Sebagian besar pembengkakan biaya pelayanan kesehatan disebabkan oleh fakta
bahwa penyedia layanan kesehatan belum memahami seberapa besar biaya yang diperlukan untuk memberikan perawatan pada pasien. Sehingga mereka tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya, mengurangi keterlambatan, maupun mengeliminasi aktivitas yang dianggap tidak akan memperbaiki outcome. Sebuah proyek pendahuluan yang sedang dilakukan pada sistem rumah sakit di AS dan Eropa menunjukkan adanya efek transformatif dari suatu pendekatan baru yang dapat secara akurat menilai biayasampai ke tingkat pasien dengan penyakit medis tertentu secara individual, selama satu siklus perawatan penuhserta membandingkan biaya ini dengan outcome yang diperoleh. Saat penyedia layanan kesehatan dan pihak yang membayar sudah lebih memahami tentang biaya, mereka akan berada pada posisi yang dapat mencapai suatu pembelokan kurva pembiayaan kesehatan yang sesungguhnya dari dalam sistem, tidak hanya berdasarkan pada mandat dari atas ke bawah saja. Terdapat kesempatan yang sangat besar untuk mengurangi biaya pelayanan kesehatantanpa perlu mengorbankan outcome.
Biaya pelayanan kesehatan di AS saat ini sudah melebihi 17% PDB dan masih terus meningkat. Negara lain menghabiskan persentase lebih kecil dari PDB (produk domestik bruto) mereka untuk pelayanan kesehatan, namun ditemukan adanya kecenderungan yang sama untuk terus terjadi peningkatan. Penyebabnya tidaklah sulit untuk ditemukan. Sebagian peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya usia harapan hidup pada populasi dan dikembangkannya berbagai jenis terapi baru. Terdapat beberapa insentif negatif yang juga turut berperan: Pihak ketiga yang membayar biaya pelayanan kesehatan (perusahaan asuransi dan pemerintah) umumnya memberikan biaya pengganti untuk berbagai prosedur yang telah dilakukan dan bukan berdasarkan outcome yang dicapai, dan pasien hanya menanggung sebagian kecil tanggung jawab untuk membayar biaya pelayanan kesehatan yang mereka inginkan. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa terdapat satu penyebab lain yang lebih mendasar untuk terjadinya peningkatan biaya pelayanan kesehatan: sistem penghitungan biaya pelayanan kesehatan. Secara kasar, belum ada pemahaman mengenai seberapa besar biaya yang diperlukan untuk memberikan pelayanan pada pasien, dan belum diketahui bagaimana biaya ini dapat dibandingkan dengan outcome yang diperoleh. Penyedia layanan kesehatan lebih memilih untuk mengumpulkan dan menganalisis biaya di tingkat pelayanan spesialisasi atau unit bagian pelayanan, dan tidak memfokuskan diri pada biaya yang diperlukan untuk penanganan tiap pasien dengan penyakit medis tertentu secara individual selama satu siklus perawatan penuh. Yang lebih parah lagi, anggota dari sistem pelayanan kesehatan ini juga belum sepakat mengenai definisi biaya pelayanan kesehatan. Saat para politisi dan pembuat kebijakan membicarakan mengenai pengurangan biaya dan pembelokan kurva pembiayaan kesehatan, mereka biasanya merujuk pada seberapa banyak biaya yang harus dibayar oleh pemerintah atau perusahaan asuransi terhadap penyedia layanan kesehatanbukan biaya yang diperlukan oleh penyedia layanan kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Mengurangi biaya yang harus dibayar oleh payor tidak akan mengurangi tagihan yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi dan akan mengurangi pemasukan dari penyedia layanan kesehatan, namun hal ini tidak akan mengurangi biaya yang sebenarnya dari pelayanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan juga mengalami kebingungan yang sama. Mereka sering mengalokasikan biaya pelayanan kesehatan untuk prosedur terapi, bagian pelayanan, dan proses pelayanan berdasarkan pada seberapa banyak penggantian biaya yang mereka terima, dan bukan berdasarkan pada sumber daya yang benar-benar digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Namun, penggantian biaya sendiri sebenarnya diberikan berdasarkan asumsi yang acak dan tidak akurat mengenai intensitas pelayanan yang diberikan. Sistem penentuan biaya yang buruk dapat sangat merugikan. Dalam bidang manajemen terdapat suatu prinsip bahwa sesuatu yang tidak terukur umumnya tidak dapat dikelola atau diperbaiki. Karena penyedia layanan kesehatan tidak memahami biaya yang harus mereka keluarkan, mereka tidak dapat menemukan hubungan antara biaya dengan perbaikan proses atau outcome, sehingga mereka tidak dapat melakukan pengurangan biaya secara sistemik dan berkesinambungan. Penyedia layanan kesehatan (dan pihak yang membayar biaya pelayanan) memilih untuk melakukan tindakan yang sederhana seperti pengurangan pelayanan yang mahal, pemberian kompensasi pada petugas, dan penghitungan jumlah kepala. Namun memberikan pembatasan pengeluaran pada komponen pelayanan tertentu, atau pada kategori penggunaan barang tertentu, hanya dapat menghasilkan sedikit penghematan yang justru dapat meningkatkan biaya sistem secara keseluruhan dan menghasilkan outcome yang lebih buruk. Sebagai contoh, saat pihak payor memberikan pembayaran tambahan (copayment) yang tinggi untuk membatasi penggunaan obat yang mahal, biaya justru dapat membengkak di bagian lain dari sistem bila kondisi kesehatan pasien secara umum mengalami penurunan dan mereka kemudian memerlukan lebih banyak pelayanan. Penilaian biaya yang buruk juga dapat meningkatkan jumlah subsidi silang yang diberikan antar pelayanan. Penyedia layanan kesehatan akan diberikan biaya pengganti yang lebih besar pada sejumlah pelayanan dan akan mengalami kerugian pada sejumlah pelayanan lain. Subsidi silang ini akan menyebabkan distorsi yang cukup besar pada penyediaan dan efisiensi pelayanan. Ketidakmampuan untuk mengukur besarnya biaya secara tepat dan membandingkan biaya dengan outcome adalah akar dari masalah insentif pada pelayanan kesehatan akan sangat mengganggu proses pergeseran menuju ke pendekatan penggantian biaya yang lebih efektif. Terakhir, pengukuran biaya dan outcome yang tidak dilakukan dengan baik membuat kita tidak dapat memberikan penghargaan pada penyedia layanan kesehatan yang efektif dan efisien, sementara penyedia layanan kesehatan yang kurang efisien tidak akan memiliki insentif untuk memperbaiki diri. Institusi kesehatan dapat mengalami kerugian saat perbaikan yang mereka lakukan pada terapi dan proses pelayanan justru mengurangi kebutuhan akan jenis pelayanan yang memperoleh penggantian biaya cukup tinggi. Tanpa penilaian yang tepat, dinamika kompetisi yang sehatdimana penyedia layanan kesehatan dengan nilai tertinggi dapat berkembang dan menjadi makmurakan hancur. Pada akhirnya kita akan mengalami kompetisi zero-sum dimana penyedia layanan kesehatan akan menghancurkan nilai pelayanan kesehatan mereka dengan memfokuskan diri pada pelayanan yang memperoleh penggantian biaya tinggi, mengalokasikan biaya untuk entitas lain, atau melakukan usaha pengurangan biaya yang tidak berkesinambungan dan tidak efektif. Inisiatif reformasi kesehatan yang ada saat ini akan memperburuk situasi tersebut dengan meningkatkan akses pada suatu sistem yang tidak efisien tanpa mengatasi masalah nilai pelayanan kesehatan yang paling mendasar: bagaimana kita dapat meningkatkan outcome dengan biaya total yang lebih murah. Untungnya, kita dapat melakukan perubahan pada kondisi ini. Dan masalah ini dapat diatasi tanpa memerlukan perkembangan ilmu kedokteran yang luar biasa atau perubahan peraturan pemerintah secara keseluruhan dari tingkat paling atas sampai ke bawah. Kita hanya perlu menemukan cara baru untuk menilai biaya secara akurat dan membandingkannya dengan outcome. Pendekatan kami ini menjadikan pasien dan penyakit merekabukan bagian pelayanan kesehatan, prosedur, atau pelayanan yang diberikansebagai unit dasar untuk melakukan analisis dalam menentukan biaya dan outcome. Pengalaman dari beberapa institusi besar yang menggunakan pendekatan baru iniPusat Kesehatan THT-KL di MD Anderson Cancer Center di Houston, Program Penanganan Bibir dan Palatum Sumbing di Rumah Sakit Anak Boston, dan unit yang melakukan operasi penggantian tempurung lutut di Klinik Schn di Jerman dan Brigham & Womens Hospital di Bostonmembuktikan keyakinan kami bahwa melakukan penghitungan biaya dan nilai pelayanan kesehatan secara akurat dapat menghasilkan suatu perubahan yang bermakna.
Krisis pembiayaan kesehatan dapat diatasi tanpa memerlukan adanya perkembangan ilmu kedokteran yang luar biasa atau perubahan peraturan pemerintah secara keseluruhan dari tingkat paling atas sampai ke bawah. Kita hanya perlu menemukan cara baru untuk menilai biaya secara akurat dan membandingkannya dengan outcome.
Memahami Nilai dari Pelayanan Kesehatan Tujuan utama dari semua sistem pelayanan kesehatan adalah meningkatkan nilai yang diberikan pada pasien. Nilai pelayanan kesehatan akan diukur berdasarkan outcome pasien yang dapat dicapai untuk tiap rupiah yang dikeluarkan. Yang penting bukanlah banyaknya jenis pelayanan yang diberikan atau besarnya pelayanan yang diberikan, namun nilai dari pelayanan tersebut. Pelayanan yang jumlahnya lebih banyak dan lebih mahal tidak selalu menghasilkan nilai pelayanan yang lebih baik. Untuk dapat mengelola nilai pelayanan, kita harus mengukur outcome dan biaya di tingkat pasien. Pengukuran outcome dan biaya perlu meliputi keseluruhan siklus pelayanan dari kondisi medis tertentu yang dialami pasien, yang sering turut melibatkan tim yang terdiri atas beberapa spesialisasi yang melakukan sejumlah intervensi pada pasien sejak diagnosis ditegakkan sampai mulai diberikan penanganan dan selama menjalani terapi. Penyakit medis merupakan serangkaian kelainan yang dialami oleh pasien, termasuk berbagai komplikasi serta komorbiditas lain yang dapat dialami oleh pasien, dan sebaiknya ditangani secara terkoordinasi. Misalnya, biaya untuk menangani pasien diabetes bukan hanya meliputi biaya yang berhubungan dengan pelayanan endokrinologis namun juga dengan biaya untuk menangani berbagao kelainan terkait seperti penyakit vaskuler, penyakit retina, dan penyakit ginjal. Untuk pelayanan tingkat pertama dan preventif, unit pengukuran nilai pelayanan adalah populasi pasien tertentuyaitu suatu kelompok dengan kebutuhan pelayanan primer yang sama, seperti anak yang sehat atau individu usia lanjut dan rentan yang mengalami sejumlah penyakit kronik. Mari kita telusuri komponen pertama dari persamaan untuk nilai pelayanan kesehatan: outcome kesehatan. Outcome untuk semua penyakit medis atau populasi pasien harus diukur pada beberapa dimensi, termasuk angka harapan hidup, kemampuan fungsional, durasi perawatan, rasa tidak nyaman dan komplikasi, serta apakah terjadi kesembuhan secara berkesinambungan. Penilaian outcome yang lebih baik akan menghasilkan peningkatan yang bermakna pada nilai pelayanan kesehatan yang diberikan, karena insentif untuk penyedia layanan kesehatan bergeser dari keinginan untuk melakukan pelayanan dengan penggantian biaya yang mahal ke arah usaha untuk memperbaiki status kesehatan pasien. Berbagai cara yang dapat digunakan untuk menilai outcome pelayanan kesehatan sudah pernah dipublikasikan sebelumnya, yaitu pada artikel dari Michael Porter di New England Journal of Medicine tahun 2010, Apakah yang Dimaksud dengan Nilai pada Pelayanan Kesehatan? Walaupun penilaian outcome kesehatan sudah semakin banyak diperhatikan, pengukuran biaya yang diperlukan untuk menghasilkan outcome tersebut, komponen kedua dari persamaan nilai pelayanan kesehatan, masih belum banyak diperhatikan. Pada kerangka konsep nilai pelayanan, biaya yang dianggap relevan adalah total biaya yang dihabiskan untuk semua sumber dayapetugas klinis dan administratif, obat-obatan serta berbagai persediaan lain, alat medis, ruangan, dan peralatanyang digunakan selama satu siklus penuh dari pelayanan yang dilakukan untuk penyakit medis spesifik pada pasien, termasuk terapi yang diberikan untuk berbagai komplikasi dan komorbiditas terkait. Kita dapat meningkatkan nilai pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien dengan memperbaiki outcome dengan biaya yang sama atau dengan mengurangi total biaya yang diperlukan selama perawatan pasien dengan tetap menjaga kualitas outcome yang dihasilkan. Salah satu pendorong yang cukup kuat untuk meningkatkan nilai pelayanan kesehatan adalah bahwa outcome yang lebih baik biasanya disertai dengan penurunan biaya total untuk satu siklus pelayanan. Misalnya, menghabiskan lebih banyak dana untuk deteksi dini dan diagnosis penyakit secara lebih akurat dapat menghindarkan pasien dari penderitaan yang tidak perlu dan nantinya pasien mungkin hanya memerlukan pelayanan yang lebih sederhana dan lebih murah. Mengurangi keterlambatan diagnostik dan terapi dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perburukan kondisi kesehatan pasien serta menurunkan biaya yang diperlukan dengan mengurangi kebutuhan sumber daya untuk perawatan. Potensi untuk memperbaiki outcome sembari menurunkan biaya pelayanan nampak lebih besar di bidang pelayanan kesehatan dibandingkan berbagai bidang lain yang pernah kami temui. Kunci untuk memaksimalkan potensi ini adalah menggabungkan sistem penilaian biaya yang akurat dengan sistem penilaian outcome yang sistematis. Menggunakan kedua instrumen ini, penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan petugas, peralatan dan faslitas medis serta sumber daya administratif dengan lebih efisien, mempercepat jalur yang harus dilalui pasien melalui sistem, dan memilih pendekatan terapi yang dapat memperbaiki outcome sembari mengeliminasi jenis pelayanan yang tidak dapat melakukan hal ini.
Mitos #1 Biaya yang ditentukan penyedia layanan dianggap cukup baik untuk menggantikan biaya pelayanan. Kebingungan antara jumlah biaya yang ditagih oleh petugas penyedia layanan kesehatan, jumlah yang pada akhirnya akan diganti, dan biaya pelayanan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi dalam mengurangi biaya pelayanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan memperberat masalah ini dengan membentuk struktur sejumlah aspek penting dari sistem pembiayaan mereka menurut cara penggantian biaya yang akan mereka terima. Di AS, ini merupakan bagian dari sistem penggantian biaya dari Medicare, yang mengharuskan tiap bagian pelayanan di rumah sakit untuk mempersiapkan Laporan Biaya Medicare (MCR) tahunan, yang memaparkan biaya serta tagihan yang dikeluarkan oleh tiap bagian. Rumah sakit tidak mengembangkan dan menggunakan suatu sistem pembiayaan yang akurat menurut penggunaan sumber daya yang sesungguhnya, yang terpisah dari standar regulasi yang diperlukan untuk penggantian biaya, dan justru menggunakan sistem dasar berdasarkan prinsip penggantian biaya. Sayangnya pendekatan ini memiliki banyak kekurangan karena dilakukan berdasarkan pada data agregat untuk memperkirakan biaya dan berdasarkan asumsi bahwa tiap proses yang dapat dikenai biaya di suatu bagian pelayanan akan memiliki margin keuntungan yang sama. Penentuan biaya berdasarkan prinsip penggantian biaya juga mengabaikan biaya dari sejumlah proses pelayanan yang berharga namun tidak dapat dikenai biaya, seperti konsultasi pasien, karena sistem lebih mementingkan berbagai proses yang dianggap dapat dikenai biaya walaupun sebenarnya dialokasikan tanpa dasar yang kuat dan secara tidak akurat. Walaupun sistem penentuan biaya pelayanan dokter nampak berbeda dari yang digunakan oleh rumah sakit, sistem ini juga mengalami masalah yang sama. Seperti di rumah sakit, dokter di AS diberikan penggantian biaya tidak berdasarkan penggunaan sumber daya untuk tiap pasien secara individual, namun berdasarkan rata-rata perkiraan permintaan relatifunit nilai relatif, atau RVU untuk pelayanan dari dokter, biaya praktek kedokteran, dan biaya malpraktek dalam melakukan aktivitas yang dapat dikenai biaya. Sejumlah perkiraan biaya ini diperoleh dari panel spesialisasi dan survei dokter nasional, yang umumnya akan memperoleh keuntungan karena adanya perkiraan yang terlalu tinggi untuk waktu serta kompleksitas kinerja dokter. Meskipun memerlukan persetujuan dari pemerintah sebagai payor, perkiraan RVU tidak akan dinilai secara sistemtik atau dipastikan kesesuaiannya di tempat praktek. Memberikan penggantian biaya pada dokter berdasarkan perkiraan biaya agregat yang kemungkinan tidak akurat akan menyebabkan suatu masalah insentif yang cukup besar pada sistem pelayanan kesehatan. Namun masalah akan semakin besar saat nilai penggantian biaya juga digunakan untuk menentukan biaya yang ditagihkan oleh dokter pada pasien. Kita perlu meninggalkan pola pikir yang menganggap bahwa jumlah biaya yang ditagih atau penggantian biaya yang dibayarkan dapat menjadi sumber penentuan biaya pelayanan. Pada kenyataannya, biaya penggunaan sumber dayadokter, perawat, manajer penanganan kasus, peralatan medis, atau luas ruang yang digunakanakan selalu sama baik saat sumber daya melakukan pelayanan yang memperoleh penggantian biaya rendah maupun tinggi. Biaya pelayanan bergantung pada seberapa banyak kapasitas (waktu) yang dari tiap sumber daya yang digunakan untuk pelayanan dari satu pasien tertentu, bukan berdasarkan pada biaya yang ditagih atau jumlah penggantian biaya yang diberikan untuk pelayanan, atau apakah pelayanan tersebut akan memperoleh penggantian biaya.
Tantangan Penentuan Biaya Pelayanan Kesehatan Penentuan biaya pelayanan kesehatan yang akurat merupakan suatu proses yang sangat menantang, terutama karena kompleksitas dari proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Proses terapi pasien umumnya melibatkan beberapa jenis sumber dayapetugas, peralatan, ruangan, dan persediaanyang masing-masing memiliki kemampuan serta biaya yang berbeda-beda. Sejumlah sumber daya ini digunakan pada sebuah proses yang dimulai saat pasien mulai melakukan kontak pertama dengan organisasi dan dilanjutkan melalui serangkaian konsultasi klinis, terapi, dan proses administratif sampai perawatan pasien telah selesai dilakukan. Jalur yang dilalui oleh pasien dalam sistem umumnya bergantung pada kondisi medis masing-masing. Jalur perawatan yang kompleks ini semakin diperumit oleh jalur pemberian pelayanan kesehatan yang sangat terpecah-pecah. Perawatan pasien umumnya melibatkan sejumlah besar unit organisasional yang berbeda dan independen. Pelayanan juga bersifat idiosinkratik; pasien dengan penyakit yang sama sering melalui jalur yang berbeda di dalam sistem. Belum adanya standardisasi ini umumnya juga disebabkan oleh sifat praktek kedokteran yang dipengaruhi oleh suatu senidokter di unit organisasi yang sama dan melakukan suatu proses pelayanan medis yang sama (misalnya, penggantian tempurung lutut total) sering menggunakan prosedur, obat, alat, pemeriksaan serta peralatan medis yang berbeda. Dalam istilah operasional, pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat ini dapat dianggap sebagai suatu aliran pekerjaan yang sangat banyak mengalami kustomisasi. Sistem penentuan biaya yang sudah ada, yang menilai biaya dari tiap departemen, pelayanan, atau aktivitas pendukung secara individual, sering menyebabkan pergeseran biaya dari satu tipe pelayanan atau penyedia layanan ke pelayanan atau penyedia layanan lain, maupun ke pihak payor atau konsumen. Mikromanajemen biaya di tingkat unit organisasi secara individual tidak banyak berpengaruh untuk mengurangi biaya total atau memperbaiki nilai pelayanan dan dapat merusak nilai pelayanan kesehatan dengan mengurangi efektivitas perawatan dan meningkatkan biaya administratif. Semua sistem penentuan biaya yang akurat pada dasarnya harusmempertimbangkan biaya total dari semua sumber daya yang digunakan oleh pasien selama dia berada di dalam sistem. Ini berarti bahwa kita harus melacak urutan dan durasi proses pelayanan klinis dan administratif yang dijalani oleh tiap pasien secara individualsuatu hal yang tidak dapat dilakukan oleh sebagian besar sistem informasi di rumah sakit pada saat ini. Kekurangan ini dapat diatasi; kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan penyedia layanan kesehatan untuk melacak jenis dan jumlah sumber daya yang digunakan oleh tiap pasien secara individual. Pada saat ini, kita dapat menentukan jalur dominan yang dilalui oleh pasien dengan kondisi medis tertentu, seperti yang sudah dilakukan pada beberapa lokasi percobaan awal kami. Dengan memperkirakan jalur khas yang biasa dilalui oleh tiap pasien secara individual untuk suatu kondisi medis tertentu, penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan aktivitas selama waktu tertentu (TDABC) untuk menentukan biaya pelayanan secara akurat dan relatif mudah dari tiap proses yang dilalui sepanjang jalur ini. Versi penentuan biaya berdasarkan aktivitas yang sudah diperbaiki ini hanya mengharuskan penyedia layanan kesehatan untuk membuat perkiraan dari dua parameter di tiap tahapan proses yang dilalui: biaya dari tiap sumber daya yang digunakan dalam proses serta lamanya waktu yang dihabiskan oleh pasien bersama masing-masing sumber daya. (Dapat dilihat di Time-Driven Activity-Based Costing, HBR 2004 dari Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson.) Pada implementasi awalnya, sistem penentuan biaya ini dapat nampak kompleks. Kompleksitas ini tidak berasal dari metodologi namun dari sistem pemberian pelayanan kesehatan idiosinkratik yang ada saat ini, dimana proses perawatan pasien dengan penyakit medis tertentu tidak didokumentasikan dengan baik dan kategori aset yang digunakan serta pengeluaran dari tiap proses pelayanan pasien juga tidak dapat dipetakan. Saat penyedia layanan kesehatan mulai diarahkan menjadi unit yang lebih fokus pada penyakit, melakukan standardisasi protokol dan proses terapi, serta memperbaiki sistem informasi yang mereka gunakan, penggunaan sistem TDABC akan menjadi jauh lebih mudah. Untuk melihat bagaimana penggunaan TDABC pada konteks pelayanan kesehatan, mari kita lihat salah satu contoh sederhana di bawah ini.
Penentuan Biaya Pelayanan Pasien: Salah Satu Contoh Sederhana Misalnya ada seorang pasien bernama Jones, yang memeriksakan diri ke klinik rawat jalan. Untuk memperkirakan total biaya perawtaan Jones, pertama-tama kita mengidentifikasi proses apa saja yang dilaluinya dan sumber daya apa saja yang digunakan pada masing-masing proses. Misalnya Jones menggunakan proses administratif untuk melakukan pendaftaran dan memperoleh dokumentasi yang diperlukan untuk penggantian biaya dari pihak ketiga; dan proses klinis untuk terapi. Hanya ada tiga sumber daya klinis yang diperlukan: seorang administrator (Allen), perawat (White), dan dokter (Green). Kita mulai dengan memperkirakan dua parameter pertama: kuantitas waktu (kapasitas) yang digunakan pasien dari tiap sumber daya pada masing- masing proses pelayanan. Dari informasi yang diberikan oleh ketiga petugas, kita mengetahui bahwa Jones menghabiskan wktu 18 menit (0.3 jam) dengan Administrator Allen, 24 menit (0.4 jam) dengan Perawat White untuk pemeriksaan awal, dan sembilan menit (0.15 jam) dengan Dokter Green untuk melakukan pemeriksaan langsung dan konsultasi. Selanjutnya, kita menghitung biaya kapasitas dari masing-masing sumber dayayaitu berapa biaya per jam atau per menit yang dihabiskan oleh tiap sumber daya untuk melakukan pelayanan pasienmenggunakan persamaan berikut: Biaya Kapasitas untuk Tiap Sumber Daya i
= Biaya dari Penggunaan Sumber Daya i
Kapasitas Sumber Daya yang Tersedia i
Pembilang akan mengumpulkan semua biaya yang berhubungan dengan penyediaan sumber daya pelayanan kesehatan, seperti Allen, White, atau Green. Biaya awal terdiri atas kompensasi penuh untuk tiap orang, termasuk gaji, pajak pendapatan, dan fasilitas tambahan seperti asuransi kesehatan dan dana pensiun. Kemudian kami menambahkan biaya dari semua sumber daya tambahan lain yang memungkinkan Allen, White, serta Green untuk melakukan perawatan pasien. Tambahan ini umumnya meliputi biaya pro rata terkait pengawasan pegawai, ruangan (kantor yang digunakan oleh masing-masing petugas), dan peralatan, teknologi informasi, serta telekomunikasi yang digunakan selama melakukan pekerjaan normal. Dengan cara ini, biaya dari sejumlah sumber daya gabungan atau sumber daya pendukung dari organisasi dapat dialokasikan pada sumber daya yang berinteraksi dengan pasien secara langsung. Biaya pengawasan, misalnya, dapat dihitung berdasarkan pada berapa banyak orang yang diawasi oleh seorang manajer. Biaya ruangan merupakan fungsi dari area yang digunakan dengan biaya sewa; biaya IT ditentukan berdasarkan pada penggunaan komputer serta produk dan pelayanan komunikasi dari tiap individu. Contoh total biaya yang kami hitung untuk Perawat White adalah sebagai berikut:
Kompensasi tahunan (termasuk fasilitas tambahan) Biaya pengawasan (10% dari biaya total untuk pengawas perawat) Sewa tempat (ruangan 9 meter persegi @ $1200/meter persegi/tahun) Teknologi dan fasilitas penunjang Biaya total per tahun untuk Perawat White
$65.000
$9.000
$10.800 $2.560 $87.360 Biaya total per bulan untuk Perawat White $7.280
Kemudian kami menghitung ketersediaan (kapasitas) Perawat White untuk melakukan perawatan pasienpenyebut dari persamaan biaya kapasitas yang kami gunakan. Perhitungan ini dimulai menggunakan 365 hari per tahun dan kemudian mengurangi semua waktu dimana pegawai tidak tersedia untuk melakukan pekerjaannya. Penghitungan untuk Perawat White adalah sebagai berikut:
Dimulai dengan Dikurangi hari libur akhir minggu Dikurangi hari cuti Dikurangi hari libur Dikurangi hari ijin sakit 356 hari per tahun 104 20 12 5 tersedia 224 hari per tahun 18.7 hari per bulan
Dimulai dengan Dikurangi waktu istirahat terjadwal (jam) Dikurangi pertemuan, pelatihan, pendidikan 7,5 jam per hari yang tersedia
0,5
1,0 Jam klinis yang tersedia 6 jam per hari
Sehingga Perawat White tersedia untuk melakukan perawatan pasien selama 112 jam per bulan (6 jam sehari selama 18.7 hari). Dengan membagi biaya sumber daya per bulan ($7.280) dengan kapasitasnya tiap bulan (112 jam), kita dapat memperoleh penghitungan biaya kapasitas Perawat White: $65 per jam. Mari kita perkirakan bahwa penghitungan serupa menghasilkan perkiraan biaya kapasitas untuk Administrator Allen dan Dokter Green masing-masing sebesar $45 per jam dan $300 per jam. Kita menghitung biaya total dari kunjungan Jones ke fasilitas kesehatan dengan mengalokan biaya kapasitas dari tiap sumber daya dengan waktu (dalam jam) yang dihabiskan oleh Jones dengan masing-masing sumber daya, dan kemudian menambahkan komponen: (0,3 jam $45) + (0,4 jam $65) + (0,15 jam $300) = total biaya kunjungan pasien : $84,50 Sebagaimana yang ditunjukkan oleh contoh di atas, penghitungan biaya pelayanan kesehatan secara akurat sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah menggunakan sistem TDABC. Walaupun contoh di atas memang sudah disederhanakan, kita dapat melihat semua konsep dasar yang perlu digunakan oleh penyedia layanan kesehatan untuk memperkirakan biaya pelayanan pasien selama satu siklus perawatan penuh. Dengan mencatat semua biaya untuk penyakit medis tertentu dari tiap apsien secara individual selama satu siklus perawatan penuh, kita memberi kesempatan bagi penyedia layanan kesehatan dan payor untuk mengatasi semua masalah terkait biaya pelayanan. Penyedia layanan kesehatan dapat mengumpulkan dan menganalisis biaya pelayanan pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, dan faktor komorbiditas, atau berdasarkan fasilitas kesehatan, dokter, dan payor. Mereka dapat menghitung biaya total dan rata-rata untuk semua kategori atau subkategori pasien sembari tetap memperoleh data lengkap dari tiap pasien secara individual. Kita memerlukan data ini untuk memahami adanya variasi biaya di tiap kategori.
Proses Penghitungan Biaya Setelah memaparkan contoh sederhana di atas, sekarang mari kita membahas tujuh langkah yang digunakan oleh beberapa lokasi percobaan awal kami untuk memperkirakan biaya total perawatan pasien. 1. Memilih jenis penyakit medis. Kita mulai dengan menentukan penyakit medis (atau populasi pasien) yang akan dikenakan biaya pelayanan, termasuk komplikasi dan komorbiditas terkait yang akan mempengaruhi proses pelayanan serta sumber daya yang akan digunakan selama melakukan perawatan pasien. Untuk masing-masing penyakit, kita akan menentukan awal dan akhir dari siklus perawatan pasien. Untuk penyakit kronik, kami memilih siklus perawatan selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. 2. Menentukan definisi rantai nilai pelayanan kesehatan. Selanjutnya, kami menentukan rantai nilai pelayanan kesehatan (CDVC), yang memetakan aktivitas utama yang terlibat dalam proses perawatan pasien untuk suatu penyakit medis tertentu disertai dengan lokasinya. CDVC mengharuskan penyedia layanan kesehatan untuk lebih fokus pada satu siklus perawatan penuh dan bukan pada tiap proses pelayanan secara individual, yang biasanya digunakan sebagai unit analisis pada sistem pelayanan kesehatan. Pandangan yang difokuskan pada siklus perawatan pasien dapat membantu mengidentifikasi berbagai dimensi yang relevan untuk menilai outcome dan juga menentukan titik awal untuk pemetaan berbagai proses yang dilakukan dari masing-masing aktivitas pelayanan. 3. Mengembangkan pemetaan proses dari masing-masing aktivitas pelayanan pasien. Selanjutnya kita mempersiapkan pemetaan proses yang lengkap untuk masing-masing aktivitas pada rantai nilai pelayanan kesehatan. Pemetaan proses akan memaparkan berbagai jalur yang dapat diikuti pasien selama menjalani siklus perawatan mereka. Pemetaan meliputi semua sumber daya yang menyediakan kapasitas (petugas, fasilitas kesehatan, dan peralatan) yang terlibat pada masing-masing proses di sepanjang jalur ini, baik yang digunakan secara langsung oleh pasien maupun yang diperlukan untuk menyediakan sumber daya primer yang diperlukan. Selain mengidentifikasi sumber daya penyedia kapasitas yang digunakan pada masing-masing proses, kami mengidentifikasi persediaan yang dapat dikonsumsi (seperti obat-obatan, spuit, kateter, dan perban) dan digunakan secara langsung pada masing-masing proses. Hal ini tidak harus selalu dicantumkan pada pemetaan proses. Beberapa lokasi percobaan awal kami telah menggunakan sejumlah pendekatan untuk membuat pemetaan proses. Beberapa tim proyek mewawancarai dokter secara individual untuk mengetahui perjalanan pasien, sementara tim lain melakukan suatu pertemuan penting dimana sejumlah orang dari beberapa disiplin ilmu dan tingkat manajemen akan berkumpul bersama untuk membahas berbagai proses ini. Kadang kita sudah dapat menemukan sejumlah kesempatan untuk melakukan perbaikan proses dan biaya pelayanan pada beberapa pertemuan yang dilakukan di tahap awal proyek ini. 4. Menentukan perkiraan waktu untuk masing-masing proses pelayanan. Kami juga memperkirakan seberapa lama waktu yang dihabiskan oleh masing- masing penyedia layanan kesehatan maupun sumber daya lain dengan pasien pada tiap tahapan proses pelayanan. Saat suatu proses pelayanan memerlukan lebih dari satu sumber daya, maka kami akan memperkirakan waktu yang diperlukan oleh masing-masing sumber daya. Untuk proses jangka pendek yang tidak mahal dan tidak banyak menunjukkan variasi antar pasien, kami merekomendasikan untuk menggunakan waktu standar (dibandingkan dengan menghabiskan sumber daya untuk mencatat waktu yang sebenarnya digunakan). Durasi yang sesungguhnya hanya perlu dihitung untuk proses yang menghabiskan waktu lama, dan kurang dapat diprediksi, terutama proses yang melibatkan lebih dari satu orang dokter dan perawat, dan melibatkan suatu aktivitas kompleks seperti operasi besar atau pemeriksaan pasien dengan kondisi medis yang sulit. TDABC juga cocok untuk menilai efek dari variasi proses pelayanan terhadap biaya yang dikeluarkan. Sebagai contoh, pasien yang memerlukan laringoskopi sebagai bagian dari kunjungan klinisnya akan memerlukan satu tahap proses tambahan. Perkiraan waktu dan sumber daya tambahan yang diperlukan dapat ditambahkan dengan mudah pada persamaan waktu total untuk pasien tersebut. Untuk memperkirakan waktu standar dan persamaan waktu, sejumlah lokasi percobaan awal kami mengumpulkan semua orang yang terlibat pada berbagai proses pelayanan untuk melakukan suatu diskusi terarah. Di masa mendatang, kami berharap bahwa penyedia layanan kesehatan akan mulai menggunakan alat elektronik, bar-code, dan RFID portabel untuk mengetahui waktu pelayanan yang sesungguhnya, terutama bila TDABC dijadikan sebagai standar yang diterima secara umum untuk menilai biaya perawatan pasien. 5. Memperkirakan biaya penggunaan sumber daya untuk perawatan pasien. Pada langkah ini, kami memperkirakan biaya langsung dari penggunaan masing-masing sumber daya yang terlibat dalam proses perawatan pasien. Biaya langsung meliputi kompensasi untuk pegawai, depresiasi atau penyewaan peralatan, persediaan, atau biaya operasional lain. Data yang dikumpulkan dari sistem kas umum, sistem pembiayaan, dan beberapa sistem IT lain ini akan menjadi pembilang untuk penghitungan biaya kapasitas pelayanan dari masing- masing sumber daya. Kami juga perlu mempertimbangkan waktu yang dihabiskan oleh dokter, terutama di pusat kesehatan akademik, untuk mengajar dan melakukan penelitian selain menjalankan kewajibannya di klinik. Kami merekomendasikan untuk memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh dokter untuk melakukan aktivitas klinik lalu mengalikan kompensasi dokter dengan persentase ini untuk memperoleh jumlah biaya yang dibayarkan untuk jasa dokter di klinik. Kompensasi sisanya dapat diberikan untuk aktivitas mengajar dan penelitian. Kemudian kami mengidentifikasi sumber daya primer yang diperlukan untuk memberikan perawatan pada pasien. Sumber daya petugas, sebagaimana yang dipaparkan pada contoh Pasien Jones, meliputi petugas pengawas, ruangan dan perabot (kantor dan ruang perawatan pasien), serta fungsi korporat yang mendukung pegawai yang menangani pasien secara langsung. Saat menghitung biaya persediaan, kami memasukkan biaya sumber daya yang digunakan untuk memperoleh dan menyediakannya supaya dapat digunakan untuk pada proses penanganan pasien (misalnya proses pembelian, penerimaan, penyimpanan, sterilisasi, dan pengiriman). Terakhir, kita perlu mengalokasikan biaya dari tiap bagian pelayanan dan aktivitas yang mendukung proses penanganan pasien. Kami memetakan sejumlah proses ini seperti yang kami lakukan pada langkah ke 3 lalu menghitung dan mengalokasikan biaya pada sumber daya yang menangani pasien berdasarkan pada permintaan pelayanan di tiap bagian pelayanan ini, menggunakan proses yang akan dipaparkan pada langkah ke 6. Pendekatan untuk mengalokasikan biaya tambahan ini menunjukkan adanya pergeseran yang cukup besar dari praktek yang dilakukan saat ini. Sebagai contoh, mari kita bandingkan alokasi sumber daya yang diperlukan oleh satu bagian sentral untuk melakukan sterilisasi dari dua jenis peralatan bedah, peralatan yang digunakan untuk penggantian tempurung lutut total dan peralatan yang digunakan untuk bypass jantung. Sistem penentuan biaya yang ada saat ini cenderung mengalokasikan biaya sterilisasi yang lebih tinggi untuk kasus bypass jantung dibandingkan kasus penggantian tempurung lutut karena tagihan biaya (atau biaya langsung) untuk bypass jantung umumnya lebih tinggi dari penggantian tempurung lutut. Namun, menggunakan sistem TDABC, kami mengetahui bahwa ternyata proses sterilisasi dari peralatan bedah lutut yang biasanya lebih kompleks justru memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar, sehingga operasi penggantian tempurung lutut seharusnya diberikan biaya sterilisasi yang lebih tinggi. Saat menentukan biaya dari bagian pendukung, pedoman yang dapat diikuti adalah aturan 1. Fungsi pendukung yang hanya memiliki satu pegawai dapat dipandang sebagai biaya tetap; biaya ini bisa tidak dialokasikan sama sekali atau dialokasikan menggunakan metode sederhana, sebagaimana yang dilakukan saat ini. Namun, bagian pelayanan yang memiliki lebih dari satu petugas atau lebih dari satu unit akan menunjukkan biaya yang bervariasi. Beban kerja dari sejumlah bagian ini sudah semakin bertambah karena semakin meningkatnya permintaan jasa dan output yang mereka hasilkan. Biaya pelayanan mereka dapat ditentukan berdasarkan proses pelayanan pasien yang memerlukan jasa mereka. Tim proyek yang diberikan tugas untuk memperkirakan biaya penyediaan sumber dayapembilang dari biaya kapasitas pelayananperlu memiliki keahlian dalam bidang keuangan, sumber daya manusia, dan sistem informasi. Mereka dapat melakukan tugas ini bersama dengan pemetaan proses dan perkiraan waktu pelayanan (langkah 3 dan 4) yang dilakukan oleh dokter serta anggota tim yang memiliki keahlian dalam bidang kendali mutu dan perbaikan proses pelayanan. 6. Perkiraan kapasitas pelayanan dari masing-masing sumber daya, dan penghitungan biaya kapasitas pelayanan. Menentukan kapasitas praktis untuk pegawaipenyebut pada persamaan biaya kapasitas pelayananmemerlukan tiga perkiraan waktu, yang diperoleh dari catatan HR dan sumber lain: a. Jumlah total hari per tahun dimana pegawai benar-benar bekerja. b. Jumlah total jam per hari dimana pegawai dapat melakukan pekerjaan. c. Rata-rata jumlah jam per hari kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak berhubungan dengan pasien, seperti istirahat, pelatihan, pendidikan, dan pertemuan administratif. Kapasitas Praktis dari Sumber Daya tiap Bulan = a (b c) 12
Untuk dokter yang membagi waktunya antara aktivitas klinik, penelitian dan pendidikan, kami mengurangi waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas penelitian dan pendidikan guna memperoleh jumlah jam per bulan dimana mereka dapat melakukan pekerjaan klinik. Untuk sumber daya peralatan, kami menilai kapasitas dengan memperkirakan jumlah hari per bulan dan jumlah jam per hari dimana tiap peralatan dapat digunakan. Ini merupakan batas atas dari kapasitas peralatan. Kapasitas penggunaan yang sesungguhnya dari peralatan untuk perawatan kesehatan kadang lebih rendah karena kapasitas peralatan biasanya disediakan dalam jumlah yang cukup besar. Misalnya, ada satu alat yang dapat melakukan 10.000 kali pemeriksaan darah per bulan. Rumah sakit memutuskan untuk membeli alat ini dan mengetahui bahwa alat hanya akan perlu melakukan sekitar 6.000 pemeriksaan saja per bulan. Pada kasus ini, kita perlu melakukan penyesuaian: Sistem penentuan biaya perlu menggunakan waktu yang diperlukan untuk melakukan 6.000 pemeriksaan sebagai kapasitas sumber daya. Bila tidak demikian, pemeriksaan yang benar-benar dilakukan menggunakan alat ini hanya dapat menutup sekitar 60% biaya penggunaannya saja. Bila penyedia layanan kesehatan kemudian menggunakan peralatan untuk jumlah pemeriksaan yang lebih banyak, maka nilai kapasitas pelayanan dapat disesuaikan. Penentuan kapasitas ini juga mengikuti aturan 1 dan dapat diterapkan saat organisasi hanya memiliki satu unit peralatan. Misalnya penyedia layanan kesehatan memiliki 12 fasilitas yang masing-masing menggunakan peralatan yang dapat melakukan 10.000 pemeriksaan darah per bulannamun masing-masing fasilitas hanya melakukan 6.000 pemeriksaan per bulan. Pada kasus ini, kapasitas dari masing-masing unit sumber daya dapat ditentukan sebanyak 10.000 pemeriksaan per bulan, bukan menggunakan angka perkiraan pemeriksaan. Kami berharap bahwa sistem dapat menunjukkan biaya dari kapasitas yang tidak digunakan saat penyedia layanan kesehatan memilih untuk memberikan kapasitas di lebih dari satu lokasi atau fasilitas dibandingkan melakukan konsolidasi penggunaannya sebagai sebuah peralatan yang mahal. Selain besarnya kapasitas awal yang disediakan oleh alat, beberapa faktor seperti beban permintaan puncak, lonjakan kapasitas, dan kapasitas yang diperoleh untuk pertumbuhan di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan. Hal ini berlaku untuk peralatan maupun petugas. Pada prakteknya, kami telah menemukan bahwa kurangnya penggunaan kapasitas dari sebuah peralatan mahal umumnya bukan merupakan suatu keputusan yang dilakukan secara sadar namun merupakan suatu kegagalan dari sistem penentuan biaya pelayanan untuk memberikan visibilitas pada proses penggunaan sumber daya. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan TDABC. Untuk menghitung biaya kapasitas pelayanan dari sumber daya, kami membagi biaya total penggunaan sumber daya (langkah ke 5) dengan kapasitas praktisnya (langkah ke 6) untuk memperoleh suatu angka, yang dinilai menggunakan satuan dolar atau euro per unit waktu, biasanya dalam hitungan jam atau menit. 7. Menghitung biaya total perawatan pasien. Langkah 3 sampai 6 dilakukan untuk membentuk komponen struktur dan data dari sistem TDABC. Pada langkah terakhir, tim proyek akan memperkirakan biaya total untuk merawat seorang pasien dengan cara mengalikan nilai biaya kapasitas pelayanan (termasuk biaya pelayanna tambahan) untuk masing-masing sumber daya yang digunakan pada tiap proses pelayanan pasien dengan jumlah waktu yang dihabiskan oleh pasien bersama masing-masing sumber daya (langkah ke 4). Kita dapat menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan pada semua proses pelayanan dalam satu siklus perawatan pasien guna memperoleh biaya perawatan total untuk pasien tersebut.
PEMBAHASAN KASUS: RANTAI NILAI PELAYANAN KESEHATAN Osteoartritis lutut berat yang memerlukan operasi penggantian Tabel
Mitos #2 Biaya overhead rumah sakit dianggap terlalu kompleks untuk dapat dialokasikan secara akurat. Sebagian besar pimpinan pelayanan kesehatan pada akhirnya akan menerima ide bahwa biaya perawatan pasien langsung, seperti biaya untuk perawat, dokter, dan persediaan habis pakai (obat, perban, dan spuit), harus dialokasikan secara lebih akurat pada tiap pasien secara individual. Namun ada banyak pemimpin yang meyakini bahwa alokasi biaya dari unit pelayanan tidak langsung dan unit tambahan tidak dapat dilakukan kecuali menggunakan metode kasar yang arbitrary, dan didressed up supaya nampak lebih sophisticated. Biasanya, mereka mengggunakan metode selai kacang, yang spreads overhead dan mendukung biaya pelayanan untuk berbagai aktivitas yang dapat dikenakan biaya di tiap bagian pelayanan (lihat Mitos #1) menggunakan metrics seperti besarnya biaya langsung, head count, lamanya masa perawatan, ruangan fisik yang digunakan, jumlah pasien, jumlah prosedur yang dilakukan, RVU yang disediakan, atau rasio biaya pelayanan dibandingkan tagihan biaya (lihat Mitos #1). Alokasi biaya pelayanan yang arbitrary untuk bagian pendukung ini dapat memberikan efek yang cukup besar. Di masa lalu, Klinik Schn, seperti rumah sakit lain di Jerman, telah mengurangi kapasitas unit rehabilitasi penggantian tempurung lutut total karena sistem penentuan biaya pelayanan kesehatan yang ada menunjukkan bahwa pelayanan ini dianggap kurang menguntungkan dibandingkan unit perawatan penyakit akut. Selama menjalani proyek pendahuluan untuk penentuan biaya pelayanan di Klinik Schn, tim proyek menemukan bahwa sistem penentuan biaya yang sudah ada umumnya mengalokasikan biaya untuk bagian pendukung berdasarkan pada lamanya masa perawatan pasien, dan bukan berdasarkan sumber daya tambahan yang benar- benar digunakan oleh pasien. Karena pasien yang menjalani penggantian tempurung lutut total di Schn menghabiskan 75% masa perawatan mereka di fasilitas rehabilitasi, bagian rehabilitasi diberikan alokasi sekitar 75% biaya untuk bagian pendukung. Namun, analisis TDABC menunjukkan bahwa permintaan untuk pelayanan bagian pendukung, seperti pembiayaan medis, nampak jauh lebih tinggi pada hari dimana pasien dirawat di fasilitas perawatan akut dibandingkan saat dirawat di bagian rehabilitasi. Bila biaya bagian pendukung dialokasikan secara tepat, fasilitas rehabilitasi dapat menunjukkan peningkatan keuntungan. Klinik Schn mulai mempertimbangkan untuk memperluas kapasitas rehabilitasinya keputusan yang berbanding terbalik dengan keputusan mereka sesebelumnya dan mengubah fokus mereka untuk lebih mengurangi biaya pelayanan tambahan selama masa perawatan akut secara lebih intensif. Saat biaya tidak langsung sudah dialokasikan secara akurat, manajer dan dokter dapat berusaha mengurangi permintaan untuk memperoleh pelayanan dari bagian pendukung serta meningkatkan efisiensi pemberian pelayanan. Hal ini pada gilirannya akan memungkinkan organisasi untuk menurunkan pengeluaran pada sejumlah sumber daya ini.
Kesempatan untuk Meningkatkan Nilai Pelayanan Pendekatan baru yang kami terapkan mengharuskan dokter, tim klinis, petugas administratif, dan petugas keuangan turut terlibat dalam membuat pemetaan proses pelayanan dan memperkirakan biaya penggunaan sumber daya yang terlibat dalam proses perawatan pasien selama siklus perawatan. Hal ini akan menjembatani perbedaan antara tim manajemen dan tim klinik yang sebelumnya sering menyebabkan terjadinya ketegangan serta stalemates dalam usaha untuk mengurangi biaya pelayanan. TDABC akan memberikan suatu sumber informasi gabungan yang dapat menghasilkan inovasi berdasarkan pada pemahaman bersama mengenai proses perawatan yang sesungguhnya. Bahkan di lokasi percobaan awal kami di klinik Schn, yang sudah memiliki sistem kontrol biaya pelayanan yang sangat baik di tiap bagian system, penggunaan TDABC dapat memberikan cara baru yang cukup kuat untuk perbaikan dan restrukturisasi proses pelayanan. Kapitalisasi dari sejumlah kesempatan yang meningkatkan nilai pelayanan iniyang sebelumnya tersembunyi oleh sistem pembiayaan yang tidak adekuat dan siloedmerupakan kunci untuk menyelesaikan masalah biaya pelayanan kesehatan. Mari kita periksa beberapa kesempatan yang paling menjanjikan dari penentuan biaya secara tepat. Mengeliminasi variasi proses pelayanan yang tidak perlu dan proses pelayanan yang tidak menambahkan nilai pelayanan. Pada percobaan awal kami, ditemukan adanya variasi yang bermakna pada proses, tools, equipment, dan bahan yang digunakan oleh dokter untuk memberikan pelayanan yang sama di dalam satu unit yang sama pada satu fasilitas kesehatan. Sebagai contoh, pada operasi penggantian tempurung lutut total, dokter bedah menggunakan jenis implan, peralatan pembedahan, pakaian operasi, dan persediaan medis yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan adanya variasi biaya yang cukup besar dalam menangani pasien dengan penyakit yang sama di lokasi yang sama. Unit bedah sekarang menilai biaya dan outcome dari masing-masing dokter bedah. Sehingga, jajaran pimpinan praktek klinik saat ini sudah dapat melakukan diskusi yang lebih konstruktif dengan informasi yang lebih lengkap untuk standardisasi proses perawatan dan pelayanan guna mengurangi variabilitas biaya dan membatasi penggunaan metode dan peralatan yang mahal namun tidak dapat memperbaiki outcome. Selain mengurangi variasi proses pelayanan, lokasi percobaan awal kami telah menyingkirkan beberapa langkah atau keseluruhan proses yang tidak dapat memperbaiki outcome. Klinik Schn, misalnya, memutuskan untuk mengurangi biaya dengan menurunkan jumlah pemeriksaan yang dimasukkan pada pemeriksaan laboratorium rutin setelah mengetahui bahwa sejumlah pemeriksaan tidak memberikan informasi baru yang dapat memperbaiki outcome. Membandingkan praktek pelayanan untuk satu penyakit yang sama di berbagai negara dapat memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Pengantian biaya untuk satu siklus perawatan setelah menjalani operasi penggantian tempurung lutut di Jerman dan Swedia adalah sekitar $8.500, termasuk biaya pelayanan dokter dan teknis serta tidak termasuk biaya rehabilitasi rawat jalan. Biaya yang dihabiskan di pusat perawatan medis di AS adalah sekitar $30.000 atau lebih. Karena penyedia layanan kesehatan di ketiga negara melaporkan margin yang sama untuk perawatan penggantian tempurung lutut, biaya layanan kesehatan di AS mungkin mencapai dua sampai tiga kali lebih tinggi dari biaya perawatan di Eropa. Dengan membandingkan pemetaan proses dan biaya penggunaan sumber daya untuk penyakit medis yang sama di beberapa lokasi perawatan yang berbeda, kita dapat menentukan seberapa banyak selisih biaya yang disebabkan oleh variasi proses pelayanan, protokol, dan produktivitas serta seberapa banyak yang disebabkan oleh perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan sumber daya atau peralatan seperti gaji pegawai dan harga implan. Penelitian awal yang kami lakukan menunjukkan bahwa meskipun input di Amerika Serikat umumnya lebih mahal, biaya pelayanan yang lebih tinggi pada fasilitas kesehatan di AS terutama disebabkan oleh produktivitas sumber daya yang lebih rendah. Meningkatkan penggunaan kapasitas sumber daya. Pendekatan TDABC mengidentifikasi seberapa banyak kapasitas dari masing-masing sumber daya yang benar-benar digunakan untuk melakukan proses pelayanan dan perawatan pasien dibandingkan seberapa banyak yang tidak digunakan dan idle. Manajer dapat dengan jelas melihat jumlah dan biaya dari kapasitas sumber daya yang tidak digunakan oleh tiap dokter, perawat, teknisi, peralatan, administrator, atau unit organisasi secara individual. Data penggunaan sumber daya juga menunjukkan bahwa peningkatan suplai dari sejumlah sumber daya tertentu untuk memperlancar sejumlah proses yang terhalang sehingga pasien dapat diberikan perawatan sesegera mungkin dan dapat memberikan pelayanan pada lebih banyak pasien dengan biaya tambahan yang lebih sedikit. Saat manajer memiliki pandangan yang lebih jelas ke area dimana terdapat kapasitas substansial dan mahal yang tidak digunakan, maka mereka diharapkan untuk dapat mengidentifikasi akar masalahnya. Sebagai contoh, rendahnya penggunaan ruangan, peralatan dan petugas yang mahal disebabkan oleh kurangnya koordinasi dan penundaan saat pasien dirujuk dari satu spesialisasi atau bagian pelayanan ke bagian lain. Penyebab lain dari rendahnya penggunaan sumberdaya adalah disediakannya peralatan khusus yang hanya digunakan bila diperlukan. Beberapa fasilitas yang melayani pasien dengan kebutuhan medis yang tidak dapat diprediksi dan jarang ditemui umumnya membuat keputusan untuk menggunakan kapasitas tambahan. Pada kasus seperti ini, pemahaman mengenai biaya yang sebenarnya dari kapasitas yang berlebihan dapat menimbulkan pembahasan mengenai bagaimana cara terbaik untuk melakukan konsolidasi terapi bagi pasien seperti ini. Namun, sebagian besar kelebihan kapasitas sumber daya tidak disebabkan oleh adanya suatu penyakit yang jarang atau hand-offs yang kurang baik, namun akibat adanya kecenderungan dimana sejumlah rumah sakit dan klinik masih memberikan pelayanan medis untuk hampir semua jenis masalah medis. Fragmentasi pelayanan seperti ini akan menyebabkan kelebihan sumber daya dengan biaya yang mahal di seluruh bagian sistem pelayanan kesehatan. Kita juga dapat memperoleh outcome yang lebih buruk bila penyedia layanan kesehatan hanya pernah menangani sejumlah kecil kasus dari masing-masing jenis penyakit. Penentuan biaya yang akurat akan menjadi suatu instrumen yang berharga bagi manajer untuk melakukan konsolidasi penggunaan prosedur yang jarang diperlukan untuk perawatan pasien di sejumlah kecil institusi, sehingga dapat mengurangi biaya yang tinggi akibat adanya kapasitas yang tidak digunakan dan dapat memperbaiki outcome yang diperoleh. Memberikan proses yang tepat di lokasi yang tepat. Saat ini banyak pelayanan yang diberikan di fasilitas yang terlalu banyak digunakan atau fasilitas yang didesain untuk pasien dengan kondisi paling kompleks dan bukan untuk pasien biasa. Dibandingkan dengan menggunakan angka yang ditentukan berdasarkan nilai rata-rata biaya langsung maupun alokasi biaya yang tidak akurat, penilaian biaya pelayanan di berbagai fasilitas yang berbeda secara akurat dapat membantu penyedia layanan kesehatan untuk menentukan jenis pelayanan tertentu yang dapat dilakukan di lokasi dengan sumber daya yang adekuat dan dengan biaya yang lebih murah. Perubahan proses pemberian pelayanan, yang sudah mulai dilakukan di Rumah Sakit Anak Boston, dapat meningkatkan nilai pelayanan dan memberikan kemudahan pada pasien maupun petugas kesehatan untuk melakukan lebih banyak pelayanan rutin, sehingga fasilitas kesehatan tersier dapat berkonsentrasi menggunakan sumber daya spesialisasi mereka untuk perawatan penyakit yang kompleks. Menyesuaikan keahlian klinik dengan proses pelayanan. Penggunaan sumber daya juga dapat ditingkatkan dengan memeriksa apakah semua proses yang sedang dilakukan oleh dokter dan anggota staff ahli lain memang memerlukan tingkat keahlian dan pelatihan yang mereka miliki. Pemetaan proses pelayanan yang dikembangkan untuk TDABC sering kali menunjukkan adanya kesempatan untuk paramedis dengan keahlian yang sesuai namun memerlukan biaya yang lebih murah untuk melakukan beberapa proses pelayanan yang saat ini dilakukan oleh dokter tanpa memberikan pengaruh negatif pada outcome. Penggantian seperti ini akan membebaskan dokter dan perawat untuk lebih fokus pada peranan yang memberikan tambahan paling banyak pada nilai pelayanan. Mempercepat waktu siklus. Penyedia layanan kesehatan memiliki sejumlah kesempatan untuk mengurangi waktu siklus perawatan pasien, yang pada gilirannya akan mengurangi permintaan kapasitas sumber daya. Sebagai contoh, mengurangi waktu tunggu pasien akan mengurangi permintaan pengawasan pasien dan ruangan untuk menunggu. Mempercepat waktu siklus juga dapat memperbaiki outcome, baik dengan meminimalkan durasi dimana pasien merasakan ketidakpastian dan merasa tidak nyaman serta dengan mengurangi risiko komplikasi serta meminimalkan progresi penyakit. Saat petugas kesehatan memperbaiki alur proses pelayanan dan mengurangi gangguan, maka pasien tidak lagi perlu banyak menunggu selama memperoleh satu siklus perawatan lengkap. Mengoptimalkan keseluruhan siklus perawatan. Pada saat ini, penyedia layanan kesehatan umumnya difokuskan pada pelayanan dan spesialisasi, yang mempersulit koordinasi, serta mengganggu alur pasien yang terintegrasi dari satu proses menuju proses selanjutnya, dan menyebabkan terjadinya duplikasi dari sejumlah proses pelayanan. Sebagai contoh, pada proses pelayanan yang biasa, pasien akan bertemu dengan beberapa penyedia layanan kesehatan di beberapa lokasi dan menjalani interaksi, pendaftaran, konsultasi medis dan pemeriksaan diagnostik yang terpisah di masing-masing lokasi tersebut. Ini akan menyia- nyiakan sumber daya serta menyebabkan keterlambatan. Model TDABC menunjukkan bahwa sejumlah proses administratif dan klinis yang lambat ini akan menghasilkan biaya pelayanan yang tinggi, sehingga petugas dari berbagai departemen yang berbeda akan termotivasi untuk bekerja bersama dan mengintegrasikan pelayanan antar bagian dan spesialisasi. Eliminasi proses administrasi dan klinis merupakan salah satu kesempatan yang paling besar untuk menekan biaya. Dengan memahami keseluruhan gambaran dari waktu dan sumber daya yang terlibat, penyedia layanan kesehatan dapat melakukan optimalisasi pada keseluruhan siklus perawatan, bukan hanya pada beberapa bagian saja. Dokter dan petugas dapat menggeser lebih banyak waktu dan sumber daya mereka pada bagian awal siklus perawatanke aktivitas seperti edukasi pasien dan konsumtasi tim klinisguna mengurangi kemungkinan dimana pasien mengalami komplikasi yang menghabiskan biaya lebih mahal serta perawatan kembali pada bagian siklus selanjutnya. Selain itu, pendekatan berbasis sumber daya dan proses perlayanan ini akan membantu penyedia layanan kesehatan untuk menemukan proses yang berharga namun belum dikenai biaya dalam siklus perawatan. Berbagai aktivitas iniseperti waktu konseling dengan perawat, panggilan telepon yang dilakukan dokter pada pasien, dan pertemuan tim perawatan multidisiplinerdapat memberikan kontribusi yang cukup besar pada efisiensi dan memberikan outcome yang baik. Karena sistem yang ada saat ini tidak memperhitungkan sejumlah biaya tersebut, elemen penting dari perawatan ini rentan untuk diminimalisasi atau tidak di managed.
Pemetaan Proses Pelayanan Pasien Baru Pemetaan proses ini mepaparkan segmen siklus perawatan pasien di Pusat Perawatan Kepala dan Leher MD Anderson. Pemetaan proses menunjukkan sumber daya yang diperlukan untuk masing-masing aktivitas dan dapat menunjukkan kesempatan untuk memperbaiki proses dan menekan biaya pelayanan. TABEL
Mitos #3 Sebagian besar biaya pelayanan kesehatan sudah bersifat tetap Banyak peserta sistem pelayanan kesehatan, termasuk ahli ekonomi dan akuntan, yang meyakini bahwa sebagian besar biaya pelayanan kesehatan sudah bersifat tetap karena banyak pelayanan yang diberikan menggunakan petugas, ruangan dan peralatan bersama. Karena adanya pola pikir yang salah ini, usaha untuk mengurangi biaya pelayanan umumnya hanya difokuskan pada sebagian kecil biaya yang dilihat sebagai suatu variabel, seperti obat dan persediaan, yang kadang disebut sebagai biaya marginal atau incremental. Mitos ini juga memotivasi beberapa organisasi pelayanan kesehatan untuk memperluas jaringan melalui proses merger, akuisisi, dan pertumbuhan organik guna memperoleh keuntungan ekonomi dengan menyebarkan penggunaan biaya tetap di lebih banyak lokasi bisnis. Namun, bila sebagian besar biaya pelayanan kesehatan memang sudah bersifat tetap, kita tidak akan menghadapi masalah biaya pelayanan kesehatan seperti yang kita temui saat ini. Bila sebagian besar biaya sudah bersifat tetap, peningkatan permintaan pelayanan kesehatan hanya akan meningkatkan sebagian kecil biaya masih dapat berubah, dan menyebabkan penurunan rata-rata biaya pelayanan dalam sistem, serta tidak akan meningkatkan persentase PDB yang dialokasikan untuk pelayanan kesehatan. Untuk memahami mengapa sebagian besar biaya pelayanan kesehatan tidak bersifat tetap, kita dapat melihat pada biaya yang dikeluarkan untuk petugas kesehatan, yang menurut statistik dari American Hospital Association merupakan sekitar 50% dari total biaya pelayanan kesehatan. Biaya petugas kesehatan tidak bersifat tetap. Jajaran eksekutif rumah sakit dapat menentukan jumlah, kombinasi, dan kompensasi untuk masing-masing petugas tiap tahunnya, atau mungkin bahkan lebih sering. Biaya untuk petugas kesehatan hanya dianggap tetap bila jajaran eksekutif menginginkan hal itu. Pernyataan bahwa biaya untuk petugas kesehatan bersifat tetap menunjukkan bahwa pihak manajemen menginginkan hal tersebut, dan tidak menunjukkan sifat dasar dari biaya itu sendiri. Biaya untuk ruangan juga tidak bersifat tetap. Ruangan mungkin merupakan sumber daya yang paling fleksibel dari suatu organisasi. Bila terjadi penurunan permintaan untuk ruangan, maka unit dapat dikonsolidasikan menjadi ruangan yang lebih kecil, dan ruangan yang tersisa dapat digunakan untuk tujuan lain, dijual atau disewakan. Serupa dengan ini, biaya peralatan juga dapat dihindari bila perubahan pada proses pelayanan, protokol terapi atau kombinasi pasien menghilangkan kebutuhan akan sumber daya tersebut. Peralatan yang tidak diperlukan lagi dapat dipensiunkan atau dijual ke institusi perawatan kesehatan lain yang sedang memperluas kapasitas mereka. Kami memperkirakan bahwa sampai sekitar 95% biaya yang oleh pihak manajer kesehatan dianggap sebagai biaya tetap sebenarnya merupakan biaya yang mereka kendalikan dan tidak benar-benar bersifat tetap.
Memperoleh Imbalan Penghitungan pengembalian investasi perbaikan kinerja umumnya tidak dilakukan pada sebagian besar pembahasan mengenai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan, ujar Dr. Thomas Feeley di MD Anderson. Saat dilakukan penghitungan, maka asumsi biasanya dibuat secara kasar, tidak akurat, dan kadang terlalu tinggi, tambahnya. TDABC merupakan instrumen yang kuat untuk menilai efek dari perbaikan yang dilakukan terhadap biaya pelayanan. Penentuan biaya secara akurat memungkinkan kita untuk menghitung, melakukan validasi dan membandingkan pengaruh dari perbaikan proses pelayanan. Kita dapat memperoleh imbalan yang besar saat penyedia layanan kesehatan menentikan biaya secara akurat dan menggunakan berbagai kesempatan untuk meningkatkan nilai pelayanan guna mengurangi pengeluaran. Salah satu fakta yang kejam dari kehidupan kita adalah bahwa biaya total tidak akan pernah mengalami penurunan kecuali penyedia layanan kesehatan mengeluarkan lebih sedikit dana untuk gaji pegawai, menggunakan lebih sedikit ruangan (dan lebih murah), membeli lebih sedikit persediaan, dan menghentikan penggunaan atau membuang peralatan yang berlebihan. Karena dihadapkan pada tekanan untuk meningkatkan keuntungan sementara hanya diberikan penggantian biaya yang rendahterutama dari program pemerintah seperti Medicare dan Medicaidsaat ini penyedia layanan kesehatan mengurangi biaya pelayanan dengan memaksakan untuk melakukan pemotongan dana pelayanan di semua bagian. Pendekatan ini dapat mengganggu kualitas maupun penyediaan pelayanan. Dengan menentukan biaya secara akurat, penyedia layanan kesehatan dapat melakukan pengurangan biaya pada area dimana perbaikan penggunaan sumber daya dan efisiensi proses pelayanan memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk mengeluarkan lebih sedikit biaya tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Saat ini, organisasi pelayanan kesehatan melakukan proses perencanaan dana dan kapasitas pelayanan secara serius, yang sering disertai dengan adanya perdebatan, negosisasi kekuasaan, dan rasa frustrasion. Masalah semacam ini menunjukkan adanya sistem penentuan biaya yang tidak adekuat dan dapat dihindari. Proses penentuan biaya TDABC dapat dimulai dengan memperkirakan volume serta tipe pasien yang diharapkan oleh penyedia layanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan dapat memprediksi berapa jam sumber daya yang diperlukan untuk penanganan pasien dengan berbagai kondisi yang berbeda-beda menggunakan perkiraan ini dikombinasikan dengan pemetaan proses pelayanan. Untuk memperkirakan jumlah dari masing-masing sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi permintaan secara akurat, maka proses ini dapat dibagi menurut kapasitas praktis dari tiap tipe sumber daya. Perkiraan pengeluaran bulanan untuk periode mendatang dapat dihitung dengan mengalikan jumlah masing-masing kategori sumber daya yang diperlukan dan biaya penggunaan masing-masing sumber daya tiap bulannya. Dengan cara ini, manajer dapat membuat semua biaya yang dikeluarkan menjadi bervariasi. Mereka dapat melihat bahwa perbaikan efisiensi dan inovasi proses pelayanan dapat mengurangi pengguanaan sumber daya yang tidak lagi diperlukan. Manajer juga memiliki informasi yang diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya yang tidak lagi digunakan setelah dilakukan perbaikan pada proses pelayanan. Para pemimpin memperoleh suatu instrumen yang tidak mereka miliki sebelumnya: suatu cara untuk menilai hubungan antara keputusan mengenai kebutuhan dan proses terapi pasien secara langsung dengan penggunaan sumber daya.
Memperbarui Proses Penggantian Biaya Bila kita ingin menghentikan peningkatan biaya total untuk pelayanan kesehatan, maka tingkat penggantian biaya harus dikurangi. Namun proses yang dilakukan untuk mencapai hal ini akan berpengaruh besar pada kualitas serta penyediaan pelayanan kesehatan. Pemotongan jumlah penggantian biaya secara merata akan mengganggu kualitas pelayanan dan dapat menyebabkan pengalokasian dana yang buruk. Pengurangan biaya yang dapat dilakukan sembari tetap mempertahankan atau meningkatkan kualitas pelayanan hanya dapat dilakukan bila kita memiliki pengetahuan yang akurat mengenai biaya total yang diperlukan untuk memperoleh outcome yang diinginkan saat merawat seorang pasien dengan kondisi medis tertentu. Sistem penggantian biaya yang ada saat ini tidak sesuai dengan biaya dan outcome pelayanan yang sesungguhnya dan membuat penyedia layanan kesehatan serta payor enggan untuk menggunakan proses yang lebih efektif biaya untuk menangani pasien. Dengan sistem penentuan biaya yang tidak adekuat, angka penggantian biaya umumnya ditentukan berdasarkan biaya yang dulu pernah dikenakan sebelumnya. Pendekatan tersebut menyebabkan banyak dilakukannya subsidi silang yang memberikan biaya pengganti yang lebih banyak pada beberapa pelayanan dan membayar terlalu murah untuk sejumlah pelayanan lain, sehingga umumnya disediakan suplai yang berlebihan untuk pelayanan yang diberikan penggantian biaya tinggi dan terdapat pemberian pelayanan serta inovasi yang tidak adekuat untuk pelayanan yang memperoleh penggantian biaya rendah. Namun, penyesuaian tingkat penggantian biaya saja masih belum cukup. Reformasi pelayanan kesehatan yang sesungguhnya mengharuskan kita untuk meninggalkan proses pembayaran fee-for-service yang digunakan saat ini. Payor dapat memperkenalkan proses penggantian biaya berdasarkan nilai pelayanan, seperti paket pembayaran, yang menanggung keseluruhan siklus perawatan dan meliputi perawatan untuk komplikasi maupun komorbiditas. Penggantian biaya berdasarkan nilai pelayanan akan memberikan imbalan pada penyedia layanan kesehatan yang memberikan pelayanan terbaik dengan biaya paling murah dan pada mereka yang dapat meminimalkan terjadinya komplikasi dan bukan menyebabkan terjadinya komplikasi. Tidak adanya data yang akurat untuk biaya keseluruhan siklus pelayanan kesehatan pasien merupakan salah satu penghalang utama untuk melakukan pendekatan penggantian biaya alternatif, seperti paket penggantian biaya, yang lebih disesuaikan dengan nilai pelayanan. Kami meyakini bahwa perbaikan proses penilaian biaya pelayanan, disertai dengan penilaian outcome yang lebih baik, akan memberikan keyakinan pada payor pihak ketiga untuk memperkenalkan metode penggantian biaya yang lebih menghargai nilai pelayanan, mengurangi pemberian insentif yang negatif, dan memicu dilakukannya inovasi oleh penyedia layanan kesehatan. Saat penyedia layanan kesehatan mulai memahami biaya total pelayanan pasien selama satu siklus perawatan penuh, mereka juga akan dapat mempertimbangkan pendekatan penggantian biaya inovatif tanpa takut mengorbankan stabilitas finansial mereka. Penyedia layanan kesehatan yang dapat memberikan outcome kesehatan dengan lebih cepat dan efisien, tanpa menggunakan pelayanan yang tidak diperlukan, dan menggunakan model terapi yang lebih sederhana dan sudah terbukti efektif tidak akan memperoleh pemasukan yang lebih rendah. Penilaian biaya dan outcome secara akurat adalah instrumen yang paling bermanfaat untuk melakukan perbaikan ekonomi dalam bidang pelayanan kesehatan. Bila para pemimpin pelayanan kesehatan memperoleh angka perkiraan biaya yang lebih akurat dan tepat, maka mereka dapat membuat keputusan yang berani dan cukup sulit secara politik untuk menurunkan biaya sembari mempertahankan atau meningkatkan outcome. Dr. Jens Deerberg-Wittram, seorang senior eksekutif di Klinik Schn, menyatakan bahwa, Sistem penentuan biaya yang baik akan memberi tahu kita mengenai area mana yang perlu ditangani dan memberikan kita keyakinan untuk melakukan pembahasan yang sulit dengan para petugas kesehatan. Saat penyedia layanan kesehatan dan payor lebih memahami biaya, mereka akan melihat sejumlah kesempatan untuk mencapai pembelokan kurva pembiayaan kesehatan dari dalam sistem dan bukan sebagai respon pada mandat dari atas ke bawah. Penentuan biaya yang akurat juga akan membuka berbagai kesempatan, seperti usaha untuk memperbaiki proses pelayanan, pengaturan pelayanan yang lebih baik, dan pendekatan penggantian biaya yang baru dan dapat mempercepat proses inovasi serta pembentukan nilai pelayanan. terdapat kesempatan yang sangat besar untuk mengurangi biaya pelayanan kesehatan tanpa mengorbankan outcome yang diperoleh. Penilaian biaya dan outcome secara akurat merupakan rahasia untuk mengatasi masalah krisis biaya pelayanan kesehatan.
Percobaan Awal Sebuah Pusat Penanganan Kanker Sudah Mulai Menggunakan Pendekatan Baru by Heidi W. Albright, MHA, and Thomas W. Feeley, MD Pusat Penanganan Kanker MD Anderson dari Universitas Texas ditunjuk oleh National Cancer Institute sebagai Pusat Penanganan Kanker Komprehensif, dan terletak di Houston, Texas. MD Anderson menangani lebih dari 30.000 pasien baru tiap tahunnya, dan melakukan penanganan pada sekitar 20% pasien kanker di seluruh daerah Houston dan 1% pasien kanker secara nasional. MD Anderson merupakan pusat perawatan untuk penyakit medis khusus yang memberikan perawatan interdisipliner terintegrasi pada keseluruhan siklus pelayanan kesehatan. Bekerjasama dengan Michael Porter, kami melakukan sebuah usaha untuk memperluas proses penilaian outcome klinis, dimulai dengan penelitian pada 2468 pasien di Pusat Perawatan Kepala dan Leher, di tahun 2008. Kami mendirikan Institute for Cancer Care Excellence pada bulan Desember 2008 untuk mendukung usaha ini. Di tahun 2010, bersama dengan Robert Kaplan, kami meluncurkan sebuah proyek percobaan awal di dalam Pusat Perawatan Kepala dan Leher, untuk menilai kemungkinan untuk menerapkan konsep akuntansi modern pada penyediaan layanan kesehatan. Dulunya, di MD Anderson kami menggunakan sistem akuntansi berdasarkan tagihan biaya. Namun, kami menyadari bahwa alokasi biaya ini memiliki sejumlah masalah di beberapa tingkatan. Awalnya, sumber dari biaya pelayanan kesehatan telah mengalami perubahan, namun metodologi alokasinya belum berubah, sehingga penentuan biaya yang kami lakukan sudah tidak menggambarkan kenyataan. Selain itu, MD Anderson secara rutin mengalokasikan lebih banyak dana untuk pelayanan yang memperoleh penggantian biaya lebih banyak. Karena adanya reformasi pelayanan kesehatan yang menggeser proses penggantian fee-for-service menjadi atau pembiayaan paket atau global, maka kita memerlukan suatu sistem penentuan biaya yang dapat memberikan perkiraan biaya yang lebih akurat untuk pelayanan pasien menurut jenis kondisi medisnya. Untuk menentukan apakah TDABC dapat memberikan tingkat akurasi ini, kami bekerja bersama dengan tim dokter serta petugas anggota petugas keuangan internal rumah sakit untuk melakukan sebuah percobaan pendahulan. Tim mulai mengembangkan rantai nilai pelayanan kesehatan yang memetakan keseluruhan terapi yang diterima pasien. Dalam tiap segmen perawatan klinik rawat jalan, diagnosis pencitraan, perawatan rawat inap, terapi radiasi, dan pemberian kemoterapi kami membuat pemetaan proses yang juga memasukkan semua sumber daya yang terlibat. Tiap segmen dari proses pemetaan memerlukan waktu sekitar 40 jam untuk diselesaikan, oleh sebiah tim yang terdiri atas manajer proyek, koordinator proyek, ahli pemetaan proses, petugas keuangan serta manajer klinik dan bisnis, maupun anggota staff dari tiap fungsi yang dipetakan. Tim proyek lalu memperkirakan seberapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tiap tugas yang diberikan serta kapasitas biaya dari tiap penyedia layanan kesehatan. Kami melakukan validasi pada semua tahapan proses, perkiraan waktu dan titik percabangan dengan bantuan dari petugas kesehatan di garis depan yang memang melakukan tugas ini bukan hanya manajer pengembangan dan pimpinan senior saja. Kami kemudian memperkirakan biaya per pasien untuk tiap tahapan proses pelayanan. Awalnya, kami hanya memeriksa biaya untuk petugas kesehatan karena merupakan sekitar 75% dari biaya total yang dikeluarkan di Pusat Perawatan Kepala dan Leher. Karena kurangnya petugas dan keterbatasan waktu, kami menggunakan prosedur perkiraan yang dilakukan pada giliran pertama untuk mengalokasikan biaya pelayanan dari bagian pendukung. Penelitian pendahuluan yang kami lakukan juga mengevaluasi apakah pendekatan pembiayaan yang baru memungkinkan kita untuk menilai efek perubahan proses pelayanan pada biaya. Kami memeriksa proses yang dijalani pasien yang mengunjungi Pusat Pemeriksaan Anestesia (AAC) kami, yang dilakukan sebelum pembedahan. Direktur medis AAC telah mengembangkan dia insiatif untuk mengembangkan kinerja: (1) menerapkan pedoman klinis baru untuk pemeriksaan diagnostik preoperasi dan (2) menyusun kembali tugas-tugas petugas kesehatan yaitu dengan meminta asisten medis untuk melakukan sejumlah tugas yang sebelumnya dilakukan oleh perawat dan meminta perawat untuk melakukan sejumlah tugas yang sebelumnya dilakukan oleh dokter. Tim proyek mengembangkan pemetaan proses untuk AAC sebelum dan sesudah terjadi perbaikan kinerja, lalu menggunakan perkiraan biaya dari TDABC sebagai model dari tiap pemetaan. Proses yang sudah dimodifikasi ini menghasilkan penurunan waktu proses pelayanan sebanyak 16% (11 menit), peningkatan sebesar 12% pada biaya yang dikeluarkan untuk petugas teknis, dan penurunan sebesar 67% pada biaya yang dikeluarkan untuk petugas profesional (dokter dan penyedia layanan lain). Biaya total nampak mengalami penurunan sebesar 36%, dari sebesar $250 per pasien (termasuk biaya langsung dan tak langsung) menjadi $160. Sistem penentuan biaya yang ada saat ini tidak dapat membantu menghemat biaya dengan memperbaiki sejumlah proses ini. Untuk melihat apakah pengurangan biaya dapat mempengaruhi outcome, kami memeriksa pembatalan operasi dari hari ke hari yang dilakukan akibat pemeriksaan preoperasi yang kurang adekuat serta menemukan bahwa outcome kritis dari pemeriksaan anestesi ini tidak mengalami perubahan. Sehingga, proses yang lebih efisien dan lebih murah seharusnya dapat meningkatkan nilai pelayanan. TDABC yang umumnya mudah untuk diterapkan, memerlukan investasi waktu yang cukup bermakna untuk mengembangkan suatu pemetaan proses di semua bidang pelayanan. Namun investasi ini telah memberikan manfaat tambahan dengan mendukung kesempatan untuk memperbaiki proses pelayanan dan memfasilitasi proses standardisasi pelayanan. Yang paling penting, metode penentuan biaya yang baru ini dapat membantu kita untuk menentukan prioritas dalam memperbaiki proses pelayanan dan menilai pengaruhnya pada biaya pelayanan. Saat ini kami sedang menyelesaikan analisis dari data proyek pendahuluan kami dan akan memperluas metodologi ini ke semua unit perawatan kanker terintegrasi lainnya. Dengan menyatukan penilaian outcome klinis di tiap pusat perawatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk satu siklus perawatan pasien, kami akan lebih mencapai posisi yang lebih baik untuk meningkatkan nilai pelayanan dan mengembangkan paket biaya untuk pelayanan kesehatan. Melalui penelitian ini, kami berharap untuk dapat memberikan bukti yang meyakinkan mengenai manfaat strategi terapi kanker terintegrasi di MD Anderson.