimulai dari batuk kering %non produktif& kemudian setelah
timbul peradangan men"adi batuk yang produktif %menghasilkan sputum&.
1eadaan yang lan"ut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah.
Hemoptisis ringan9masif
8yeri dada, pleuritic pain
0esak nafas
c.
0pesifik organ ekstra paru
)iare
1aku kuduk
5angguan /1, dll.
5e"ala komplikasi$ pneumothoraA akibat ruptur blep atau ka3itas
d.
Pemeriksaan fisik$
0aat dini $ normal asimptomatik
/mforik breath sound
Perkusi dullness di suprakla3ikula %1roniFBs isthmus&
'.2 Bakeriologis
$p""m
?
)iagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak
0e.aktu Pagi 0e.aktu %0P0&. 0pesimen dahak sebaiknya dikumpulkan dalam dua hari
kun"ungan yang berurutan. 0e.aktu pertama dikumpulkan pada saat pasien datang
berkun"ung pertama kali. Pada saat pulang suspek memba.a sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak hari kedua. 1emudian pagi berikutnya, dahak dikumpulkan di
rumah saat bangun tidur dan diserahkan sendiri pada petugas 7P1. 0e.aktu kedua
dikumpulkan di 7P1 saat menyerahkan dahak pagi.
1
'.3 -adiologis
?
Pada saat ini, pemeriksaan radiologis thoraks merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Walaupun lebih mahal dari pemeriksaan sputum, namun
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak9anak dan tuberkulosis milier,
karena pada dua kasus di atas diagnosis diperoleh melalui pemeriksaan radiologis karena
pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.
<okasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru %segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus ba.ah& tetapi dapat "uga mengenai lobus ba.ah %bagian
inferior& atau di daerah hilus menyerupai tumor paru %misalnya pada tuberkulosis
endobronkial&.
Pemeriksaan lain yang lebih canggih adalah (*+ %(agnetic *esonance +maging&.
Pemeriksaan (*+ ini tidak sebaik !T 0can namun dapat menge3aluasi proses9proses
dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan thoraks9abdomen. 0ayatan dapat dibuat
trans3ersal, sagital dan koronal.
'.' Pemeriksaan Pen"n/ang Lain
Dara0
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang9kadang
meragukan., hasilnya tidak sensitif dan "uga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru
mulai %aktif& akan didapatkan "umlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung "enis
pergeseran ke kiri. >umlah limfosit masih di ba.ah normal. <a"u endap darah mulai
meningkat. ila penyakit mulai sembuh, "umlah leukosit kembali normal dan "umlah
limfosit masih tinggi. <a"u endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
Tes T")erk"lin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak9anak %balita&. iasanya dipakai tes (antouA yakni
dengan menyuntikkan #,1 cc tuberkulin P.P.) %Purified Protein )eri3ati3e& intrakutan
berkekuatan 2 T.7 %intermediate strength&..
0etelah -49G' "am tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenya.aan antara antibodi
selular dan antigen tuberkulin..
erdasarkan hal9hal tersebut diatas, hasil tes (antouA ini dibagi dalam $
1. +ndurasi #92 mm %diameternya& $ (antouA negatif H golongan no snsiti3ity.
'. +ndurasi ?99 mm $ hasil meragukan I golongan lo. grade sensiti3ity
3. +ndurasi 1#912 mm $ (antouA positif I golongan normal sensiti3ity
-. +ndurasi lebih dari 12 mm $ (antouA positif kuat I golongan hypersensiti3ity
.
BAB .
PENATALAK$ANAAN
*.1 T"/"an Pengo)aan
1
(enyembuhkan penderita
(encegah kekambuhan
(enurunkan tingkat penularan
(encegah kematian
*.2 Aki1ias #)a
?
Terdapat ' macam sifat;akti3itas obat terhadap tuberkulosis yakni $
/kti3itas bakterisid
)i sini obat bersifat membunuh kuman9kuman yang sedang tumbuh
%metabolismenya masih aktif&./kti3itas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan
obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan
akan didapatkan hasil yang negatif %' bulan dari permulaan pengobatan&
/kti3itas sterilisasi
)i sini obat bersifat membunuh kuman9kuman yang pertumbuhannya lambat
%metabolismenya kurang aktif&. /kti3itas sterilisasi diukur dari angka
kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
*.3 2enis dan Dosis #AT
1
1. #)a primer 3o)a ani")erk"losis ingka sa"4
a. *ifampicin %*&
0ifatnya bakterisid, dan dapat membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh +8H. )osis yang dian"urkan adalah 1# mg;1g 3 kali seminggu,
baik untuk fase intensif maupun lan"utan. 6fek sampingnya antara lain flu like
syndrome, hepatotoksik, gastritis, mual, muntah, drug fe3er, trobositopeni,
purpura, ren"atandan gagal gin"al akut. /pabila terdapat tidak ada nafsu makan,
mual dan sakit perut dian"urkan agar obat diminum malam hari sebelum tidur.
Pada pasien "uga perlu diberi pen"elasan bah.a obat ini dapat menyebabkan
.arna merah pada air kencing./pabila terdapat purpura dan ren"atan maka obat
dihentikan.
b. +sonia@id %H&
0ifatnya bakterisid dan dapat membunuh 9#= populasi kuman dalam beberapa
hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif untuk kuman yang sedang dalam
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. )osis harian yang
dian"urkan 2 mg;1g, dilan"utkan dengan dosis 1# mg;1g.6fek sampingnya
antara lain neuropati perifer, hepatotoksik dan reaksi hipersensitifitas. 7ntuk
mengatasi neuropati perifer perlu dengan pemberian 3itamin ? 1## mg;hari..
c. Pira@inamid %J&
ersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. )osis harian yang dian"urkan '2 mg;1g, sedangkan lan"utan 3
kali seminggu dengan dosis 32 mg;1g. 6fek sampingnya antara lain
hepatotoksik dan retensi asam urat hingga menyebabkan gout, gastritis,
anthralgia, rash kulit. /pabila terdapat nyeri sendi dian"urkan untuk diberi aspirin
d. 6tambutol %6&
ersifat bakteriostatik. )osis harian yang dian"urkan 12 mg;1g sedangkan
untuk pengobatan lan"utan 3 kali seminggu dengan dosis 3# mg;1g. 6fek
sampingnya antara lain neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis. /pabila
terdapat gangguan penglihatan hentikan etambutol.
e. 0treptomisin %0&
ersifat bakterisid. )osis harian yang dian"urkan 12 mg;1g sedangkan
lan"utan 3 kali seminggu dengan dosis yang sama. Penderita berumur sampai
dengan ?# tahun, dosisnya #,G2 mg;hari, sedangkan untuk yang berumur ?# tahun
atau lebih diberikan #,3 mg;hari. 6fek sampingnya antara lain nefrotoksik,
gangguan ner3us ,+++ kranial./pabila telah ada gangguan keseimbangan dan tuli
maka streptomisin dihentikan dan diganti dengan etambutol.
2. #)a sek"nder 3o)a ani")erk"losis ingka d"a4
4
a&
1anamisin. 0ediaan yang tersedia dalam bentuk in"eksi 1 gram;3ial, diberikan 392
kali seminggu dengan dosis 12 mg;kg, maksimun 1 gram;kali.
9
b&
P/0 %Para /mino 0alicyl acid&. 7ntuk K 2# kg diberikan 9 g dan E 2# kg
diberikan 1# g
c&
Tiaseta@on
d&
6tionamid. 7ntuk K 2# kg diberikan 2## mg dan E 2# kg diberikan G2#
mg. 6fek samping berupa iritasi lambung, hepatotoksitas, neuropati perifer dan
neuritis optikus
e&
Protionamid
f&
0ikloserin. )iberikan 'A'2# mg;hari %reaksi toksiknya kecil&. >ika keadaan lebih
berat, dapat diberikan dosis lebih besar untuk "angka .aktu yang lebih singkat.
0ikloserin dosis besar %'2#92##mg tiap ? "am& dapat digunakan dengan aman bila
diberikan bersama piridoksin atau depresan 00P. 6fek samping berupa gangguan
saraf pusat, ke"ang epilepsi, neuropati perifer
g&
,iomisin
h&
1apreomisin. Tidak tersedia di +ndonesia
i&
/mikasin
"&
Ofloksasin
k&
0iprofloksasin
l&
8orfloksasin
m&
1lofa@imin
*.' Prinsip Pengo)aan
1
Obat T diberikan dalam bentuk kombinasi, dalam "umlah cukup dan dosis yang
tepat selama ?94 bulan, sehingga semua kuman dapat dibunuh. Pengobatan dibagi ' fase
yaitu tahap intensif dan tahap lan"utan, diberikan dosis tunggal dan saat perut kosong.
yakni
4
$
1. Tahap intensif %initial phase&, dengan memberikan -92 macam obat
antituberkulosis per hari
'. Tahap lan"utan %continuation phase&, dengan hanya memberikan ' macam obat
per9hari atau secara intermitten dengan tu"uan $ menghilangkan bakteri yang
tersisa %efek sterilisasi& dan mencegah kekambuhan %relaps&.
*.* Pand"an #AT di Indonesia
1
Program 8asional Penanggulangan T di +ndonesia menggunakan panduan O/T
Kaegori 1 32-H5E('-3H34
Case intensif %'*HJ6& menggunakan - macam obat yang diminum setiap hari selama '
bulan. 0edangkan fase lan"utan %-*3H3& menggunakan ' macam obat, diminum 3 kali
seminggu selama - bulan. Obat ini diberikan untuk $
Penderita baru T Paru T/ %L&
Penderita T Paru T/ %9& *ontgen %L&
Penderita T 6kstra Paru
Kaegori 2 32-H5E$(1-H5E(*H3-3E34
Case intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari ' bulan dengan *HJ6 ditambah
dengan suntikan streptomisin %0& setiap hati di 7P1, dan dilan"utkan 1 bulan dengan
*HJ6 setiap hari. Case lan"utan selama 2 bulan dengan *H6 yang diberikan tiga kali
dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk $
Penderita kambuh %relaps&
Penderita gagal %failure&
Penderita dengan pengobatan setelah lalai %after default&
#AT $isipan 3-H5E4
ila pada akhir tahap intensif dari pengobatan kategori 1 atau ', hasil pemeriksaan dahak
masih positif, diberikan obat sisipan %*HJ6& setiap hari selama 1 bulan.
*.+ Pemana"an Kema/"an Hasil Pengo)aan TB Pada #rang De6asa
1
Pemantauan kema"uan hasil pengobatan pada orang de.asa dilaksanakan dengan
pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopik yang dilakukan pada $
*.+.1. Ak0ir a0ap inensif
)ilakukan seminggu sebelum akhir bulan kedua pengobatan kategori 1, atau
seminggu sebelum akhir bulan ke 3 pada pengobatan kategori '
*.+.2. $e)"lan se)el"m ak0ir pengo)aan
)ilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 2 pengobatan kategori 1, atau
seminggu sebelum akhir bulan ke G pengobatan kategori '
*.+.3. Ak0ir pengo)aan
)ilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke ? pengobatan kategori 1, atau
seminggu sebelum akhir bulan ke 4 pengobatan kategori '
Pemeriksaan pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan ini
bertu"uan untuk menilai hasil pengobatan %sembuh atau gagal&.
Pada kategori 1, penderita dinyatakan sembuh "ika hasil pemeriksaan dahak
paling kurang ' kali berturut9turut negatif.
Ta)el 1. Tindak lan/" 0asil pemeriksaan "lang da0ak
KATE!#-I U-AIAN HA$IL BTA TINDAK
LAN2UT
1ategori 1 Pada akhir tahap
intensif
negatif Tahap lan"utan
dimulai
positif )ilan"utkan dengan
O/T sisipan selama
1 bulan. >ika
setelah sisipan
masih tetap positif,
tahap lan"utan tetap
diberikan
0ebulan sebelum
akhir pengobatan
atau pada akhir
pengobatan
negatif keduanya 0embuh
positif 5agal, ganti O/T
dengan kategori '
mulai dari a.al
1ategori ' /khir intensif negatif Teruskan
pengobatan
positif eri sisipan 1
bulan. >ika setelah
sisipan masih tetap
positif, teruskan
pengobatan tahap
lan"utan. >ika ada
fasilitas, ru"uk
untuk u"i kepekaan
obat
0ebulan sebelum
akhir pengobatan
atau pada akhir
pengobatan
negatif keduanya 0embuh
positif elum ada
pengobatan, disebut
kasus kronik, "ika
mungkin, ru"uk
kepada unit
pelayanan
spesialistik, bila
tidak mungkin, beri
+8H seumur hidup
1ategori 3 /khir intensif negatif Terus ke tahap
lan"utan
positif 5anti dengan
kategori ' mulai
dari a.al
*.7 Hasil Pengo)aan Tindak Lan/"
Hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan sebagai $ sembuh,
pengobatan lengkap, meninggal, pindah %transfer out&, defaulter %lalai&, )O dan gagal.
1. $em)"0
ila penderita T/ posistif yang telah emnyelesaikan pengobatan secara lengkap,
pemeriksaan ulang dahak pada ' kali berurutan hasilnya T/ negatif satu bulan sebelum
akhir pengobatan dan akhir pengobatan
Tindak lan"ut $ penderita diberi tahu bila ge"ala muncul kembali supaya memeriksakan
diri dengan mengikuti prosedur tetap.
2. Pengo)aan Lengkap
ila penderita menyelesaikan pengobatan secara lengkap tidak tidak ada hasil
pemeriksaan dahak ulang. Tindak lan"ut $ penderita diberi tahu bila ge"ala muncul
kembali memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap. 0eharusnya terhadap semua
penderita dilakukan pemeriksaan dahak ulang.
3. %eninggal
ila penderita dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun
'. Pinda0
ila penderita pindah berobat ke daerah kabupaten atau kota lain. Tindak lan"ut
penderita yang ingin pindah dibuatkan surat pindah sisa obat dikirim ke 7P1 baru. Hasil
pengobatan baru dikirim ke 7P1 asal.
*. Defa"led 3Drop #"4
Penderita tidak mengambil obat dua bulan berturut9turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai. Tindak lan"utnya lacak penderita tersebut dan beri penyuluhan
pentingnya berobat teratur. /pabila penderita akan melan"utkan pengobatan, lakukan
pemeriksaan dahak. ila positif, mulai pengobatan dengan kategori '. ila negatif sisa
pengobatan kategori 1 dilan"utkan..
*.8. Taalaksana Penderia 9ang Bero)a Tidak Tera"r
Ta)el 2. Pengo)aan penderia )ar" BTA posiif ,ang )ero)a idak era"r
<amanya
pengobatan
sebelumnya
<amanya
pengobatan
yang
terputus
/pa perlu
dilakukan
pemeriksaan
dahak
Hasil
pemeriksaan
dahak
)i register
kembali
sebagai
Tindakan
pengobatan
1urang dari
1 bulan
K ' minggu Tidak 9 9 <an"utan
kat91
'94 minggu Tidak 9 9 (ulai lagi
kat91 dari
a.al
E 4 minggu Ma Positif Pengobatan
setelah
default
(ulai lagi
kat91 dari
a.al
8egatif Pengobatan
setelah
default
<an"utan
kat91
19' bulan K ' minggu Tidak 9 9 <an"utan
kat91
'94 minggu Ma Positif 9 erikan
sisipan 1
bulan
8egatif 9 <an"utan
kat91
E 4 minggu Ma Positif Pengobatan
setelah
default
(ulai lagi
kat9' dari
a.al
8egatif Pengobatan
setelah
default
<an"utan
kat91
E' bulan K ' minggu Tidak 9 9 <an"utan
kat91
'94 minggu Ma Positif 9 (ulai lagi
kat9' dari
a.al
8egatif 9 <an"utan
kat91
E 4 minggu Ma Positif Pengobatan
setelah
default
(ulai lagi
kat9' dari
a.al
8egatif Pengobatan
setelah
default
<an"utan
kat91
Ta)el 3. Pengo)aan penderia dengan kaegori 2 ,ang )ero)a idak era"r
<amanya
pengobatan
sebelumnya
<amanya
pengobatan
yang
terputus
/pa perlu
dilakukan
pemeriksaan
dahak
Hasil
pemeriksaan
dahak
)i register
kembali
sebagai
Tindakan
pengobatan
1urang dari
1 bulan
K ' minggu Tidak 9 9 <an"utan
kat9'
'94 minggu Tidak 9 9 (ulai lagi
kat9' dari
a.al
E 4 minggu Ma Positif Pengobatan
setelah
default
(ulai lagi
kat9' dari
a.al
8egatif Pengobatan
setelah
default
<an"utan
kat9'
19' bulan K ' minggu Tidak 9 9 <an"utan
kat9'
'94 minggu Ma Positif 9 erikan
sisipan 1
bulan
8egatif 9 <an"utan
kat9'
E 4 minggu Ma Positif Pengobatan
setelah
(ulai lagi
kat9' dari
default a.al
8egatif Pengobatan
setelah
default
<an"utan
kat9'
E' bulan K ' minggu Tidak 9 9 <an"utan
kat9'
'94 minggu Ma Positif 9 (ulai lagi
kat9' dari
a.al
8egatif 9 <an"utan
kat9'
E 4 minggu Ma Positif Pengobatan
setelah
default
(ulai lagi
kat9' dari
a.al
8egatif Pengobatan
setelah
default
<an"utan
kat9'
*.: Pengo)aan T")erk"losis Pada Keadaan K0"s"s
a. ;ania 0amil
Pengobatan T pada ibu hamil sama dengan yang biasa. 1ecuali streptomisin
yang tidak boleh diberikan karena bersifat permanent ototoAic dan dapat
menembus barrier plasenta
). I)" men,"s"i
Pada prinsipnya pengobatan pada ibu menyusui tidak berbeda. 0emua "enis O/T
aman untuk ibu menyusui. Pengobatan profilaksis dapat diberikan kepada bayinya
dengan memberikan +8H sesuai dengan berat badsannya
<. ;ania pengg"na konrasepsi
1arena sifat interaksi antara kontrasepsi hormonal dengan *ifampisin %*& yang
dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut, maka dian"urkan menggunakan
kontrasepsi non9hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis
tinggi
d. Penderia dengan HI.(AID$
Tidak ada perbedaan dosis dan regimen untuk penderita H+,;/+)0
e. Penderia TB dengan kelainan 0ai kronik
Harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum pengobatan. ila 05OT;05PT
meningkat lebih dari 3 kali, maka pengobatan T harus dihentikan. ila
peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan boleh dilan"utkan dengan
penga.asan ketat. Penderita denagn penurunan fungsi hati tidak boleh memakai
obat Pira@inamid %J&. Mang dian"urkan adalah '*H60;?*H atau ' H60;1#H6
f. Penderia TB dengan 0epaiis ak"
Pada penderita hepatitis akut atau klinis ikterik sebaiknya pengobatan T ditunda
sampai penyakitnya sembuh. >ika sangat dibutuhkan dapat dipakai 06 maksimal 3
bulan sampai hepatitisnya sembuh dan dilan"utkan dengan *H selama ? bulan
g. Penderia dengan gangg"an gin/al
0treptomisin dan 6tambutol disekresi melalui gin"al, oleh karena itu
penggunaannya harus dihindari pada penderita gangguan gin"al. Panduan O/T
yang paling aman untuk pasien ini adalah ' *HJ;?*H
0. Penderia dengan Dia)ees %eli"s 3D%4
)(9nya harus dikontrol. Perlu diperhatikan bah.a penggunaan *ifampisin dapat
menurunkan efektifitas obat anti diabetes %sulfonil urea& sehingga dosisnya perlu
ditingkatkan. Hati9hati terhadap etambutol yang memounyai efek samping
terhadap mata
i. Penderia ,ang perl" di)eri penam)a0an korikoseroid
(eningitis
T (ilier dengan atau tanpa ge"ala meningitis
Pleuritis eksudativa !
Pericarditis konstriktiva
Prednison diberikan dengan dosis 3#9-# mg;hari kemudian secara bertahap 291#
mg. <ama pemberian disesuaikan dengan "enis penyakit dan kema"uan pengobatan
DA&TA- PU$TAKA
1. Pedoman 8asional Penanggulangan Tuberkulosis. '###. >akarta$ )epartemen
1esehatan *epublik +ndonesia
'. 1umar Par3iin, !larck (ichae. '##'. !hapter 1- $ *espiratory )isease in !linical
(edicine 2
th
edition. <ondon$ 0aunders
3. *a3iglione, (arioce, OBrian, *ichard >. '##2. !hapter 12# $ Tuberculosis in
HarrisonBs Principles of +nternal (edicine1?
th
6dition. raun.ald, Cauci,
Hauser, >ameson, <ongo, 1asper. 70/$ (c5ra. Hill
-. )iktat Paru +lmu Penyakit )alam *0H0 7ni3ersitas Pad"ad"aran andung.
2. +seman, (ichael )., '##-. !hapter 3-1 $ Tuberculosis in !ecil TeAtbook of (edicine
''
nd
edition. 5oldman and /usiello. Philadelphia$ 0aunders
?. /sril ahar. '##3. Tuberkulosis Paru in uku /"ar +lmu Penyakit )alam >ilid ++ 6disi
ketiga. Perhimpunan )okter 0pesialis Penyakit )alam +ndonesia. >akarta$ alai
Penerbit C17+
G. Pedoman Pengobatan Penyakit Tuberkulosa. 1992. andung$ <ab;7PC Penyakit
)alam Cak. 1edokteran 78P/) *0H0 andung
4. /sril ahar. '##3. Pengobatan Tuberkulosis (utakhir in uku /"ar +lmu Penyakit
)alam >ilid ++ 6disi ketiga. Perhimpunan )okter 0pesialis Penyakit )alam
+ndonesia. >akarta$ alai Penerbit C17+
9. Musuf Jubaidi. '##3. Tuberkulostatik dan <eprostatik in Carmakologi dan Terapi edisi
-. >akarta$ alai Penerbit C17+
1#. rashers <. ,alentina. '##?. !hapter 33$ /lterations of Pulmonary Cunction in
Pathophysiology The biologic basis for disease in /dults and !hildren 2
th
edition. (c!ance <. 1athyrn, Huether 6. 0ue,.. Philadelphia$ 6lse3ier (osby

Anda mungkin juga menyukai